Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN JIWA PERILAKU


KEKERASAN (PK)

Kelompok 1:

Adrianus Janson (201811002)

Aisyia Muktisari (201811004)

Deyana Paramitha A. (201811015)

Eva Dwi Fransiska (201811023)

Galuh Putri Pamungkas (201811027)

Levinia Kurniawan (201811035)

Maria Herninda (201811037)

Putri Sakti Sersanda (201811049)

Tania Dwi Nugraheni (201811055)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
utama, baik di negara maju maupun negara berkembang. Gangguan jiwa tidak
hanya dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara
langsung, namun juga menimbulkan ketidakmampuan individu untuk
berperilaku tidak produktif. Perilaku yang sering muncul pada pasien dengan
gangguan jiwa tersebut berupa perilaku mengamuk yang dapat melukai diri
sendiri keluarga dan orang lain yang ada disekitarnya. Perilaku tersebut lebih
dikenal dengan istilah resiko perilaku kekerasan.1
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang
tidak sesuai dimana seseorang melakukan 3 tindakan-tindakan yang dapat
membahayakan atau mencederai diri sendiri, orang lain bahkan merusak
lingkungan. Perilaku kekerasan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.2 Perilaku kekerasan
dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau ketakutan/panik.
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang
dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi
lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau
marah, hal ini mempengaruhi perilaku seseorang. Perilaku kekerasan
merupakan bagian dari rentang respon marah yang paling maladaptif, yaitu
amuk. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon
terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai
ancaman. Amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptif yang
ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan disertai hilangnya kontrol,
yang indvidu dapat merusak diri sendiri orang lain atau lingkungan.3
Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Direja, (2011) meliputi:
Fisik :Mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah, dan tegang, serta postur tubuh kaku. Verbal :
mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar, ketus. Perilaku : Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau
orang lain, merusak lingkungan, amuk atau agresif. Emosi : tidak adekuat,
tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya,
bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut,
Intelektual : Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual : merasa diri
berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas
terhambat. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan,
dan sindiran. Perhatian : bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan
seksual.4
Departemen Kesehatan dan WHO pada tahun 2010 memperkirakan
masalah gangguan jiwa tidak kurang dari 450 juta penderita yang ditemukan
di dunia. Khususnya Indonesia mencapai 2,5 juta atau 60% yang terdiri dari
pasien resiko perilaku kekerasan. Setiap tahunnya lebih dari 1,6 juta orang
meninggal dunia akibat perilaku kekerasan, terutama pada laki-laki yang
berusia 15-44 tahun, sedangkan korban yang hidup mengalami trauma fisik,
seksual, reproduksi dan gangguan kesehatan mental. Indikator taraf kesehatan
mental masyarakat semakin memburuk.5
Sebagai seorang perawat, kita diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang tepat dan meningkatkan komunikasi terapeutik kepada pasien
sehingga pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
lebih sabar guna mempercepat penyembuhan pasien di rumah sakit jiwa.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan kemampuan dalam menganalisa
konsep keperawatan jiwa: gangguan risiko perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan pengertian perilaku kekerasan
b. Menjelaskan proses terjadinya masalah perilaku kekerasan
c. Menjelaskan pohon masalah perilaku kekerasan
d. Menjelaskan masalah keperawatan yang perlu dikaji
e. Menjelaskan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan
f. Menjelaskan rencana tindakan keperawatan
C. Manfaat
1. Bagi Pembaca
Dengan makalah ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada pembaca mengenai cara penanganan pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan
2. Bagi mahasiswa keperawatan
Makalah ini dapat dijadikan acuan untuk memberikan pelayanan dan
menangani pasien dengan risiko perilaku kekerasan.
3. Bagi institusi
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam penanganan resiko
perilaku kekerasan keperawatan jiwa
BAB II

KONSEP TEORI

A. Laporan Pendahuluan
1. Masalah Utama: Perilaku kekerasan.
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif (Towsend,1998).
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu-individu
beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri ataupun
orang lain (Carpenito, 2000)
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku
kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :
 Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-
tanda marah yang diserasakan oleh klien.
 Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
Tanda dan gejala:
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa
ke rumah sakit adalah perilaku kekerasan di rumah. Kemudian perawat
dapat melakukan pengkajian dengan cara observasi : muka merah,
pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, memaksakan
kehendak, memukul dan mengamuk.
b. Penyebab
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan konsep diri:
harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri,
merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala:
 Perasaan malu terhadap diri sendiri
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri
 Merendahkan martabat
 Gangguan hubungan sosial
 Percaya diri kurang
 Mencederai diri
c. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-
tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya,
seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah
dll. Sehingga klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk
mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala:
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku
kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :
 Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-
tanda marah yang diserasakan oleh klien.
 Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

3. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan/amuk Core Problem

Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah

Koping individu tidak efektif


4. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
a. Masalah keperawatan:
1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2) Perilaku kekerasan / amuk
3) Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku
kekerasan
1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
2) Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
3) Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Perilaku kekerasan
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
6. Rencana Tindakan
a. Diagnosa 1: perilaku kekerasan
TujuanUmum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Tujuan Khusus:
1) Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati,
sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan
klien dengan sikap tenang.
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan
saat jengkel/kesal.
b) Observasi tanda perilaku kekerasan.
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang
dialami klien.
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
Tindakan:
a) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
b) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan.
c) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?"
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang
digunakan.
c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan.
Tindakan :
a) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas
dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal /
tersinggung
d) Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada
Tuhan untuk diberi kesabaran.
7) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a) Bantu memilih cara yang paling tepat.
b) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai
dalam simulasi.
e) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel /
marah.
8) Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga.
b) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
a) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping).
b) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
klien, obat, dosis, cara dan waktu).
c) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.
b. Diagnosa II: gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus:
1) Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Tindakan:
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b) Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien.
c) Utamakan pemberian pujian yang realitas
3) Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri
sendiri dan keluarga
Tindakan:
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah.
4) Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai
kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan.
b) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a) Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
6) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien.
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

B. Strategi Pelaksanaan
Masalah Keperawatan Utama : Perilaku kekerasaan
1) Pertemuan ke : I ( satu )
a) Kondisi Klien
 Klien tampak marah – marah
 Mata merah, melotot dan pandangan tajam
 Wajah memerah dan tegang
 Bicara dengan nada tinggi dan kasar
 Mengumpat dengan kata-kata kotor
 Afek labil
b) Tujuan perawatan khusus
 Klien mampu mengungkapkan penyebab marah
 Klien mampu menyebutkan tanda-tanda marah
 Klien mampu menyebutkan perilaku marah yang biasa
dilakukan
 Klien mampu menyebutkan akibat marah
 Klien mampu mendemontrasikan cara marah yang sehat
dengan cara fisik I
c) Rencana Tindakan Perawatan :
 BHSP
 Identifikasi penyebab marah
 Identifikasi tanda-tanda marah
 Identifikasi perilaku marah yang biasa dilakukan
 Diskusikan akibat marah
 Ajarkan cara mengungkapkan marah yang sehat dengan
fisik I
 Buatkan jadual latihan mengungkapkan marah yang sehat
dengan fisik I

Fase Orientasi
 Salam therapeutic
Selamat pagi..(sambil mengajak berjabat tangan). Perkenalkan nama saya
Adrianus Janson. Saya biasa dipanggil Janson. Saya Mahasiswa praktek
keperawatan STIKES St.Elisabeth yang akan merawat Bpk/Ibu/Mas/Mba selama
di sini. Kalau Bpk/Ibu/Mas/Mba membutuhkan bantuan, Bpk/Ibu/Mas/Mba dapat
menghubungi saya. Siapa nama Bpk/Ibu/Mas/Mba. ? Biasa dipanggil..?
 Evaluasi
Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba A hari ini. Kenapa Bpk/Ibu/Mas/Mba A
dibawa ke rumah sakit ini ? Bapak pernah kalo marah-marah sampai memukul
orang atau merusak barang ?
Ooh..begitu ya Bpk/Ibu/Mas/Mba. Jadi Bpk/Ibu/Mas/Mba kalau marah suka
merusak barang-barang di rumah ya.?
 Kontrak
Topik :
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang marah-marah yang
Bpk/Ibu/Mas/Mba A lakukan ?
Waktu
Mau berapa menit ?
Tempat
Mau dimana kita berbincang-bincang ?
Fase kerja
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) coba sekarang ceritakan apa saja yang menyebabkan
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) marah. Karena A Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) menuduh
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) malas. Terus apa pernah merusak barang ? Apa yang
menyebabkan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) marah seperti itu ?
Kalo marah apa sih yang Bpk/Ibu/Mas/Mb (A) rasakan ? Apa tanganya jadi
mengepal ? Apa rahangnya mengatup ? Kalo nada suaranya, bagaimana ? apa menjadi
lebih keras ? Apa kata-katanya juga kotor ?
Nah.. kalau sedang marah yang sering dilakukan apa pak ? Memukul pernah ? siapa
yang dipukul ? merusak barang-barang rumah pernah ? apa saja pak yang dirusak ?
Sekarang kalau pura-puranya saya sebagai istri Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) coba praktekan
pada waktu Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) marah pada istrinya..!
Menurut Bpk/Ibu/Mas/Mba (A),kalau istri dipukul, barang dirusak, menguntungkan
apa merugikan ? Apa kerugiana Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) ? Kalau istri menuntut atau
orang yang dipukul menuntut bisa dihukum,khan ? Marah-marah seperti menurut
agama yang dianut Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) boleh tidak ? Bagus ! Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)
tahu khan ?
Saya juga setuju Bpk/Ibu/Mas/Mba (A), kalo marah-marah seperti itu merugikan kita
sendiri. Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) perasaan marah itu wajar, tetapi kalau marahnya
sampai merusak orang lain dan barang-barang itu merugikan. Bagaimana kalau saya
ajarkan cara mengungkapkan marah secara sehat ? Mau ? Baiklah.
Begini caranya, kalo Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) marahnya sambil berdiri coba duduk
kemudian duduk rileks kemudian tarik nafas panjang, tahan sebentar kemudian
keluarkan melalui mulut. ( perawat mendemonstrasikan ) Sekarang coba
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) lakukan ! Sekali lagi coba ! Bagus ! Lakukan beberapa kali
sampai rasa marahnya menurun ya Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)?
Terminasi
Evaluasi subyektif: Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) setelah kita
berbincang-bincang ? Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) masih ingat apa saja yang menyebabkan
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) marah-marah.? Tanda-tandanya kalau sedang marah
bagaimana pak ? Apa saja tadi yang biasa dilakukan kalau sedang marah ?
Kerugianya kalau marah-marah seperti itu apa Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) ?
Evaluasi obyektif: Coba Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) lakukan lagi cara mengungkapkan
marah yang sehat ? Bagus !
Rencana Tindak Lanjut
“Nah.. Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) kan sudah bisa mengungangkapkan marah secara
sehat. Sekarang kita masukan dalam jadual harian ya..? Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) mau
latihan berapa kali sehari..? Bagimana kalo 2 kali saja dulu. Baiklah berarti besok
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) latihan jam 6 pagi dan jam 8 malam ya..? Nanti kalo jam-jam
itu Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) latihan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)tinggal memberi tanda
chentang. Besok saya akan lihat ya..?”
Kontrak
Topik: “Kalo besok Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) sudah latihan cara mengungkapkan
marah yang sehat cara pertama, Saya akan ajari cara mengungkapkan marah yang
sehat cara yang ke dua yaitu memukul bantal Bagaimana Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)
mau..?”
Tempat: “Mau dimana kita bercakap-cakap Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)..?? Oh di
teras..baiklah”
Waktu: “Jam berapa kita besok akan bercakap-cakap..? Mau berapa menit
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)?”“Baiklah sekarang Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)bisa nonton TV
dulu. Jangan lupa besok latihan ya..??”

2) Pertemuan ke : II ( dua )
a) Kondisi Klien :
 Klien tampak masih suka marah – marah
 Wajah memerah dan tegang
 Bicara dengan kadang nada tinggi dan kasar
 Kadang-kadang sering mengumpat dengan kata-kata kotor
 Afek labil
 Klien sudah mampu menyebutkan tand-tanda marah
 Klien sudah mampu menyebutkan perilaku marah yang
biasa dilakukan
 Klien sudah mampu menyebutkan akibat marah
 Klien sudah mampu mendemontrasikan cara marah yang
sehat dengan cara fisik I
b) Tujuan perawatan khusus
Klien mampu mendemontrasikan cara marah yang sehat
dengan cara fisik II
c) Rencana Tindakan Perawatan
 BHSP
 Validasi perilku marah yang dilakukan
 Validasi laihan mengungkapkan marah yang sehat dengan
fisik I
 Ajarkan cara mengungkapkan marah yang sehat dengan
pukul bantal
 Buatkan jadual latihan mengungkapkan marah yang sehat
dengan pukul bantal

ORIENTASI
 Salam therapeutic
Selamat pagi..(sambil mengajak berjabat tangan)Bpk/Ibu/Mas/Mba (A).
Masih ingat dengan saya ? oh lupa ya.. Perkenalkan lagi deh.. nama saya
Adrianus Janson. Saya biasa dipanggil Janson. Saya Mahasiswa prakteg
keperawatan STIKES St.Elisabeth yang akan merawat Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)
selama di sini. Kalo Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). membutuhkan bantuan, Bapak
dapat menghubungi saya.
 Evaluasi
Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). hari ini. Bpk/Ibu/Mas/Mba (A).
kemarin sudah saya ajari cara mengungkapkan cara mengungkapkan marah
dengan cara menarik nafas panjang ya. Sudah latihan kemarin ? Coba lihat
jadual kemarin..ya bagus. Coba praktekan cara yang saya ajarkan kemarin ?
 Kontrak
Topik :Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang
tentang cara mengungkapkan marah dengan fisik II ?
Waktu: Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). mau berapa menit ? Bagaimana kalau 10
menit
Tempat: Mau dimana kita berbincang-bincang ?
KERJA
Baiklah. Cara mengungkapkan marah yang sehat yang kedua adalah dengan
memukul bantal. KalauBpk/Ibu/Mas/Mba (A). ingin marah coba cari bantal
kemudian kita pukul bantal tersebut seperti ini. ( perawat mendemontrasikan cara
memukul bantal )
Sekarang coba Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). lakukan ! Sekali lagi… coba ! Bagus !
Lakukan beberapa kali sampai rasa marahnya menurun ya pak Amat ?
Kalau kebetulan tidak ada bantal, Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). bisa memukul kasur,
menendang bola atau memukul pohon pisang atau bisa saja lari.
Yang penting barang-barang tersebut tidak menimbulkan kerugian bagi diri
sendiri, orang lain atau lingkungan sekitar..
TERMINASI
 Evaluasi
Evaluasi subyektif: Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). setelah kta
berbincang-bincang ?
Evaluasi obyektif: Coba Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). lakukan lagi cara
mengungkapkan marah yang sehat cara yang kedua ? Bagus !
 Rencana Tindak Lanjut
“Nah.. Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). khan sudah bisa mengungangkapkan marah
secara sehat dengan 2 cara. Sekarang kita masukan dalam jadual harian
ya..? Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). mau latihan berapa kali sehari..? Bagimana
kalo 2 kali saja dulu. Baiklah berarti besok Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). latihan
jam 7 pagi dan jam 7 malam ya..? Nanti kalo jam-jam itu Bpk/Ibu/Mas/Mba
(A). latihan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). tinggal memberi tanda chentang. Yang
cara pertama juga tetap latihan ya. Besok saya akan lihat ya..?”
 Kontrak
Topik: “Kalo besok Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). sudah latihan cara
mengungkapkan marah yang sehat dengan cara III , Saya akan ajari cara
mengungkapkan marah yang sehat cara yang ke tiga yaitu secara verbal
Bagaimana Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). mau..?”
Tempat: “Mau dimana kita bercakap-cakap Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)...?? Oh di
teras..baiklah”
Waktu: “Jam berapa kita besok akan bercakap-cakap..? Mau berapa menit
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)...?” “Baiklah sekarang Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). bisa
nonton TV dulu. Jangan lupa besok latihan ya..??”

3) Pertemuan ke : III ( tiga )


 Kondisi Klien :
 Klien kadang-kadang masih marah – marah
 Wajah relative lebih cerah
 Bicara kadang masih dengan nada tinggi dan kasar
 Kadang-kadang klien mengumpat dengan kata-kata kotor
 Afek lebih stabil
 Klien sudah mampu menyebutkan tand-tanda marah
 Klien sudah mampu menyebutkan perilaku marah yang
biasa dilakukan
 Klien sudah mampu menyebutkan akibat marah
 Klien sudah mampu mendemontrasikan cara marah yang
sehat dengan cara fisik I
 Klien sudah mampu mempraktekan cara mengungkapkan
marah yang sehat dengan cara fisik II ( pukul bantal )
 Tujuan perawatan khusus: Klien mampu mendemontrasikan
cara marah yang sehat dengan cara Sosial (asertif)
 Rencana Tindakan Perawatan
 BHSP
 Validasi perilku marah yang dilakukan
 Validasi laihan mengungkapkan marah yang sehat dengan
fisik II ( pukul bantal )
 Ajarkan cara mengungkapkan marah yang sehat dengan
cara sosial
 Buatkan jadual latihan mengungkapkan marah yang sehat
dengan cara social

ORIENTASI
 Salam therapeutic
Selamat pagi..(sambil mengajak berjabat tangan) pak Amat. Masih ingat
dengan saya ? ya betul..saya Agung. Sekali lagi Kalo Bpk/Ibu/Mas/Mba (A).
membutuhkan bantuan, Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). dapat menghubungi saya.
 Evaluasi
Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). hari ini. Bpk/Ibu/Mas/Mba (A).
kemarin sudah saya ajari cara mengungkapkan cara mengungkapkan marah
dengan cara menarik nafas panjang ya dan memukul bantal khan ? Sudah
latihan kemarin ? Coba lihat jadual kemarin..ya bagus. Coba praktekan cara
yang saya ajarkan kemarin ?
 Kontrak
Topik :Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang
tentang cara mengungkapkan marah dengan cara social atau berbicara
dengan baik-baik ya ?
Waktu: Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). mau berapa menit ? Bagaimana kalau 10
menit
Tempat: Mau dimana kita berbincang-bincang ?
KERJA
Baiklah. Cara mengungkapkan marah yang sehat yang ketiga adalah dengan
cara berbicara dengan baik-baik. Nah Sekarang coba Bpk/Ibu/Mas/Mba (A).
menyampaikan kepada orang yang membuat Bpk/Ibu/Mas/Mba (A).
marah dengan baik-baik. Caranya ada 3 ( tiga ) yaitu :
1. Meminta dengan cara yang baik tanpa dengan marah, nada yang rendah dan
tidak kasar. Kemarin khan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). mengatakan salah satu
penyebab marahnya adalah Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). meminta uang ! Nah kalo
ingin meminta uang coba katakana baik-baik “Bu saya minta uang untuk beli
rokok “ Coba Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). tirukan . Bagus . Sekali lagi… coba !
2. Menolak dengan baik ., jika ada yang menyuruh dan Pak
AmBpk/Ibu/Mas/Mba (A). at tidak ingin melakukanya coba katakana “ Maaf
saya tidak bisa melakukanya karena saya sedang ada kerjaan. Coba
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). praktekan . Bagus.
3. Mengungkapkan perasaan kesal. Jika ada yang perlakuan orang lain yang
4) Pertemuan ke : IV ( empat )
a) Kondisi Klien :
 Klien tampak masih kadang-kadang marah
 Wajah relative lebih cerah dan rileks
 Bicara dengan kadang-kadang masih nada tinggi
 Kadang-kadang masih mengumpat dengan kata-kata kotor
 Afek sesuai
 Klien sudah mampu mendemontrasikan cara marah yang
sehat dengan cara fisik I
 Klien sudah mampu mendemontrasikan cara marah yang
sehat dengan cara fisik II
 Klien sudah mampu mendemontrasikan cara
mengungkapkan marah secara sehat dengan sosial
b) Tujuan perawatan khusus
Klien mampu mendemontrasikan cara marah yang sehat
dengan cara spiritual
c) Rencana Tindakan Perawatan
 BHSP
 Validasi perilku marah yang dilakukan
 Validasi laihan mengungkapkan marah yang sehat dengan
fisik I,II dan sosial
 Ajarkan cara mengungkapkan marah yang sehat dengan
cara spiritual
 Buatkan jadual latihan mengungkapkan marah yang sehat
dengan spiritual

ORIENTASI
 Salam therapeutic
Selamat pagi..(sambil mengajak berjabat tangan) Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)..
Masih ingat dengan saya ? Ok Bagus sekarang sudah tidak lupa lagi ya.
 Evaluasi
Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). hari ini. Bpk/Ibu/Mas/Mba (A).
kemarin sudah saya ajari cara mengungkapkan cara mengungkapkan marah
dengan cara menarik nafas panjang dan memukul bantal ya. Sudah latihan
kemarin ? Coba lihat jadual kemarin..ya bagus. Coba praktekan cara
mengungkapkan marah dengan menarik nafas panjang. Kalau cara yang
kedua ? Bagus. Hebat ya Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)..
 Kontrak
Topik :“Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang
tentang cara mengungkapkan marah dengan cara yang keempat ?”
Waktu: “Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). mau berapa menit ? Bagaimana kalau 10
menit”
Tempat: “Mau dimana kita berbincang-bincang ?”
KERJA
Baiklah. Cara mengungkapkan marah yang sehat yang keempat adalah dengan
cara spiritual. Boleh tahu Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). beragama apa ? Oh ya… Islam
ya !. Menurut Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). kalo mengungkapkan marah sesuai dengan
agama Islam bagaimana pak ? Oh ya..kalo belum tahu juga tidak apa-apa.
Begini Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)., coba kalo Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). rasanya ingin
marah Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). membaca istighfar ? Bisa Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). ?
Ya betul astagfirullohal’adim. coba ulangi sekali lagi. Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). bisa
membaca ayat kursi ? coba ! Bagus. Itu juga bacaan yang bagus. Atau cara lain
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). bisa juga berwudlu. Bisa berwudlu khan..? Bagus !
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). bisa memilih salah satu atau semuanya bisa dilakukan.
TERMINASI
 Evaluasi
Evaluasi subyektif: “Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). setelah kta
berbincang-bincang ?”
Evaluasi obyektif: “Coba pak Amat lakukan lagi cara mengungkapkan
marah yang sehat cara yang keempat ? Bagus !”
 Rencana Tindak Lanjut
“Nah Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). khan sudah bisa mengungangkapkan marah
secara sehat dengan 2 cara. Sekarang kita masukan dalam jadual harian
ya..? Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). mau latihan berapa kali sehari..? Bagimana
kalo 2 kali saja dulu.Baiklah berarti besok Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). latihan
jam sehabis sholat subuh dan sholat magrib ya.? Nanti kalo jam-jam itu Pak
Amat latihan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). tinggal memberi tanda chentang. Yang
cara pertama juga tetap latihan ya. Besok saya akan lihat ya..?”Berarti
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). punya 4 latihan cara mengungkapkan marah yang
sehat ya..
 Kontrak
Topik: “Kalo besok Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). sudah latihan cara
mengungkapkan marah yang sehat dengan cara kelima , Saya akan ajari cara
mengungkapkan marah yang sehat cara yang ke lima ya..yaitu dengan cara
minum obat Bagaimana Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). mau..?”
Tempat: “Mau dimana kita bercakap-cakap Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)...?? Oh di
teras..baiklah”
Waktu: “Jam berapa kita besok akan bercakap-cakap..? Mau berapa menit
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)...?” “Baiklah sekarang Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). bisa
nonton TV dulu. Jangan lupa besok latihan ya..??”

5) Pertemuan ke : V( Lima )
a) Kondisi Klien :
 Klien relatif tenang
 Wajah cerah
 Bicara kadang masih muncul nada tinggi dan kasar
 Afek stabil
 Klien sudah mampu mendemontrasikan cara marah yang
sehat dengan cara fisik I
 Klien sudah mampu mendemontrasikan cara marah yang
sehat dengan cara fisik II
 Klien sudah mampu mendemontrasikan cara marah yang
sehat dengan cara sosial
 Klien sudah mampu mendemontrasikan cara marah yang
sehat dengan cara spiritual
b) Tujuan perawatan khusus
Klien mampu mendemontrasikan cara marah yang sehat
dengan cara minum obat
c) Rencana Tindakan Perawatan
 BHSP
 Validasi perilku marah yang dilakukan
 Validasi laihan mengungkapkan marah yang sehat dengan
fisik I,II, social dan spiritual
 Ajarkan cara mengungkapkan marah yang sehat dengan
cara minum obat
 Buatkan jadual latihan mengungkapkan marah yang sehat
dengan minum obat
ORIENTASI
 Salam therapeutic
Selamat pagi..(sambil mengajak berjabat tangan) Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)..
Masih ingat dengan saya ? Ok Bagus
 Evaluasi
Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). hari ini. Bpk/Ibu/Mas/Mba (A).
kemarin sudah saya ajari cara mengungkapkan cara mengungkapkan marah
dengan 4 cara khan ? Ingat..apa saja ? Menarik nafas panjang, memukul
bantal terus…bicara baik-baik, membaca istighfar.
Bagus,. Sudah latihan kemarin ? Coba praktekan cara mengungkapkan
marah dengan menarik nafas panjang. Kalau cara yang kedua ?cara yang
ketiga ? kalo yang sesuai dengan agama Bpk/Ibu/Mas/Mba (A).? Bagus.
Hebat ya Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)..
 Kontrak
Topik : “Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang
tentang cara mengungkapkan marah dengan cara yang kelima atau minum
obat ?”
Waktu: “Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). mau berapa menit ? Bagaimana kalau 10
menit”.
Tempat: “Mau dimana kita berbincang-bincang ?”
KERJA
“Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). sudah dapat obat dari dokter ? Tadi pagi sudah minum
obat ? Berapa macam obat yang Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). minum ? Masih ingat
warnanya apa saja ? Baiklah.
Obat Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). itu ada tiga macam. Yang warnanya oranye ( sambil
menunjukkan obatnya )namanya CPZ. Obat ini gunanya agar pikiran
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). tenang, tidak bingung. Yang ini ., yang berwarna merah
jambu namanya HLP. Gunanya agar pikiran Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). teratur dan
rasa marah Bpk/Ibu/Mas/Mba. (A). dapat berkurang sedangkan Yang putih
namanya THP ini namanya THP.. Gunanya agar Bpk/Ibu/Mas/Mba (A). merasa
rileks dan tidak tegang. Semua obat ini diminum 3 kali sehari ya.., yaitu jam 7
pagi setelah makan pagi, jam 1 setelah makan siang dan jam 7 malam setelah
makan malam.
“Kalo nanti setelah minum obat ini mulut Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)terasa kering
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)bisa menghisap –hisap es batu ya pak.”
“Kalo Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)merasa matanya berkunang-kunang
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) sebaiknya beristirahat dulu jang melakukan aktivitas
dulu.”
“Nanti kalo Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) sudah pulang, kalo minum obat mesthi lihat
dulu tulisan ini ( sambil menunjuk label obat ) ya pak. Dilihat apakah benar
nama Bpk/Ibu/Mas/Mba (A), tertulis disitu, berapa kali Bpk/Ibu/Mas/Mba
(A)harus minum obat jam berapa obat tersebut harus diminum. Dan jangan lupa
lihat apakah nama obatnya benar atau tidak. “
“Nah selama di rumah sakit ini coba kalo pas jam minum obat minta ya sama
suter yang jaga kemudian periksa apakah obatnya benar.” “Oh ya kalo minum
obat ini jangan menghentikan sendiri tanpa konsultasi dengan dokter ya karena
jika berhenti nati Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)bisa kambuh lagi”.

TERMINASI
 Evaluasi
Evaluasi subyektif: “Bagaimana perasaan Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)setelah kta
berbincang-bincang ?”
Evaluasi obyektif: “Coba Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)sebutkan obat apa saja yang
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) minum ? Berapa kali minumnya ? Jam berapa saja ?
Bagaimana cara minum obat yang benar ? Bagus !
 Rencana Tindak Lanjut
“Nah.. Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)khan sudah bisa mengungangkapkan marah
secara sehat dengan 5 cara. Sekarang kita masukan kegiatan minum obatnya
kedalam jadual harian ya..?? Nanti kalo jam-jam itu Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)
minum obat Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) tinggal memberi tanda chentang.
Kontrak
Topik: “Besok kita ketemu lagi untuk melihat sejauhmana Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)
melaksanakan kegiatan dan sjauhmana Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) dapat mencegah
marah ya.. Bagaimana Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) mau..?”
Tempat: “Mau dimana kita bercakap-cakap Bpk/Ibu/Mas/Mba (A) ..?? Oh di
teras..baiklah”
Waktu: “Jam berapa kita besok akan bercakap-cakap..? Mau berapa menit
Bpk/Ibu/Mas/Mba (A)..?”
Sampai jumpa besok ya..!
CRITICAL POINT
STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN PERILAKU KEKERASAN

NO KEGIATAN
1 Pra Interaksi
a. Duduk berhadapan tanpa penghalang
b. Jarak duduk
c. Sikap duduk
d. Rileks dan serius
E. SP I
a. Mengucapkan salam
b. Berjabat tangan
c. Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan
d. Menjelaskan maksud dan tujuan interaksi
e. Menanyakan nama dan nama panggilan
f. Menanyakan perasaan klien saat ini
g. Memvalidasi masalah keperawatan
h. Membuat kontrak waktu, tempat dan topic
i. Mengidentifikasi penyebab marah
j. Mengidentifikasi tand-tanda marah
k. Mengidentifikasi perilaku marah yang bisa dilakukan
l. Mendiskusikan akibat marah ( social, hokum.dll )
m. Memberi contoh cara mengontrol marah dengan fisik I
n. Meminta klien mempraktekan cara mengontrol marah dengan
fisik I
o. Memberi reward
p. Menanyakan perasaan klien setelah berbincang-bincang
q. Meminta klien mempraktekan sekali lagi cara mengontrol marah
dengan fisik I
r. Membuat jadual latihan
s. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya
3 SP II
a. Mengucapkan salam
b. Mengingatkan nama
c. Menanyakan perasaan klien
d. Memvalidasi masalah kepeawatan dan latihan pertemuan
sebelumnya
e. Membuat kontrak
f. Mengajarkan dan member contoh cara mengontrol marah
dengan cara fisik II
g. Meminta klien mempraktekan cara mengontrol marah dengan
fisik I
h. Memberi reward
i. Menanyakan perasaan klien setelah berbincang-bincang
j. Meminta klien mempraktekan sekali lagi cara mengontrol
marah dengan fisik II
k. Membuat jadual latihan
l. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya
4 SP 3
a. Mengucapkan salam
b. Mengingatkan nama
c. Menanyakan perasaan klien
d. Memvalidasi masalah kepeawatan dan latihan pertemuan
sebelumnya
e. Membuat kontrak
f. Mengajarkan dan member contoh cara mengontrol marah
dengan cara sosial
g. Meminta klien mempraktekan cara mengontrol marah dengan
soaial
h. Memberi reward
i. Menanyakan perasaan klien setelah berbincang-bincang
j. Meminta klien mempraktekan sekali lagi cara mengontrol
marah dengan cara sosial
k. Membuat jadual latihan
l. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya
5 SP 4
a. Mengucapkan salam
b. Mengingatkan nama
c. Menanyakan perasaan klien
d. Memvalidasi masalah kepeawatan dan latihan pertemuan
sebelumnya
e. Membuat kontrak
f. Mengajarkan dan memberi contoh cara mengontrol marah
dengan cara spiritual
g. Meminta klien mempraktekan cara mengontrol marah dengan
spiritual
h. Memberi reward
i. Menanyakan perasaan klien setelah berbincang-bincang
j. Meminta klien mempraktekan sekali lagi cara mengontrol
marah dengan spiritual
k. Membuat jadual latihan
l. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya
6 SP 5
a. Mengucapkan salam
b. Mengingatkan nama
c. Menanyakan perasaan klien
d. Memvalidasi masalah kepeawatan dan latihan pertemuan
sebelumnya
e. Membuat kontrak
f. Mengajarkan dan memberi contoh cara mengontrol marah
dengan cara minum obat
g. Meminta klien mempraktekan cara mengontrol marah dengan
minum obat
h. Memberi reward
i. Menanyakan perasaan klien setelah berbincang-bincang
j. Meminta klien mempraktekan sekali lagi cara mengontrol
marah dengan minum obat
k. Membuat jadual latihan
l. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya
7 Tekhnik komunikasi
8 Bahasa yang digunakan dimengerti oleh klien
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan sekitar disertai dengan amuk dan gaduh yang tidak bisa
terkontrol. Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan konsep diri:
harga diri rendah. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan. Perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah,memberontak. Sehingga
klien dengan perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan
lingkungan. Perawat dapat mengatasi klien masalah perilaku kekerasan dengan
cara 5 pendetakatan, sehingga klien dapat mengatasi perilakunya tersebut dan
tidak menciderai diri sendiri dan orang lain.

B. SARAN
Kita sebagai seorang perawat harus dapat memberikan pelayanan asuhan
keperawatan yang baik dan tepat bagi pasien dengan gangguan jiwa dengan
masalah perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa. Kita juga harus bisa
menerapkan atau meningkatkan pendekatan komunikasi terapeutik kita dengan
pasien-pasien gangguan jiwa terutama untuk penyembuhan mereka. Pasien
dengan gangguan jiwa memiliki pendekatan yang sangat khusus jadi kita sebagai
perawat sebaiknya dapat memahami perilaku mereka dan lebih sabar dalam
pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan jiwa khususnya
dengan masalah perilaku kekerasan agar pasien dapat sembuh dan membaik
secara perlahan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Saragih, S. 2014. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga


Tentang Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah. Journal
article  Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau. February 2014)
2. Prabowo, E. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika
3. Fitryasari, R., Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika
4. Derja, A,H,S,. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Nurha Medika
5. http://scholar.unand.ac.id/18670/2/BAB%201%20HASIL.pdf

Anda mungkin juga menyukai