Pulmonary Embolism
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Kritis 2 dengan judul
“pulmonary embolism”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Insiden emboli paru di Amerika Serikat dilaporkan hampir 200.000 kasus pertahun
dengan angka mencapai 15% yang menunjukan bahwa penyakit ini masih merupakan
problema yang menakutkan dan satu penyebab emergensi kardiovaskuler yang tersering.
Laporan lain menyebutkan bahwa emboli paru secara langsung menyebabkan 100.000
kematian dan menjadi faktor kontribusi kematian oleh penyakit-penyakit lainya.
Antara 60% - 90% penyebab emboli paru berasal dari vena ektremitas bawah dan
pelvis ( Goldhabber, 2006). Munculan klinik sangat bervariasi, bisa menyebabkan
kematian mendadak, tergantung ukuran emboli dan kondisi klinik dasar
pasien(Goldhabber, 2006).
Zvezdin dkk melakukan penelitian mengenai analisis post mortem penyebab kematian
dini pada pasien yang dirawat dengan penyakit paru obstruktif kronik. Penelitian ini
mendapatkan 20,9% penyebab kematian karena tromboemboli paru.Salah satu masalah
keperawatan ynag muncul pada emboli paru yaitu ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan nyeri sehinga kita sebagai perawat dapat memberikan terpai latihan
teknik nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan.
Sensitifitas dan spesifisitas manifestasi klinis emboli paru masih rendah dan tidak ada
uji klinis yang sederhana (Goldhabber, 2002). Konfirmasi diagnosis dengan tes objektif
hanya sekitar 20% pasien.Emboli paru bahkan bisa tanpa gejala dan kadang didiagnosis
dengan prosedur diagnosis yang dilakukan untuk tujuan lain ( Julian, 2000).
Dengan latar belakang diatas maka dalam makalah ini akan kita bahas tentang penyakit
emboli paru serta bagaimana asuhan keperawatan pada pasien emboli paru sehingga kita
dapat menelusuri lebih banyak terkait penyakit emboli paru.
Emboli paru dapat terjadi sebagai komplikasi dari beberapa kondisi medic yang
membuat prediposisi terjadinya trombosit vena, termasuk kasus pasca operasi, tirah baring
lama, dan trauma. Trombosis vena dalam, terutama pada vena ekstermitas adalah faktor
prediposisi utama untuk emboli paru.
Perubahan paru dan hemodinamik terjadi sebagai akibat dari sumbatan arteri paru
oleh emboli. alveoli diventilasi tapi tidak mengalami perfusi, sehingga menghasilkan area
ventilasi takefektif, yang meningkatkan ruang mati pernapasan.
Konstriksi paru diakibatkan oleh kurangnya karbon dioksida secara normal yang ada
pada darah arteri paru yang merembes ke ventilasi dari alveoli yang mengalami perfusi.
Penurunan aliran darah paru karena emboli mengakibatkan kurangnya nutrisi untuk untuk
produksi surfaktan, akhirnya mengakibatkan atelektasis. Beratnya perubahan hemodinamik
tergantung ukuran emboli. Peningkatan tahanan vaskulat paru terjadi aliran darah paru masih
konstan, dapat mengakibatkan gagal ventrikel kanan. Emboli paru dapat diatasi atau tidak
sering dapat menimbulkan kematian jaringan yaitu infark paru (Hudak dan Gallo, 1997).
2.3 Pathofisiologis Emboli Paru
PE paling sering muncul dari trombus yang lepas di vena dari ekstremitas bawah.
Namun, PE juga dapat dihasilkan dari bahan non-trombotik seperti lemak, tumor, atau udara.
Trombosis terjadi ketika keseimbangan antara pembekuan darah dan antikoagulan alami atau
mekanisme fibrinolitik menjadi terganggu.
Vena trombi sebagian besar terdiri dari fibrin, darah merah sel, dan trombosit. Mereka
biasanya muncul di situs kapal kerusakan atau area stasis, seperti sinus infus, atau puncak
katup. Beberapa DVT kecil mengalami lisis spontan, tetapi yang lain banyak yang meluas ke
vena yang lebih proksimal. Ketika DVT lepaskan, mereka mengikuti jalan alami aliran darah
vena dengan melintasi vena cava ke bilik jantung kanan dan pada akhirnya, arteri pulmonalis
tempat mereka tinggal PE. Sekitar setengah dari pasien dengan PE tidak memiliki bukti DVT
saat diuji, secara hipotesis karena bekuan vena telah sepenuhnya diembolisasi.
Pasca morbid sindrom trombotik yang berkembang dari tidak memadai drainase kolateral
menyebabkan pembengkakan kaki atau lengan kronis, tekanan, dan rasa sakit. Sindrom
trombotik pasca terized oleh insufisiensi vena kronis dan mempengaruhi sekitar setengah dari
pasien dengan DVT, dengan hingga 5% melanjutkan ke ulserasi vena.
PE terjadi ketika DVT copot dan menghalangi arteri pulmonalis menyebabkan beberapa
derajat vaskular halangan. PE dapat berkisar ukuran dari trombi kecil, yang hanya dapat
menghalangi arteri segmental atau subsegmental, untuk emboli besar yang mengahangi
percabangan arteri pulmonalis (juga dikenal sebagai PE pelana) atau menghalangi hampir
seluruh saluran keluar paru. PE kecil sering lisis secara spontan dan mungkin secara klinis
tidak penting. Jika emboli besar dapat menyebabkan obstruksi pembuluh darah paru,
meningkatkan tekanan pada hati, dan mungkin menyebabkan hipotensi dan kematian umum,
luasnya oklusi vaskular paru memprediksi perkembangan ketegangan jantung kanan.
Namun, korelasi antara ukuran dan gejala bekuan darah fisiologi adalah variabel. Gumpalan
aktif secara fisiologis, dan pelepasan mediator vasoaktif juga meningka resistensi vaskular
paru dan tekanan paru. Seperti DVT, PE besar dapat terorganisir seiring waktu; kronis
hipertensi paru tromboemboli memiliki implikasi pada kapasitas olahraga, kualitas hidup, dan
harapan hidup (Nicholas,2017)
Kompleks gejala emboli paru tergantung pada ukurannya. Dipsnea adalah salah satu
keluhan utama, sering terjadi pada pemerikasaan fisik. Takipnea dan takikardi dapat terjadi
dalam berbagai derajat. Demam ringan dapat terjadi, meskipun lekositosis jarang. Nyeri dada
pleuritik dan hemoptisis yang berhubungan dengan infark paru lebih sering terjadi dari pada
emboli paru.
Emboli paru masif mengakibatkan manifestasi klinis yang lebih parah pada penyakit
akut. Pasien mengalami takipnea, biasanya sianosis, takikardi, gelisah, bingung dan hipotensi.
Akibat dari status syok menghasilkan perubahan yang bersamaan dengan penurunan haluaran
urin dan pilek, kulit dingin (Hudak dan Gallo, 1997).
Angiografi
Pemeriksaan ini merupakan baku emas (gold standart) dalam diagnostik
emboli paru. Namun tekhnik ini merupakan penyelidikan infansif yang cukup
beresiko terutama pada penderita yang sudah kritis. Karenanya saat ini peran
Angiografi paru sudah digantikan oleh spiral CT-Scan yang memiliki akurasi yang
sama.
Ekokardiogrfi (EKG)
Sebuah tes yang mengunakan suatu alat khusus untuk mangamati semua
kondisi jantung, termasuk struktur dan fungsinya.
D-dimer
D-dimer adalah suatu jenis uji sempel darah di Laboratorium yang bertujuan
untuk membantu melakukan diagnosa penyakit dan kondisi yang menyebabkan
hiperkoagulabilitas. Hiperkoagulabilitas adalah suatu kecenderungan darah untuk
membeku melebihi ukuran normal.
Plasma D-dimer merupakan hasil degradasi produk yang dihasilkan oleh
proses fibrinolisi endogen yang dilepas dalam sirkulasi saat adanya bekuan.
Pemeriksaan ini merupakan skrining yang bermanfaat dengan sentifitas yang tinggi
(94%). Namun kurang spesifitas (45%). (Andrew C.Clark, 2017)
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan kepada pasein emboli paru atau dengan infark paru terdiri atas
(Lubis, 2019) :
1. Tindakan untuk memperbaiki keadaan umum pasien
Karena emboli paru merupakan kegawat darurat, tindakan pertama pada pasien
iniadalahmemperbaiki keadaan umum pasien untuk mempertahankan fungsi-fungsi
vitaltubuh. Yangperlu dilakukan misalnya: pemberian oksigen untuk mencegah
terjadinyahipoksemua,memberikan cairan infuse untuk mempertahankan kestabilan
keluaran.
2. Pengobatan utama terhadap emboli paru atau infark paru
Pengobatan utama terhadap emboli paru atau infark paru yang sampai
sekarangdilakukanadalah pengobatan antikoagulan dengan heparin dan warfarin
sertapengobatantrombolitik.Tujuan pengobatan utama ini ialah: segera
menghambatpertumbuhantromboemboli, melarutkan tromboemboli dan mencegah
timbulnya emboliulang.Pemberian heparin dapat dengan berbagai cara: Drip heparin
dengan infuse IV,suntikan IV intermiten dan suntikan subkutan..
3. Pengobatan Trombolitik
Faktor – faktor resiko (imobisasi, umur, penyakit jantung, penyakit hematologi, penyakit
metaboloisme)
emboli paru
trombus menuju jantung kanan
gangguan fungsi ventrikel
penurunan fungsi ventrikel
terjadi penyumbatan arteri pulmonalis
gangguan sirkulasi spontan
gangguan di ruang fungsi paru
alveulus tidak berfeltilasi
gangguan perfusi fentilasi
penurunan jumlah O2 dalam darah
kebutuhan O2 jaringan meningkat
Asuhan Keperawatan
Kasus
Asuhan Keperawatan
A. Biodata
1. Identitas pasien
a. Nama : Tn. D
Umur : 57th
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
C. Pengkajian
Pengkajian ABCD
Airway
Breathing
Circulation
Diagnosa keperawatan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
- Keperawatan kritis. Pendekatan Holistik. Edisi VI. Vol 1. Hudak & Gallo
- Rencana Asuhan keperawatan. Pedoman untuk penrencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi3. Marilynn E. Doenges
- Jurnal Radiologi Keperawatan tentang emboli paru. Tahun 2019. Andrew C.Clark.
- Jurnal Emboli Paru, Ngurah Putu werdah
- SDKI, DPP & PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Populasi Kelema
No. Judul Penulis Tujuan Metode Hasil Kesimpulan
dan Sampel han
1. Denyut FLA' Untuk Menggunak Sepuluh Hasil Hasil penelitian Penulis
Jantung VIA C. mengevaluas an data dari laki-laki penelitian ini ini tidak
Tangga ROSSI i efek akut studi dengan menunjukkan menunjukkan mencant
pan CARUS fisioterapi percontoha CHF (57 + bahwa sesi bahwa pasien umkan
Otono O 1, (latihan n, ukuran 7 tahun) fisioterapi dengan CHF di kelemah
m ROSS pernapasan sampel dan 10 yang terdiri rumah an
Selama ARENA dan berjalan) ditentukan kontrol dari sakit selama artikel
Pernap 2, di tingkat dengan yang sehat perubahan episode
asan RENAT variabilitas menggunak (59 + 9 awal postural, dekompensasi
Dalam A jantung pada an signi fi tahun) orthostatism, hadir dengan
Dan GONC¸ pasien rawat cance dimasukka pernapasan mengurangi
Berjala ALVES inap dengan tingkat 5%, n dalam dan HRV
n Pada MENDE gagal berjalan selama latihan
Pasien S 1, jantung layak dan dan pemulihan
Rawat MICHE kronis aman selama bila
Inap L (CHF). rawat inap dibandingkan
Dengan SILVA pada pasien dengan cocok-
Gagal Reis 1, yang kontrol
Jantung VALE' didiagnosis
Kronis RIA dengan
PAPA 3 dekompensasi
& CHF
AUDRE
Y
Borghi-
SILVA 1
2. Latihan Elisabet Latihan Desain Sebanyak Dua bulan Tidak ada Penulis
Pernap h pernapasan penelitian 407 pasien pasca operasi, perbedaan yang tidak
asan Westerd pasca adalah dinilai pasien harus signifikan dalam mencant
dalam ahl, operasi prospektif, untuk secara fungsi paru- umkan
Dilaku PhD; dianjurkan tunggal- kelayakan signifikan paru, subjektif kelemah
kan 2 Charlott untuk buta, sebelum mengurangi perceptions, an
Bulan e Urell, jantung paralel operasi. fungsi paru- atau kualitas artikel
Setelah PhD; pasien kelompok, paru, dengan hidup yang
Bedah Marcus bedah. uji coba penurunan ditemukan
Jantung Jonsson, Instruksi secara rata-rata antara pasien
MSc; mengenai acak. volume melakukan
Ing-Liss bagaimana ekspirasi paksa latihan
Bryngels pasien lama dalam 1 detik pernapasan
son, harus terus ke 93 ± 12% rumahan dan
MSc; latihan ( P < . 001) pasien kontrol 2
Hans setelah debit dari nilai pra bulan setelah
Hedenstr bervariasi, operasi. operasi jantung.
om, dan Oksigenasi
PhD; pentingnya telah kembali
Margaret perawatan ke nilai-
a perlu nilaipra
Emtner, ditentukan. operasi, dan 5
PhD Tujuan kami dari 8 aspek
adalah untuk dalam pendek
menilai efek Survei
dari rumahan Kesehatan
latihan Form 36-Item
pernapasan yang
yang meningkat
dilakukan dibandingkan
dengan dengan nilai-
perangkat nilai pra
tekanan operasi ( P <.
ekspirasi 01). Tidak ada
positif perbedaan
selama 2 yang
bulan setelah signifikan
operasi antara
jantung. kelompok
dalam salah
satu hasil
diukur.
3. Pening HenrikP Untuk Pasien yang Sebanyak Oksigenasi Setelah operasi Penulis
katan ettresson mengevaluas menjalani 192 pasien meningkat jantung, latihan tidak
Oksige , RPT, i oksigenasi bypass yang telah secara pernapasan mencant
nasi MSc, dan arteri menjalani signifigan dengan tekanan umkan
Selama Gun kemampuan coroner CABG pada positif ekspirasi, kelemah
Berdiri Faager, , bernafas grafting terisolasi di kelompok dilakukan dalam an
Kinerja PhD dan sebjektif (n=189) Karo- berdiri sitionpo-berdiri, artikel
Latihan Elizabet selama secara acak University dibandingkan secara
Pernap h duduk dan duduk dan Hospital dengan control signifigan
asan Westerd berdiri kiner berdiri. linska, langsung meningkat
Dengan ahl, jalatihan Kedua Solna, setelah latihan oksigenasi dan
Positif RPT, pernafasan kelompok Swedia, pernapasan kemampuan
Ekspira PhD pada hari dilakukan antara April (p,0,001) dan bernafas
si kedua 3x10 napan 2010 dan setelah 15 subjektif
Pressur setelah dalam Oktober menit istirahat dibandingkan
e operasi dengan 2011, yang (p=0,027). dengan duduk
Setelah tekanan berturut- Kelompok kinerja.
Bedah ekspirasi turut yang berdiri Formace per
Jantung positif diundang dilaporkan latihan
untuk kemampuan pernafasan
berpartisipa bernafas dalam dalam posisi
si dalam lebih baik berdiri adalah
studi pada com-dikupas layak dan bisa
hari kedua dengan control menjadi
pasca (p=0,004). pengobatan
operasi. Denyut yang berharga
Tiga pasien jantung untuk px dengan
menolak meningkat hipoksia pasca
tanpa ditemukan operasi
menyataka pada
n alasan (1 kelompok
perempuan, berdiri
2 laki-laki) (p=0,047).
(Gambar.
1). 189
pasien
yang tersisa
telah
menjalani
elektif, sub-
akut, atau
CABG
darurat.
Kriteria
inklusi
adalah
bahwa
pasien
harus
memahami
lisan dan
tertulis
Swedia,
dan
seharusnya
tidak
memiliki
drainase
dada, tidak
ada gejala
hipotensi
tekanan
darah (BP),
dan tidak
ada
kerusakan
atau gejala
lain yang
akan
mencegah
mobilisasi
ke posisi
berdiri.
Kriteria
eksklusi
yang telah
ditentukan
adalah
aritmia
jantung
selama
intervensi
itu dicegah
berdiri.