Initial Assesment merupakan penilaian awal, dengan melakukan pengkajian pada pasien
yang menjadi prioritas kegawatdaruratan seperti mengalami cedera/trauma dan membutuhkan
pelayanan yang segera dan cepat. Tujuan melakukan penilaian awal aalah untuk mengidentifikasi
penyakit pasien dan menghindari kematian dengan prinsip “Do Not Futher Harm” yang
diartikan sebagai tidak menambah cedera tambahan. Dengan survey Primer dan survey
secondary. Penanganan pasien dalam 2 keadaan yaitu pra rumah sakit dan fase rumah sakit.
Dengan persiapan 3A dan persiapan tim.
Survey primer :
Penilaian ABCDEFGH
Jika terjadi kondisi yang mengancam nyawa pada pasien dengan Trauma Toraks
maka atasi permasalahan trauma toraks sebagai berikut :
a. Tension Pneumotoraks
Merupakan penempukan udara yang banyak dalam cavum pleura dengan ditandai
pada :
- Inspeksi : adanya jejas/luka, ekspansi dada asimetris
- Auskultasi : Anvesikuler , sura napas terdengar jauh/tidak terdengar
- Perkusi : Hipersonor
- Palpasi : Adanya nyeri tekan
Dengan tanda yang khas yaitu peningkatan/distensi vena Jugularis, deviasi trakea
kearah yang sehat.
Penatalaksanaan :
Dengan needle thoracosintesis dapat dilakukan di ICS 2 mid clavikula/dapat
dilakuka pada ICS 5 Mid Axilarry Dilanjutkan dengan pemasangan chest tube di
ICS 5 Mid Axilarry dengan Observasi jumlah cairan/udara yang keluar pada WSD.
b. Flail Chest
Keadaan patah di tulang iga dengan beberapa segmen lebih dari 1 segmen yang
mengakibatkan segmen yang patah menjadi melayang.
Ditandai dengan :
- Inspeksi : Pernapasan paradoksal
- Auskultasi : Anvesikuler
- Palpasi : adanya krepitasi/fraktur costae lebih dari 1 segmen, nyeri hebat
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan :
Selain itu dapat ditemukan sesuai dengan kelas syok dari frekuensi pernafasan
yang mengalami peningkatan pada kelas 2 : 20 – 30 x/menit, kelas 3 : 31-40x/menit,
kelas 4 : 40x/menit. Dan seberapa banyak kehilangan darah (%volume darah) :kelas
1: <15%, kelas 2: 15-30%, kelas 3 : 31-40%, kelas 4: >40%. Pemberian Resusitasi
Cairan pasang infus 2 jalur dengan pemberian cairan Kristaloi, koloid, pemberian
Transfusi darah. Disesuaikan dengan penilaian
- Volume Darah Normal : BBX70
- Perkiraan kehilangan Darah : VDN X % Kehilangan Darah
- Resusitasi Cairan Kristaloid : 1 : 3 PKD
- Resusitasi Cairan Koloid : 1 kali pemberian
Pemberian Trasnfusi darah :
- Whole Blood (WH) : ∆ HB X BB X 6
- PRC : ∆ HB X BB X 3
Ket : ∆HB = HB optimal (10%gr) – HB pemeriksaan
4. Disability
Kemampuan pasien dapat dilihat berdasarkan GCS. E M V : Pasien bisa dikatakan
memiliki tingkat kesadaran tinggi apabila skornya mencapai 15. Sementara seseorang
dikatakan memiliki tingkat kesadaran rendah, apabila skornya hanya berjumlah 3.
a. Respon mata
- Apabila mata pasien terbuka secara spontan dengan berkedip tanpa tim medis
memberikan rangsangan, poin GCS yang didapat adalah 4.
- Apabila mata pasien terbuka ketika tim medis memberikan rangsangan verbal,
alias lewat suara atau perintah, maka skor GCS yang didapat adalah 3.
- Apabila mata mata pasien terbuka ketika tim medis memberikan rangsangan
nyeri, maka poin GCS yang didapat adalah 2.
- Apabila mata pasien tidak membuka sama sekali atau tetap tertutup rapat meski
tim medis sudah memberikan perintah dan rangsangan nyeri, maka poin GCS
yang didapat adalah 1.
b. Suara
- Apabila pasien mampu menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh tim
medis dengan benar, maka poin GCS yang didapat adalah 5.
- Apabila pasien menunjukkan kebingungan, tetapi mampu menjawab pertanyaan
dengan jelas, maka poin GCS yang didapat adalah 4.
- Apabila pasien mampu diajak berkomunikasi tapi hanya mengeluarkan kata-kata
saja bukan kalimat yang jelas, maka poin GCS yang didapat adalah 3.
- Apabila pasien hanya mengerang atau mengeluarkan suara rintihan tanpa kata-
kata, maka poin GCS yang didapat adalah 2.
- Apabila pasien tidak mengeluarkan suara sama sekali, meski tim medis sudah
mengajak berkomunikasi atau merangsang ujung jarinya, maka poin GCS yang
didapat adalah 1.
c. Gerakan
- Apabila pasien mampu menuruti dua perintah berbeda dari tim medis, maka poin
GCS yang didapat adalah 6.
- Apabila pasien mampu mengangkat tangan ketika diberikan rangsangan nyeri di
area tersebut oleh tim medis, dan ia juga mampu menunjukkan titik mana yang
sakit, maka poin GCS yang didapat adalah 5.
- Apabila pasien mampu menghindar ketika tim medis memberi rangsangan nyeri,
namun tidak terarah ke titik nyeri maka poin GCS yang didapat adalah 4.
- Apabila pasien hanya melipat siku lengan saat diberi rangsangan nyeri, maka
poin GCS yang didapat adalah 3.
- Apabila pasien hanya dapat membuka siku lengan saat diberikan rangsangan
nyeri oleh tim medis, maka poin GCS yang didapatkan adalah 2.
- Apabila pasien tidak ada respon gerakan tubuh sama sekali meski tim medis
sudah memberikan rangsangan atau perintah, maka poin GCS yang didapat
adalah 1.
Selain GCS, Penilaian pupil sangat penting untuk mengetahui apakah ada
perdarahan dalam otak atau tidak. Dapat dilihat dengan adanya reaksi pupil terhadap
rangsangan cahaya, jika mengecil (Miosis) membesar (Midriasis), pergerakan pupil kiri
kanan sama (isokor), jika tidak sama kanan dan kiri (an isokor).
Cek kelamahan extremitas pada pasien dengan mengangkat kedua tangan dan kaki secara
bersamaan untuk menilai kelumpuhan
5. Exposure
Membuka pakaian pasien dan melakukan pemeriksaan head to toe untuk mencari
penyebab yang lainnya. Pemeriksaaan tubuh bagian belakang dapat dilakukan teknik log
rol. Pasien harus diselimuti untuk mencegah terjadinya hipotermi.
Lakukan Re-evaluasi pemeriksaan fisik pada Thorax, abdomen, pelvis, Tulang
extremitas, secara Head To toe.
6. Folley catheter
Pemasangan Cateter untuk observasi input dan output cairan pada klien, mengetahui
balance cairan. Hasil urine pertama dibuang karena hasil metabolisme yang sebelumnya.
Dengan urine normal pada dewasa : 0,5-1 cc/BB/KG. pada Anak 1 CC/kg/BB, pada Bayi
2 cc/kg/bb.
Dengan memperhatikan kontraindikasi pada pemasangan cateter : awasi tanda-tanda
rupture uretra
- Adanya perdarahan pada OUE
- Hematom pada scrotum pada laki-laki, pada perempuan pada perineum
- Pada rectal tuse didapattkan prostat melayang/tidak teraba
Maka, jika ditemukan tanda rupture uretra maka tidak dapat dilakukan pemasangan
cateter namun dilakukan Bloss Fungsi pada area 2-3 jari diatas simfisis pubis selanjutnya
dengan tindak operasi
7. Gastric Tube
Pasien emergency yang mengalami penurunan kesadaran akibat trauma dan
nontrauma sebaiknya dipasang NGT, khusus yang trauma NGT harus dipasang untuk
mengurangi distensi abdomen, dan pemberian obat dan nutrisi. Namun perlu diperhatikan
pada pasien dengan fraktur basis cranii yang tidak diperboleh memasanga melalui
Hidung namun dapat dipasangkan melalui Mulut (OGT). Observasi cairan setelah
terpasang.
8. Heart Monitor
Monitor EKG dipasang pada pasien trauma, observasi irama jantung, denyut jantung.
Re-evaaluasi harus dilakukan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang sudah
diberikan seperti Airway, Breathing, sirkulasi, dan disability.
Survei Sekunder :
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Head To Toe : ujung kepala hingga kaki (kepala,wajah,servikal,
Thoraks,Abdomen, Pelvis, Ekstremitas, Neurologis, IAPP, Kaji B T L S, logroll)
B : Perubahan Bentuk
T : adanya tumor/tidak
L : Ada luka /tidak
S : adanya rasa sakit/tidak
Colok semua lubang (Finger in every orifice)
Lakukan Anamnesa
a. Riwayat AMPLE (Allergic, Medication, Past Illness, Past Meal,
Event/Environtmen)
b. Tanyakan penyebab cedera
Pemeriksaan Penunjang : dilakukan setelah pasien stabil (ABC aman), lakukan
rujukan dapat melakukan pemeriksaan Rontgen