Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2016

LAPORAN PENDAHULUAN

1
PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan

perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)

Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut,

manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik

emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga

menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan

ketergantungan pada orang lain.

B. Gejala klinis

Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan

didapatkan melalui pengkajian meliputi : muka merah, pandangan tajam, otot

tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan

kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang. ( Budiana Keliat,

2004)

a. Penyebab

Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku

kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah.

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana

2
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap

diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Gejala Klinis

 Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan

terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)

 Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri

sendiri)

 Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)

 Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan

yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

( Budiana Keliat, 1999)

1. Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan

berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti

menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.

C. 1. Pohon Masalah

3
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk
Core Problem

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Masalah keperawatan:

1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2). Perilaku kekerasan / amuk

3). Gangguan harga diri : harga diri rendah

b. Data yang perlu dikaji:

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

1). Data Subyektif :

 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Objektif :

 Mata merah, wajah agak merah.

 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,

menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.

 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

4
 Merusak dan melempar barang-barang.

2. Perilaku kekerasan / amuk

1). Data Subyektif :

 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya

jika sedang kesal atau marah.

 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

2). Data Obyektif

 Mata merah, wajah agak merah.

 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.

 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

 Merusak dan melempar barang-barang.

3. Gangguan harga diri : harga diri rendah

1). Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-

apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu

terhadap diri sendiri.

2). Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

D. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

perilaku kekerasan/amuk.

5
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri: harga diri

rendah.

E. Rencana Tindakan

SP I PASIEN :

 Membina hubungan saling percaya

 Mengidentifikasi penyebab PK

 Mengidentifikasi tnada dan gejala PK

 Mengidentifikasi PK yang dilakukan

 Mengidentifikasi akibat PK

 Menyebutkan cara mengontrol PK

 Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol fisik

 Menganjurkan pasien memasukkan dalm kegiatan harian

SP I KELUARGA :

 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalmmerawat pasien

 Menjelaskan pengertian PK tanda dan gejala terjadinya PK

 Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK

SP II PASIEN :

 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik

 Menagnjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

6
SP II KELUARGA :

 Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan PK

 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien

PK

Tindakan Psikoterapeutik

Pasien:

1. Membina hubungan saling percaya

2. Mengidentifikasi penyebab PK

3. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

4. Mengidentifikasi bentuk PK yang pernah dilakukan

5. Mengidentifikasi akibat PK

6. Mengajarkan cara mengontrol PK antara lain:

7. Membantu pasien mempraktekkan cara yang telah diajarkan

8. Menganjurkan pasien untuk memilih cara mengotrol PK yang sesuai

9. Memasukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih ke dalam jadwal

kegiatan harian

10. Membantu pasien membuat rencana jadwal kegiatan di rumah

11. Mendiskusikan tentang obat yang diminum (jenis, dosis, waktu minum,

manfaat, dan efek samping)

Keluarga:

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien PK

2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian PK, tanda dan gejala,

serta proses terjadinya PK

3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK

7
4. Mengajarkan dan melibatkan keluarga dalam mempraktekkan cara merawat

pasien dengan PK secara langsung di rumah sakit

5. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas pasien di rumah termasuk

minum obat

6. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

a. Tindakan Psikofarmaka

1. Memberikan obat-obatan tranguiliser sesuai program pengobatan pasien

2. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum

3. Mengukur vital sign secara periodik ( tekanan darah, nadi, dan pernafasan)

b. Tindakan Manipulasi lingkungan

1. Melibatkan pasien dalam terapi kelompok dan kegiatan sehari-hari

2. Pertahankan agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus yang rendah

(penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana, dan tingkat

kebisingan yang rendah)

3. Observasi secara ketat perilaku pasien setiap 15 menit

4. Singkirkan benda-benda yang dapat membahayakan dari lingkungan sekitar

pasien

(Workshop Standar Asuhan & Bimbingan Keperawatan Jiwa)

8
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.

1999

Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1.

Bandung: RSJP.2000

9
Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman

untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998

Stuart dan Sundeen,Proses keperawatan jiwa.Jakarta : EGC.1999

10

Anda mungkin juga menyukai