OLEH :
NIM : 512021046
2.Fibrosis Pleura.
Adalah gangguan peernapasan akibat terbentuknya jaringan parut di organ paru –
paru. Kondisi ini menyebabkan paru – paru tidak berfungsi secara normal. Fibrosis paru
merupakan penyakit paru yang memburuk secara perlahan dan tidak menular.
Penyebab fibrosis paru :
1. Lingkungan pekerjaan. Partikel kimia berbahaya seperti serat asbes, serbuk batu
bara, dan debu logam berisiko merusak organ paru terutama jika paparannya
berlangsung dalam jangka panjang. Partikel kimia tersebut umum ditemukan di area
pertambangan, pertanian, dan kontruksi bangunan.
2. Penyakit tertentu. Fibrosis paru dapat berkembang dari beberapa penyakit, seperti
pneumonia, rheumatoid arthritis, scleroderma, dan sarkooidosis.
3. Obat – obatan tertentu. Beberapa jenis obat – obatan dapat merusak jaringan paru –
paru, seperti obat kemoterapi ( methotrexate atau cyclophosphamide ), obat
penyakit jantung ( amiodarone ), antibiotic ( nitrofurantoin atau ethambutol ) dan
obat anti peradangan ( rituximab dan sulfasalazine ).
4. Radioterapi. Terapi radiasi berisiko merusak paru – paru terutama bila dilakukan
dalam jangka waktu lama. Kerusakan paru – paru bias terlihat dalam beberapa bulan
atau beberapa tahun sejak terpapar radiasi.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena fibrosis paru : usia, jenis kelamin,
kebiasaan merokok, factor keturunan.
3.Kalsifikasi pleura
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan kalsium pada jaringan paru yang
menyebabkan pengapuran jaringan. Penyebab kondisi ini biasanya adalah proses
peradangan paru seperti pneumonia atau tuberkolosis ( TBC ). Proses perdangan yang telah
sembuh akan menimbulkan jaringan parut dan kalsifikasi pada paru – paru. Pada umumnya
gambaran ini menunjukan suatu bekas lama jika tidak disertai dengan temuan lainnya.
Pada kondisi tersebut tidak ada penanganan spesifik yang dapat dilakukan, dan bekas
tersebut akan bertahan seterusnya. Namun, jika terdapat tanda – tanda lainnya yang
mengarah ke infeksi maupun peradangan yang sedang berlangsung saat ini maka
pengobatan sesuai dengan penyebab perlu diberikan.
4.Pneumothorax.
Adalah kondisi ketika udara terkumpul dirongga pleura. Udara tersebut dapat masuk
akibat adanya cedera di dinding dada atau robeka di jaringan paru – paru. Dampaknya paru
– paru jadi mengempis ( kolaps ) dan tidak bisa mengembang.
Berdasarkan tingkat keparahannya, pneumothorax diklasifikasikan menjdi :
Simple pneumothorax. Pada simple pneumothorax, hanya sebagian paru – paru
yang kolaps tetapi bisa menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan
sesak napas. Simple pneumothorax bukan keadaan darurat namun tetap hrus
dipantau.
Tension Pneumothorax. Pada tension pneumothorax seluruh bagian paru – paru
kolaps sehingga menyebbkan penurunan fungsi jantung dan organ tubuh lain.
Tension pneumothorax dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
Penyebab pneumothorax.
Pneumothorax dapat terjadi secara tiba- tiba tanpa diketahui penyebabnya dengan pasti
atau akibat sejumlah kondisi berikut :
1. Penyakit paru – paru yang menyebabkan kerusakan jaringan seperti penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), infeksi paru – paru dan cystic fibrosis.
2. Cedera pada dada misalnya akibat luka tembak, luka tusuk, benturan, patah tulang
rusuk, atau prosedur medis, seperti biopsy dan CPR.
3. Pecahnya kantung berisi udara ( bleb ) diluar paru – paru akibat emfisema atau PPOK.
4. Ketidakseimbangan tekanan udara di dalam dada akibat penggunaan alat bantu
pernafasan atau ventilator.
Gejala :
Peningkatan tekanan udara di dalam pleura akan menghalangi paru – paru untuk
mengembang saat menarik nafas. Akibatnya dapat muncul gejala berupa :
Nyeri dada
Sesak nafas
Keringat dingin
Warna kulit kebiruan ( sianosis )
Jantung berdebar
Lemas
Batuk
5. Hematothorax.
Merupakan keadaan dimana terdapat darah pada rongga pleura. Sumber perdarahan
dapat berasal dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar.
Hematothoraks dapat terjadi karena kasus trauma maupun non trauma ( misalnya pada
endometriosis, penyakkit metastasis, pecahnya aneurisma oarta, gangguan pembekuan
darah ). Hematothoraks traumatik dapat terjdi pada trauma tumpul atau trauma tajam
pada dinding dada.
Masalah utama pada hematothoraks adalah hemodinamik dan respirasi. Pada kasus
umum, hematothoraks menyebabkan efek desak ruang ( space – occupying effect )
yang menyebabkan takipnea. Kemudian pada hematothoraks massif ( perdarahan
>1500cc ) akan terjadi syok hemoragik dengan perkusi pekak pada sisi dada yang
mengalami trauma.
Nyeri dada dan dyspnea merupakan keluhan utama yang dirasakan pasien. Gejala ini
dihubungkan dengan kasus trauma yang dideritanya, dengan berat ringannya gejala
bergantung pada kecepatan perdarahan. Penggalian riwayat merokok, hipertensi, dan
penyakit sistemik lainnya merupakan suatu kewajiban untuk menyingkirkan factor
resiko yang memperberat gejala.
6. Paralisis Diafragma.
Keadaan dimana diafragma tidak dapat berkontraksi baik pada satu sisi ( unilateral )
atau kedua sisi ( bilateral ). Pernapasan tidak segera berhenti karena ada otot – otot
pernafasan tambahan yang biasanya membantu dengan inspirasi. Namun, otot – otot
ini tidak seefektif diafragma dan seorang pekerja akan bernafas.
Kelumpuhan diafragma unilateral ( UDP ) sering asimptomatik karena hanya
menyebabkan hilangnya sekitar 20% kapasitas ventilasi.
Kelumpuhan diafragma bilateral ( BDP ) bersifat simptomatik dan ketika ada penyakit
paru – paru atau saluran napas lain, orang tersebut mungkin mengalami gangguan
pernapasan yang parah. Ini akirnya dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
7. Eventrasio Diafragma
Adalah suatu kondisi dimana diafragma mengalami elevasi secara permanen, namun
tetap mempertahankan kontinuitas dan hubungannya dengan batas tulang kosta.
Eventrasio diafragma adalah suatu elevasi permanen dari diafragma dimana otot
diafragma digantikan oleh jaringan fibrosa yang disebabkan oleh gangguan
perkembangan saat janin (konginetal).
Eventrasio diafragma komplit biasanya terjadi pada sisi kiri dan eventrasio
diafragma parsial terjadi di sisi kanan.
Gejala yang ditemukan pada penderita eventrasio diafragma konginetal adalah sesak
nafas berat yang terkadang harus menggunakan bantuan alat ventilator, tetapi dapat
pula terjadi asimptomatik atau tanpa gejala yang didapatkan secara tidak sengaja
pada saat dilakukan foto thoraks.