Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PEMBERIAN OBAT

SECARA INTRAMUSKULAR

Disusun oleh Kelompok 3:


1. Adrianus Janson 201811002
2. Aisyia Muktisari 201811004
3. Anggie Pratiwi 201811008
4. Arnida Putri.A 201811009
5. Cindy Dwi.L 201811011
6. Dhea Avila 201811016
7. Eva Dwi.F 201811023
8. Johanita Ela.C 201811030
9. Maria Rosaria.A.S 201811041
10. Niken Puspita 201811045
11. Skolastika Theodora.S 201811053
12. Yunita Atanasia.I.N 201811066
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tindakan injeksi merupakan salah satu tindakan medis yang paling


sering dikerjakan. Lebih dari 90% tindakan injeksi dikerjakan untuk tujuan
terapeutik, sementara 5-10% untuk tindakan preventif termasuk keluarga
berencana. Tindakan injeksi harus dikerjakan secara aman. Penggunaan alat
injeksi yang berulang dapat menjadi sumber transmisi virus Hepatitis B,
virus Hepatitis C dan HIV. Karena itu WHO merekomendasikan pengunaan
alat injeksi sekali pakai (disposable).
Tidak jarang tindakan injeksi menimbulkan rasa takut pada pasien,
baik anak maupun orang dewasa. Tehnik yang tepat dapat mengurangi rasa
sakit akibat proses injeksi. Empat hal yang harus diperhatikan dalam
tindakan injeksi yaitu: rute injeksi, lokasi injeksi, tehnik dan alat.
Injeksi adalah suatu metode untuk memasukkan liquid ke dalam tubuh
dengan menggunakan spuit dan jarum melalui kedalaman kulit tertentu agar
bahan-bahan dapat didorong masuk kedalam tubuh. Tindakan injeksi pun
dapat dilakukan dengan rute IM (Intramuskular), IV (Intravena), IC
(Intracutan), dan SC(Subcutan).
Injeksi itramuskular (IM), memungkinkan adsorbsi obat yang lebih
cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot.
Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang
dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke
pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung
dalam 10-30 menit, guna memperlambat adsorbsi dengan maksud
memperpanjang kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi
dalam minyak umpamanya suspense penicilin dan hormone kelamin.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu mendeskripsikan mengetahui tentang teori
injeksi intramuscular dan mengaplikasikannya.

b. Tujuan Khusus:

1) Mendeskripsikan tentang pengertian dari injeksi intramuscular.


2) Mendeskripsikan prinsip pemberian obat secara IM
3) Mendeskripsikanindikasi dan kontraindikasi pemberian obat secara
IM
4) Mendeskripsikan tentang macam macam obat yang diberikan secara
IM
5) Mendeskripsikan tentang daerah pemberian obat secara IM
6) Mendeskripsikan tentang prosedur pemberian obat secara IM

C. Manfaat:
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan tentang injeksi
intramuscular
2. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang injeksi intramuscular
3. Dapat dijadikan referensi bagi institusi
BAB 2

ISI

A. Pengertian
Injeksi Intramuskular yaitu teknik memasukkan atau memberikan obat
melalui otot. Injeksi intramuscular memiliki kelebihan absrobsi obat yang leboh
cepat daripada subcutan, karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di
otot . Disamping itu, cara pemberian suntikan ini memungkinkan kita untuk
menyuntikkan sejumlah volume yang lebih banyak (maksimal 20cc). dan ini juga
suatu cara yang dianjurkan obat untuk menyuntikkan obat yang berminyak,
karena ini mempunyai sifat sukar diserap. Pada penyuntikkan intramuskuler ada
bahaya akan tertusuknya pembuluh darah (yang menyebabkan penyerapan
yang sangat cepat) atau tertusuknya syaraf (yang dapat menyebabkan
kelumpuhan). Untuk suntikan intramuskuler kita juga memilih suatu tempat
dimana terdapat otot yang besar, sehingga tidak ada kemungkinan untuk
menusuk syaraf. Terutama ditujukan pada pantat dan kaki bagian atas. Jika tidak
memungkinkan, karena alasan-alasan tertentu (misalnya karena dekubitas atau
adanya cedera), kita dapat memilih lengan bagian atas. Jika memilih otot pada
pantat harus membatasi bidang kuadran atas bagian luar.
Volume larutan untuk injeksi intramuskuler (IM) adalah 0,5 – 3,0 mL,
dengan rata-rata 1-2 mL. volume larutan obat yang lebih dari 3,0 mL
menyebabkan perpindahan jaringan otot yang lebih banyak dan kemungkinan
terjadinya kerusakan jaringan. Dosis yang lebih besar daripada 3 mL biasanya
dibagi dan diberikan pada dua tempat yang berbeda. Bagian tentang subkutan
intramuskuler ini dibagi menjadi 3 sub bagian : (1) larutan obat untuk injeksi, (2)
rekonstitusi obat bubuk, dan (3) pencampuran obat-obat injeksi.
B. Tujuan Tindakan
1. Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat
lebih cepat disbanding dengan pemberian secara subcutan karena
lebih banyaknya suplai darah di otot tubuh
2. Untuk memasukkan dalam jumlah yang lebih besar disbanding obat
yang diberikan melalui subcutan.
C. Indikasi , Kontraindikasi dan Komplikasi
Indikasi pemberian obat secara intramuskular biasa dilakukan pada
pasien yang tidak sadar , tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral , pemberian vitamin K
pada bayi , lokasi injeksi yang sesuai dengan obat yang diprogramkan ,
dan pasien yang bebas dari infeksi.
Kontra indikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu:
infeksi, lesi kulit, jaringan parut, benjolan tulang, otot atau saraf besar
dibawahnya.
Komplikasi dalam pemberian obat secara intramuskular yaitu abses
, necrosis , kulit mengelupas, kerusakan saraf , nyeri berkepanjangan.

D. Jenis Obat
1. Vaksin
Vaksin diberikan melalui suntikan ke dalam masa otot. Vaksin yang
mengandung adjuvan harus diberikan secara intra muscular untuk
mengurangi reakasi lokal. Macam-macam vaksin yang diberikan secara
intramuscular yaitu :
a. Imunisasi DPT-HB-HIB, jenis imunisasi ini bertujuan untuk
mencegah penyakit tetanus, pertussis, difteri, maupun hepatitis
B. vaksin ini dapat disuntikan pada paha bagian atas.
b. Imunisasi BC, pemberian vaksin ini bertujuan untuk memberikan
suatu kekebalan aktif terhadap tuberculosis. Cara pemberiannya
juga cukup mudah , hanya dengan menyuntikanya pada bagian
lengan kanan atas dengan dosis 0,05 ml sebanyak satu kali.
c. Imunisasi hepatitis B, pemberian imunisasi ini bertujuan untuk
mencegah penyakit hepatitis B. pemberian vaksin ini biasanya
akan dibagi menjadi tiga dosis. Dosis yang pertama akan
diberikan ketika usia 0-7 hari, sedangkan untuk dosis
selanjutnya minimal berjarak 4 minggu kemudian.
d. Imunisasi campak, jenis imunisasi ini bertujuan untuk
meningkatkan suatu kekebalan tubuh yang aktif terhadap
berbagai virus penyakit khususnya campak. Vaksin ini diberikan
dengan menyuntikanya pada bagian lengan kiri atas dengan
dosis 0,5 ml.
e. Imunisasi TD, diberikan sebagai imunisasi ulangan agar si kecil
bisa terhindar dari penyakit tetanus maupun difteri mulai usia
sekitar 7 tahun.

2. Antinyeri
Antinyeri diberikan melalui suntikan ke dalam masa otot. Antinyeri yang
mengandung adjuvan harus diberikan secara intra muscular untuk
mengurangi reakasi lokal. Macam-macam antinyeri yang diberikan
secara intramuscular yaitu :
a. Matolac
Untuk penggunaan jangka pendek untuk nyeri akut sedang
sampai dengan berat.
b. Fentanyl
Untuk depresi pernafasan,cedera kepala,alkhoholisme akut,
serangan asma akut, intolerensihamil,laktasi.
c. Dolgesik
Untuk pengobatan nyeri akut dan kronik yang berat, nyeri paska
operasi.
d. Duralgin
Untuk analgesik seperti : nyeri setelah operasi, neuralgia.
e. Antrain
Untuk mencegah dan mengobati nyeri yang terkait dengan
operasi untuk pengobatan nyeri akut
f. Ketorolac
Untuk mengatasi nyeri sedang hingga nyeri berat untuk
sementara, biasanya digunakan sebelum atau sesudah prosedur
medis, atau setelah operasi

3. Antibiotik
Antibiotik diberikan melalui suntikan ke dalam masa otot. Antibiotik
yang mengandung adjuvan harus diberikan secara intra muscular untuk
mengurangi reakasi lokal. Macam-macam antibiotik yang diberikan
secara intramuscular yaitu :
a. Streptomycin
Berfungsi untuk mengatasi sejumlah infeksi bakteri salah
satunya Tuberculosis, obat ini bekerja dengan membunuh atau
mencegah pertumbuhan bakteri penyebab infeksi
b. Kemopen (procaine benzylpenicilin)
Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang
peka terhadap Procaine benzypinicilin (sipilis, infeksi saluran
pernafasan, infeki kulit, difteri)
c. Ceftriaxone
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan
bakteri atau membunuh bakteri dalam tubuh (gonorea)
d. Cefotaxime
Digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi bakteri
misalnya infeksi pernapasan bagian bawah, infeksi saluran
kemih, meningitis, gonore.

Daerah Pemberian Obat Secara IM


1. Paha (vastus lateralis)
Posisi klien terlentang dengan lutut agak fleksi. Area ini
terletak antar sisi median anterior dan sisi midlateral paha.
Otot vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara
baik  pada orang deawasa dan anak-anak. Bila melakukan
injeksi pada bayi disarankan menggunakan area ini karena
pada area ini tidak terdapat serabut saraf dan pemubuluh
darah besar. Area injeksi disarankan pada 1/3 bagian yang
tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area
antara trokanter mayor sampai dengan kondila femur
lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi
injeksi. Untuk melakukan injeksi ini pasian dapat diatur miring atau duduk.
2. Ventrogluteal
Posisi klien berbaring miring, telentang,
atau telentang dengan lutut atau panggul miring
dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini
juga disebut area von hoehstetter. Area ini
paling banyak dipilih untuk injeksi muscular karena pada area ini tidak
terdapat pembuluh darah dan saraf besar. Area ini ini jauh dari anus
sehingga tidak atau kurang terkontaminasi. 
3. Dorsogluteal
Dalam melakukan injeksi dorsogluteal,
perawat harus teliti dan hati- hati sehingga
injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan
pembuluh darah. Lokasi ini dapat digunakan
pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 3
tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada
anak dibawah 3 tahun karena kelompok usia ini
otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu cara menentukan lokasi
dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi kuadran-kuadran. Area
glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja tetapi memanjang kearah
Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran area luar atas.
4. Otot Deltoid di lengan atas
Posisi klien duduk atau berbaring datar dengan lengan
bawah fleksi tetapi rileks menyilangi abdomen atau
pangkuan. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas
bagian luar. Area ini jarang digunakan untuk injeksi
intramuscular karena mempunyai resiko besar terhadap
bahaya tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau
serabut saraf. Cara sederhana untuk menentukan lokasi
pada deltoid adalah meletakkan dua jari secara vertical
dibawah akromion dengan jari yang atas diatas akromion.
Lokasi injekssi adalah 3 jari dibawah akromion.

E. Hal-hal yang harus diperhatikan


1. Observasi reaksi pasien selama dan sesudah penyuntikan
2. Tempat penyuntikan pada bokong harus tepat, bila salah akan
mengenai syaraf ishiadicus
3. Bila pasien beberapa kali harus disuntik, maka dilakukan pada
tempat yang berlainan
4. Perhatian untuk paisen anak dan bayi
a. Berikan penjelasan pada anak sesuai tingkat
perkembangan
b. Libatkan keluarga dalam tindakan
c. Khusus bayi dan anak kecil area yang di perbolehkan :
1) Otot vastus lateralis
2) Otot ventrogluteal
d. Volum maksimum dalam satu area adalah 1 cc
e. Berikan restrain yang cukup untuk anak yang tidak
kooperatif
f. Sesuaikan ukuran jarum dengan kebutuhan pasien

H. Standar Operasional Prosedur Injeksi Intra Muscular (IM)


A. FASE PRAINTERAKSI
1. Verifikasi data
2. Persiapan alat
a. Bak injeksi berisi spuit dengan ukuran 3cc/5cc yang berisi obat
dan jarum no 23 dan kapas alkohol atau7 alkohol swab.
b. Piala ginjal atau bengkok
c. Daftar obat
d. Sarung tangan
B. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam atau menyapa klien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
C. FASE KERJA
1. Menutup pintu, jendela kalua perlu memasang skerm
2. Petugas mencuci tangan
3. Memakai sarung tangan
4. Menentukan lokasi injeksi, membebaskan daerah yang akan disuntik
dari pakaian dan mengatur posisi pasien
5. Membersihkan area penyuntikkan dengan kapas alkohol atau alkohol
swab dengan sekali usap atau memutar dari arah dalam keluar.
Membiarkan mongering, jangan ditiup
6. Meregangkan kulit dengan tangan kiri pada daerah pantat atau
mengangkat otot pada muskulus quadriceps femoris / musculus
deltoideus, kemudian menusukkan kedalam otot dengan posisi 90
derajat/ tegak lurus dengan permukaan kulit sedalam kurang lebih ¾
panjang jarum.
7. Melakukan aspirasi untuk memeriksa apakah ada darah atau tidak, bila
tidak ada darah masukkan cairan obat perlahan-lahan
8. Setelah obat masuk seluruhnya, lalu menekan kulit daerah penusukan
jarum dengan kapas alkohol, menarik jarum keluar dengan cepat
kemudian tempat penyuntikan di masase, buang spuit bekas pada
bengkok.
9. Melepas sarung tangan
D. FASE TERMINASI
1. Merapikan pasien
2. Melakukan evaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Membereskan alat
6. Mencuci tangan
E. PENAMPILAN
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
3. Ketelitian
4. Menjaga keamanan pasien
5. Menjaga keamanan petugas atau perawat
BABIII
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemberian obat secara intramuscular adalah pemberian obat/cairan
dengan cara dimasukkan langsung kedalam otot(muskulus). Pemberian obat
dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak
ada kemungkinan untuk menusuk saraf,misalnya pada bokong dan kaki
bagian atas atau pada lengan bagian atas.Pemberian obat intramuskulus
diindikasikan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerjasama
karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral.Obat-obatan
yang diberikan juga tertentu, misalnya obat untuk imunisasi. Adapun
prinsip-prinsip pemberian obat dan lokasi injeksi IM yang harus diketahui
oleh perawat,

1.2 Saran
Sebagai mahasiswa sebaiknya mampu memahami cara pemberian
injeksi dengan IM dan mengetahui lokasi atau daerah mana saja yang
bisa diberikan injeksi IM. Sebagai seorang perawat yang bekerja
didalam tenaga kesehatan , perawat diharapkan mampu menjadi
perawat professional , salah satunya dengan cara mengaplikasikan ,
pemberian injeksi dengan IM dan mengetahui segala hal yang perlu
dilakukan dalam pemberian injeksi atau obat melalui IM , serta
mengetahui dan menerapkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian IM
DAFTARPUSTAKA

Bouwhuizen,M.1986.IlmuKeperawatnbagian1.Jakarta:EGC.

Hidayat,AzizAlimuldanMusrifatulUliyah.2014.PengantarKebutuhanDasarManus
iaEdisi2Buku2.Jakarta:SalembaMedika.

Stevens,P.J.M,dkk.1992.IlmuKeperawatanjilid2edisi2.Jakarta:EGC.
http://vinayuniarti.blogspot.com/2013/04/injeksi-
intramuskuler_9.htmldiaksespadatanggal7April2015
http://robiah-robiahadawiyah59gmailcom.blogspot.com/2014/03/makalah-
pemberian-obat-melalui-injeksi.html.diaksespadatanggal7April2015

Bab IV
Lampiran
Dasar – dasar injeksi

Anda mungkin juga menyukai