OLEH :
CI LAHAN CI INSTITUSI
(________________) ( ________________)
E. Etiologi
Biasanya tidak ditemukan sebab yang pasti, meskipun kadang sering di
hubungkan dengan angkat berat. Hernia dapat terjadi karena anomaly
congenital atau sebab yang didapat, hernia dapat di jumpai pada semua usia,
lebih banyak pada pria dari pada wanita. Berbagai faktor penyebab berperan
pada pembentukan pintu masuk pada annulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan
pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu yang cukup
lebar tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan
otot dinding perut karena usia.
Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis scrotalis, dan
laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat terjadi
pada waktu lahir dan dapat terlihat pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi
populasi umum 1% dan pada bayi-bayi prematur dapat mendekati 5 %, hernia
inguinal dilaporkan kurang lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki dengan
berat badan 1000 gr atau kurang.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia scrotalis,
antara lain: kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, prosesus vaginalis
yang terbuka (baik kongenital maupun didapat), tekanan intra abdomen yang
meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, kelemahan
otot dinding perut karena usia, defisiensi otot, dan hancurnya jaringan
penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit
sistemik(Muhammadiyah & Utara, 2018).
F. Klasifikasi Hernia
Klasifikasi hernia adalah sebagai berikut(KARTIKO, 2020):
1. Macam – macam hernia menurut terlihat dan tidaknya
a. Hernia Internal: Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui lubang
dalam rongga perut (Tidak terlihat dari luar)
b. Hernia Eksternal: Tonjolan menonjol keluar dari rongga abdomen
melalui dinding abdomen (terlihat dari luar)
2. Macam – macam hernia menurut penyebab
a. Hernia Kongenital: Hernia yang disebabkan karena kelemahan dinding
otot andomen yang bersumber dari lahir atau bawaan.
b. Hernia Traumatik: Hernia yang disebabkan karena dinding abdomen
lemah akibat sayatan atau pembedahan sebelumnya, seperti post
laparotomy dan prostatektomy.
c. Hernia Akuisitas: Hernia yang didapat setelah dewasa atau pada usia
lanjut. Disebabkan karena adanya tekanan di intra abdominal yang
meningkat dan dalam waktu yang lama, misalnya batuk kronis,
konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, struktur
uretra), asites, dan sebagainya.
3. Macam – macam hernia menut sifatnya
a. Hernia reponibilis: Bila isi hernia yang dapat keluar masuk, usus keluar
jika berdiri atau mengejang dan masuk lagi jika berbaring atau duduk
tidak ada keluhan nyeri ataupun obstruksi usus.
b. Hernia ireponibilis: Bila isi hernia berada didalam kantung hernia dan
terjepit cincin sehingga tidak dapat masuk kembali ke dalam rongga
abdomen.
c. Hernia incaserata atau strangula: Bila isi hernia berada di dalam kantong
hernia dan tejepit cincin hernia sehingga tidak dapat masuk kembali
kedalam rongga abdomen, dapat disertai gangrene pasae akibat peredaran
darah terganggu.
4. Macam – macam hernia menurut lokasinya
a. Hernia Opigastrika: Hernia yang keluar defek di linea alba umbilicus dan
procesus xipoideus.
b. Hernia inguinalis: Penonjolan organ intra abdomen melalui lubang
amulus inguinalis, karena bagian lemah dari dinding rongga abfomen
yang terjadi karena didapat atau kongenital. Hernia inguinalis dibedakan
menjadi dua yaitu hernia indirek atau lateral dan herna direk atau
medialis.
G. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan
tekanan seperti pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk kuat ataupun perpindahan usus ke daerah otot abdominal.
Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya akan menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan oleh dinding abdominal yang tipis atau
tidak cukup pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak proses
perkembangan yang cukup lama. Pertama terjadi keruskan yang sangat kecil
pada dinding abdominal, kemudian terjadilah hernia. Insiden hernia terjadi
karena pertambahan umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan
tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
Biasanya hernia pada orang dewasa terjadi karena usia lanjut, karena
bertambahnya usia maka akan terjadi pelemahan rongga otot. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalamin proses degenerasi.
Pada usia lanjut kanalis itu telah menutup. Namun karena daerah ini
merupakan locus minorsresistence, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra abdomen meningkat seperti batuk-batuk kronik, bersin yang kuat
dan mengankat beban yang berat, dan mengejan. Kanal yang sudah tertutup
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorong
sesuatu jaringan tubuh dan keluar karena efek tersebut(Ilmiah, 2020).
H. Pathway
Factor Pencetus:
Hernia
Aktivitas berat, bayi premature, kelemahan dinding abdominal,Intraabdominal tinggi, adanya tekanan
Nekrosis internal
Intervensi bedah relative/konservatif
Diatasi ligamentum inguinal mengecil bila berbaring
Pembedahan
I.Resti
Manisfestasi klinis
pedarahan, resti infeksi Nafsu makan menurun
Asupan gizi kurang
Menurut (Ilmiah, 2020):
1. Berupajaringan
Terputusnya benjolan keluar
syaraf masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan
di lipat paha.
2. Adanya
Nyerirasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
Kantung hernia memasuki celah insisi
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
Hernia Insiional
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulate perasaan sakit akan bertambah
Heatus hernia
hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (dysuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragamtika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesak nafas.
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar.
J. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan beberapa komplikasi antaralain (Dan &
Dini, 2019):
1. Terjadi perlengketan berupa isi hernia sama isi kantung hernia sehingga isi
kantung hernia belum diketahui kembalinya lagi, keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis ireponibilis. saat kondisi ini tidak gangguan penyaluran
isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah
omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat
menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering
menyebabkan ireponibilis dari pada usus halus.
2. Terjadi tekanan pada cincin hernia maka terjadi banyaknya usus yang
masuk. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya isi usus diikuti dengan
gangguan vascular (proses strangulasi) Keadaan ini di sebut hernia
inguinalis strangulata.
K. Penatalaksanaan
Menurut(Ilmiah, 2020) :
1. Konservatif (Townsend CM)
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang atau mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakkan definitive sehingga dapat
kambuh kembalali. Terdiri atas :
a. Reposisi
Reposisi merupakan suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia
kedalam cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reoinibilis
dengan cara memakai kedua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada
hernia inguinalis strangulate kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan dengan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin
didaerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami
sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dan cavum
peritonii.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien yang hernia yang masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
2. Operatif
Operatif merupakan tindakkan paling baik dan dapat dilakukan pada : hernia
reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi, hernia incarserata.
Operasi hernia yang dilakukan :
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia
ke cavum peritonii.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengangkat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint,
tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquss intra abdominalis dan
m.tranversus abdominalis yang berinsersio dan tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty
Menjahit conjoint tendon pada ligementum inguinale agar LMR hingga/
tertutup hingga dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
L. Penatalaksanaan pasca operasi
Penatalaksanaan setelah operasi diantaranya adalah hindari hal-hal yang
memicu tekanan di rongga perut, tindakan operasi dan pemberian analgesik
pada hernia yang menyebabkan nyeri, berikan obat sesuai resep dokter, hindari
mengejan, mendorong atau mengangkat benda berat. Jaga balutan luka operasi
tetap kering dan bersih, mengganti balutan seteril setiap hari pada hari ketiga
setelah operasi kalau perlu. Hindari faktor pendukung seperti konstipasi dengan
mengkonsumsi diet tinggi serat dan masukan cairan yang
adekuat(Nuruzzaman, 2019).
M.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Ilmiah, 2020) :
1. Sinar X abdomen menunjukan abdormalnya kadar gas dalam usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan
hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidak seimbangan elektrolit.
3. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus.
4. Cek darah lengkap dan serum elektrolit dapat menimbulkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan
ketidak seimbangan elektrolit.
Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
c) Resiko infeksi
e) Asietas
A. Intervensi
farmakologis untuk
Kolaborasi
toleransi)
3 Resiko infeksi Setelah ilakkan tindakan PENCEGAHAN INFEKSI 1. Memantau tanda dan
Observasi gejala infeksi
keperawatan sama 1x24 jam
1. Monitoring tanda dan 2. mengurangi tingkat
tingkat infeksi menurun
gejala infeksi infeksi nosokomial
dengan kriteria hasil : Terapeutik 3. mengetahui tanda
2. Batasi jumlah pengunjung dan gejala infeksi
1. Demam menurun
Edukasi 4. mengetahui kondisi
2. Kemerahan menurun
3. Jelaskan tanda dan gejala luka klien secara
3. Bengkak menuru infeksi mandiri
4. Ajarkan cara memeriksa 5. mencegah terjadinya
kondisi luka atau luka infeksi
operasi. 6. meningkat imunitas
5. Ajarkan cuci tangan tubuh
dengan benar.
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian
Imunisasi, jika perlu.
4 Gangguan integritas Setelah dilakukan intervensi PERAWATAN LUKA
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
kulit
menunjukkan integritas kulit dan 1. Monitoring tanda-tanda 1. Meminimalisir
jaringan luka klien baik dengan infeksi terjadinya infeksi
kriteria hasil: 2. Monitor karakteristik luka 2. Mengetahui tingkat
1. Adanya pemulihan luka Terapeutik pemulihan luka
paska bedah 3. Bersihkan dengan cairan 3. Menjaga luka agar tetap
2. Adanya penyembuhan luka NaCl atau pembersih steril
nontoksik sesuai kebutuhan
4. Pasang balutan sesuai jenis 4. Mempercepat proses
luka penyembuhan luka
Edukasi 5. Mengetahui apakah
5. Jelaskan tanda-tanda infeksi telah terjadi infeksi atau
6. Ajarkan prosedur perawatan tidak
luka secara mandiri 6. Membantu klien dalam
Terapeutik proses merawat luka
7. Kolaborasi pemberian 7. Mengurangi resiko
antibiotik, jika perlu infeksi dan
mempercepat
penyembuhan secara
farmakologis
5. Jelaskan prosedur
mungkin di alami
6. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan pragnosis.
7. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
Kalaborasi
9. Kalaborasi pemberian
sesudah pelaksanaan tindakkan, serta menilai data yang baru (Nikmatur dan
saiful, 2012).
2.1.3 Evaluasi
pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
S : Data Subjektif.
O: Data Objektif
Data ini memberikan gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnose.
A: Analisa
objektif.
P: Planning
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan dating. Untuk
I: Implementasi
kesetujuan klien.
E: Evaluasi
telah diberikan, analisa dari hasil yang sudah dicapai menjadi focus
R: Reassesment
ataupun dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
dr. Murni Rauf, dr. M. I. K. (2021). bedah emergensi bidang degestif. Bintang
Pustaka Madani.
Fanny, F., & Listianti, D. (2017). Hernioraphy Cyto pada Pasien Hernia Inguinalis
Dekstra Inkarserata. Jurnal Ilmu Bedah, 6, 119–122.