Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

SINDROME NEFROTIK AKUT

Disusun oleh
Kelompok 10:
1. Corrina Jessie (201811012)
2. Deyana Paramitha (201811015)
3. Dwi Saputri (201811019)
4. Galuh Putri Pamungkas (201811027)
5. Johanita Ela Cornalia (201811030)
6. Lumintan Efriyanti (201811036)
7. Maria Magdalena Sincan (201811039)
8. Maria Renata Dida K (201811040)
9. Matilda Katarina tu (201811043)
10. Putri Sakti Sersanda (201811049)
11. Rosa Kisda Pintaria (201811051)
12. Skolastika Theodora S (201811053)
13. Tania Dwi Nugraheni (201811055)
14. Teresia Anggita P.A.T (201821026)
15. Yunita Atanasia I Nio (201811066)

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


STIKES ST. ELISABETH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem urinaria tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria dan uretra.
Sistem urinaria berfungsi membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran
sisa-sisa metabolisme, hal ini dilakukan dengan cara mengekskresikan zat-zat
yang tidak diperlukan melalui proses filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan
sekresi tubulus. Ginjal selain berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan
menghasilkan hormon seperti renin-angiostensin, erythropoetin, dan
mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif vitamin D.1
Sindrome nefrotik akut adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang
menimbulkan proteimuria, hipoalbuminemia, hyperlipidemia, dan edema.
Hilangnya protein menyebabkan penurunan tekanan osmotik plasma dan
peningkatan tekanan hidrostatik yang menyebabkan terjadinya akumulasi
cairan dalam rongga interstitial dan rongga abdomen. Penurunan volume
cairan vaskuler menstimulasi sistem renin-angiotensin yang mengakibatkan
disekresikannya hormon antidiuretik (ADH) dan aldosterone. Reabsorbsi
tubular terhadap natrium dan air mengalami peningkatan dan akhirnya
menambah volume intravaskuler. 2
Sindrom Nefrotik pada anak sebagian besar (80-90%) mempunyai
gambaran patologi anatomi berupa kelainan minimal (SNKM). Pada
pengobatan dengan kortikosteroid inisial, sebagian besar SKNM (94%)
mengalami remisi total (responsif). Prognosis jangka panjang SNKM selama
pengamatan 20 tahun menunjukkan hanya 4-5% menjadi gagal ginjal terminal
dan sebagian besar lainnya disertai penurunan fungsi ginjal. Sindrom nefrotik
merupakan sindrom patologi berbagai factor yang merubah permeabilitas
glomerulus. Penyebab-penyebab sindrom nefrotik dapat digolongkan menjadi
jenis primer dan sekunder. Gejalanya dapat menjadi akut pada anak yang
tidak berespon terhadap pengobatan. Kejadian sindom nefrotik akut pada anak
di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7 kasus per 100.000 anak per tahun,
dengan prevalensi berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di Negara
berkembang kejadiannya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6 kasus per
100.000 per tahun pada anak berusia kurang dari 14 tahun. Perbandingan anak
laki-laki dan perempuan 2:1.3
Sebagai seorang perawat kita harus mempelajari SNA (Sindrom Nefrotik
Akut) mengingat masih banyaknya kasus pada penyakit ini dan sebagai
perawat tidak menutup kemungkinan akan mneghadapi masalah penyakit
tersebut, jadi sebagai perawat perlu melakukan perawatan secara
komprehensif dan dapat menentukan masalah dan diagnosa keperewataan
bagi pasien.
Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk membahas mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan Sindrom Nefrotik Akut mulai dari
pengkajian hingga intervensi dan pathway untuk mengerti alurnya jalan suatu
penyakit Sindrom Nefrotik Akut.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu menganalisa asuhan keperawatan pada
gangguan system tubuh anak khususnya sindrom nefrotik akut
2. Mahasiswa mampu menganalisis kasus dari aspek etik dan
legalitas system tubuh anak khususnya sindrom nefrotik akut
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan etiologi dari sindrom nefrotik
akut
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan gejala terjadinya sindrom
nefrotik akut
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan penatalaksanaan dari sindrom
nefrotik akut
4. Mahasiswa mampu mendeskripsikan perjalanan terjadinya sindrom
nefrotik akut

C. Manfaat
1. Bagi Pengembangan Ilmu
Dapat memberikan sumbangan ilmiah kepada dunia kesehatan
khususnya ilmu keperawatan, mengenai asuhan keperawatan pasien
Sindrom Nefrotik Akut.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai
Sindrom Nefrotik Akut tentang tanda dan gejala timbulnya penyakit
tersebut.
3. Bagi Institusi
Makalah ini dapat dijadikan sebagai referensi di institusi
BAB II
MIND MAPPING
A. Pathway
BAB III

PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun dibawa oleh ibunya ke poli anak
karena anak mengalami bengkak di seluruh bagian mata, tangan dan kakinya.
Hasil pemeriksaan fisik: terdapat edema pada palpebra, tungkai bawah (pitting
edema +2) dan edema skrotum, frekuensi nadi 96x/ menit, suhu 37,5 0C.
pemeriksaan laboratorium ditemukan protein urea, pemeriksaan laboratorium
darah ditemukan hiperkolestrolemia dan hipoproteinemia.

Nama Perawat yang mengkaji : Putri Turnip


Unit : Poli Anak
Ruang/Kamar : Angela / 201
Tanggal/Waktu masuk RS : 4 Maret 2020
Tanggal/Waktu pengkajian : 5 Maret 2020
Cara pengkajian : a. Autoanamnesa
b. Alloanamnesa
c. Observasi

1. Identitas
a. Nama Anak : Galuh Nugroho Dwi Saputra Tu
b. Alamat : Jl. Tegalsari 10, Semarang
c. Nomor telepon : 081901001778
d. Tempat/tanggal lahir : Semarang, 10 Januari 2009
e. Suku : Jawa
f. Jenis kelamin : Laki-laki
g. Agama : Islam
h. Tanggal wawancara : 5 Maret 2020
i. Pemberi informasi : Orang tua (ibu)
j. Penanggung jawab : Ny. S (Orang tua)
k. Diagnose medis : SNA
l. Pengasuh utama : Ny. S (Orang tua)
Catatan:
a. Informasi tambahan yang tepat untuk remaja yang lebih besar dapat
mencangkup pekerjaan, alamat sementara dan alamat tepat.
b. Pemberi informasi mencangkup orang tua dan anak serta orang lain yang
mungkin menjadi pengasuh utama, seperti kakek/nenek.

2. Riwayat Penyakit Sekarang


a. Keluahan Utama (KU)
Mengalami bengkak diseluruh bagian mata, tangan dan kakinya.
b. Keluhan Penyerta
Terdapat edema pada palpebra, tungkai bawah (pitting edema +2) dan
edema skrotum.
3. Riwayat masa lalu
Tidak ada
Riwayat masa lalu (RM): untuk mendapatkan profil penyakit, cidera atau
operasi yang dialami individu sebelumnya, pentingnya riwayat perinatal
tergantung dari usia anak. Makin muda usia, makin penting riwayat perinatal.
a. Kehamilan (Ibu)
1) Jumlah (gravida)
a) Tanggal kelahiran : 10 Januari 2009
Catatan:
Jelaskan relevansi riwayat opstetrik dalam menunjukan pentingnya
factor yang berhubungan dengan kesehatan anak.
2) Hasil (paritas):
a) Gestasi (cukup bulan, premature, postmatur) : 9 Bulan
b) Lahir :1 Mati :- Aborsi :-
Catatan :
Kaji sikap emosi orang tua terhadap kehamilan dan kelahiran.
3) Kesehatan selama kehamilan : Sehat
4) Obat-obatan yang digunakan
Selama hamil ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan

b. Persalinan dan melahirkan :


1) Durasi persalinan : 6 jam
2) Tipe melahirkan : Spontan
3) Tempat melahirkan : Rumah sakit
Catatan :
kaji perasaan orang tua mengenai melahirkan, menyelidiki faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kedekatan seperti berpisah dari bayi.

c. Kelahiran
a) Berat badan/panjang badan : 2,5 kg/ 38 cm
b) Waktu peningkatan berat badan lahir : 1 bulan
c) Kondisi kesehatan : Sehat
d) Skor apgar :9
Appearance (Warna kulit) :2 Seluruh tubuh kemerah-merahan
Pulsa Rate (Frekuensi nadi) : 2 >100
Grimace (Reaksi rangsang) :1 Sedikit gerakan mimik
Activity (Tonus otot) :2 Gerakan aktif
Respiration (Pernafasan) :2 baik/menangis
e) Anormali comenital : ada /tidak ada
f) Lama perawatan : 3 hari
Catatan:
Bila masalah kelahiran dilaporkan, tanyakan tentang tindakan, seperti
penggunaan oksigen, fototerapi, pembedahan, dan sebagainya, serta
respon emosi orang tua pada kejadian.

d. Penyakit, operasi atau cidera sebelumnya.


Ibu mengatakan anak tidak ada riwayat penyakit,operasi atau cidera
sebelumnya
Catatan :
Dapatkan gambar penyakit untuk memastikan diagnosis.Waspadai area
pencegahan cidera.

e. Alergi
1) Hay fever, asma atau cidera : ibu mengatakan anak tidak memiliki
hay fever asma atau cidera
2) Reaksi tak umum pada makan, obat, binatang, tanaman atau produk
rumahtangga : Ibu mengatakan anak tidak memiliki alergi
Catatan :
Minta orang tua untuk menggambarkan tipe reaksi alergi dan
keparahannya.
Catat sensivitas yang parah terhadap telur, mungkin merupakan
kontraindikasi untuk menerima imunisasi tertentu.

f. Obat-obatan
1) Nama :-
2) Dosis :-
3) Jadwal :-
4) Durasi :-
5) Alasan pemberian :-
Catatan :
Kaji pengetahuan orang tua terhadap dosis obat umum yang benar, seperti
asetaminofen.Catat penggunaan yang kurang atau berlebihan.

g. Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa anak sudah mendapatkan imunisasi lengkap
h. Pertumbuhan dan perkembangan
1) Berat badan lahir : 2,5 kg
2) Berat badan 6 bulan : 6 kg
3) Berat badan 1 tahun : 10 kg
4) Berat badan sekarang : 29 kg (>2 SD)
Obesitas >2 SD diukur dengan Indeks Massa Tubuh menurut Umur
(IMT/U) Anak Umur 5-18 tahun
5) Gigi geligi : 20
6) Usia control kepala : 1 bulan
7) Usia duduk tanpa dukungan : 7 bulan
8) Usia berjalan : 12 bulan
9) Usia mampu mengeluarkan kata-kata sendiri : 18 bulan
10) Interaksi dengan teman sebaya : 2 tahun
11) Interaksi dengan orang dewasa : 3 tahun
12) Aktivitas bermain : 18 bulan
13) Partisipasi dalam aktivitas organisasi,
seperti olahraga, kepramukaan
dan sebagainya. : 9 tahun
i. Kebiasaan
1) Pola perilaku
a) Mennggigit kuku : ya/tidak
b) Menghisap ibu jari : ya/tidak
c) Pika : ya/tidak
d) Ritual seperti “selimut pengaman”: tidak
e) Gerakan tidak umum (membenturkan kepala, memanjat) : tidak
f) Tempertantrum : ya/tidak
2) Aktivitas kehidupan sehari-hari
a) Jam tidur malam : 21:00 WIB
Jam bangun : 05:00-06:00 WIB
b) Durasi tidur malam : 8-9 Jam
Durasi tidur siang : 1 Jam
c) Usia toilett traning : 2 tahun
d) Pola defekasi : 1x setiap pagi hari
Pola berkemih : 5x perhari
e) Kejadian enuresis : pernah /tidak
f) Tipe latihan : olahraga
3) Respon terhadap frustrasi : Menangis dan marah

4. Basic Promoting Physiologi of Health (saat di rumah sakit)


a. Aktifitas dan Latihan
1) Resiko jatuh (Hampty Dumpty) : Dipasang bedsidetrail
dan tanda “resiko jatuh” di tempat tidur
b. Tidur dan istirahat
1) Durasi tidur : 8-9 jam
2) Jam tidur : 21:00 wib
3) Alat bantu tidur : tidak ada
c. Kenyamanan dan nyeri
1) Wong Baker Faces Pain Scale : tidak ada
d. Nutrisi
1) Tinggi Badan : 129 cm
2) Berat Badan : 29 kg
3) Status Gizi menurut Z Score : 29 kg (>2 SD)
Obesitas >2 SD diukur dengan Indeks Massa Tubuh menurut Umur
(IMT/U) Anak Umur 5-18 tahun
e. Cairan dan Elektrolit
1) Balance Cairan : 20 cc/kg/BB/hari
f. Oksigenasi :-
g. Eliminasi Fekal :
frekuensi konsistensi Warna bau Keluhan
Sebelum 2x sehari padat Kuning khas -
sakit kecoklatan
Sesudah 2x sehari padat Kuning khas Pasien
sakit kecoklatan mengatakan
tidak ada
keluhan
ketika BAB

h. Eliminasi Urin :
frekuensi warna Bau keluhan
Sebelum 6-7x sehari Kuning Khas -
sakit jernih
Sesudah 4x sehari Kuning Menyengat -
sakit gelap

i. Sensori, Persepsi dan kognitif :-

5. Pemeriksaan fisik dengan pendekatan tinjauan sistem


Tinjauan system (TS): untuk mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan
yang potensial.
a. Umum
 Keadaan umum dan kesadaran
Composmetis. GCS 15
 Antopometri
BB : 29 kg
TB : 129
BBI : (TB-100)-10%(TB-100)
(129-100)-10%(129-100)
: 29-10%(29)
: 26,1
 TTV
Nadi : 96x/menit
Suhu : 37,50C
b. Integument
Inspeksi :Kulit tampak mengkilap
Palpasi :Terdapat pitting edema +2 cm
c. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris,kulit kepala bersih, rambut hitam,
tidak ada ketombe, tidak terdapat lesi
Palpasi : tidak ada benjolan
d. Mata
Inspeksi : konjungtiva anemis, terdapat edema diseluruh bagian mata
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
e. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung semitris, tampak bersih, tidak ada sekretnya
Palpasi : tidak ada luka, tidak ada sinus
f. Telinga
Inspeksi :Bentuk telinga kanan dan kiri simteris, tampak bersih, tidak
terdapat luka dan tidak mengeluarkan cairan
Palpasi : Tidak ada benjolan, dan tidak ada nyeri tekan
g. Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab,tidak ada edema dan tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
h. Tenggorokan
Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan
i. Leher
Inspeksi : Leher tidak ada benjolan, tidak ada edema
j. Dada
Inspeksi : Dada tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak
ada lesi
k. Pernapasan
Inspeksi : Tidak terlihat sesak nafas
l. Kardiovaskuler
Inspeksi : ictuscordis tidak terlihat
Palpasi : ictuscordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan atas berada di ICS 2 linea paraseternalis
dekstra
Batas jantung kiri atas berada di ICS 2 linea paraseternalis sinistra
Batas jantung kanan bawah di ICS 4 linea paraseternalis dekstra
Batas jantung kiri bawah di ICS 5 linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Terdengar suara S1 dan S2
m. Gastrointestinal
Inspeksi : tidak terdapat luka dan tidak terdapat cairan yang keluar
Auskultasi : bising usus 15x/menit
Perkusi : Suara redup
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
n. Genitourianarius
Tidak dapat berkemih dengan baik dan terdapat edema skrotum
o. Ginekologis
-
p. Musculoskeletal
-
q. Neurologis
-

6. Profil Pasien (ringkasan)


Profil pasien (P/P) adalah meringkas pesan menyeluruh pewawancara
terhadap latar belakang fisik, psikologi, dan sosial ekonomi keluarga dan
anak.
a. Status kesehatan : Ibu pasien mengatakan bahwa anak lemas dan
bengkak di beberapa bagian tubuh
b. Status psikologi : Sebelum masuk rumah sakit anak tampak
tenang dan saat berada di rumah sakit anak tampak gelisah karena
beradaptasi dengan suasana dan kebiasaan yang baru
c. Status sosial ekonomi : Ibu mengatakan keadaan ekonomi berada
dalam kalangan ekonomi menengah ke atas

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium ditemukan protenuria, hiperkolestrolemia dan
hipoproteinemia
b. Tanggal dan jam pemeriksaan diagnostik : 5 Maret 2020/ 10:00 WIB

8. Terapi
Nama Komposisi Dosis Rute Indikasi Kontraindikas Tanggal
Obat Obat i Pemberian
Format Analisa Data
TANGGAL/JA DATA MASALAH ETIOLOGI
M KEPERAWATA
N
5 Maret 2020/ DS: - Kelebihan - Gangguan
09:00 WIB 1. Ibu menggatakan volume mekanisme
anak mengalami cairan regulasi
bengkak pada
bagian mata.
2. Ibu menggatakan
anak mengalami
bengkak pada
bagian tangan.
3. Ibu menggatakan
anak mengalami
bengkak pada
bagian kaki.

DO:
1. Pemeriksaan fisik
a. Terdapat
edema pada
palpebra
b. Terdapat
piting edema
+2 pada
tungkai bawah
c. Terdapat
edema pada
skrotum
2. TTV
a. Suhu 37,5Oc
b. HR 96x/menit
3. Laboratorium urin
a. Terdapat
proteinuria
4. Laboratorium
darah
a. Terdapat
hiperkolestero
lemia
b. Terdapat
hipoproteinem
ia

RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan regulasi metabolik


dibuktikan dengan pemeriksaan fisik terdapat edema pada mata, tangan dan kaki,
terdapat edema pada palpebra, terdapat piting edema +2 pada tungkai bawah, terdapat
edema pada skrotum. Hasil pemeriksaan fisik : HR 96x/menit. Hasil laboratorium
urin terdapat proteinuria,darah terdapat hiperkolestrolemia, terdapat hipoproteinemia.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

TANGGAL NO. TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI


/ DP
JAM
5 Maret 1. Setelah dilakukan perawatan selama 1. Manajemen Cairan 1. Manajemen Cairan
2020/ 3x24 jam diharapkan masalah (4120) (4120)
09:00 keperawatan kelebihan volume cairan Mandiri Mandiri
dapat teratasi dengan kriteria hasil: a. Timbang berat badan a. Untuk mengetahui berat
Domain : Kesehatan Fisiologis (II) setiap hari dan monitor badan dan status
Kelas : Cairan dan Elektrolit (G) status pasien kesehatan pasien apakah
Outcome: Keseimbangan Cairan b. Jaga intake/asupan sudah lebih membaik
(0601) yang akurat dan catat atau belum
Indikator A T Keterangan output pasien b. Pembatasan intake oral
Keseimbangan 3 5 1: Sangat Monitor perlu dijaga supaya anak
intake dan terganggu a. Monitor tanda-tanda tidak memakan yang
output dalam 2: Banyak vital pasien berlebihan
24 jam terganggu b. Monitor indikasi Monitor
3: Cukup kelebihan cairan/retensi a. Untuk mengetahui status
terganggu misalnya edema dan perkembangan tanda –
4: Sedikit asites tanda vital yang di alami
terganggu c. Monitor perubahan oleh pasien
5: Tidak berat banda pasien b. Untuk mengetahui apakah
terganggu sebelum dan setelah pasien mengalami
Berat badan 3 5 1: > 40 kg dialisis kelebihan cairan / retensi
stabil 2 :34-39 kg d. Monitor hasil misalnya edema
3: 28-33 kg laboratorium yang c. Untuk mengetahui
4:23-28 kg relevan dengan perubahan berat badan
5: 17-22 kg keseimbangan cairan pasien sebelum dan
(albumin dan protein) setelah dialisis
Edema perifer 3 5 1 : 4+ e. Kaji perubahan edema : d. Monitor hasil
(8mm) pantau edema sekitar laboratorium dapat
2 : 3+ mata, tangan,tungkai diketahui hasil
(6mm) bawah, lengan dan laboratorium albumin
3 : 2+ skrotum dan protein apakah masih
(4mm) Kolaborasi kelebihan atau tidak
4 : 1+ a. Berikan diuretik Lasix e. Untuk mnegkaji edema
(2mm) b. Beri terapi IV albumin apakah berkurang atau
5 : tidak c. Berikan obat ACE tidak
terdapat inhibitor Kolaborasi
pitting d. Konsultasikan dengan a. Pemberian obat Lasix
edema dokter jika tanda-tanda deapat mengurangi
Denyut nadi 4 5 1: Sangat dan gejala kelebihan kelebihan cairan
radial Terganggu volume cairan menetap b. Pemberian terapi IV
2 : Banyak atau memburuk. albumin untuk
terganggu Edukasi menggantikan albumin
3 : Cukup Dukung pasien dan yang kurang dalam darah
terganggu keluarga untuk membantu c. Pemberian obat ACE
4: dalam pemberian makanan inhibitor dapat
Sedikikt dengan baik misalnya mengurangi proteinuria
Terganggu makan makanan yang d. Agar pasien dan keluarga
5 : Tidak rendah lemak dan garam dapat mengkonsultasikan
terganggu ke dokter jika keadaan
pasien kembali
Domain : Kesehatan Fisiologi (II) memburuk
Kelas : Eliminasi (F) Edukasi
Outcomes : Fungsi Ginjal Agar keluarga pasien
Indikator A T Keterangan mengetahui makanan apa saja
Peningkatan 2 4 1 : Berat
yang boleh di konsumsi oleh
protein urin 2 : cukup
pasien
berat
2. Pengaturan Posisi (0840)
3 : sedang
Mandiri 2. Pengaturan Posisi (0840
4 : ringan
a. Sokong bagian tubuh Mandiri
5 : tidak
yang oedeme a. Pemberian bantal dapat
ada
(menempatkan bantal mengurangi
dibawah lengan atau penumpukan cairan di
bawah skrotum) lengan dan skrotum
Monitor Monitor
- Kolaborasi
Kolaborasi Edukasi
- a. Dengan mendorong
Edukasi pasien untuk melakukan
a.Dorong pasien untuk perubahan posisi dapat
terlibat dalam perubahan mencegah edema di
posisi bagian tertentu dan tidak
b. Ajarkan pasien untuk terjadi dekubitus
mengatur posisi b. Untuk mengurangi
trendelenburg(posisi kaki tingkat keparahan pada
lebih tinggi dari pada edema
kepala). c.
B. Analisis Kasus Etik Legal
1. Autonomy
Yaitu klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam mengambil tindakan
terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan pengobatan
kepada klien.
2. Beneficience
Yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien. Oleh karena itu,
perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar tindakannya dapat bermanfaat dalam
menolong klien.
3. Non-malaficence
Yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip primum non nocere (yang paling
utama jangan merugikan), resiko fisik, psikologis, dan sosial hendaknya diminimalisir
semaksimal mungkin.
4. Veracitiy
Yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan sejujur-jujurnya tentang apa
yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh klien. Informasi yang
diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan klien agar klien mudah
memahaminya.
5. Confidentiality
Yaitu perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi klien meskipun telah
meninggal dunia.
6. Justice
Yaitu seorang perawat professional maupun dokter harus mampu berlaku adil pada
klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan lain sebagainya.

KASUS :
Anak dirawat diruang rawat inap dengan SNA. Anak meminta minum kepada perawat
karena kehausan. Perawat tidak mengijinkan anak karena intake dibatasi.
ANALISA :
Berdasarkan kasus diatas, perawat mengutamakan prinsip primum non nocere (yang
paling utama jangan merugikan), walaupun anak meminta minum perawat tidak
mengijikan anak minum karena intake dibatasi. Maka dari itu kelompok kami memilih
etik legal Non-malaficence.

Undang-Undang yang Mengatur :


UU nomor 36 tahun 2009 Pasal 53
1. Pelayanan kesehatan perseorangan ditunjukan untuk menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat ditunjukan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


mendahulukan pertolongan keselamatan pasien dibandingkan kepentingan lainnya
BAB IV

PENUTUP

A. Sindrome nefrotik akut adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang menimbulkan proteimuria,
hipoalbuminemia, hyperlipidemia, dan edema. Penyebab-penyebab sindrom nefrotik
dapat digolongkan menjadi jenis primer dan sekunder. Sindrom nefrotik akut biasanya
terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan perempuan

B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan sebaiknya mengetahui bagaimana cara penanganan
secara mandiri, kolaborasi, monitoring dan edukasi apabila terdapat gejala-gejala pada
anak-anak untuk mengetahui apakah anak menderita sindrom nefrotik akut agar
mendapat pertolongan secara dini.
REFERENSI
1. Kurniasih, Tjithih. (2018). Sistem Organ Manusia. Ed 1. Cet 1. Yogyakarta : Deepublish
2. Nugroho, Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas Anak, Bedah, Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Nuka Medika
3. Trihono, Partini Pudjiastuti dkk,. (2012). Tata Laksana Sindrom Nrfrotik Idiopatik pada
Anak. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
4. Rachmadi, Dedi, dkk., (2010). Diagnosis dan Penatalaksaan Glomerulonefritis Akut.
Lampung : FK UNPAD-RS Dr. Haana Sadikin Bandung
5. Kyle, Terri.Carman, Susman. (2012).Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
6. Herman dkk,.(2018). Nanda-1 Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta : EDC.
7. Moorhead dkk,(2013). Nursing Outcomes Classification. Edisi 5. Yogyakarta : Moco
Media,.
8. Bulechek dkk,. (2013)Nursing Interventions Classification. Edisi 6. Yogyakarta: Moco
media.

Anda mungkin juga menyukai