Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK

OLEH :

EVI WAHYUNING TIAS

NIM : 512021046

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN


UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG
2021 – 2022
1. Efusi Pleura.
Efusi Pleura merupakan penumpukan cairan tidak normal didalam cavum pleura. Pleura
merupakan membrane yang memisahkan paru – paru dengan dinding dada bagian
dalam. Cairan yang diproduksi pleura ini sebenarnya berfungsi sebagai pelumas yang
membantu kelancaran pergerakan paru – paru ketika bernapas tanpa adanya friksi.
Terbentuk efusi pleura disebabkan menumpuknya cairan dirongga pleura. Secara
normal, cairan yang masuk rongga pleura diabsorbsi oleh pembuluh limfe di pleura
visceral.
 Penumpukan dan berlebihnya cairan pleura disebabkan produksi cairan yang
meningkat, atau absorbsi cairan yang menurun diantara pleura pariental dan
pleura visceral. Pada keadaan normal, cavum pleura hanya mengandung cairan
sebanyak 10 – 20 ml. penumpukan ini bias disebabkan karena beberapa kelainan
penyakit infeksi dan kasus keganasan baik di paru maupun di luar organ paru.
Akumulasi cairan dirongga pleura terjadi karena adanya hambatan drainase
limfatik dari rongga pleura. Selain itu gagal jantung menyebabkan tekanan
kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat tinggi sehingga transudasi
cairan yang berlebih ke dalam rongga pleura.
 Penyebab lain adalah menurunnya tekanan osmotic plasma ( misalnya
hipoproteinemia ) menjadikan transudasi cairan berlebih.
 Adanya proses infeksi atau peradangan pada permukaan pleura dari rongga
pleura , juga menyebabkan pecahnya membrane kapiler sehingga
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan kedalam rongga secara
cepat.

Ada 2 jenis efusi pleura :


1. Efussi pleura transudatif. Disebabkan oleh penyakit gagal jantung, serosis, sindroma
nefrotik. Hal ini disebabkan adanya peningkatan tekanan hidrostatik atau tekanan
onkotikkapiler yang menurun.
2. Efusi pleura ekudatif. Disebabkan oleh penyakit pneumonia, keganasan, emboli
paru, infeksi virus, TB paru. Efusi pleura eksudatif disebabkan karena peradangan
pada pleura atau jaringan yang berdekatan dengan pleura.

Berdasarkan lokasi cairan, Efusi Pleura dibagi 2 :


1. Unilateral. Efusi Pleura Unilateral tidak mempunyai kaitan yang khusus dengan
penyakit penyebabnya.
2. Bilateral. Efusi Pleura Bilateral sering kali ditemukan pada penyakit gagal jantung
kongestif, tuberkolosis, asites infark paru, lupus eritmatosis sistemik, sindroma
nefrotik, dan tumor.
Manifestasi Efusi Pleura :
Timbul sesak nafas terutama saat berbaring, timbulnya nyeri dada pleuritis ketika
bernafas ( pneumonia ), demam menggigil, panas tinggi ( kokus ). Kondisi ini antara lain
disebabkan paru – paru tidak bias mengembang sempurna saat menarik nafas.
Disamping sesak nafas, kebanyakan penderita efusi pleura mengalami batuk kering dan
dan tidak berdahak maupun batuk berdahak.

2.Fibrosis Pleura.
Adalah gangguan peernapasan akibat terbentuknya jaringan parut di organ paru –
paru. Kondisi ini menyebabkan paru – paru tidak berfungsi secara normal. Fibrosis paru
merupakan penyakit paru yang memburuk secara perlahan dan tidak menular.
Penyebab fibrosis paru :
1. Lingkungan pekerjaan. Partikel kimia berbahaya seperti serat asbes, serbuk batu
bara, dan debu logam berisiko merusak organ paru terutama jika paparannya
berlangsung dalam jangka panjang. Partikel kimia tersebut umum ditemukan di area
pertambangan, pertanian, dan kontruksi bangunan.
2. Penyakit tertentu. Fibrosis paru dapat berkembang dari beberapa penyakit, seperti
pneumonia, rheumatoid arthritis, scleroderma, dan sarkooidosis.
3. Obat – obatan tertentu. Beberapa jenis obat – obatan dapat merusak jaringan paru –
paru, seperti obat kemoterapi ( methotrexate atau cyclophosphamide ), obat
penyakit jantung ( amiodarone ), antibiotic ( nitrofurantoin atau ethambutol ) dan
obat anti peradangan ( rituximab dan sulfasalazine ).
4. Radioterapi. Terapi radiasi berisiko merusak paru – paru terutama bila dilakukan
dalam jangka waktu lama. Kerusakan paru – paru bias terlihat dalam beberapa bulan
atau beberapa tahun sejak terpapar radiasi.

Faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena fibrosis paru : usia, jenis kelamin,
kebiasaan merokok, factor keturunan.

Gejala fibrosis paru.


Ada beragam gejala fibrosis paru yang bisa dialami oleh pengidapnya, antara lain :
 Napas yang pendek hingga pengidapnya mengalami kesulitan bernapas dengan
baik (dyspnea ), bahkan ketika melakukan aktivitas yang tergolong ringan
misalnya berpakaian. Tidak sedikit yang beranggapan gejala ini sebagai akibat
dari pertambahan usia atau kurang olahraga.
 Kelelahan
 Batuk kering
 Nyeri otot dan sendi
 Berkurangnya berat badan tanpa sebab yang jelas
Seiring perkembangan penyakit, beberapa orang mengalami :
 Clubbing finger, ujung jari atau kaki yang terlihat beda. Seperti lebih lebar atau
lebih bulat.
 Sianosis , kulit kebiruan ( pada orang berkulit putih ) atau kulit abu – abu atau
putih disekitar mulut atau mata ( pada orang berkulit gelap ). Hal ini karena
terlalu sedikit oksigen dalam darah.

3.Kalsifikasi pleura
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan kalsium pada jaringan paru yang
menyebabkan pengapuran jaringan. Penyebab kondisi ini biasanya adalah proses
peradangan paru seperti pneumonia atau tuberkolosis ( TBC ). Proses perdangan yang telah
sembuh akan menimbulkan jaringan parut dan kalsifikasi pada paru – paru. Pada umumnya
gambaran ini menunjukan suatu bekas lama jika tidak disertai dengan temuan lainnya.
Pada kondisi tersebut tidak ada penanganan spesifik yang dapat dilakukan, dan bekas
tersebut akan bertahan seterusnya. Namun, jika terdapat tanda – tanda lainnya yang
mengarah ke infeksi maupun peradangan yang sedang berlangsung saat ini maka
pengobatan sesuai dengan penyebab perlu diberikan.

4.Pneumothorax.
Adalah kondisi ketika udara terkumpul dirongga pleura. Udara tersebut dapat masuk
akibat adanya cedera di dinding dada atau robeka di jaringan paru – paru. Dampaknya paru
– paru jadi mengempis ( kolaps ) dan tidak bisa mengembang.
Berdasarkan tingkat keparahannya, pneumothorax diklasifikasikan menjdi :
 Simple pneumothorax. Pada simple pneumothorax, hanya sebagian paru – paru
yang kolaps tetapi bisa menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan
sesak napas. Simple pneumothorax bukan keadaan darurat namun tetap hrus
dipantau.
 Tension Pneumothorax. Pada tension pneumothorax seluruh bagian paru – paru
kolaps sehingga menyebbkan penurunan fungsi jantung dan organ tubuh lain.
Tension pneumothorax dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
Penyebab pneumothorax.
Pneumothorax dapat terjadi secara tiba- tiba tanpa diketahui penyebabnya dengan pasti
atau akibat sejumlah kondisi berikut :
1. Penyakit paru – paru yang menyebabkan kerusakan jaringan seperti penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), infeksi paru – paru dan cystic fibrosis.
2. Cedera pada dada misalnya akibat luka tembak, luka tusuk, benturan, patah tulang
rusuk, atau prosedur medis, seperti biopsy dan CPR.
3. Pecahnya kantung berisi udara ( bleb ) diluar paru – paru akibat emfisema atau PPOK.
4. Ketidakseimbangan tekanan udara di dalam dada akibat penggunaan alat bantu
pernafasan atau ventilator.

Gejala :
Peningkatan tekanan udara di dalam pleura akan menghalangi paru – paru untuk
mengembang saat menarik nafas. Akibatnya dapat muncul gejala berupa :
 Nyeri dada
 Sesak nafas
 Keringat dingin
 Warna kulit kebiruan ( sianosis )
 Jantung berdebar
 Lemas
 Batuk
5. Hematothorax.
Merupakan keadaan dimana terdapat darah pada rongga pleura. Sumber perdarahan
dapat berasal dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar.
Hematothoraks dapat terjadi karena kasus trauma maupun non trauma ( misalnya pada
endometriosis, penyakkit metastasis, pecahnya aneurisma oarta, gangguan pembekuan
darah ). Hematothoraks traumatik dapat terjdi pada trauma tumpul atau trauma tajam
pada dinding dada.
Masalah utama pada hematothoraks adalah hemodinamik dan respirasi. Pada kasus
umum, hematothoraks menyebabkan efek desak ruang ( space – occupying effect )
yang menyebabkan takipnea. Kemudian pada hematothoraks massif ( perdarahan
>1500cc ) akan terjadi syok hemoragik dengan perkusi pekak pada sisi dada yang
mengalami trauma.
Nyeri dada dan dyspnea merupakan keluhan utama yang dirasakan pasien. Gejala ini
dihubungkan dengan kasus trauma yang dideritanya, dengan berat ringannya gejala
bergantung pada kecepatan perdarahan. Penggalian riwayat merokok, hipertensi, dan
penyakit sistemik lainnya merupakan suatu kewajiban untuk menyingkirkan factor
resiko yang memperberat gejala.

6. Paralisis Diafragma.
Keadaan dimana diafragma tidak dapat berkontraksi baik pada satu sisi ( unilateral )
atau kedua sisi ( bilateral ). Pernapasan tidak segera berhenti karena ada otot – otot
pernafasan tambahan yang biasanya membantu dengan inspirasi. Namun, otot – otot
ini tidak seefektif diafragma dan seorang pekerja akan bernafas.
Kelumpuhan diafragma unilateral ( UDP ) sering asimptomatik karena hanya
menyebabkan hilangnya sekitar 20% kapasitas ventilasi.
Kelumpuhan diafragma bilateral ( BDP ) bersifat simptomatik dan ketika ada penyakit
paru – paru atau saluran napas lain, orang tersebut mungkin mengalami gangguan
pernapasan yang parah. Ini akirnya dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.

Tanda dan gejala :


Gambaran klinis kelumpuhan diafragma dapat bervariasi tergnatung pada apakah
kondisi melibatkan satu sisi atau kedua sisi diafragma – Paralisis diafragma unilateral
(UDP ) atau Paralisis diafragma bilateral (BDP)
Paralisis Diafragma Unilateral.
Biasanya asimtomatik artinya tidak ada gejala. Ketika bergejala, hal – hal berikut dapat
dicatat :
 Kesulitan bernafas ketika aktif secara fisik (dyspnea saat aktivitas)
 Daya tahan berkurang
 Ortopnea ringan – kesulitan bernapas ketika berbaring
 Dispnea saat istirahat – hanya jika ada juga penyakit paru – paru
Pemeriksaan klinis akan mengungkapkan tidak adanya suara pernafasan, pingsan pada
sisi yang terkena pada perkusi dan gerakan berkurang bila dibandingkan dengan sisi
yang tidak terpengaruh.
Paralisis Diafragma Bilateral.
 Pernafasan pendek yang cepat
 Kesulitan bernafas bahkan saat istirahat
 Diucapkan Ortopnea
 Kegelisahan
 Tidur terganggu
 Kelelahan
 Sakit kepala pagi
Pemeriksaan klinis mengungkapkan tidak adanya atau suara nafas yang sangat tumpul,
gerakan ke dalam perut ketika menghirup dan tanda – tanda gagal jantung sisi kanan.

7. Eventrasio Diafragma
Adalah suatu kondisi dimana diafragma mengalami elevasi secara permanen, namun
tetap mempertahankan kontinuitas dan hubungannya dengan batas tulang kosta.
Eventrasio diafragma adalah suatu elevasi permanen dari diafragma dimana otot
diafragma digantikan oleh jaringan fibrosa yang disebabkan oleh gangguan
perkembangan saat janin (konginetal).
Eventrasio diafragma komplit biasanya terjadi pada sisi kiri dan eventrasio
diafragma parsial terjadi di sisi kanan.

Gejala yang ditemukan pada penderita eventrasio diafragma konginetal adalah sesak
nafas berat yang terkadang harus menggunakan bantuan alat ventilator, tetapi dapat
pula terjadi asimptomatik atau tanpa gejala yang didapatkan secara tidak sengaja
pada saat dilakukan foto thoraks.

Anda mungkin juga menyukai