Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEGAWAT DARURATAN PADA PULMONARY EMBOLUS

Pembimbing :
Puteri Indah D.P, S.Kep.Ns.M.Kep
Kelompok 2
Disusun Oleh :
1. Alviani Atma Putri (01.13.006)
2. Ach Syaiful Rizal (01.13.004)
3. Deby Shintyana Dewi (01.12.009)

S1 KEPERAWATAN ( 4A)
STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO
TAHUN AKADEMI 2015-2016

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Insiden emboli paru di Amerika Serikat dilaporkan hamper 200.000 kasus pertahun
dengan angka kematian mencapai 15% yang menunjukkan bahwa penyakit ini masih
merupakan problema yang menakutkan dan salah satu penyebab emergensi kardiovaskuler
yang tersering. Laporan ini menyebutkan bahwa emboli paru secara langsung menyebabkan
100.000 kematian dan menjadi factor kontribusi kematian oleh penyakit-penyakit lainnya.
Sekitar 10% penderita emboli paru mengalami kematian jaringan paru-paru, yang
disebut infark paru. Jika tubuh bisa mencegah gumpalan tersebut, kerusakan dapat
diminimalkan. Gumpalan yang besar membutuhkan waktu lebih lama untuk hancur
sehingga lebih besar kerusakan yang ditimbulkan. Gumpalan yang besar bisa menyebabkan
kematian mendadak.
II.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi emboli paru
2. Untuk mengetahui penyebab emboli paru
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik emboli paru
4. Untuk mengetahui komplikasi emboli paru
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan emboli paru
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kegawatdaruratan emboli paru

BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Emboli paru merupakan suatu obstruksi sebagian atau total arteri pulmonalis atau
cabang-cabangnya akibat tersangkutnya trombo emboli atau material emboli yang lain pada
cabang-cabang pembuluh darah pulmonal. ( Pasiyen Rahmatullah, 894 )
Emboli paru merupakan salah satu komplikasi trombus vena dalam yang serius
mungkin fatal. Biasanya emboli berasal dari trombus vena dalam di betis. Bila emboli kecil
biasanya tidak disertai gejala yang nyata. ( R. Syamsuhidajat, 172 ).
Pulmonary Embolism (PE) adalah keadaan yang sudah umum, yang mempunyai
potensi komplikasi yang fatal dan serius akibat pembentukan trombus didalam sirkulasi vena.
Embolisme pulmonari adalah tersumbatnya jaring-jaring vascular (vascular-bed) oleh
suatu embolus, yang dapat berupa thrombus (bekuan darah), fragmen jaringan, lipid (lemak),
atau gelembung udara. Emboli yang paling umum adalah trombi yang terlepas dari vena
profunda betis (DVT). Trombi dapat juga berasal dari pelvis, terutama pada wanita hamil. .
Trombus terbentuk dari beberapa elemen sel dan fibrin yang kadang-kadang berisi protein
plasma seperti plasminogen.
Trombo emboli adalah penyakit pulmonal akut yang paling umum terjadi pada pasienpasien di rumah sakit. Pembentukan emboli jarang terjadi tanpa adanya faktor-faktor risiko
tertentu Emboli pulmonary terjadi akibat kerusakan pada dinding pembuluh darah (akibat
tindakan bedah), statis darah (varicose), atau hiperkoagulabilitalis (terapi estrogen).
Bekuan darah menjadi satu emboli jika semua atau sebagian dari bekuan darah tersebut
terpecah dan terlepas dari tempat terbentuknya dan mulai mengembara dalam aliran darah.
B. Etiologi
Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai
atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban
atau gumpalan parasit maupun sel tumor.
Penyebab yang paling sering adalah bekuan darah dari vena tungkai, yang disebut
trombosis vena dalam. Gumpalan darah cenderung terbentuk jika darah mengalir lambat atau
tidak mengalir sama sekali, yang dapat terjadi di vena kaki jika seseorang berada dalam satu

posisi tertentu dalam waktu yang cukup lama. Jika orang tersebut bergerak kembali,
gumpalan tersebut dapat hancur, tetapi ada juga gumpalan darah yang menyebabkan penyakit
berat bahkan kematian.
Ada 3 faktor utama yang menyebabkan emboli paru, yaitu :
1. Darah
Darah yaitu cairan yang terdiri atas plasma, sel-sel merah dan putih yang
mengalir dalam pembuluh darah manusia atau binatang. Jika pada tubuh manusia
mengalami pendarahan atau perdarahan maka akan merangsang pengeluaran zat
beku darah ( fibrinogen ).
2. Udara
Udara yaitu campuran dari berbagai gas yang tidak berwarna dan tidak berbau
( seperti oksigen, nitrogen yang memenuhi ruang di atas bumi ini seperti yang kita
hirup bila kita bernafas).
3. Lemak
Minyak yang melekat pada daging, terdapat pada kulit yang bertindak sebagai
pelindung kulit terhadap rangsangan kimia dan jasad renik, pada punggung
timbunan lemak sepanjang punggung yang merupakan salah satu kriteria kualitas
karkas.
C. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala embolisme paru tergantung pada ukuran thrombus dan area dari arteri
pulmonal yang tersumbat oleh thrombus. Gejala- gejala mungkin tidak spesifik. Nyeri dada
adalah gejala yang paling umum dan biasanya mempunyai awitan mendadak dan bersifat
pleuritik. Kadang dapat substernal dan dapat menyerupai angina pectoris atau infark
miokardium. Dispnea adalah gajala yang paling umum kedua diikuti dengan takipnea
(frekuensi pernapasan yang sangat cepat), takikardia, gugup, batuk, diaphoresis, hemoptisis,
dan sinkop.
Embolisme masif yang menyumbat bifurkasi arteri pulmonal dapat menyebabkan
dispnea nyata, nyeri substernal mendadak, nadi cepat dan lemah, syok, sinkop, dan kematian
mendadak.
Emboli kecil multipel dapat tersangkut pada arteri pulmonal terminal, mengakibatkan
infark kecil multipel pada paru-paru. Gambaran klinis dapat menyerupai bronkopeumoni atau
gagal jantung. Pada contoh atipikal penyakit dapat menyebabkan beberapa tanda dan gejala
sementara pada contoh lainnya, penyakit dapat menyerupai berbagai gangguan jantung paru.
D. Komplikasi
1. Hiperkoagulasi
2. Penyakit paru

3. Gagal jantung kanan akut


4. Gagal nafas
5. Hipoksia
6. Kardiomegali ( pembengkakan jantung )
E. Penatalaksanaan Medis
Komponen utama dari pengobatan medis emboli pulmonal adalah tarapi anti-koagulan.
Terapi antikoagulan mungkin merupakan terapi profilaktik bagi individu berisiko tinggi atau
kuratif bagi kejadian patologis actual.
Jika klien tidak responsive terhadap terapi heparin atau jika terapi antikoagen
merupakan kontraindiksi, maka diperlukan intervensi pembedahan.
Dua prosedur yang mungkin digunakan untuk menangani emboli pulmonal adalah:
pertama terapi trombolitik . Terapi ini dapat meningkatkan disolusi imediat dari embolus
dengan pemulian cepat fungsi paru. Dalam prosedur ini digunakan salah satu agens
trombolitik, urokinase, strepkinase, atau activator plasminogen tipe jaringan (rt-PA)
rekombinan. Terapi dapat diberikan baik secara sistemik atau secara langsung kedalam arteri
pulmonalis melalui katetarisasi selektif, meskipun terapi secara sistemik menunjukka hasil
lebih baik. Progam yang paling umum mencakup pemberian 100 mg rt-PA sebagai infus
perifer kontinu selama 2 jam. Sejauh ini , hasil yang dilaporkan menunjukkan strategi ini
efektif dalam mencapai disolusi bekuan pada lebih dari 80%pasien, dengan komplikasi
perdarahan yang terjadi kurang dari 5%. Bentuk terapi ini tidak sesuai bagi banyak klien
pascabedah karena peningkatan risiko komplikasi perdarahan pada tempat operasi.
Kedua adalah embolektomi pulmonal. Dalam prosedur ini dilakukan ekstraksi emboli
pulmonal dari vaskulator pulmonal. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan anesthesia
umum, meskipun kemungkinan dapat dilakukan dengan kateter pengisap IV tertentu dibawah
anestesi local.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Primary Survey
Pengkajian dengan pendekatan ABCD
1. Airway
a. Kaji dan pertahankan jalan nafas
b. Lakukan head tilt, chin lift jika perlu
c. Gunakan alat bantu untuk jalan nafas jika perlu
d. Pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anastesi untuk dilakukan intubasi jika tidak
dapat mempertahankan jalan nafas
2. Breathing
a. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, untuk
mempertahankan saturasi >92%.
b. Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non rebreath mask.
c. Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan menggunakan
bagvalve mask ventilation.
d. Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2 dan PaCO2.
e. Kaji jumlah pernapasan
f. Lakukan system pernapasan
g. Dengarkan adanya bunyi pleura
h. Lakukan pemeriksaan foto thorak
3. Circulation
a. Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengar suara gallop.
b. Kaji peningkatan JVP
c. Catat tekanan darah
d. Lakukan pemeriksaan EKG
e. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
4. Disability
a. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
b. Penurunan kesadaran menunjukkan tanda awal pasien masuk kondisi ekstrim dan
membutuhkan pertolongan medis segera dan membutuhkan perawatan di ICU.
b. Secondary survey
1. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan.
2. Keluhan Utama
Klien sering mengeluh nyeri dada tiba-tiba
3. Riwayat kesehatan
Klien merasa lemah, nyeri dada, nyeri kepala, sesak napas.
4. Riwayat kesehatan terdahulu
Apakah ada riwayat emboli paru sebelumnya, stroke, serangan jantung.
5. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada diantara keluarga klien yang mengalami penyakit yang sama dengan
penyakit yang dialami klien.
6. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing) : terdapat peningkatan frekuensi atau takipnea
b. B2 (Blood) : penurunan tekanan darah, nadi lemah, anemia.
c. B3 (Brain) : penurunan kesadaran
d. B4 (Bladder) : penurunan frekuensi urine
e. B5 (Bowel) : kehilangan nafsu makan, mual, muntah
f. B6 (Bone) : klien terlihat lemas, perasaan takut.
2. Diagnose keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif, dyspnea berhubungan dengan penurunan kemampuan paru.
b. Nyeri dada berhubungan dengan infark paru-paru.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dalam jaringan.
3. Intervensi
a. Pola nafas tidak efektif, dyspnea berhubungan dengan penurunan kemampuan paru.
Tujuan : Pola nafas efektif
Kriteria Hasil : 1. Menunjukkan pola napas efektif
2. bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
1. Identifikasi etiologi atau factor pencetus.
Rasional : mengetahui etiologi dan factor pencetus
2. Evaluasi fungsi pernafasan ( nafas cepat, sianosis, perubahan tanda vital)
Rasional : dapat mengkaji fungsi pernafasan.
3. Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : dapat mendengarkan bunyi nafas normal atau tidak.
4. Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus
Rasional : dapat mengetahui penumpukan secret atau benda asing lain.
5. Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur.
Rasional : untuk memudahkan klien bernafas
6. Berikan oksigen melalui kanul/masker
Rasional : memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas.
b. Nyeri dada berhubungan dengan infark paru-paru
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang
Criteria hasil : 1. Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol.
2. Pasien tampak tenang
Intervensi
1. Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri.
Rasional : dapat mengetahui skala nyeri pada klien
2. Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi.
Rasional : klien dapat mengerti tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan
relaksasi
3. Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri
Rasional : dapat mengurangi rasa nyeri yang diderita klien
4. Berikan analgetik sesuai indikasi

Rasional : dapat digunakan mengurangi rasa nyeri


c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
Tujuan : klien akan menunjukkan pertukaran gas yang normal
Criteria hasil : 1. Klien akan menunjukkan pertukaran gas yang normal dan warna kulit
merah muda.
Intervensi
1. Kaji frekuensi, irama, bunyi dan dalamnya pernafasan.
Rasional : mengetahui normal atau tidaknya pernafasan.
2. Berikan tambahan oksigen
Rasional : memaksimalkan pernafasan dan menurunkan pernafasan
3. Pantau saturasi oksigen
Rasional : menyeimbangkan oksigen antara inspirasi dan ekspirasi
4. Latih batuk efektif dan nafas dalam
Rasional : dapat mengurangi atau mengeluarkan secret.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen dalam jaringan
Tujuan : pasien tidak intoleransi aktivitas lagi
Criteria hasil : 1. Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan
2. menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
Intervensi :
1. Kaji respon aktivitas
Rasional : mengetahui seberat atau sebesar apakah aktivitas yang dapat dilakukan
oleh klien.
2. Instruksi pasien tentang teknik penghematan energy
Rasional : pasien dapat menghemat energinya sendiri
3. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika intoleransi
kembali.
Rasional : pasien dan keluarga dapat melakukan perawatan diri sendiri apabila
intoleransi kembali.
4. Evaluasi
1. Pola nafas efektif
2. Nyeri hilang atau berkurang
3. Klien akan menunjukkan pertukaran gas yang normal
4. Pasien tidak intoleransi aktivitas lagi

BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan
Emboli paru merupakan suatu obstruksi sebagian atau total arteri pulmonalis atau
cabang-cabangnya akibat tersangkutnya trombo emboli atau material emboli yang lain pada
cabang-cabang pembuluh darah pulmonal.
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangan pada makalah yang kami susun. Atas kekurangan dan kelebihan kami mohon
maaf yang sebesar besarnya.
Kami juga memohon untuk saran dan kritik untuk makalah kami apabila ada yang
kurang berkenan.

DAFTAR PUSTAKA
Asih, Niluh Gede Yasmin & Christantie Effendy. 2003. Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta.
Doenges, Marilynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
Price, A. Sylvia & Lorraine M. Wilson.1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 4. EGC: Jakarta.
Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Salemba Medika: Jakarta.

Swidarmoko, Budi. 2010. Tromboemboli Paru In: Pulmonologi Intervensi Dan Gawat Nafas.
Jakarta : Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI.

Anda mungkin juga menyukai