KEGAWATDARURATAN I
Disusun oleh :
Kelompok VIII
Semester VI / Kelas A
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Kelompok untuk
memenuhi mata kuliah Kegawatdaruratan I. Dalam penulisan makalah ini penulis
membahas tentang “ Embolisme Paru” sesuai dengan tujuan instruksional khusus
mata kuliah KGD I, Program Studi S1 Keperawatan.
Dengan menyelesaikan makalah ini, tidak jarang penulis menemui
kesulitan. Namun penulis sudah berusaha sebaik mungkin untuk
menyelesaikannya oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang membaca yang sifatnya membangun untuk dijadikan bahan
masukan guna penulisan yang akan datang sehingga menjadi lebih baik lagi.
Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Embolisme paru mengacu pada obstruksi salah satu atau lebih arteri
pulmonal oleh thrombus (atau trombi) yang berasal dari suatu tempat system
vena atau pada jantung sebelah kanan. Diperkirakan bahwa lebih dari
setengah juta orang mengalami emboli paru setiap tahunnya, mengakibatkan
kematian lebih dari 50.000 orang tiap tahun. Embolisme paru adalah
gangguan umum dan sering berkaitan dengan trauma, bedah (ortopedik,
pelvic, ginekologik), kehamilan, gagal jantung kongestif, usia lanjut (lebih
dari 60 tahun), dan imobilitas berkepanjangan. Embolisme paru juga dapat
terjadi pada individu yang tampaknya sehat.
Meskipun sebagian besar trombi berasal dari vena vena profunda
tungkai, namun tempat lain termasuk vena vena pelvic dan atrium kanan
jantung dapat juga menjadi asal dari thrombus. Thrombosis vena dapat terjadi
akibat perlambatan aliran darah (stasis), skunder terhadap kerusakan dinding
pembuluh darah (terutama lapisan endotetial) dan perubahan dalam
mekanisme koagulasi darah.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana
kegawatdaruratan dengan gangguan sistem pernafasan khususnya pada
embolisme paru ?
1
2
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk memahami
kegawatdaruratan dengan gangguan sistem pernafasan khususnya pada
embolisme paru.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami pengertian dari embolisme paru
b. Untuk memahami etiologi embolisme paru
c. Untuk memahami patofisiologi embolisme paru
d. Untuk memahami manifestasi klinis embolisme paru
e. Untuk memahami pemeriksaan diagnostic embolisme paru
f. Untuk mengetahui komplikasi embolisme paru
g. Untuk memahami penatalaksanaan embolisme paru
h. Untuk memahami kegawatdaruratan pada embolisme paru
D. Manfaat
Manfaat dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu
pengetahuan pada sistem pernafasan khususnya pada kegawatdaruratan
embolisme paru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Embolisme paru adalah obstruksi arteri pulmonal dengan thrombosis
yang pecah terlepas dari tempat asalnya dan bermigrasi ke pembuluh darah
paru.
Emboli paru dikenal sebagai obstruksi sebagian atau seluruh dari satu
atau kedua cabang arteri pulmonal atau anak-anak cabangnya. Elemen
obstruksi dapat berupa bekuan darah atau udara atau globus lemak (Engram,
1999).
E. Etiologi
Kebanyakan emboli paru terjadi akibat lepasnya thrombus yang
berasal dari pembuluh vena di ekstremitas inferior. Thrombus terbentuk dari
beberapa elemen seldan fibrin-fibrin yang kadang-kadang berisi protein
plasma seperti plasminogen. Thrombus dapat berasal dari pembuluh arteri
dan pembuluh vena. Thrombus arteri terjadi karena rusaknya dinding
pembuluh arteri (lapisan bagian dalam), sedangkan thrombus vena terjadi
karena perlambatan aliran darah dalam vena tanpa adanya kerusakan dinding
pembuluh darah.
3
4
F. Patofisiologi
Ketika thrombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri pulmonal,
ruang rugi alveolar membesar karena area, meski terus mendapat ventilasi,
menerima aliran darah sedikit atau tidak sama sekali. Selain itu, sejumlah
substansi yang dilepaskan dari bekuan dan menyebabkan pembuluh darah dan
bronkiolus berkonstriksi. Reaksi ini dibarengi dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, menyebabkan sebagian darah terpirau (tidak ada pertukaran
gas yang terjadi) dan mengakibatkan penurunan kadar O2 dan peningkatan
CO2.
Konsekuensi hemodinamik adalah peningkatan tahanan vascular paru
akibat penurunan ukuran jaring-jaring vascular pulmonal, mengakibatkan
peningkatan tekanan arteri pulmonal dan, pada akhirnya meningkatkan kerja
ventrikel kanan untuk mempertahankan aliran darah pulmonal. Bila
kebutuhan kerja ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi
gagal ventrikel kanan, yang mengarah pada penurunan tekanan darah sistemik
dan terjadinya syok.
G. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala embolisme paru tergantung pada ukuran thrombus dan
area dari arteri pulmonal yang tersumbat oleh thrombus. Gejala-gejala
mungkin saja tidak spesifik. Nyeri dada adalah gejala yang paling umum dan
biasanya mempunyai awitan mendadak dan bersifat pleuretik. Kadang dapat
substernal dan dapat menyerupai angina pectoris atau infark miokardium.
Dispnea adalah gejala yang paling umum kedua, diikuti dengan takipnea
(frekuensi pernapasan yang sangat cepat), takikardi, gugup, batuk,
diaphoresis, hemopstisis, dan sinkop. Embolisme paru massif yang
menyumbat bifurkasi arteri pulmonal dapat menyebabkan dispnea nyata,
6
nyeri subternal mendadak, nadi cepat, dan lemah, syok, sinkop dan kematian
mendadak.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic mencakup :
1. Rontgen dada. Hasil rontgen dada biasanya normal tetapi dapat
menunjukkan pneumokonstriksi, infiltrate, atelektasis, elevasi diafragma
pada sisi yang sakit, atau dilatasi besar arteri pilmonari dan efusi plaura.
2. EKG. Biasanya menunjukkan sinus takikardia, atrial flutter, atau fibrilasi
dan kemungkinan penyimpangan aksis kanan, penyekat cabang berkas
kanan, atau regangan ventrikel kanan.
3. Plestismografi impedans. Dilakukan untuk menentukan adanya
thrombosis vena profunda.
4. Gas darah arteri. Dapat menunjukkan hipoksemia dan hipokapnea.
5. Pemindaian ventilasi-perfusi (CT- Scan). Hasil pemindaian perfusi paru
dapat menunjukan penurunan atau tidak adanya aliran darah. Hasil
pemindaian ventilasi dapat memperlihatkan apakah juga terdapat
abnormalitas perfusi. Jika terdapat ketidakcocokan ventilasi dan perfusi,
probabilitas embolisme paru adalah tinggi.
I. Komplikasi
Emboli paru merupakan suatu keadaan darurat medis. Satu sampai dua
jam stelah terjadinya emboli adalah peiode yang paling kritis dan mungkin
saja dapat terjadi kematian karena komplikasi-komplikasi seperti infark paru-
paru (terjadinya nekrosis jaringan paru) atau hipertensi paru-paru
(meningkatkan tekanan arteri pulmonal), perdarahan paru-paru, kor-pulmonal
akut dengan gagal jantung dan disritmias (gangguan irama jantung). Usia
sangat rentan terhadap komplikasi-komplikasi tersebut sebab telah terjadi
perubahan-perubahan dari keadaan normal dalam system pulmonal karena
factor usia dalam system pulmonal (penurunan complains paru, klasifikasi
tulang rawan dan sendi vertebra) dan system kardiovaskular (penyempitan
pembuluh darah, penebalan dinding kapiler (Engram, 1999).
7
J. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk menghancurkan (lisis) emboli yang
ada dan mencegah pembentukkan yang baru. Pengobatan embolisme paru
dapat mencakup beragam Modalitas :
9
k. Selain itu pasien sering tampak pucat, diaphoresis, ketakutan,
gelisah, peka atau kekacauan mental (Engram, 1999).
K. Diagnosa Keperawatan
L. Intervensi
DIAGNOSA Intervensi
10
-Merokok - ajarkan keluarga
Obstruksi jalan napas: bagaimana cara
-spasme jalan napas melakukan suction
-mokus dalam jumlah berlebihan - hentikan suction dan
-eksudat dalam jalan alveoli berikan oksigen apabila
-materi asing dalam jalan napas pasien menunjukkan
-adanya jalan napas buatan bradikardi, peningkatan
-sekresi bertahan/ sisa sekresi saturasi O2, dll.
-sekresi dalam bronki Airway management:
Fisiologis: - buka jalan nafas,
-jalan napas alergik gunakan teknik chin lift
-asma atau jaw thrust bila
- penyakit paru obstruksi kronik perlu
- hiperplasi dinding bronkial - posisikan pasien untuk
- infeksi memaksimalkan
- disfungsi neuromuskular ventilasi
- identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
- pemasangan mayo bila
perlu
- lakukan fisioterapi
dada jika perlu
- keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
- auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
- lakukan suction pada
mayo
- Berikan bronkodilator
bila perlu
- berikan pelembab
udara kassa basah NaCl
lembab
- atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan
- monitor respirasi dan
status O2
11
Perubahan kedalaman pernapasan Airway patency atau jaw thrust bila
Perubahan ekskursi dada Vital sign status perlu
Mengambil posisi tiga titik Kriteria hasil: - posisikan pasien untuk
Bradipneu Mendemonstrasikan memaksimalkan
Peningkatan diameter anterior- batuk efektif dan suara ventilasi
posterior nafas yang bersih, tidak - identifikasi pasien
Pernapasan cuping hidung ada sianosis dan perlunya pemasangan
dyspnea (mampu alat jalan nafas buatan
Orthopneu
mengeluarkan sputum, - pasang mayo bila perlu
Fase ekspirasi memanjang
mampu bernafas - lakukan fisioterapi
Pernapasan bibir dengan mudah, tidak dada jika perlu
Takipneu ada pursed lips) - keluarkan sekret
Penggunaan otot aksesorius untuk Menunjukkan jalan dengan batuk atau
bernapas nafas yang paten (klien suction
Faktor yang berhubungan: tidak merasa tercekik, - auskultasi suara nafas,
Ansietas irama nafas, frekuensi catat adanya suara
Posisi tubuh pernafasan dalam tambahan
Deformitas tulang rentang normal, tidak - lakukan suction pada
Keletihan ada sura nafas mayo
Hiperventilasi abnormal) - berikan bronkodilator
Sindrom hipoventilasi Tanda- tanda vital bila perlu
Gangguan muskuloskeletal dalam rentang normal - berikan pelembab
Kerusakan neurologis (tekanan darah, nadi, udara kassa basah NaCl
Disfungsi neuro muscular pernafasan) lembab
Obesitas - monitor respirasi dan
status O2
Nyeri
Oxygen Therapy
Keletihan otot pernapasan cedera
- bersihkan mulut,
medula spinalis
hidung dan secret trakea
- pertahankan jalan
nafas yang paten
- atur peralatan
oksigenisasi
- monitor aliran oksigen
- pertahankan posisi
pasien
- observasi adanya
tanda- tanda
hipoventilasi
- monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenisasi
Vital Sign Monitoring
- monitor TD, nadi,
suhu dan RR
- catat adanya fluktuasi
12
tekanan darah
- monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
- auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
- monitor TD, nadi, RR
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
- monitor kualitas dari
nadi
- monitor frekuensi dan
irama pernapasan
- monitor suara paru
- monitor suara
pernpasan abnormal
- monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
- monitor sinosis perifer
- monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
- identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
Gangguan Pertukaran Gas NOC NIC
Definisi: Kelebihan atau defisit pada Respiratory status: Gas Airway management
oksigenisasi dan/ atau eleminasi karbon exchange - buka jalan nafas,
dioksida pada membran alveolar - Respiratory status: gunakan teknik chin lift
kapiler Ventilation atau jaw thrust bila
Batasan Karakteristik: Vital sign Status perlu
PH darah arteri abnormal Kriteria Hasil: - posisikan pasien untuk
PH arteri abnormal Mendemonstrasikan memaksimalkan
Pernapasan abnormal (mis., peningkatan ventilasi ventilasi
kecepatan,irama, kedalaman) dan oksigenasi yang - identifikasi pasien
Warna kulit abnormal (mis., pucat, adekuat perlunya pemasangan
kehitaman) Memelihara kebersihan alat jalan nafas buatan
Konfusi paru- paru dari tanda- - pemasangan mayo bila
Sianosis (pada neonatus saja) tanda distress perlu
pernafasan - lakukan fisioterapi
Penurunan karbondioksida
Mendemonstrasikan dada jika perlu
Diaforesis
batuk efektif dan suara - keluarkan secret
Dispnea nafas yang bersih, tidak dengan batuk atau
Sakit kepala saat bangun ada sianosis dan suction
13
Hiperkapnea dyspnea (mampu - auskultasi suara nafas,
Hipoksemia mengeluarkan sputum, catat adanya suara
Hipoksia mampu bernafas tambahan
Iritabilitas dengan mudah, tidak - lakukan suction pada
Napas cuping hidung ada pursed lips) mayo
Gelisah Tanda- tanda vital - Berikan bronkodilator
dalam rentang normal bila perlu
Samnolen
- berikan pelembab
Takikardi
udara kassa basah NaCl
Gangguan penglihatan lembab
Faktor- faktor yang berhubungan: - atur intake untuk
Perubahan membran alveolar- cairan mengoptimalkan
kapiler keseimbangan
Ventilasi- perfusi - monitor respirasi dan
status O2
Respiratory
monitoring
- monitor rata- rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
- catat pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
- monitor suara nafas,
seperti dengkur
- monitor pola nafas:
bradipnea, takipnea
- kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes , biot
- catat lokasi trakea
- monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
- auskultasi suara nafas,
catat adanya penurunan/
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
- tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama
14
- auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
Nyeri Akut NOC NIC
Definisi: pengalaman sensori dan Pain Level, Pain Management
emosional yang tidak menyenangkan Pain control - lakukan pengkajian
yang muncul akibat kerusakan jaringan Comfort level nyeri secara
yang actual atau potensial atau Kriteria Hasil: komprehensif termasuk
digambarkan dalam hal kerusakan Mampu mengontrol lokasi, karakteristik,
sedemikian rupa (international nyeri (tahu penyebab durasi, frekuensi,
association for the study of pain): nyeri, mampu kualitas dan faktor
awitan yang tiba- tiba atau lambat dari menggunakan teknik presipitasi
intensitas ringan hingga berat dengan nonfarmakologi untuk - observasi reaksi
akhir yang dapat diantisipasi atau mengurangi nyeri, nonverbal dari
prediksi dan berlangsung <6 bulan mencari bantuan) ketidaknyamanan
Batasan Karakteristik: Melaporkan bahwa - gunakan teknik
Perubahan selera makan nyeri berkurang dengan komunikasi terapeutik
Perubahan tekanan darah menggunakan untuk mengetahui
Perubahan frekuensi jantung manajemen nyeri pengalaman nyeri
Perubahan frekuensi pernapasan Mampu mengenali pasien
Laporan isyarat nyeri (skala, intensitas, - kaji kultur yang
Diaforesis frekuensi dan tanda mempengaruhi respon
nyeri) nyeri
Perilaku distraksi (mis., berjalan
Menyatakan rasa - evaluasi pengalaman
mondar mandir mencari orang lain
nyaman setelah nyeri nyeri masa lampau
dan atau aktivitas lain, aktivitas
berkurang - evaluasi bersama
yang berulang)
pasien dan tim
Mengekspresikan perilaku
kesehatan lain tentang
(mis.,gelisah, merengek, menangis)
ketidakefektifan control
Masker wajah (mis.,mata kurang nyeri masa lampau
bercahaya, tampak kacau, gerakan - bantu pasien dan
mata berpencar atau tetap pada satu keluarga untuk mencari
fokus meringis) dan menemukan
Sikap melindungi area nyeri dukunga
Focus menyempit (mis.,gangguan - kontrol lingkungan
persepsi nyeri, hambatan proses yang dapat
berfikir, penurunan interaksi mempengaruhi seperti
dengan orang dan lingkungan) suhu ruangan,
Indikasi nyeri yang dapat diamati pencahayaan dan
Perubahan posisi untuk kebisingan
menghindari nyeri - kurangi factor
Sikap tubuh melindungi presipitasi nyeri
Dilatasi pupil - pilih dan lakukan
Melaporkan nyeri secara verbal penanganan nyeri
Gangguan tidur (farmakologi, non
Factor yang berhubungan: farmakologi dan
15
Agen cedera (mis.,biologis, zat interpersonal)
kimia, fisik, psikologis) - kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
- ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
- evaluasi keefektifan
control nyeri
- tingkatkan istirahat
- kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
- monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
administration
- tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
- cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- cek riwayat alergi
- pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
- tentukan pilihan
analgesic tergantung
tipe dan beratnya nyeri
- tentukan analgesic
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
- pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
- monitor vital sign
sebelum dan sesudah
16
pemberian analgesic
pertama kali
- berikan analgesic tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
-evaluasi efektivitas
analgesic, tanda dan
gejala
17
gejala datangnya syok
- ajarkan keluarga dan
pasien tentang langkah
untuk mengatasi gejala
syok
Syok management
- monitor fungsi
neurologis
- monitor fungsi renal
(e.g BUN dan Cr lavel)
- monitor tekanan nadi
- monitor status cairan,
input output
- catat gas darah dan
oksigen dijaringan
- monitor EKG, sesuai
- memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan
tekanan darah, sesuai
- menggambar gas darah
arteri dan memonitor
jaringan oksigenasi
- memantau tren dalam
parameter hemodinamik
(misalnya, CVP, MAP,
tekanan kapiler
pulmonal/ arteri)
- memantau factor
penentu pengiriman
jaringan oksigen
(misalnya, paO2 kadar
hemoglobin SaO2, CO),
jika tersedia
- memantau tingkat
karbon dioksida
sublingual dan/ atau
tonometry lambung,
sesuai
- memonitor gejala
gagal pernafasan
(misalnya, rendah PaO2
peningkatan PaCO2
tingkat, kelelahan otot
pernafasan)
18
- monitor nilai
laboratorium (misalnya,
CBC dengan
diferensial) koagulasi
profil, ABC, tingkat
laktat, budaya, dan
profil kimia
- masukkan dan
memelihara besarnya
kobosanan akses IV
M. Evaluasi
1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspnea (mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed
lips)
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
abnormal)
3.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Embolisme paru adalah obstruksi arteri pulmonal dengan thrombosis
yang pecah terlepas dari tempat asalnya dan bermigrasi ke pembuluh darah
paru.
19
mungkin saja tidak spesifik. Nyeri dada adalah gejala yang paling umum dan
biasanya mempunyai awitan mendadak dan bersifat pleuretik. Kadang dapat
substernal dan dapat menyerupai angina pectoris atau infark miokardium.
Dispnea adalah gejala yang paling umum kedua, diikuti dengan takipnea
(frekuensi pernapasan yang sangat cepat), takikardi, gugup, batuk,
diaphoresis, hemopstisis, dan sinkop.
N. Saran
Setelah mengetahui konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan
sistem pernafasan khususnya pada embolisme paru, jika terdapat saudara ,
teman, maupun keluarga terdekat, dan lain sebagainya yang mengalami atau
mempunyai tanda dan gejala yang serupa dengan yang sudah dipaparkan di
atas, maka segeralah lakukan tindakan yang supportif untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih lanjut.
20
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
21