Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TN.S DENGAN MASALAH UTAMA : RESIKO PERILAKU KEKERASAN

RUANG DELIMA

DOSEN PEMBIMBING :

Ibu Ns., Riris M.Kep., Sp.Kep J

DISUSUN OLEH :
Amanda Desvilianty
201560311007

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MEDISTRA INDONESIA PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN TN.S DENGAN MASALAH UTAMA RESIKO PERILAKU KEKERASAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Resiko perilaku kekerasan
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Definisi
Perilaku kekerasan menurut Keliat (2011 dalam Nurhalimah, 2016)) adalah suatu
bentuk perilaku yang bertujuan unuk melukai seseorang dapat secara fisik
maupun psikologis. Yang diperlihatkan oleh individu dapat berupa bentuk suatu
ancaman fisik, emosional ataupun seksual yang ditunjukkan pada orang lain
maupun pada diri sendiri (Herdman, 2012 dalam Nurhalimah, 2016)
B. Faktor predisposisi
1. Faktor biologis
Meliputi herediter suatu keturunan atau Riwayat keluarga dengan
berperilaku sering memperlihatkan kekerasan, Riwayat keluarga dengan
gangguan jiwa, Riwayat penyakit, Riwayat penggunaan NAPZA.
Dalam kasus ditemukan bahwa klien Tn. S memiliki Riwayat dari paman
nya yang memiliki gejala marah yang serupa sehingga klien menjadi sempat
menyaksikan paman nay tersebut berperilaku amuk, selain itu dari klien
memiliki Riwayat mengkonsumsi alcohol.
2. Psikologis
Pengalaman yang terjadi akibat adanya rangsangan dari luar dalam maupun
lingkungan yang menimbulkan respon psikologis . hasil dari frustasi, tidak
mencapai sesuatu merasa gagal sehingga timbul Tindakan destruktif
Dalam pengkajian yang ditemukan dalam Tn. S adanya timbul akibat
pemenuhan kebutuhan yang tidak dipenuhi oleh ibu nya . yang mengakibatkan
dalam dirinya klien terjadi nya pengekangan yang mengakibatkan klien
merasa tidak puas yang dikuncikan dalam kamar sehingga berperilaku marah
meluapkan emosi yang t dan hingga membenci ibunya.
3. Sosiokultular
Lingkungan berpengaruh terhadap perilaku marah seseorang bagaimana
mengexpresikan marahnya serta budaya dalam masing-masing individu yang
mendukung respon marah dapat bersifat agresif atau asertif. Menjadi korban
kekerasan, kurangnya kontrol lingkungan (norma) yang mengabkibatkan
terjadinya pembenaran terkait kekerasan.
Dalam pengkajian ditemukan bahwa klien memiliki lingkungan yang
terpapar dengan perilaku kekerasan sejak SMP saat ia tinggal dengan paman
nya yang mengalami penyakit yang serupa dengan klien dengan menyaksikan
perbuatan tersebut klien menjadi factor resiko akan meniru perbuatan
pamannya tersebut.
Faktor sosial yang dapat timbulnya agresivitas yang maladaptive sebagai
berikut (Yusuf et al., 2015:132) :
a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup
b. Status perkawinan
c. Single parent
d. Pengangguran
e. Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan struktukk
keluarga
C. Faktor presipitasi
Dapat disebabkan secara dalam (Internal) maupun Luar (external) yaitu sebagai
berikut (Yusuf et al., 2015:133):
1. Internal seperti : adanya kelemahan, rasa percaya menurun , takut sakit,
Hilang Kontrol
2. External seperti : sebagai korban dari penganiaayan fisik, kehilangan orang
yang dicintai, dan kritik
D. Rentang Respon Marah
Marah yang dialami memiliki rentang dari respon adaptif hingga maladatif

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk


Bagan. Rentang Respons Marah (Yusuf et al., 2015)
Keterangan :
Kemarahan terjadi akibat perasaan-perasaan frustasi yang dialami klien sehingga
meninimbulkan respon pasif dan melarikan diri/respon melawan dan menentang
hingga respon maladaftif yaitu agresif-kekerasan.
a. Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang
lain dan memeberikan orang lain dan ketenangan
b. Frustasi : Individu yang gagal mencapai tujuan kepuasaan saat marah dan
tidak dapat menemukan alternatif
c. Pasif : Perilaku dimana seseorang tidak mampu mengungkapkan
perasaan sebagai usah adalam mempertahankan haknya
d. Agresif : Memperlihatkan permusuhan, keras, dan menuntut, mendekati
orang lain dengan ancaman memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai
orang lain. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak
melukai orang lain
e. Amuk/kekerasan : perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain
secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai meluka
pada tingkat ringan, dan yang paling berat melukai/merusak secara serius.
Klien tidak mampu mengendalikan diri/ hilang kontrol
III. Pohon Masalah
Secara umum :
Effect

Resiko mencederai diri


sendiri, orang lain dan
lingkungan.

Perilaku Kekerasan

Harga diri rendah


Bagan. Pohon Masalah Resiko perilaku kekerasan.
Sumber : (Yusuf et al., 2015)

Yang ditemukan pada klien Tn. S :

Effect
DEFISIT
PERAWATAN DIRI ISOLASI SOSIAL

Core Problem

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Causa

HALUSINASI

Disebutkan bahwa dari pohon masalah diatas yang secara umum


merupakan penyebabnya adalah Harga Diri Rendah namun pada klien tidak
menjadi prioritas masalah klien yang saat ini rasakan/ ditemukan. Pada Klien
Tn. S yang menjadi kemungkinan menjadi penyebab perilaku kekerasan pada
Klien dapat salah satu penyebab kondisi klien disertai mengalami halusinasi
yang dimana klien berbicara sendiri, komat-kamit, serta mendengar/melihat
sesuatu melihat pandangan pada suatu hal saja. yang berkemungkinan
Halusinasi tersebut dapat menyuruh klien yang berbahaya untuk berperilaku
kekerasan yang dilakukan klien.
Sehingga klien menjadi seseorang yang tidak ingin berbicara oleh orang
lain, muka datar, jarang berinteraksi, malas untuk melakukan interaksi
dikarenakan klien mengatakan bahwa klien menjadi malas berinteraksi
dikarenakan perilaku klien sendiri yang kadang hilang kontrol yang dapat
menjadi kehadirannya menakuti orang lain. Sehingga ia berlarut-larut dalam
menyediri sehingga berefek kepada perawatan diri klien yang mengatakan
malas untuk mandi, kuku Panjang, rambut kotor, rambut kusut, pakaian kotor,
makan dan minum berserakan hingga BAB/BAK tidak pada tempatnya
Hal tersebut terkait gangguan persepsi sensori : Halusinasi (Causa) dapat
menjadi sebuah berhubungan dengan muncul RPK yang menjadi permasahan
saat ini (masalah utama) dan menjadi prioritas utama perumusan diagnose
keperawatan jiwa serta Isolasi Sosial, begitupun Isolasi Sosial dapat
berhubungan dengan terjadinya Defisit Perawatan Diri yang ditemukan pada
klien TN.S (effect)
Berkaitan dengan rentang respon Neurobiologis pada respon Maladatif
yang dapat pula sebagai indikasi pada klien Tn. S
IV. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
Masalah keperawatan yang dapat ditemukan jika berdasarkan pohon
masalah yaitu : Resiko perilaku kekerasan, perilaku kekerasan sebagai masalah
utama, Halusinasi sebagai penyebab dan Isolasi sosial sebagai akibat.
Data yang perlu dikasi untuk perilaku kekerasan dapat dari ungkapan
pasien serta hasil observasi sebagai dukungan : data subjektif dari klien yaitu
Klien mengatakan dengan kata-kata berupa ancaman yang berupa ingin
memukul ibu nya karena keinginan nya tidak dipenuhi ngkapan, Data objektif :
Wajah memerah dan tegang , Pandangan tajam, Rahang mengatup dengan kuat
, Mengepalkan tangan , Bicara kasar, Intonasi suara tinggi, menjerit atau
berteriak , Menendang pintu.
Untuk pengkajian halusinasi didapatkan dari data subjektif klien : klien
mengatakan mendengar suara-suara serta melihat bayangan dirinya yang
kadang ia rasakan ada dua dalam dirinya, data objektif : klien tampak
berbicara, komat kamti, tersenyyum sendiri.
Pengkajian Isolasi sosial didapatkan bahwa klien mengatakan malas untuk
berinteraksi menari dir, sulit untuk berhubungan dengan orang lain data
objektif : klien tampah ekspresi datar,menyendiri. Maka dari data subjektif dan
objektif pada klien sehingga perumusan diagnose klien Tn. S dapat dirumuskan
penegakan diagnosa yang menjadi sebuah prioritas penulis menegakkan
masalah utama nya adalah Resiko Perilaku Kekerasan.
V. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat disesuaikan dengan DS dan DO yang
didaptkan sesuai dengan pasien ditemukan yang sering muncul pada pasien
resiko perilaku kekerasan adalah : perilaku kekerasan, Resiko perilaku
kekerasan, HDR.
Sedangkan yang ditemukan pada klien Tn. S yaitu Resiko perilaku
kekerasan, Halusinasi, Isolasi sosial, dan Defisit Perawatan Diri
VI. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Tindakan keperawatan untuk mengatasi resiko perilaku kekerasan
dilakukan terhadap pasien dan keluarga :
1. Tindakan keperawatan untuk pasien resiko perilaku kekerasan
Tujuan : Pasien diharapkan mampu :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Pasien dapat menyebutkan penyebab marah
c. Menjelaskan perasaan saat penyebab marah/perilaku kekerasan
d. Menjelaskan perilaku yang dilakukan saat marah
e. Menyebutkan cara mengontrol rasa marah/perilaku kekerasan
f. Melakukan kegiatan fisik dalam menyalurkan kemarahan
g. Memakan obat secara teratur
h. Berbicara yang baik saat marah
i. Melakukan kegiatan ibadah untuk mengendalikan rasa marah
Tindakan keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Diskusikan Bersama pasien penyebab rasa marah saat ini dan yang
pernah terjadi
c. Diskusikan tanda-tanda pada pasien jika terjadi perilaku kekerasan
1) Diskusikan dan dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
2) Diskusikan dan dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
3) Diskusikan dan dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
4) Diskusikan dan dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
5) Diskusikan dan dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
d. Diskusikan Bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
pada saat marah cara : verbal
1) Terhadap orang lain
2) Terhadap diri sendiri
3) Terhadap lingkungan
e. Diskusikan Bersama pasien akibat yang ditimbulkan perilaku kekerasan
f. Diskusikan Bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
1) Fisik : Tarik nafas dalam, pukul Kasur dan bantal
2) Patuh minum obat
3) Sosial/verbal : bicara yang baik : mengungkapkan, menolak, dan
meminta rasa marahnya
4) Spiritual : beribadah sesuai dengan keyakinan : sholat, berdoa,
wudhu.
g. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dan membuat jadwal dari
kegiatan tersebut
2. Tindakan untuk keluarga :
Tujuan : keluarga mampu :
a. Mengenal masalah resiko perilaku kekerasan
b. Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien resiko perilaku
kekerasan
c. Merawat pasien resiko perilaku kekerasan dengan mengajarkan dan
mendampingi pasien berinteraksi secara bertahap, berbicara saat
melakukan kegiatan rumah tangga dn kegiatan sosial
d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif agar pasien mampu
berinteraksi dengan lingkungan sekitar
e. Mengenal tanda kekambuhan dan mencari kef aske
f. Keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar
kemampuan pasien resiko perilaku kekerasan dapat mengatasi masalah.
Tindakan keperawatan pada keluarga :

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam selama perawatan klien


b. Menjelaskan pengertian, tanda gejala , proses terjadinya masalah
perilaku kekerasan
c. Melatih keluarga cara merawat resiko perilaku kekerasan
d. Membimbing keluarga merawat resiko perilaku kkekerasan
e. Melatih mecniptkan suasasana keluarga serta lingkungan yang
mendukung
f. Meendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan
rujukan ke faskes
g. Menganjurkan untuk memeriksakanan atau follow up kef askes secara
rutin.

*Rencana Keperawatan Halusinasi, Isolasi Sosial, dan Defisit Perawatan


Diri (Terlampir dalam NCP)

Anda mungkin juga menyukai