Anda di halaman 1dari 47

PSIK - STIKBAR

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN RISIKO
PERILAKU KEKERASAN DAN
RISIKO BUNUH DIRI

MUHAMMAD YAMIN ALI


Sub Pokok Bahasan:

 Asuhan Keperawatan Klien dengan


Risiko Perilaku Kekerasan
 Asuhan Keperawatan Klien dengan
Risiko Bunuh Diri
Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengkajian pasien dengan risiko perilaku kekerasan dan risiko bunuh diri
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pasien dengan risiko perilaku kekerasan dan
risiko bunuh diri
3. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan dan
risiko bunuh diri
4. Melakukan tindakan keperawatan pada keluarga pasien dengan risiko perilaku
kekerasan dan risiko bunuh diri
5. Melakukan evaluasi kemampuan pasien dan keluarga pasien dengan risiko perilaku
kekerasan dan risiko bunuh diri
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan risiko perilaku
kekerasan dan risiko bunuh diri
Perilaku
Kekerasan
Pendahuluan

 Perilaku kekerasan merupakan bagian dari rentang


respons marah yang paling maladaptif, yaitu amuk.
 Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul
sebagai respons terhadap kecemasan (kebutuhan yang
tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman.
(Stuart dan Sundeen, 1991 dalam Yusuf, dkk, 2015:128)
Pengertian

Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain adalah suatu


bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis (Keliat, dkk, 2005:190)

Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara:


 Verbal → diarahkan pada diri sendiri dan orang lain
 Fisik → diarahkan pada diri sendiri dan orang lain (kekerasan seksual)
 Lingkungan
(Keliat, dkk, 2020:112).
Proses Terjadinya Risiko Bunuh Diri

Respons Respons
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Rentang Respon (Yusuf, dkk, 2015:128)


Penyebab
(Keliat, dkk, 2020:112)

 Waham
 Curiga pada orang lain
 Halusinasi
 Berencana bunuh diri
 Kerusakan kognitif
 Disorientasi atau konfusi
 Kerusakan kontrol impuls
 Depresi
 Penyalahgunaan NAPZA
 Gangguan konsep diri
 Isolasi sosial
Tanda dan Gejala (Objekif)
(Keliat, dkk, 2020:113)

 Melotot
 Pandangan tajam  Disorientasi
 Tangan mengepal, rahang mengatup  Wajah merah
 Gelisah dan mondar-mandir  Postur tubuh kaku
 Tekanan darah meningkat  Sinis
 Nadi meningkat  Bermusuhan
 Mudah tersinggung  Menarik diri
 Nada suara tinggi dan bicara kasar
 Mendominasi pembicaraan
 Sarkasme
 Merusak lingkungan
 Memukul orang lain
Tanda dan Gejala (Subjektif)
(Keliat, dkk, 2020:112)

 Mengatakan benci/kesal dengan orang lain


 Mengatakan ingin memukul orang lain
 Mengatakan tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan
 Mengungkapkan keinginan menyakiti diri sendiri, orang lain,
dan merusak lingkungan.
 Mengatakan tidak senang
 Menyalahkan orang lain
 Mengatakan diri berkuasa
 Merasa gagal mencapai tujuan
 Mengungkapkan keinginan yang tidak realistis dan minta dipenuhi
 Suka mengejek dan mengkritik
Kondisi Klinis Terkait
(Keliat, dkk, 2020:113)

 Psikotik akut
 Skizofrenia
 Gangguan bipolar
 Gangguan neurologis
 Gangguan fungsi kognitif
Pengkajian
Meliputi: Pengumpulan data, Analisis data, dan Perumusan masalah

KLIEN
KELUARGA
Kaji tanda dan gejala
Kaji masalah klien
risiko perilaku kekerasan,
yang dirasakan
penyebab, dan
keluarga dalam
kemampuan mengatasi,
merawat klien
dan akibatnya
MASALAH KEPERAWATAN

1. Perilaku Kekerasan
2. Risiko mencederai
3. Gangguan harga diri = harga diri rendah
Diagnosis Keperawatan
(Keliat, dkk, 2005:191; SDKI PPNI, 2017:312)

Risiko Perilaku Kekerasan

Risiko mencederai :
Akibat (effect)
Orang lain/lingkungan
1. Risiko mencederai orang lain
berhubungan dengan perilaku kekerasan
Risiko/Perilaku kerasan Masalah utama
(core problem)
2. Risiko perilaku kekerasan berhubungan
Gangguan harga diri: dengan harga diri rendah
Penyebab (causa)
harga diri rendah
Tujuan Asuhan Keperawatan

1. Kognitif, klien mampu:


a. Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan
b. Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari tindakan perilaku kekerasan
c. Menyebutkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan
2. Psikomotor, klien mampu
a. Mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan relaksasi: tarik napas dalam, pukul kasur dan
bantal, senam, jalan-jalan.
b. Berbicara dengan baik: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik
c. Melakukan deeskalasi yaitu mengungkapkan perasaan marah secara verbal atau tertulis
d. Melakukan kegiatan ibadah seperti sholat, berdoa, kegiatan ibadah lain
e. Patuh minum obat dengan prinsip 8 benar.
3. Afektif
a. Merasakan manfaat dari latihan yang dilakukan
b. Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
4. Keluarga: Keluarga dapat merawat pasien di rumah
Review:
Dalam Taksonomi Bloom (Zuriah, 2011:18) bahwa pendidikan
budi pekerti menekankan pada ranah afektif (perasaan dan
sikap) tanpa mengabaikan ranah kognitif (berpikir rasional) dan
ranah skill/psikomotorik (keterampilan, terampil mengolah data,
mengemukakan pendapat, dan kerja sama).

Kognitif Seseorang mesti mengetahui apa yang baik


(berpikir rasional) dan apa yang buruk.

Pendidikan
Seseorang memiliki sikap terhadap hal yang
Budi Pekerti Afektif baik dan buruk, hingga ketingkat mencintai
(Toksonomi (perasaan dan sikap) kebaikan dan membenci keburukan
Bloom)
Skill/Psikomotor Seseorang akan bertindak atau berprilaku
(keterampilan, kerja sama, dll) sesuai dengan nilai-nilai kebaikan, sehingga
muncullah akhlak dan budi pekerti mulia.
Tindakan Keperawatan Pada Klien
1. Bina hubungan saling percaya (mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, menjelakan
tujuan interaksi, membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien)
2. Latih klien melakukan relaksasi: tarik napas dalam, pukul kasur dan bantal, senam, jalan-jalan.
3. Latih klien untuk berbicara dengan baik: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik
4. Latih klien untuk melakukan deeskalasi (penurunan kegiatan) secara verbal maupun tertulis
5. Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianut (sholat, berdoa, kegiatan ibadah lain)
6. Latih klien patuh minum obat dengan 8 benar (benar nama klien, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kedaluarsa dan benar dokumentasi)
7. Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien mengalami kesulitan
8. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan mengendalikan risiko
perilaku kekerasan.
9. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan risiko perilaku
kekerasan.
Tindakan Keperawatan Spesialis

1. Terapi kognitif
2. Terapi perilaku
3. Terapi kognitif perilaku
4. Latihan asertif
5. Terapi penerimaan komitmen
6. Latihan relaksasi otot progresif
7. Rational behavior therapy (REBT)
Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
1. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta proses terjadinya risiko perilaku
kekerasan yang dialami klien.
2. Diskusikan cara merawat risiko perilaku kekerasan dan memutuskan cara merawat yang
sesuai dengan kondisi klien.
3. Latih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan:
a. Menghindari penyebab terjadinya risiko perilaku kekerasan
b. Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan perilaku kekerasan sesuai
dengan yang dilatih perawat ke klien.
c. Memberikan pujian atas keberhasilan klien.
4. Libatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana keluarga yang nyaman:
mengurangi stress di dalam keluarga dan memberi motivasi pada klien.
5. Jelaskan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang memerlukan rujukan segera serta
melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.
Evaluasi

Kriteria Evaluasi:
1. Penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan.
2. Peningkatan kemampuan klien mengatasi risiko perilaku kekerasan.
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
→ mencegah terjadinya perilaku kekerasan
Risiko
Bunuh Diri
Pendahuluan

Mencederai diri adalah tindakan membahayakan yang disengaja terhadap tubuh


sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan menyebabkan kerusakan jaringan (Stuart, 2016:273).

Langsung:
Perilaku Mencederai Diri

 Segala bentuk aktivitas bunuh diri → ide, ancaman, percobaan, dan tindakan bunuh diri.
 Individu menyadari kematian yang diinginkan.

Tidak Langsung:
 Setiap kegiatan yang berbahaya bagi fisik individu dan berpotensi menyebabkan kematian.
→ penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, merokok, mengemudi ugal-ugalan, aktivitas kriminal,
partisipasi dalam olahraga berisiko tinggi.
 Individu tidak menyadari potensi kematian dan mungkin menyangkal saat dikomfrontasi.
Pengertian

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh


seseorang untuk mengakhiri kehidupannya (Keliat, dkk, 2005:203).

Risiko bunuh diri adalah tindakan


mengakhiri hidupnya berupa:
 Isyarat bunuh diri
 Ancaman bunuh diri
 Percobaan bunuh diri
(Stuart, 2016:274: Keliat, dkk, 2020:266).
Proses Terjadinya Risiko Bunuh Diri

Respons Respons
Adaptif Maladaptif

Peningkatan Pengambilan Perilaku Pencederaan Bunuh diri


Diri risiko yang destruktif diri diri
meningkatkan tidak langsung
pertumbuhan

Rentang Respon (Azizah, dkk, 2016:484)


Isyarat Bunuh Diri
 Perilaku yang secara tidak langsung untuk bunuh diri
 Berkata: “Tolong jaga anak-anak saya, saya akan pergi jauh” atau
“Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
 Berkata: “Saya mau mati”, “Jangan tolong saya”, “Biarkan saya”,
“Saya tidak mau ditolong”.
 Pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupnya
 Ungkapan perasaan: rasa bersalah, sedih, marah, putus
asa, tidak berdaya.
Ancaman Bunuh Diri
 Umumnya diucapkan oleh pasien
 Memberikan ancaman akan melakukan bunuh diri
 Disertai rencana cara mengakhiri hidup, persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut.
 Belum mencoba.
Percobaan Bunuh Diri
 Tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri
kehidupan.
 Melakukan tindakan secara aktif, seperti:
gantung diri, minum racun, memotong urat
nadi, terjun dari tempat yang tinggi.
 Pasien tidak mati dengan usahanya tersebut.
Tanda dan Gejala (Objekif)
(Keliat, dkk, 2020:266)

 Murung, tak bergairah  Kontak mata kurang


 Banyak diam  Tidur kurang
 Menyiapkan alat untuk melakukan  Mondar-mandir
rencana bunuh diri  Banyak melamun
 Membenturkan kepala  Terlihat sedih
 Menjatuhkan kepala dari ketinggian  Menangis terus-menerus
 Melakukan percobaan bunuh diri secara
aktif dengan berusaha memotong nadi,
gantung diri, minum racun
Tanda dan Gejala (Subjektif)
(Keliat, dkk, 2020:266)

 Mengungkapkan kata-kata seperti: “Tolong jaga anak-anak saya, saya akan pergi
jauh” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
 Mengungkapkan kata-kata seperti: “Saya mau mati”, “Jangan tolong saya”,
“Biarkan saya”, “Saya tidak mau ditolong”.
 Memberikan ancaman akan melakukan bunuh diri.
 Mengungkapkan ingin mati
 Mengungkapkan rencana ingin mengakhiri hidup
 Mengungkapkan isyarat untuk melakukan bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan
ancaman melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri
 Mengungkapkan perasaan bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tidak berdaya.
 Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga
diri rendah.
Penyebab
(Keliat, dkk, 2020:266)

 Stres yang berlebihan


 Gangguan konsep diri
 Kehilangan dukungan sosial
 Kejadian negatif dalam hidup
 Penyakit kritis
 Perpisahan dan/atau perceraian
 Kesulitan ekonomi
 Korban kekerasan
 Riwayat bunuh diri individu dan/atau keluarga.
Diagnosis Medis Terkait
(Keliat, dkk, 2020:267)

 Depresi
 Skizofrenia
 Penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif Berbahaya Lainnya)

 Penyakit terminal
Pengkajian
Meliputi: Pengumpulan data, Analisis data, dan Perumusan masalah

Isyarat bunuh
KLIEN diri
KELUARGA
Kaji tanda dan
gejala risiko Ancaman Kaji masalah klien
bunuh diri, bunuh diri yang dirasakan
penyebab, dan keluarga dalam
kemampuan merawat klien
mengatasi Percobaan
bunuh diri
Pengkajian dengan menggunakan SIRS
(Suicidal Intervention Rating Scale)
(Stuart and Sundeen, 1987 dalam Keliat, dkk, 2020:266)

Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : Tidak ada ide, ancaman dan percobaan bunuh diri
Skor 2 : Ada ada ide dan pikiran bunuh diri tapi tidak ada
ancaman dan percobaan
Skor 3 : Ada ancaman bunuh diri
Skor 4 : Ada percobaan bunuh diri
MASALAH KEPERAWATAN

1. Risiko bunuh diri


2. Gangguan harga diri: harga diri rendah
3. Koping individu tidak efektif
Diagnosis Keperawatan
(Azizah, 2016:492; Keliat, dkk, 2005:204; SDKI PPNI, 2017:293)

Risiko Bunuh Diri

Risiko bunuh diri Akibat (effect)

1. Risiko bunuh diri berhubungan dengan


Gangguan harga diri:
harga diri rendah
Masalah utama
harga diri rendah (core problem)
2. Harga diri rendah berhubungan dengan
Koping individu tidak koping individu tidak efektif
Penyebab (causa)
efektif
Tujuan Asuhan Keperawatan
1. Kognitif, klien mampu:
a. Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala risiko bunuh diri
b. Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari tindakan bunuh diri
c. Menetapkan harapan masa depan
d. Menyebutkan aspek positif dan kemampuan diri sendiri, keluarga dan kelompok
2. Psikomotor, klien mampu
a. Mengendalikan lingkungan yang aman
b. Melatih diri berpikir positif dan afirmasi positif
c. Menggunakan kelompok untuk bercakap-cakap dalam menyelesaikan masalah
d. Melakukan aspek positif dalam mencapai harapan dan masa depan
3. Afektif
a. Merasakan manfaat diri sendiri
b. Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan
c. Merasa hidup lebih optimis
4. Keluarga: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri
Tindakan Keperawatan Pada Klien
1. Amankan lingkungan dari risiko bunuh diri.
2. Bangun harapan masa depan klien.
a. Diskusikan tujuan dari kehidupan, membangun harapan klien dan orang yang berarti, cara dan
tekad untuk mencapai harapan dan masa depan
b. Latih untuk mencapai harapan dan masa depan
3. Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
a. Diskusikan dan buat daftar aspek positif diri dan aspek positif dari orang yang berarti serta
lakukan afirmasi positif.
b. Latih semua aspek positif yang dimiliki: dari diri sendiri, orang yang berarti.
c. Evaluasi perasaan dan pikiran atas keberhasilan latihan.
4. Berikan motivasi untuk membangun harapan dan mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Minta klien menghubungi care giver (keluarga) dan tenaga kesehatan jika tidak dapat
mengendalikan dorongan bunuh diri.
6. Berikan pengawasan ketat dan terkendali jika klien tidak dapat mengendalikan dorongan
bunuh diri (perawatan intensif)
Tingkat Observasi Risiko Bunuh Diri
(Appleby, et.al, 2015 dalam Keliat, dkk, 2020:268)

Level Observasi
Skore 1 Observasi umum minimal setiap 60 menit
Skore 2 Observasi intermiten setiap 15-30 menit
Skore 3 Observasi konstan setiap saat pagi-siang-malam
Skore 4 Observasi ketat dan melekat setiap saat (selalu bersama-sama
Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
1. Jelaskan proses terjadinya risiko bunuh diri pada klien.
2. Diskusikan cara merawat risiko bunuh diri sesuai dengan kondisi klien.
3. Latih keluarga cara merawat risiko bunuh diri:
a. Menyediakan lingkungan yang aman dari risiko bunuh diri, seperti: menjauhkan alat-alat yang
berbahaya yang dapat melukai diri.
b. Memberikan pujian atas semua aspek positif klien dan hindari menyampaikan aspek negatif
atau kekurangan klien.
c. Berdiskusi tentang harapan dan masa depan.
d. Memotivasi dan membimbing klien melakukan kegiatan sesuai dengan asuhan yang telah
diberikan perawat.
e. Mendampingi klien sampai melakukan kegiatan positif.
3. Libatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana positif: saling memuji,
mendukung dan peduli.
4. Jelaskan tanda dan gejala risiko bunuh diri yang memerlukan rujukan segera serta
melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.
Evaluasi

Kriteria Evaluasi:
1. Penurunan tanda dan gejala risiko bunuh diri.
2. Peningkatan kemampuan klien mengatasi risiko bunuh diri.
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
Tindakan Keperawatan Kelompok, Tindakan Kolaborasi, Discharge
Planning, dan Rencana Tindak Lanjut Pada Pasien dengan
Perilaku Kekerasan dan Risiko Bunuh Diri

Tindakan Keperawatan Pada Kelompok


1. Terapi aktivitas kelompok
2. Kelompok swabantu (self-help group)
3. Tindakan keperawatan oleh perawat spesialis → terapi suportif

Tindakan Keperawatan Kolaborasi


1. Melakukan komunikasi dengan dokter menggunakan ISBAR dan TBaK.
2. Memberikan program terapi obat (sesuai advis dokter) dan edukasi 8 benar pemberian obat.
3. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat.
Lanjutan …..

Discharge Planning
1. Jelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk memandirikan klien.
2. Jelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
3. Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.

Rencana Tindak Lanjut


1. Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis keperawatan jiwa
2. Rujuk klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer di
Puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier di rumah sakit.
3. Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa, kelompok
swabantu dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat.
Introduction, Situation, Background, Assessment, Recommendation (ISBAR)
I: Introduction
"Dok. saya dengan Perawat Yusril, saya telah melakukan home visit ke keluarga Pak Mahir, Kelurahan
01. Anak Pak Mahir bernama Ato berusia 20 tahun mengalami gangguan jiwa dengan PK."
S: Situation
“Ato sering marah-marah dok“.
B: Background
"Ato sering marah-marah selama 1 tahun ini, setelah di-PHK dari tempat kerjanya."
A: Assessment
"Ato merasa kecewa karena keinginan tidak tercapai, tidak dapat mengontrol marah sehingga
merusak barang dan memukul orang. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan adalah latihan
relaksasi pernapasan, penyaluran energi dengan kegiatan, cara berbicara yang baik dan kegiatan
ibadah "
R: Recommendation
"Sepertinya Ato memerlukan obat. Dok."
Tulis, Baca, Konfirmasi (TBaK)
Apabila instruksi lewat telepon
T : Tulis instruksi yang diberikan "Dok, saya tulis ya obatnya."
Ba : Baca ulang instruksi yang ditulis dan jika bingung perlu di spelling. "Dok, saya baca ulang,
Ato dapat obat .......... dengan dosis .......... dan di minum ….. kali per hari."
K : Konfirmasi kembali
"Saya konfirmasi ulang dok, Ato dapat obat .......... dosis dan di minum ….. kali per hari."

Apabila instruksi tatap muka


T : Instruksi ditulis oleh dokter
Ba : Baca ulang instruksi yang ditulis dan jika bingung perlu di spelling. "Dok, saya baca ulang.
Ato dapat obat .......... dengan dosis .......... dan di minum ….. kali per hari."
K : Konfirmasi kembali
"Saya konfirmasi ulang dok, Ato dapat obat …..., dosis ….., dan di minum ..... kali
perhari."
“Tatkala ada seekor nyamuk hinggap di bisulmu, kau
akan mengerti bahwa tidak semua masalah diselesaikan
dengan kekerasan” “dan, Allah mencintai orang-
orang yang sabar” (QS. Ali Imran)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa:29)
DAFTAR PUSTAKA

Azisah, dkk (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Penerbit Indomedia Pustaka, Yogyakarta.
Keliat, dkk (2005). Modul Basic Course Community Mental Health Nursing (CMHN). Kerja sama dengan
Keperawatan Jiwa FIK-UI, Forum Komunikasi Keperawatan Jiwa Jakarta, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masayarakat DepKes RI, Direktorat Keperawatan DepKes RI, dan WHO
Keliat, dkk (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia-PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1, Cetakan II.
Stuart (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia, Buku 1,
Elsevier, Singapura.
Yusuf, dkk (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Zuriah (2011). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Cetakan Ketiga,
Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai