DI SUSUN OLEH :
HORY MAULANA
HUSNUL YAKIN
IQADATUL ISLAMIYAH
KHAIRUNNISSYAH SULBI
MATARAM
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun namun ada juga yang baru berusia
11-12 tahun sudah menderita Skizofrenia. Apabila penduduk Indonesia sekitar 200
juta jiwa maka diperkirakan sekitar 2 juta jiwa menderita Skizofrenia, dimana
perilaku kekerasan, halusinasi, menarik diri, harga diri rendah, waham, bunuh diri,
masalah yang berbeda dan sehingga dibutuhkan penanganan yang berbeda pula.
Ketujuh masalah itu dipandang sama pentingnya, antara masalah satu dengan
keadaan dimanan seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara
2
Walau demikian meskipun perilaku kekerasan kadang bernilai negative tapi
tetap ada karena sebenarnya marah juga berguna yaitu untuk meningkatkan energi
yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan akan mempersulit diri sendiri dan
Hal ini melihat fenomena-fenomena diatas baik gejala yang muncul / akibat
dari masalah itu sendiri yang akhirnya mengurangi produktifitas pasien. Untuk itu
Askep yang professional pada pasien perilaku kekerasan sangat diharapkan oleh
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dari perilaku kekerasan ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pasien perilaku kekerasan ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui konsep dari perilaku kekerasan
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pasien perilaku ekeraan
3
BAB II
TINJAUAN MATERI
PERILAKU KEKERASAN
A. Masalah Utama:
Perilaku kekerasan/amuk.
B. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
4
Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor
predisposisi yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami oleh
individu :
a. Psikologis; kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk.
b. Perilaku, reinforcement yang diteima ketika melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi
perilaku kekerasan
c. Sosial budaya; budaya tertutup, control sosial yang tidak pasti terhadap
perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima
d. Bioneurologis; kerusakan sistem limbic, lobus frontal/temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmiser
Faktor presipitasi
Bersumber dari klien (kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya
diri kurang), lingkungan (ribut, padat, kritikan mengarah penghinaan, kehilangan
orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan) dan interaksi dengan orang
lain( provokatif dan konflik).
( Budiana Keliat, 2004)
2. Penyebab
Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku
kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri
dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gejala Klinis
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
( Budiana Keliat, 1999)
1. Agresif
Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain
dengan ancaman, memberika kata-kata ancaman tanpa niat melukai.
Umumnya klien masih dapat mengontrol perilakunya untauk tidak
melukai orang lain.
2. Kekerasan
Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi
kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan
yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak
mampu mengendalikan diri
4. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya
bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain,
memecahkan perabot, membakar rumah dll.
6
D. 1. Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan/amuk
7
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Obyektif
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
3. Gangguan harga diri : harga diri rendah
1). Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan defenisi ini maka perilaku
kekerasan dapat delakukan secara verbal, diarahkna kepada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang
perilaku berikut ini :
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda/orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah/mengontrol perilaku kekerasan
Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku kekerasan.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak
melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum
mempunyai kemampuan untuk mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut.
Diagnosa yang berlaku pada gangguan ini adalah risiko perilaku kekerasan.
9
10
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Perencanaan
Tgl No Dx Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
………………… TUM: …………..
b.d. Perilaku ………………….
Kekerasan ………………….
TUK:
1. Klien dapat 1. Klien menunjukkan tanda-tanda percaya 1. Bina hubungan saling percaya
membina kepada perawat: dengan:
hubungan o Wajah cerah, tersenyum Beri salam setiap
saling percaya o Mau berkenalan berinteraksi.
o Ada kontak mata Perkenalkan nama, nama
o Bersedia menceritakan perasaan panggilan perawat dan
tujuan perawat berkenalan
Tanyakan dan panggil nama
kesukaan klien
Tunjukkan sikap empati, jujur
dan menepati janji setiap kali
berinteraksi
Tanyakan perasaan klien
11
dan masalah yang dihadapi
klien
Buat kontrak interaksi yang
jelas
Dengarkan dengan penuh
perhatian ungkapan
perasaan klien
2. Klien dapat 2. Klien menceritakan penyebab perilaku 2. Bantu klien mengungkapkan
mengidentifikasi kekerasan yang dilakukannya: perasaan marahnya:
penyebab perilaku o Menceritakan penyebab perasaan Motivasi klien untuk
kekerasan yang jengkel/kesal baik dari diri sendiri menceritakan penyebab rasa
dilakukannya maupun lingkungannya kesal atau jengkelnya
Dengarkan tanpa menyela
atau memberi penilaian
setiap ungkapan perasaan
klien
12
mengidentifikasi o Jenis-jenis ekspresi kemarahan yang kekerasan yang dilakukannya
jenis perilaku selama ini telah dilakukannya selama ini:
kekerasan yang o Perasaannya saat melakukan Motivasi klien menceritakan
pernah kekerasan jenis-jenis tindak kekerasan
dilakukannya o Efektivitas cara yang dipakai dalam yang selama ini permah
menyelesaikan masalah dilakukannya.
Motivasi klien menceritakan
perasaan klien setelah tindak
kekerasan tersebut terjadi
Diskusikan apakah dengan
tindak kekerasan yang
dilakukannya masalah yang
dialami teratasi.
5. Klien dapat 5. Klien menjelaskan akibat tindak kekerasan 5. Diskusikan dengan klien akibat
mengidentifikasi yang dilakukannya negatif (kerugian) cara yang
akibat perilaku o Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll dilakukan pada:
kekerasan o Orang lain/keluarga : luka, Diri sendiri
tersinggung, ketakutan, dll Orang lain/keluarga
o Lingkungan : barang atau benda Lingkungan
rusak dll
6. Klien dapat 6. Klien : 6. Diskusikan dengan klien:
mengidentifikasi o Menjelaskan cara-cara sehat Apakah klien mau
cara konstruktif mengungkapkan marah mempelajari cara baru
dalam mengungkapkan marah yang
mengungkapkan sehat
kemarahan Jelaskan berbagai alternatif
pilihan untuk
mengungkapkan marah
selain perilaku kekerasan
yang diketahui klien.
Jelaskan cara-cara sehat
untuk mengungkapkan
marah:
Cara fisik: nafas dalam,
13
pukul bantal atau kasur,
olah raga.
Verbal: mengungkapkan
bahwa dirinya sedang
kesal kepada orang lain.
Sosial: latihan asertif
dengan orang lain.
Spiritual:
sembahyang/doa, zikir,
meditasi, dsb sesuai
keyakinan agamanya
masing-masing
7. Klien dapat 7. Klien memperagakan cara mengontrol 7. 1. Diskusikan cara yang mungkin
mendemonstrasikan perilaku kekerasan: dipilih dan anjurkan klien
cara mengontrol o Fisik: tarik nafas dalam, memukul memilih cara yang mungkin
perilaku kekerasan bantal/kasur untuk mengungkapkan
o Verbal: mengungkapkan perasaan kemarahan.
kesal/jengkel pada orang lain tanpa 7.2. Latih klien memperagakan cara
menyakiti yang dipilih:
o Spiritual: zikir/doa, meditasi sesuai Peragakan cara
agamanya melaksanakan cara yang
dipilih.
Jelaskan manfaat cara
tersebut
Anjurkan klien menirukan
peragaan yang sudah
dilakukan.
Beri penguatan pada klien,
perbaiki cara yang masih
belum sempurna
7.3. Anjurkan klien menggunakan
cara yang sudah dilatih saat
marah/jengkel
8. Klien mendapat 8. Keluarga: 8.1. Diskusikan pentingnya peran
14
dukungan keluarga o Menjelaskan cara merawat klien serta keluarga sebagai
untuk mengontrol dengan perilaku kekerasan pendukung klien untuk
perilaku kekerasan o Mengungkapkan rasa puas dalam mengatasi perilaku kekerasan.
merawat klien 8.2. Diskusikan potensi keluarga
untuk membantu klien
mengatasi perilaku kekerasan
8.3. Jelaskan pengertian, penyebab,
akibat dan cara merawat klien
perilaku kekerasan yang dapat
dilaksanakan oleh keluarga.
8.4. Peragakan cara merawat klien
(menangani PK )
8.5.Beri kesempatan keluarga
untuk memperagakan ulang
8.6. Beri pujian kepada keluarga
setelah peragaan
8.7. Tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang
dilatihkan
9. Klien menggunakan 9. Klien menjelaskan: 9.1. Jelaskan manfaat
obat sesuai o Manfaat minum obat menggunakan obat secara
program yang telah o Kerugian tidak minum obat teratur dan kerugian jika tidak
ditetapkan o Nama obat menggunakan obat
o Bentuk dan warna obat 9.2. Jelaskan kepada klien:
o Dosis yang diberikan kepadanya Jenis obat (nama, wanrna
o Waktu pemakaian dan bentuk obat)
Dosis yang tepat untuk klien
o Cara pemakaian
Waktu pemakaian
o Efek yang dirasakan
Cara pemakaian
10. Klien menggunakan obat sesuai program Efek yang akan dirasakan
klien
9.3. Anjurkan klien:
Minta dan menggunakan
obat tepat waktu
15
Lapor ke perawat/dokter jika
mengalami efek yang tidak
biasa
Beri pujian terhadap
kedisplinan klien
menggunakan obat.
16
C. Tindakan keperawatan
Tindakan Keperawatan Untuk pasien
Tujuan :
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
social dan dengan terapi psikofarmaka.
Tindakan keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya. Dalam membina hubungan saling percaya perlu
dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
anda. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya adalah:
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah, yaitu secara verbal terhadap:
a. Orang lain
b. Diri sendiri
c. Lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a. Fisik : pukul kasur atau bantal, tarik napas
17
b. Obat
c. Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d. Spiritual : kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien
7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a. Latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal
b. Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal
8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
9. Latih mengontrol prilaku kekerasan secara spiritual:
a. Diskusikan kegiatan ibadah yang pernah dilakuakn pasien
b. Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang biasa
dilakukan pasien
c. Buat jadwal latihan kegiatan ibadah
10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh meminum obat:
a. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat,
dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti
minumm obat.
b. Susun jadwal minum obat secara teratur.
11. Ikutsertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol prilaku kekerasan.
Setrategi Pelaksanaan
SP Ip
1. Mengidentifikasi penyebab PK
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
4. Mengidentifikasi akibat PK
5. Menyebutkan cara mengontrol PK
6. Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I
7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
18
SP IIp
SP IIIp
SP IVp
SP Vp
Orientasi :
“Selamat pagi pak, perkenalkan saya perawat A K, panggil saya A, saya perawat
disini … Nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih dada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah
Bapak”
“Berapa lama bapak mau berbincnag-bincang?” Bagaimana kalau 20 menit?”
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau
diruang tamu?”
Kerja :
“Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah
19
malah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? O …iya, jadi
ada 2 penyebab marah bapak.”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan istri
belum menyediakan makanan (misalnya., ini penyebab marah pasien), apa yang
bapak rasakan?”(tunggu respon pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O … iya, jadi bapak memukul istri bapak
dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini dengan cara ini makanan
terhidangkan? Iya, tentu tidak. Apa,kerugian cara yang bapak lakukan? Betul,
istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain
yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan
baik tanpa menimbulkan kerugian?”
“Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
“Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, bagus, tahan sebentar, lalu keluarkanlah
tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba
lagi, tarik dari hidung, bagus …, tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5
kali. Bagus sekali, bapak sudah dapat melakukannya. Bagaiman perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-
waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya.”
Terminasi :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan
bapak?”
“Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah …(sebutkan) dann yang bapak rasakan
(sebutkan) dan yang bapak lakukan …(sebutkan) serta akibatnya …(sebutkan)
“Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu.
Jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak.. sekarang kita buat jadwal
latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam? Jam
berapa saja pak?”
“Baik, bagaimana kalau 2 hari lagi saya dating dan kita latihan cara lain untuk
20
mencegah/mngontrol marah? Tempatnya di rumah bapak saja ya, Selamat pagi!”
Orientasi :
“selamat pagi, pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang saya
dating lagi.”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak
marah? Apakah latihan napas dalamnya sudah dilakukan? Coba saya lihat
jadwal kegiatannya. Bagus sekali,
D. Evaluasi
Evaluasi terhadap kemampuan pasien dan keluarga dan kemampuan perawat.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan masalah yang telah kami sampaikan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
B. Saran
Bagi perawat diperlukan pendekatan yang optimal pada klien dengan masalah
perilaku kekerasan untuk memberikan perawatan secara optimal agar klien dapat
melakukan marah secara asertif dan dapat mengontrol emosinya saat marah
22