1 Askep Perilaku Kekerasan & Risiko Bunuh Diri
1 Askep Perilaku Kekerasan & Risiko Bunuh Diri
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN RISIKO
PERILAKU KEKERASAN DAN
RISIKO BUNUH DIRI
Respons Respons
Adaptif Maladaptif
Waham
Curiga pada orang lain
Halusinasi
Berencana bunuh diri
Kerusakan kognitif
Disorientasi atau konfusi
Kerusakan kontrol impuls
Depresi
Penyalahgunaan NAPZA
Gangguan konsep diri
Isolasi sosial
Tanda dan Gejala (Objekif)
(Keliat, dkk, 2020:113)
Melotot
Pandangan tajam Disorientasi
Tangan mengepal, rahang mengatup Wajah merah
Gelisah dan mondar-mandir Postur tubuh kaku
Tekanan darah meningkat Sinis
Nadi meningkat Bermusuhan
Mudah tersinggung Menarik diri
Nada suara tinggi dan bicara kasar
Mendominasi pembicaraan
Sarkasme
Merusak lingkungan
Memukul orang lain
Tanda dan Gejala (Subjektif)
(Keliat, dkk, 2020:112)
Psikotik akut
Skizofrenia
Gangguan bipolar
Gangguan neurologis
Gangguan fungsi kognitif
Pengkajian
Meliputi: Pengumpulan data, Analisis data, dan Perumusan masalah
KLIEN
KELUARGA
Kaji tanda dan gejala
Kaji masalah klien
risiko perilaku kekerasan,
yang dirasakan
penyebab, dan
keluarga dalam
kemampuan mengatasi,
merawat klien
dan akibatnya
MASALAH KEPERAWATAN
1. Perilaku Kekerasan
2. Risiko mencederai
3. Gangguan harga diri = harga diri rendah
Diagnosis Keperawatan
(Keliat, dkk, 2005:191; SDKI PPNI, 2017:312)
Risiko mencederai :
Akibat (effect)
Orang lain/lingkungan
1. Risiko mencederai orang lain
berhubungan dengan perilaku kekerasan
Risiko/Perilaku kerasan Masalah utama
(core problem)
2. Risiko perilaku kekerasan berhubungan
Gangguan harga diri: dengan harga diri rendah
Penyebab (causa)
harga diri rendah
Tujuan Asuhan Keperawatan
Pendidikan
Seseorang memiliki sikap terhadap hal yang
Budi Pekerti Afektif baik dan buruk, hingga ketingkat mencintai
(Toksonomi (perasaan dan sikap) kebaikan dan membenci keburukan
Bloom)
Skill/Psikomotor Seseorang akan bertindak atau berprilaku
(keterampilan, kerja sama, dll) sesuai dengan nilai-nilai kebaikan, sehingga
muncullah akhlak dan budi pekerti mulia.
Tindakan Keperawatan Pada Klien
1. Bina hubungan saling percaya (mengucapkan salam terapeutik, berjabat tangan, menjelakan
tujuan interaksi, membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien)
2. Latih klien melakukan relaksasi: tarik napas dalam, pukul kasur dan bantal, senam, jalan-jalan.
3. Latih klien untuk berbicara dengan baik: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik
4. Latih klien untuk melakukan deeskalasi (penurunan kegiatan) secara verbal maupun tertulis
5. Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianut (sholat, berdoa, kegiatan ibadah lain)
6. Latih klien patuh minum obat dengan 8 benar (benar nama klien, benar obat, benar dosis,
benar cara, benar waktu, benar manfaat, benar tanggal kedaluarsa dan benar dokumentasi)
7. Bantu klien dalam mengendalikan risiko perilaku kekerasan jika klien mengalami kesulitan
8. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan mengendalikan risiko
perilaku kekerasan.
9. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan risiko perilaku
kekerasan.
Tindakan Keperawatan Spesialis
1. Terapi kognitif
2. Terapi perilaku
3. Terapi kognitif perilaku
4. Latihan asertif
5. Terapi penerimaan komitmen
6. Latihan relaksasi otot progresif
7. Rational behavior therapy (REBT)
Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
1. Jelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta proses terjadinya risiko perilaku
kekerasan yang dialami klien.
2. Diskusikan cara merawat risiko perilaku kekerasan dan memutuskan cara merawat yang
sesuai dengan kondisi klien.
3. Latih keluarga cara merawat risiko perilaku kekerasan:
a. Menghindari penyebab terjadinya risiko perilaku kekerasan
b. Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan perilaku kekerasan sesuai
dengan yang dilatih perawat ke klien.
c. Memberikan pujian atas keberhasilan klien.
4. Libatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana keluarga yang nyaman:
mengurangi stress di dalam keluarga dan memberi motivasi pada klien.
5. Jelaskan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang memerlukan rujukan segera serta
melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.
Evaluasi
Kriteria Evaluasi:
1. Penurunan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan.
2. Peningkatan kemampuan klien mengatasi risiko perilaku kekerasan.
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
→ mencegah terjadinya perilaku kekerasan
Risiko
Bunuh Diri
Pendahuluan
Langsung:
Perilaku Mencederai Diri
Segala bentuk aktivitas bunuh diri → ide, ancaman, percobaan, dan tindakan bunuh diri.
Individu menyadari kematian yang diinginkan.
Tidak Langsung:
Setiap kegiatan yang berbahaya bagi fisik individu dan berpotensi menyebabkan kematian.
→ penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, merokok, mengemudi ugal-ugalan, aktivitas kriminal,
partisipasi dalam olahraga berisiko tinggi.
Individu tidak menyadari potensi kematian dan mungkin menyangkal saat dikomfrontasi.
Pengertian
Respons Respons
Adaptif Maladaptif
Mengungkapkan kata-kata seperti: “Tolong jaga anak-anak saya, saya akan pergi
jauh” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Mengungkapkan kata-kata seperti: “Saya mau mati”, “Jangan tolong saya”,
“Biarkan saya”, “Saya tidak mau ditolong”.
Memberikan ancaman akan melakukan bunuh diri.
Mengungkapkan ingin mati
Mengungkapkan rencana ingin mengakhiri hidup
Mengungkapkan isyarat untuk melakukan bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan
ancaman melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri
Mengungkapkan perasaan bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tidak berdaya.
Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga
diri rendah.
Penyebab
(Keliat, dkk, 2020:266)
Depresi
Skizofrenia
Penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif Berbahaya Lainnya)
Penyakit terminal
Pengkajian
Meliputi: Pengumpulan data, Analisis data, dan Perumusan masalah
Isyarat bunuh
KLIEN diri
KELUARGA
Kaji tanda dan
gejala risiko Ancaman Kaji masalah klien
bunuh diri, bunuh diri yang dirasakan
penyebab, dan keluarga dalam
kemampuan merawat klien
mengatasi Percobaan
bunuh diri
Pengkajian dengan menggunakan SIRS
(Suicidal Intervention Rating Scale)
(Stuart and Sundeen, 1987 dalam Keliat, dkk, 2020:266)
Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 : Tidak ada ide, ancaman dan percobaan bunuh diri
Skor 2 : Ada ada ide dan pikiran bunuh diri tapi tidak ada
ancaman dan percobaan
Skor 3 : Ada ancaman bunuh diri
Skor 4 : Ada percobaan bunuh diri
MASALAH KEPERAWATAN
Level Observasi
Skore 1 Observasi umum minimal setiap 60 menit
Skore 2 Observasi intermiten setiap 15-30 menit
Skore 3 Observasi konstan setiap saat pagi-siang-malam
Skore 4 Observasi ketat dan melekat setiap saat (selalu bersama-sama
Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
1. Jelaskan proses terjadinya risiko bunuh diri pada klien.
2. Diskusikan cara merawat risiko bunuh diri sesuai dengan kondisi klien.
3. Latih keluarga cara merawat risiko bunuh diri:
a. Menyediakan lingkungan yang aman dari risiko bunuh diri, seperti: menjauhkan alat-alat yang
berbahaya yang dapat melukai diri.
b. Memberikan pujian atas semua aspek positif klien dan hindari menyampaikan aspek negatif
atau kekurangan klien.
c. Berdiskusi tentang harapan dan masa depan.
d. Memotivasi dan membimbing klien melakukan kegiatan sesuai dengan asuhan yang telah
diberikan perawat.
e. Mendampingi klien sampai melakukan kegiatan positif.
3. Libatkan seluruh anggota keluarga menciptakan suasana positif: saling memuji,
mendukung dan peduli.
4. Jelaskan tanda dan gejala risiko bunuh diri yang memerlukan rujukan segera serta
melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara teratur.
Evaluasi
Kriteria Evaluasi:
1. Penurunan tanda dan gejala risiko bunuh diri.
2. Peningkatan kemampuan klien mengatasi risiko bunuh diri.
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien.
Tindakan Keperawatan Kelompok, Tindakan Kolaborasi, Discharge
Planning, dan Rencana Tindak Lanjut Pada Pasien dengan
Perilaku Kekerasan dan Risiko Bunuh Diri
Discharge Planning
1. Jelaskan rencana persiapan pasca-rawat di rumah untuk memandirikan klien.
2. Jelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan.
3. Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan.
Azisah, dkk (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa: Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Penerbit Indomedia Pustaka, Yogyakarta.
Keliat, dkk (2005). Modul Basic Course Community Mental Health Nursing (CMHN). Kerja sama dengan
Keperawatan Jiwa FIK-UI, Forum Komunikasi Keperawatan Jiwa Jakarta, Direktorat Kesehatan
Jiwa Masayarakat DepKes RI, Direktorat Keperawatan DepKes RI, dan WHO
Keliat, dkk (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia-PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Edisi 1, Cetakan II.
Stuart (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia, Buku 1,
Elsevier, Singapura.
Yusuf, dkk (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Zuriah (2011). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Cetakan Ketiga,
Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta.