DIABETES MELITUS
Dosen Pembimbing :
Nama Mahasiswa :
Amanda Desvilianty
20.156.03.11.007
BEKASI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
A. LATAR BELAKANG
1. DEFINISI LANSIA
Pengertian lanjut usia menurut UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas baik
pria maupun wanita, masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang dan atau jasa ataupun tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada orang lain. Peningkatan harapan hidup akan
mempengaruhi terhadap peningkatan penambah usia seseorang. Penambah usia
seseorang yang akan berakhir menjadi proses penuaan Aging (Ekasari et al., 2018).
Proses penuaan ditandai dengan penurunan fungsi bilogis, psikologis dan sosial.
Penurunan tidak hanya dilihat dari kemampuan fisiknya tetapi juga kemampuan sosial
dan psikologis (Mubarak 2010 dikutip dalam Prabasari et al., 2017) menjelaskan
pertambahan usia akan terjadi perubahan struktur dan fisiologis dari berbagai sel,
jaringan, organ dan sistem pada manusia itu di mana akan terjadi kemunduran fisik
dan psikis.
Dalam beberapa penelitian dikatakan seorang lansia tidak hanya terpaut pada segi
usia namun menunjukkan peran fungsi dan tugas-tugas nya yang telah dilalui selama
kehidupannya dalam melalui berbagai tahap perkembangan hingga sebagai orang tua
itu sudah terpenuhi. (Prabasari et al., 2017)
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi menjelaskan bawah pada seorang Lansia yang sudah mengalami
pensiunan kemunduran dalam mencari nafkah sehingga sering ditemukan dalam
kondisi ekonomi rendah yang akan berpengaruh pada kemampuannya untuk
melakukan skrining kesehatan ataupun biaya pengobatan adanya kendala.
b. Faktor Keluarga
Terkaitan adanya kelengkapan Keluarga yang ada sebagai bagian factor
kesehatan lansia. Ditinjau dari tempat tinggal, Bersama siapa tinggal atau hidup
dengan adanya keluarga lebih dapat memperhatikan kesehatan terkait kondisi
lansia akan lebih terjaga kondisi kesehatan dan psikologi lansia tersebut
dibandingkan yang tidakkelengkapan keluarga
c. Faktor Biologis
Secara factor biologi adalah penduduk yang telah menjalani proses penuaan,
dalam arti menurunnya daya tahan fisik uang ditandai dengan semakin rentannya
tubuh terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
Di dalam struktur ekstra seluler terdapat jaringan pengikat yang mengeras yang
meyebabkan hambatan dalam sirkulasi dan nutrisi. Asupan nutrisi lansia akan
berpengaruh pada proses metabolisme tubuh yang nantinya juga berpengaruh
pada kesehatan
d. Faktor Pengetahuan
Lansia yang memiliki pengetahuan baik mengenai pentingnya menjaga
kesehatan akan berupaya untuk terus menjaga kesehatannya walaupun sudah tua.
a. Identitas yang berisi nama, usia, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, tempat
tinggal, status perkawinan, agama, suku, tanggal pengkajian
b. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi yang meliputi pekerjaan saat ini,
pekerjaan sebelumnya, sumber pendapatan
Diagnosa yang didapatkan pada asuhan keperawatan pada lansia kelolaan Ny.
T di Desa Karangsatria Kecamatan Tambun Utara Bekasi 2021 yaitu sebagai
berikut :
a. Nyeri Akut
b. Gangguan Proses Keluarga
c. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
d. Resiko Jatuh
5. Perencanaan (Intervensi)
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien
yang dapat disusun sesuai dengan referensi NIC, SLKI.
6. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2011 yang dikutip
dalam Varena, 2019).
7. Evaluasi
Menurut Nursalam, (2011) yang dikutip dalam (Varena, 2019), evaluasi
keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai
dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi sumatif
Merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan
SOAP.
1. DEFINISI
Kriteria diagnostik gula darah menurut Shanty (2011, p. 25 yang dikutip dalam
Rohmah, 2018).
Berdasarkan tipe diabetes mellitus terdapat beberapa tipe yaitu sebagai berikut :
4. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko yang dapat berpengaruh pada peningkatan kejadian DM antaranya
yaitu: (Kasumayanti & Rahayu, 2019)
a. Gaya hidup
b. Obesitas (kegemukan)
c. Kurangnya aktivitas fisik
d. Pola makan yang tidak sehat
Pola makan yang tidak sehat merupakan salah satu penyebab utama
penyakit diabetes mellitus. Perubahan dan perilaku masyarakat sekarang untuk
pola makan banyak yang mengarah pada makanan-makan instan atau cepat saji
karna lebih mudah di dapatkan dan dengan kandungan tinggi energi, lemak dan
rendah serat, berkontribusi besar pada peningkatan prevalensi.
e. Usia (>65 tahun terjadinya resistensi insulin)
f. Riwayat keluarga
5. PATOFISIOLOGI
a. Diabetes Tipe I
Pada Diabetes Melitus Tipe I terdapat kekurangan insulin absolut sehingga
pasien membutuhkan suplai insulin dari luar.keadaan ini disebabkan oleh lesi
pada sel beta pankreas karena mekanisme autoimun yang pada keadaan tertentu
dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan dapat
ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau (antibodi sel langerhans) dan
insulin. Setelah merusak sel beta, antibodi sel langerhans menghilang. Namun
saat sel beta pankreas telah dirusak maka produksi insulin juga akan mengalami
gangguan. Dimana sel beta pankreas tidak akan dapat memproduksi insulin
sehingga akan terjadi defisiensi insulin. Maka akan terjadi hiperglikemia dimana
glukosa akan meningkat di dalam darah sebab tidak ada yang membawa masuk
glukosa ke dalam sel (Silbernalg, 2014).
b. Diabetes Tipe II
Pada DM tipe II (DM yang tidak tergantung insulin (NIDDM), sebelumnya
disebut dengan DM tipe dewasa) hingga saat ini merupakan diabetes yang paling
sering terjadi. Pada tipe ini, disposisi genetik juga berperan penting. Namun
terdapat defisiensi insulin relatif; pasien tidak mutlak bergantung pada suplai
insulin dari luar. Pelepasan insulin dapat normal atau bahkan meningkat, tetapi
organ target memiliki sensitifitas yang berkurang terhadap insulin.
Sebagian besar pasien DM tipe II memiliki berat badan berlebih. Obesitas
terjadi karena disposisi genetik, asupan makanan yang terlalu banyak, dan
aktifitas fisik yang terlalu sedikit. Ketidakseimbangan antara suplai dan
pengeluaran energi meningkatkan konsentrasi asam lemak di dalam darah. Hal ini
selanjutnya akan menurunkan penggunaan glukosa di otot dan jaringan lemak.
Akibatnya, terjadi resistensi insulin yang memaksa untuk meningkatan pelepasan
insulin. Akibat regulasi menurun pada reseptor, resistensi insulin semakin
meningkat. Obesitas merupakan pemicu yang penting, namun bukan merupakan
penyebab tunggal Diabetes Tipe II.
Penyebab yang lebih penting adalah adanya disposisi genetik yang
menurunkan sensitifitas insulin. Sering kali, pelepasan insulin selalu tidak pernah
normal. Beberapa gen telah di identifikasi sebagai gen yang menigkatkan
terjadinya obesitas dan DM tipe II. Diantara beberapa faktor, kelaian genetik pada
protein yang memisahkan rangkaian di mitokondria membatasi penggunaan
substrat. Jika terdapat disposisi genetik yang kuat,
Penurunan sensitifitas insulin terutama mempengaruhi efek insulin pada
metabolisme glukosa, sedangkan pengaruhnya pada metabolisme lemak dan
protein dapat dipertahankan dengan baik. Jadi, Diabetes Tipe II cenderung
menyebabkan hiperglikemia berat tanpa disertai gangguan metabolisme lemak
(Silbernalg, 2014).
5. PATHWAY DIABETES MELLITUS
6. MANIFESTASI DIABETES MELITUS
Pasien dengan diabetes melitus beresiko terjadi komplikasi baik bersifat akut
maupun kronis diantaranya :
a. Komplikasi akut
- Koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya terjadi
pada NIDDM.
- Ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak dan
protein terutama terjadi pada IDDM.
- Koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak terkontrol.
b. Komplikasi kronis
- Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-organ yang
mempunyai pembuluh darah kecil.
- Retinopati diabetika (kerusakan saraf retina dimata) sehingga mengakibatkan
kebutaan.
- Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer) mengakibatkan baal atau
gangguan sensoris pada organ tubuh.
- Nefropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal) dapat mengakibat kan
gagal ginjal.
c. Makroangiopati
- Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard infark maupun
gangguan fungsi jantung karena arteriskelosis.
- Penyakit vaskuler perifer.
- Gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke.
d. Gangren diabetika karena adanya neuroati dan terjadi luka yang tidak sembuh-
sembuh.
e. Disfungsi erektil diabetika. Angka kematian dan kesakitan dari diabetes terjadi
akibat komplikasi seperti karena :
- Hiperglikemia atau hipoglikemia
- Meningkatnya resiko infeksi
- Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati
- Komplikasi neurofatik
- Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner, stroke.
2015):
a. Diet
Diet adalah pilar utama pada penalataksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan
yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama
pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin
Latihan atau olagraga sangat di butuhkan bagi penderita diabetes melitus krena
terdapat efek yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dianjurkan latihan
secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya
c. Pendidikan Kesehatan
hipoglikemik
C. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Masa orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan maksud dan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak tempat dan waktu
2. Masa kerja
a. Menanyakan data umum klien meliputi nama, umur, agama, pekerjaan dan alamat
b. Menanyakan riwata kesehata klien saat ini dan yang lalu, serta riwayat kesehatan
keluarga klien
c. Mengkaji pola persepsi pemeliharaan kesehatan klien
d. Mengkaji pola aktivitas/latihan yang dapat dilakukan klien
e. Mengkaji pola nutrisi klien
f. Mengkaji pola eliminasi klien
g. Mengkaji pola istirahat/tidur klien
h. Melakukan pemeriksaan fisik klien
i. Mengkaji pola persepsi dan kognitif klien
j. Mengkaji pola konsep diri klien
k. Mengkaji pola kasih sayang klien
l. Mengkaji pola hubungan dan peran klien
m. Mengkaji pola kepercayaan klien
n. Mengkaji keadaan lingkungan klien
3. Terminasi
a. Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
b. Mengucapkan salam
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Topik : Covid 19
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah pemberian edukasi mengenai COVID 19 diharapkan Ny T dan keluarga
dapat menerapkan pencegahan penyakit COVID 19.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan COVID 19 , diharapkan Ny T beserta keluarga
dapat :
a. Menyebutkan definisi covid 19
b. Menyebutkan gejala covid 19
c. Menyebutkan cara penularan
d. Menyebutkan cara pencegahan
3. Pokok Materi
a. Definisi COVID 19
b. Tanda gejala COVID 19
c. Cara penularan COVID 19
d. Pencegahan COVID19
4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi
5. Media
a. Lembar Balik
B. IMPLEMENTASI
1. Strategi pelaksanaan :
C. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Media telah disiapkan
b. Kontak waktu sudah disepakati
c. Mahasiswa hadir tepat waktu
2. Evaluasi Proses
a. Mahasiswa mengevaluasi kembali materi yang telah disampaikan dan
menjelaskan kembali materi yang belum dimengerti
b. Mahasiswa mendemonstrasikan cara-cara pencegahan : mencucui tangan, etika
batuk , memakai masker
c. Media digunakan dengan baik dan tepat
3. Evaluasi Hasil
a. 60% Keluarga dan Ny T mampu menyebutkan pengertian Stroke
b. 75% Keluarga dan Ny T mampu menyebutkan tanda dan gejala serta perjalanan
penyakit COVID 19
c. 75% keluarga dapat mengikuti cara pencegahan COVID 19
DAFTAR PUSTAKA
Diah Krisnatuti, Rina Yenrina, dan D. R. (2014). Diet Sehat untuk penderita Diabetes Mellitus
(F. Ainurrohman (ed.); Edisi Revi). Penebar Swadaya.
Dyah Restuning. (2015). Efektifitas Edukasi Diabetes dalam Meningkatkan Kepatuhan
Pengaturan Diet pada Diabetes Melitus Tipe 2. 15(1), 37–41.
Ekasari, M. F., Riasmini, N. M., & Hartini, T. (2018). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di
Indonesia. In Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia, Konsep dan berbagai Strategi
Invertensi. Wineka Media.
Fatimah, R. N. (2015). DIABETES MELITUS TIPE 2. 4, 93–101.
Ii, B. A. B., & Teori, A. U. (2017). TINJAUAN PUSTAKA. 2012, 10–26.
Kasumayanti, E., & Rahayu, B. (2019). HUBUNGAN MOTIVASI DIRI DAN DUKUNGAN
TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN DIET PENDERITA DM TIPE 2. 3(23),
39–49.
Kholifah, siti N. (2016). keperawatan Gerontik. Modul Bahan Cetak Keperawatan, 112.
Prabasari, N. A., Juwita, L., & Maryuti, I. A. (2017). Pengalaman Keluarga dalam Merawat
Lansia di Rumah (Studi Fenomenologi). Jurnal Ners Lentera, 5(1), 56–68.
Rohmah, A. Z. (2018). Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan Dm Pada
Ny.H Di Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Selatan Kota Magelang Kti. In Journal of
Materials Processing Technology (Vol. 1, Issue 1).
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.powtec.2016.12
.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet
.2019.04.024%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.doi.org/10.101
6
Varena, M. (2019). Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Tn. Z dengan Diabetes
Melitus di Ruang Rawat Inap Ambun Suri Lantai 3 Rs. DR. Ahmad Mochtar BukitTinggi
2019.