Anda di halaman 1dari 9

INITIAL ASSESMENT

Nama : Amanda Desvilianty


No. Absen : 01

Initial Assesment merupakan penilaian awal, dengan melakukan pengkajian pada pasien
yang menjadi prioritas kegawatdaruratan seperti mengalami cedera/trauma dan membutuhkan
pelayanan yang segera dan cepat. Tujuan melakukan penilaian awal aalah untuk mengidentifikasi
penyakit pasien dan menghindari kematian dengan prinsip “Do Not Futher Harm” yang
diartikan sebagai tidak menambah cedera tambahan. Dengan survey Primer dan survey
secondary. Penanganan pasien dalam 2 keadaan yaitu pra rumah sakit dan fase rumah sakit.
Dengan persiapan 3A dan persiapan tim.

Survey primer :

Terdiri dari ABCDE dengan tambahan FGH

1. Airway dan Control Servikal


2. Breathing dan Ventilasi
3. Circulation dan Control perdarahan
4. Disability : status neurologis, GCS, reaksi pupil : normal 2-3 ml, tanda lateralisasi
5. Exposure : buka pakaian pasien untuk melihat jejas/menemukan permasalahan namun
cegah hipotermi
6. Folley Catheter
7. Gastric tube
8. Heart Monitor

Penilaian ABCDEFGH

1. Airway dan control servikal


 Inspeksi : Menilai kepatenan jalan napas pasien dengan dilihat/mencari penyebab
nya jika adanya ketidakpatenan jalan napas kaji ada nya sumbatan jalan nafas apakah
sumbatan partial, atau secara total seperti : sumbatan secara partial sumbatan jalan
napas mengeluarkan cairan, contohnya darah, sputum atau sekret, atau yang lainnya.
 Listen, yang bisa kita dengar yaitu gurgling yang disebabkan karena cairan, pangkal
lidah jatuh kebelakang dapat menimbulkan suara snoring (ngorok).
 Obstruksi pada jalan napas dapat juga disebabkan karena fraktur tulang wajah,
fraktur fraktur mandi bula atau maksila, fraktur laring atau trakea. Dicurigai fraktur
servikal bila ada :
 Trauma/cedera kepala dengan penurunan kesadaran
 Adanya Jejas pada diatas klavikula
 Setiap multitrauma (trauma pada 2 regio atau lebih)/multiple trauma
 Bio-mekanik trauma mendukung
Maka perhatikan jika curiga fraktur servikal untuk imobilisasi servikal dengan
melakukan fiksasi manual menggunakan kedua tangan dengan menopang servikal
hingga terpasang neck colar. Untuk membebaskan jalan nafas dapat secara manual
dengan Jaw Thrust, chin lift, jika pasien tidak mengalami cedera servikal dapat
dilakukan Head tilt Chin Lift, jika sudah alat memadai segera pasang OPA jika pasien
snoring. Gurgling dengan seuction, Stridor dengan pemasangan Intubasi atau terapi
definitive
2. Breathing dan ventilasi
Melakukan kaji pada pasien apakah terdapat gangguan pernapasan
(Takipneu,bradipneu,apneu,pernapasan cuping hidung) dengan cek RR pasien apakah
adanya hiperventilasi/Hipoventilasi dengan memberikan kebutuhan Oksigen, pada
kewagadaruratan pasien dengan penurunan kesadaran disertai trauma capitis pemberian
dengan oksigen Simple Mask/dengan NRM, sembari menunggu hasil dari pemeriksaan
AGD. Pasangkan Oksimeter dengan observasi saturasi oksigen yang dimiliki pasien
(Normal saturasi O2 95%-100%).
Jika tidak mengalami perubahan lakukan pemriksaan fisik dada dan Abdomen IAPP
untuk menemukan permasalahan Breathing.
 Inspeksi (melihat langsung)
Lihat dada pasien apakah simetris atau tidak. Kaji pergerakan, Perhatikan dan hitung
jumlah napas pasien dalam satu menit, lalu simpulkan apa pasien terjadi bradipnea,
normal, dan takipnea,irama, pola napas, kaji peningkatan JVP, kaji adanya jejas pada
daerah dada, dan luka tusuk.
 Auskultasi
Lakukan auskultasi pada pasien, buka baju pasien lalu dengarkan dengan stetoskop
dimulai dari dada yang tidak ada luka secara zig-zag masing-masing 3 lobus, apakah
bunyi paru normal (vesikuler) atau adanya bunyi napas tambahan seperti whezing
dan rhonki. Bunyi jantung dinilai untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada
jantung (perikositensi). Atau tidak terdengar (Anvesikuler)
 Perkusi
Untuk menilai adanya udara atau darah didalam rongga pleura. Normal suara : sonor,
Hipersonor ada nya udara, Dullness : Pekak.
 Palpasi
Dilakukan untuk menilai adanya fraktur di daerah dada (flail chest) dan krepitasi.

Jika terjadi kondisi yang mengancam nyawa pada pasien dengan Trauma Toraks
maka atasi permasalahan trauma toraks sebagai berikut :
a. Tension Pneumotoraks
Merupakan penempukan udara yang banyak dalam cavum pleura dengan ditandai
pada :
- Inspeksi : adanya jejas/luka, ekspansi dada asimetris
- Auskultasi : Anvesikuler , sura napas terdengar jauh/tidak terdengar
- Perkusi : Hipersonor
- Palpasi : Adanya nyeri tekan
Dengan tanda yang khas yaitu peningkatan/distensi vena Jugularis, deviasi trakea
kearah yang sehat.
Penatalaksanaan :
Dengan needle thoracosintesis dapat dilakukan di ICS 2 mid clavikula/dapat
dilakuka pada ICS 5 Mid Axilarry Dilanjutkan dengan pemasangan chest tube di
ICS 5 Mid Axilarry dengan Observasi jumlah cairan/udara yang keluar pada WSD.
b. Flail Chest
Keadaan patah di tulang iga dengan beberapa segmen lebih dari 1 segmen yang
mengakibatkan segmen yang patah menjadi melayang.
Ditandai dengan :
- Inspeksi : Pernapasan paradoksal
- Auskultasi : Anvesikuler
- Palpasi : adanya krepitasi/fraktur costae lebih dari 1 segmen, nyeri hebat

Penatalaksanaan :

- Posisikan pasien dengan posisi nyaman


- Pemberian Analgetik
- Beri bantuan pernapasan : intubasi/Pasang ETT
- Observasi penilaian AGD
c. Open Pneumotoraks
Adanya luka terbuka/menembus
- Inspeksi : Adanyajejas/luka. Sucking chest wound
- Perkusi : Dullness

Penatalaksanaan :

- Berikan posisi nyaman


- Tutup dengan kasa 3 sisi yang tidak boleh ditutup rapat, dengan kasa kedap
udara. Bila perlu lakukan chest tube observasi jumlah darah
d. Masif Hematoraks
Adanya penumpukan darah dicavum pleura
- Inspeksi : Asimetris pergerakan dada, adany jejas
- Auskultasi : Anvesikuler
- Perkusi : Redup/Dullness

Penatalaksanaan :

- Pemasangan chest tube/WSD di ICS 5 Mid Axilla observasi jubila >1500 cc


menjadi salah sat/u indikasi dilakukan thoracotomy yang menjadi massif
hematom dengan dilanjutkan untuk cito OP Torakotomi
e. Tamponade Jantung
Penumpukan darah pada cavumperkardial
Dengan ditandai: sesak, peningkatan JVP, Hipotensi, tanda-tanda syok.
Penatalaksanaan :
- Pertahankan ABC
- Lakukan Pericardio sintesis
- Resusitasi cairan
- Lakukan torakotomi
Pada Abdomen pemeriksaan :
Inspeksi : apakah ada distensi, kaji ukuran abdomen
Auskultasi : Bising usus
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan, distensi atau tidak, tegang.

3. Circulation dengan Kontrol Perdarahan


Perdarahan merupakan penyebab kematian pascatrauma dan pascabedah yang dapat
diatasi dengan terapi cepat di rumah sakit. Tindakan yang dapat dilakukan dengan cepat
pada sirkulasi hentikan perdarahan dapat dilakukan balut tekan, penekanan pada arteri
besar (Direct Presuare Point), cek tanda-tanda syok, pasang infus 2 jalur, looding,
Crossmatch: pemeriksaan golongan darah, rhesus,darah rutin, kimia darah, lakukan
resusitasi cairan dan pemasangan bidai/atasi perdarahan internal .
Hentikan perdarahan dapat dilakukan dengan tekan langsung pada titik perdarahan
ampuh jika luka mengenai vena, jika arteri dapat dilakukan point pressure tekan di suatu
titik untuk memperlambat dapat dilakukan elevasi, lalu hecting situation jika pada luka
sesuai kondisi. Perlu diperhatikan pada penghentian luka tententukan luka
tertutup/terbuka, jika benda tajam maka jangan dicabut, lakukan fiksasi.
Pada pasien amputasi dapat dilakukan dengan menghentikan dengan tourniquet,
bersihkan dan menaruh pada bagian yang putus dengan menaruh es pada plastic.
Cek tanda-tanda syok pada pasien , Ada 4 observasi dalam hitungan detik dapat
memberikan informasi mengenai keadaan hemodinamik yaitu :
 Tingkat kesadaran
 Warna kulit dan akral
Ditandai dengan akral dingin, kulit pucat
 Nadi
Nadi besar seperti arteri femoralis ataau artericarotis harus diperiksa bilateral untuk
kekuatan nadi, kecepatan dan irama. Jika terjadi shock maka nadinya akan kecil dan
cepat. Nadi yang tidak cepat, kuat dan teratur biasanya merupakan tanda
hipovolemia. Hal tersebut ditemukan pada nadi yang mengalami peningkatan pada
syok kelas 1 : <100x/menit, kelas 2 : 100-120x/menit , kelas 3: 121-140x/menit , dan
kelas 4 : >140 x/menit.
 Tekanan darah
Dengan dilakukan penilaian untuk tanda-tanda vital sesuai dengan kelas syok
ditemukan pada kelas syok 3 dan 4 mengalami penurunan Tekanan Darah.

Selain itu dapat ditemukan sesuai dengan kelas syok dari frekuensi pernafasan
yang mengalami peningkatan pada kelas 2 : 20 – 30 x/menit, kelas 3 : 31-40x/menit,
kelas 4 : 40x/menit. Dan seberapa banyak kehilangan darah (%volume darah) :kelas
1: <15%, kelas 2: 15-30%, kelas 3 : 31-40%, kelas 4: >40%. Pemberian Resusitasi
Cairan pasang infus 2 jalur dengan pemberian cairan Kristaloi, koloid, pemberian
Transfusi darah. Disesuaikan dengan penilaian
- Volume Darah Normal : BBX70
- Perkiraan kehilangan Darah : VDN X % Kehilangan Darah
- Resusitasi Cairan Kristaloid : 1 : 3 PKD
- Resusitasi Cairan Koloid : 1 kali pemberian
Pemberian Trasnfusi darah :
- Whole Blood (WH) : ∆ HB X BB X 6
- PRC : ∆ HB X BB X 3
Ket : ∆HB = HB optimal (10%gr) – HB pemeriksaan
4. Disability
Kemampuan pasien dapat dilihat berdasarkan GCS. E M V : Pasien bisa dikatakan
memiliki tingkat kesadaran tinggi apabila skornya mencapai 15. Sementara seseorang
dikatakan memiliki tingkat kesadaran rendah, apabila skornya hanya berjumlah 3.
a. Respon mata
- Apabila mata pasien terbuka secara spontan dengan berkedip tanpa tim medis
memberikan rangsangan, poin GCS yang didapat adalah 4.
- Apabila mata pasien terbuka ketika tim medis memberikan rangsangan verbal,
alias lewat suara atau perintah, maka skor GCS yang didapat adalah 3.
- Apabila mata mata pasien terbuka ketika tim medis memberikan rangsangan
nyeri, maka poin GCS yang didapat adalah 2.
- Apabila mata pasien tidak membuka sama sekali atau tetap tertutup rapat meski
tim medis sudah memberikan perintah dan  rangsangan nyeri, maka poin GCS
yang didapat adalah 1.
b. Suara
- Apabila pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh tim
medis dengan benar, maka poin GCS yang didapat adalah 5.
- Apabila pasien menunjukkan kebingungan, tetapi mampu menjawab pertanyaan
dengan jelas, maka poin GCS yang didapat adalah 4.
- Apabila pasien mampu diajak berkomunikasi tapi hanya mengeluarkan kata-kata
saja bukan kalimat yang jelas, maka poin GCS yang didapat adalah 3.
- Apabila pasien hanya mengerang atau mengeluarkan suara rintihan tanpa kata-
kata, maka poin GCS yang didapat adalah 2.
- Apabila pasien tidak mengeluarkan suara sama sekali, meski tim medis sudah
mengajak berkomunikasi atau merangsang ujung jarinya, maka poin GCS yang
didapat adalah 1.
c. Gerakan
- Apabila pasien mampu menuruti dua perintah berbeda dari tim medis, maka poin
GCS yang didapat adalah 6.
- Apabila pasien mampu mengangkat tangan ketika diberikan rangsangan nyeri di
area tersebut oleh tim medis, dan ia juga mampu menunjukkan titik mana yang
sakit, maka poin GCS yang didapat adalah 5.
- Apabila pasien mampu menghindar ketika tim medis memberi rangsangan nyeri,
namun tidak terarah ke titik nyeri maka poin GCS yang didapat adalah 4.
- Apabila pasien hanya melipat siku lengan saat diberi rangsangan nyeri, maka
poin GCS yang didapat adalah 3.
- Apabila pasien hanya dapat membuka siku lengan saat diberikan rangsangan
nyeri oleh tim medis, maka poin GCS yang didapatkan adalah 2.
- Apabila pasien tidak ada respon gerakan tubuh sama sekali meski tim medis
sudah memberikan rangsangan atau perintah, maka poin GCS yang didapat
adalah 1.

Selain GCS, Penilaian pupil sangat penting untuk mengetahui apakah ada
perdarahan dalam otak atau tidak. Dapat dilihat dengan adanya reaksi pupil terhadap
rangsangan cahaya, jika mengecil (Miosis) membesar (Midriasis), pergerakan pupil kiri
kanan sama (isokor), jika tidak sama kanan dan kiri (an isokor).
Cek kelamahan extremitas pada pasien dengan mengangkat kedua tangan dan kaki secara
bersamaan untuk menilai kelumpuhan
5. Exposure
Membuka pakaian pasien dan melakukan pemeriksaan head to toe untuk mencari
penyebab yang lainnya. Pemeriksaaan tubuh bagian belakang dapat dilakukan teknik log
rol. Pasien harus diselimuti untuk mencegah terjadinya hipotermi.
Lakukan Re-evaluasi pemeriksaan fisik pada Thorax, abdomen, pelvis, Tulang
extremitas, secara Head To toe.
6. Folley catheter
Pemasangan Cateter untuk observasi input dan output cairan pada klien, mengetahui
balance cairan. Hasil urine pertama dibuang karena hasil metabolisme yang sebelumnya.
Dengan urine normal pada dewasa : 0,5-1 cc/BB/KG. pada Anak 1 CC/kg/BB, pada Bayi
2 cc/kg/bb.
Dengan memperhatikan kontraindikasi pada pemasangan cateter : awasi tanda-tanda
rupture uretra
- Adanya perdarahan pada OUE
- Hematom pada scrotum pada laki-laki, pada perempuan pada perineum
- Pada rectal tuse didapattkan prostat melayang/tidak teraba

Maka, jika ditemukan tanda rupture uretra maka tidak dapat dilakukan pemasangan
cateter namun dilakukan Bloss Fungsi pada area 2-3 jari diatas simfisis pubis selanjutnya
dengan tindak operasi

7. Gastric Tube
Pasien emergency yang mengalami penurunan kesadaran akibat trauma dan
nontrauma sebaiknya dipasang NGT, khusus yang trauma NGT harus dipasang untuk
mengurangi distensi abdomen, dan pemberian obat dan nutrisi. Namun perlu diperhatikan
pada pasien dengan fraktur basis cranii yang tidak diperboleh memasanga melalui
Hidung namun dapat dipasangkan melalui Mulut (OGT). Observasi cairan setelah
terpasang.
8. Heart Monitor
Monitor EKG dipasang pada pasien trauma, observasi irama jantung, denyut jantung.
Re-evaaluasi harus dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang sudah
diberikan seperti Airway, Breathing, sirkulasi, dan disability.

Survei Sekunder :
1. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Head To Toe : ujung kepala hingga kaki (kepala,wajah,servikal,
Thoraks,Abdomen, Pelvis, Ekstremitas, Neurologis, IAPP, Kaji B T L S, logroll)
B : Perubahan Bentuk
T : adanya tumor/tidak
L : Ada luka /tidak
S : adanya rasa sakit/tidak
 Colok semua lubang (Finger in every orifice)
 Lakukan Anamnesa
a. Riwayat AMPLE (Allergic, Medication, Past Illness, Past Meal,
Event/Environtmen)
b. Tanyakan penyebab cedera
 Pemeriksaan Penunjang : dilakukan setelah pasien stabil (ABC aman), lakukan
rujukan dapat melakukan pemeriksaan Rontgen

Anda mungkin juga menyukai