Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Pengertian
Menurut World Health Organization (WHO, kanker paru-paru merupakan
penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pria maupun wanita.
Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru
(Suryo, 2020).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi
primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah
bersifat epithelia dan berasal dari mukosa percabangan bronkus (Muttaqin,
2018)
Kanker paru atau karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer
system mukosa pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal
dari mukosa percabangan bronkus (Nanda, 2018).

1.2 Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker
paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping
adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, infeksi saluran pernapasan kronik
dan faktor keturunan atau genetik (Amin, 2019).
1.2.1 Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi
dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap
setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
(Stoppler,2010).
1.2.2 Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok
pasif, atau mengisap asap rokok orang lain di dalam ruang tertutup,
dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi
mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua
kali (Wilson, 2005).
1.2.3 Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian
akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan
bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas
tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka
dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari
kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung
hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah
3,4 benzpiren (Wilson, 2020).
1.2.4 Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker
paru (Amin, 2016). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani
asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko
kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat
jika orang tersebut juga merokok.
1.2.5 Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker
paru. (Wilson, 2017).
1.2.6 Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena
kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Suryo, 2020).

1.3 Manifestasi Klinis


Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis.
Bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium lanjut.
1.3.1 Gejala dapat bersifat local (tumor tumbuh setempat) :
a. Batukbaru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
1.3.2 Invasi local
a. Nyeri dada
b. Dispnea karena efusi pleura
c. Sindrom vena cava superior
1.3.3 Gejala penyakit metastasi
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis)
1.3.4 Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10% kanker paru) dengan
gejala:
a. Sistemik : penurunan BB, anoreksia, demam
b. Hematologi : leukositosis, anemia
c. Neurologic : ataksia, tremor
d. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid
1.3.5 Asimtomatik dengan kelainan radiologis
a. Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi
secara radiologis
b. Kelainan berupa nodul soliter.
1.6 Pemeriksaan Penunjang
1.6.1 Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
1.6.2 Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk
mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
1.6.3 Histopatologi.
a. Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat
diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi
yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai
90 – 95 %.
c. Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang
lebih baik dengan cara torakoskopi.
d. Mediastinosopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar
getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi. Torakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila
bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya
gagal mendapatkan sel tumor.
1.6.4 Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
1.7 Diagnosa Banding
Beberapa diagnosis banding dari kanker paru antara lain tumor
mediastinum, metastasis tumor di paru, dan tuberculoma.
1.8 Komplikasi
a. Sesak napas.
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika
kanker berkembang untuk menutup saluran udara yg utama.
b. Batuk darah.
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang
dapat membuat Anda batuk darah (hemoptisis).
c. Nyeri.
Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian
lain dari tubuh dapat menyebabkan rasa sakit.
d. Cairan di dada (efusi pleura).
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang
mengelilingi paru-paru di rongga dada (ruang pleura).
e. Kematian.
Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini
sangat rendah. Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan.
Komplikasi komplikasi kanker paru-paru bergantung pada posisi,
ukuran, jenis, dalam paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor
dapat menyebabkan penyumbatan salah satu tabung pernapasan utama,
menyebabkan runtuhnya daerah paru-paru, atau peningkatan cairan di
rongga paru-paru mungkin akan berkembang.

1.9 Penatalaksanaan
a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.
b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan
sebagainya.
c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah
mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati
hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini
mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup.

1.10 Proses Keperawatan


1.1.1 Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Riwayat perjalanan penyakit
1. Keluhan utama :
focus pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan
pelayanan seperti:
a. Apa yang di rasakan pasien
b. Apa masalah atau gelajah yang di rasakan terjadi tiba-tiba atau
perlahan sejak kapan di rasakan
c. Bagaimana gejala iu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
d. Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu
klien
2. Riwayat penyakit sekarang
Kaji kondisi yang perna di alami oleh klien di luar ganguan yang di
rasakan sekrang khususnya ganguan yang munkin sudah
berlangsung lama bila di hubungkandengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak menggangu aktivitas klien,
kondisi ini tidak di keluhkan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Kaji kondisi pasien apakah terdahulu perna mengalami penyakit ini
sebeklumnya atau ada penyakit lain yang perna di alami pasien.
4. Riwayat penyakit keluarga
Kaji kondisi kesehatan keluarha klien untuk menilai ada tidaknya
hubungan dengan penyakit yang sedangdi alami oleh klien.
c. Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur
meliputi riwayat tidur serta pemeriksaan fisik
1. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur,
jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti
membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara
mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang
5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur
apakah kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain
lain
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat
mempelajari apakah peristiwa, yang dialami klien, yang
menyebabkan klien mengalami gangguan tidur.
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental
memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan
tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan
mental klien, misalnya apakah klien mengalami stres emosional
atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku
yang timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar
mata, bengkak di kclopak mata, konjungtiva kemerahan,
atau mata yang terlihat cekung;
b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur,
misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap,
kurang konsentrasi, atau terlihat bingung;
c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau
lesu.
2. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah,
emosi, apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak,
konjungtiva merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit
kepala.
3. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme,
enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll.
4. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik,
terlihat lesu
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab,
mata merah, semangat
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan,
menggosok-gosok mata, bicaralambat, sikap loyo
4) Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial,
seperti obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan
dalam
1.1.2 Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pola tidur
b. Ketidaknyamanan
c. Ansietas
d. Intoleransi aktivitas
1.1.3 Perencanaan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
. KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Gangguan pola tidur Pola tidur membaik dalam Dukungan tidur


b.d kondisi pasca waktu 1x 24 jam Observasi:
operasi (D.0055) kriteria hasil : - identifikasi pola
Pola tidur (L.05045) aktivitas dan
DS: Indikator SA ST tidur
- mengeluh sulit Keluhan - identifikasi
tidur sulit tidur faktor
- Mengeluh Keluhan pengganggu
tidak puas
istirahat tidak tidur
tidur
cukup Keluhan Terapeutik:
- mengeluh pola tidur - lakukan
tidak puas berubah prosedur untuk
tidur Keluhan meningkatkan
- mengeluh pola istirahat kenyamanan.
tidur berubah tidak cukup - Fasilitasi
menghilangkan
Keterangan : stres sebelum
DO: 1 : Menurun tidur
- 2 : Cukup menurun Edukasi:
3 : Sedang - Jelakan
4 : Cukup meningkat pentingnya tidur
5 : Meningkat cukup selama
sakit
- Ajarkan faktor-
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2018. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Missouri: Mosby
Nanda, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2018. Keperawatan Medical Bedah.
Jogjakarta: Mediaction.
Suyono, S. 2018. Ilmu penyakit dalam Jilid 2, Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Suryo, Joko. 2020. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
Aspetri
Wilson. 2020. Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta selatan :
Dewan Pengurus Pusat

Anda mungkin juga menyukai