Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PNEUMOTHORAX

Dosen Pembimbing:

Tintin sumarni,S.Kep,M.Kep

Kelompok 7 Lokal 2B :

1. Arnol Yoga Pratama


2. Nike Nofianti
3. Rahmi Pulia putri
4. Ulfa Dwi Ananda

POLTEKES KEMENKES RI PADANG

PRODI KEPERAWATAN SOLOK

TAHUN 2019
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan medical bedah yang berjudul
“PNEUMOTHOAX “ . Dan tidak lupa pemakalah juga mengucapkan terimakasih kepada ibuk
dosen mata kuliah etika keperawatan ibuk Tintin sumarni,S.Kep.M.Kep dalam menyelesaikan
makalah ini.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, pemakalah yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANGANTAR………………………………………...................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………...........ii

BAB I PEMBUKAAN....................................................................................1

Latar belakang……………………………………………………….............1

Rumusan masalah……………………………………………........................1

Tujuan………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. Pengertian Pneumothorax............................................................................2

B. Penyebab pneumothorax..............................................................................2

C. Tanda dan gejala pneumothorax...................................................................2

D. Pencegahan pneumothorax...........................................................................3

E. Patofisiologi ................................................................................................4

F. Asuhan keperawatan pneumothorax……………………………………….....5

BAB III PENUTUP...........................................................................................5

A. Kesimpulan……………………………………………………............5

B Saran……………………………………………………………............5

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..............,..6
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Paru-paru dilapisi dengan lapisan ganda membran yang disebut lapisan pleura,
yang bagian dalam menutupi permukaan paru-paru dan satu bagian yang luar untuk
menutupi bagian dalam dinding dada, memisahkan mereka dari dinding dada. Jika
terdapat udara di antara kedua lapisan, yang dikenal sebagai ruang pleura, maka hal
tersebut disebut sebagai Pneumothorax. Jadi definisi Pneumothorax adalah jika udara
masuk ke dalam ruang pleura, maka akan sulit untuk keluar lagi dan udara akan
memampatkan paru-paru sehingga mengganggu mekanisme pernapasan. Hal ini
membuat kerja paru-paru terganggu, menyebabkan nyeri dada dan bernapas pun menjadi
sulit.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi dari pneumotoraks?
2. Apa yang menyebabkan pneumotoraks?
3. Apa tanda dan gejala pneumotoraks?
4. Bagaimana pencegahan pneumotoraks?
5. Apa patofisiologi dari pneutoraks?
6. Asuhan keperawatan pneumothoraks?

C. TUJUAN
Tujuan pembuatan dari makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui definisi dari
pneumothoraks, penyebab dari pneumothoraks, tanda dan gejala dari penumothoraks, bagaimana
cara pencegahan pneumotoraks, patofisiologi dari pneumothoraks serta mengetahu apa saja
asuhan keperawatan dari pneumothoraks.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep penyakit
1. Defenisi :

Penumotorak adalah suatu keadaan berakumulasi nya udara didalam rongga intrapleura.
Keadaan ini dapat terjadi secara spontan atau karna trauma. Biasanya pneumototrak terjadi pada
pasien yang mengalami penyakit pernapasan yang melatari, seperti asma, penyakit paru
opstruktif, atau maliknasi. Pneumotorak dapat terjadi karna trauma tumpul langsung pada dada
(misalnya kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh atau dipukul dengan benda tumpul) atau
karna trauma tusukan (misalnya luka tusuk, luka tembak, atau luka misil lainnya) namun,
pneumotorak dapat terjadi secara spontan pada individu sehat, khususnya laki-laki muda yang
bertubuh kurus. (Daly,2006:183)

2. Penyebab :
a. Secara spontan
Dapat terjadi dengan atau tanpa penyakit paru yang melatari. Pemyakit paru yang
menjadi predisposisi Pneumotorak adalah asma, (crononik airflow/limitation, CAL),
Pneumonio, kistik fibrosik, dan kelainan jaringan ikat, seperti sindrom marfan.
b. Truma
 Terjadi karna trauma tusukan pada dada
 Dapat terjadi karna trauma tumpul pada dada
 Dapat terjadi karna prosedur diagnostic atau terapeutik, seperti pemasangan
kateter vena central, biopsy dan apirasi jarum, serta ventilasi mekanis
 Dapat terjadi karna pneumotorak spontan atau traumatic. (Daly,2006: 184)

Penyebab pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena adanya cedera
di daerah dada. Misalnya karna benturan pada dada saat kecelakaan. Selain itu,
pneumotoriks juga bias terjadi secara spontan pada penderita penyakit paru
(seperti, tuberkulosisi, asma, penyakit paru obstruktif kronis)
3. Tanda dan Gejala
a. Tanda (Geissler,2000:195)
a.) Bunyi napas menurun atau tidak ada isi
b.) Kulit : pucat, berkeringat
c.) Mental gelisah, bingung, pingsan
d.) Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau
kemps : penurunan perkembangan torak (area yang sakit)
e.) Peningkatan kerja napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, leher :
rektasi interkostal, ekspirasi abdominal kuat
f.) Frekuensi tak teratur/distrinea
b. Gejala (Tambayong,2013:108)
Gejala klinik pneomotorak adalah dispnea dan nyeri dada mendadak. Pergeseran letak
trakea, suara napas bronchial pada sisi yang bersangkutan. Pada awal nya terdapat
hipoksia akut. Berat ringannya gejala klinik tergantung berat/tingkatnya pneomotorak.
Gejala ‘’tension pneumotora’’ termasuk distress/gawat paru yang menghebat disertai
sianosis, sternum menonjol, vena leher melebar, CVP meningkat dan hipotensi.

Secara umum, gejala pneumotoraks yang biasanya dikeluhkan penderita berupa sesak
napas dan nyeri dada yang akan semakin berat saat bernapas. Nyeri dada ini kemudiam
dapat menjalar ke bahu dan leher.

Pada simple pneumotoraks, kondisi penderita umumnya cukup stabil. Meskipun ada
keluhan sesak napas dan nyeri dada, keadaan tekanan darah dan denyut jantung penderita
biasanya dalam batas normal.

Sementara itu, pada tension pneumotoraks, penderita berada dalam kedaan gawat darurat.
Terdapat gejala sesak napas yang semakin berat, kesadaran yang lama kelamaan akan menurun,
dan tekanan darah juga akan turun hingga penderita bias syok. Bila tidak ditangani dengan cepat,
kemungkinan nyawa penderita tak tertolong sangat besar

4. Pencegahan
Untuk pencegahan Pneumotoraks, sebisa mungkin hindari benturan keras di dada.
5. Patofisiologi.

normal tekanan negatif pada ruang pleura adalah -10 s/d -12 mmHg. Fungsinya membantu
pengembangan paru selama ventilasi. Pada waktu inspirasi tekanan intra pleura lebih negatif
daripada tekanan intra bronchial, maka paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks
sehingga udara dari luar dimana tekanannya nol (0) akan masuk bronchus sampai ke alveoli.
Pada waktu ekspirasi dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intra pleura akan
lebih tinggi dari tekanan di alveolus ataupun di bronchus sehingga udara ditekan keluar
melalui bronchus.
Tekanan intra bronchial meningkat apabila ada tahanan jalan napas. Tekanan intra bronchial
akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk,bersin, atau mengejan, pada keadaan ini glottis
tertutup. Apabila di bagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah maka
akan pecah atau terobek..
Pneumotoraks terjadi disebabkan adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui
robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini akan berhubungan dengan bronchus.
Pelebaran dari alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli yang kemudian membentuk suatu
bula di dekat suatu daerah proses non spesifik atau granulomatous fibrosis adalah salah satu
sebab yang sering terjadi pneumotoraks, dimana bula tersebut berhubungan dengan adanya
obstruksi emfisema.
Penyebab tersering adalah valve mekanisme di distal dari bronchial yang ada keradangan
atau jaringan parut. Secara singkat penyebab terjadinya pneumotorak menurut pendapat
“MACKLIN“ adalah sebagai berikut :
Alveoli disanggah oleh kapiler yang lemah dan mudah robek, udara masuk ke arah jaringan
peribronchovaskuler apabila alveoli itu menjadi lebar dan tekanan didalam alveoli
meningkat. Apabila gerakan napas yang kuat, infeksi, dan obstruksi endobronchial
merupakan fakltor presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.
Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyakan jaringan fibrosis di
peribronchovaskuler kearah hilus, masuk mediastinum dan menyebabkan pneumotoraks atau
pneumomediastinum.

1) Gejala klinis
Keluhan : timbulnya mendadak, biasanya setelah mengangkat barang berat, habis batuk
keras, kencing yang mengejan, penderita menjadi sesak yang makin lama makin berat.
Keluhan utama : sesak, napas berat, bias disertai batuk-batuk. Nyeri dada dirasakan pada sisi
sakit, terasanya berat (kemeng), terasa tertekan, terasa lebih nyeri pada gerakan respirasi.
Sesak ringsn sampai berat, napas tertinggal, senggal pendek-pendek. Tanpa atau dengan
cyanosis. Tampak sakit ringan sampai berat, lemah sampai shock, berkeringat dingin.
Berat ringannya keadaan penderita tergantung dari keadaan pneumotoraksnya :
Tertutup dan terbuka biasanya tidak berat, ventil ringan tekanan positif tinggi biasanya berat
dan selain itu tergantung juga keadaan paru yang lain dan ada atau tidaknya obstruksi jalan
napas.

2) Komplikasi
Atelektasis, ARDs, infeksi, edema pulmonary, emboli paru, efusi pleura, empyema,
emfisema, penebalan pleura.
3) Pemeriksaan diagnostic
X Foto dada :
a. Pada foto dada PA terlihat pinggir paru yang kolaps berupa garis.
b. Mediastinal shift dapat dilihat pada foto PA atau fluoroskopi pada saat penderita inspirasi
atau ekspirasi.

4) Penatalaksanaan
a. Pada ICS 5 atau 6 dilakukan pemasangan WSD dengan memakai trokar.
b. WSD dilepas bila paru sudah mengembang dengan baik, tidak ada komplikasi dan setelah
selang plastic atau diklem 24 jam untuk membuktikan bahwa pneumothoraks sudah sembuh.
c. Bila penderita sesak dapat diberikan oksigen konsentrasi tinggi.
d. Untuk megnobati nyeri dapat diberikan analgetika seperti Antalgin 3 X 1 tablet atau
analgetik kuat.
e. Fisioterapi dapat diberikan karena dapat mencegah retensi sputum.
f. Apabila pengembangan paru agak lambat, bias dilakukan penghisapan dengan tekanan 25-
50 cm air.
g. Pada pneumothoraks berulang dapat dilakukan perlekatan kedua pleura dengan memakai
bahan yang dapat menimbulkan iritasi atau bahan sclerosing agent

A. Asuhan keperawatan
I. Pengkajian keperawatan
1. Riwayat keperawatan
Klien terdapat penyakit paru, bila ditemukan adanya iritan pada paru yang
meningkat maka mungkin terdapat riwayat merokok. Penyakit yang sering
ditemukan adalah pneumotoraks, hemotoraks, pleural effusion, atau empiema.
Klien bisa juga ditemukan adanya riwayat trauma dada yang mendadak yang
memerlukan tindakan pembedahan.
2. Pemeriksaan
Adanya respirasi ireguler, takhipnea, pergeseran mediastinum, ekspansi dada
asimetris. Adanya ronchi atau rales, suara nafas yang menurun, perkusi dada
redup menunjukkan adanya pleural effusion, sering ditemui sianosis perifer atau
sentral, takikardia, hipotensi, dan nyeri dada pleural.
3. Faktor perkembangan
Klien mengalami kecemasan, ketakutan terhadap nyeri, prosedur atau kematian,
karena penyakit atau tindakan. Persepsi dan pengalaman lampau klien terhadap
tindakan ini atau hospitalisasi akan mempengaruhi keadaan psikososial klien.
4. Pengetahuan klien dan keluarga
Pengkajian diarahkan pada pengertian klien tentang tindakan WSD, tanda atau
gejala yang menimbulkan kondisi ini, tingkat pengetahuan, kesiapan dan
kemajuan untuk belajar..

II. DIAGNOSA DAN INTERVENSI

DIAGNOSA PERENCANAAN KEPERAATAN


KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1. Ketidakefektifan pola Setelah diberikan asuhan 1.    Identifikasi factor
pernapasan berhubungan keperawatan pola penyebab kolaps spontan,
dengan menurunnya pernapasan klien kembali trauma keganasan, infeksi
ekspansi paru sekunder efektif dengan kriteria hasil komplikasi mekanik
terhadap peningkatan irama, frekuensi, dan pernapasan
tekanan dalam rongga kedalaman pernapasan
pleura berada dalam batas normal, 2.    Kaji kualitas, frekuensi,
pada pemeriksaan rontgen dan kedalaman pernapasan,
torak terlihat adanya laporkan setiap perubahan
pengembangan paru, bunyi yang terjadi
napas terdengar jelas.
3.    Baringkan klien dalam
posisi yang nyaman, atau
dalam posisi duduk.

4.    Observasi tanda-tanda


vital (nadi, RR)

5.    Lakukan auskultasi


suara napas setiap 2-4 jam

6.    Bantu dan ajarkan klien


untuk batuk dan napas
dalam yang efektif

7.    Kolaborasi untuk


tindakan dekompresi dengan
pemasangan WSD
1.   Auskultasi bunyi nafas.
Catat adanya bunyi nafas
misalnya mengi, krekels,
ronki.
2.   Kaji/ pantau frekuensi
pernafasan. Catat rasio
inspirasi/ ekspirasi.

3.   Catat adanya/ derajat


dispnea, misal keluhan
gelisah, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan otot
bantu.

4.   Kaji pasien untuk posisi


yang nyaman, misal
peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur.

5.   Pertahankan polusi


lingkungan minimum, misal
debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan
kondisi individu.

6.   Dorong/ bantu latihan


nafas abdomen atau bibir.
2. Bersihan jalan nafas Setelah diberikan asuhan 1.   Auskultasi bunyi nafas.
tidak efektif yang keperawatan klien dapat Catat adanya bunyi nafas
berhubungan dengan mempertahankan jalan nafas misalnya mengi, krekels,
adanya akumulasi secret paten dengan bunyi nafas ronki.
jalan nafas bersih atau jelas dengan
kriteria hasil menunjukkan 2.   Kaji/ pantau frekuensi
perilaku untuk memperbaiki pernafasan. Catat rasio
bersihan jalan nafas misal inspirasi/ ekspirasi.
batuk efektif dan
mengeluarkan secret. 3.   Catat adanya/ derajat
dispnea, misal keluhan
gelisah, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan otot
bantu.

4.   Kaji pasien untuk posisi


yang nyaman, misal
peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur.
5.   Pertahankan polusi
lingkungan minimum, misal
debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan
kondisi individu.

6.   Dorong/ bantu latihan


nafas abdomen atau bibir.
3. Kurang pengetahuan Setelah diberikan asuhan 1.  Kaji keadaan fisik dan
engenai kondisi, aturan keperawatan diharapkan emosional klien saat akan
pengobatan berhubungan pengetahuan pasien dilakukan tindakan health
dengan  keterbatasan bertambah dengan kriteria education (penyuluhan)
informasi hasil menyatakan
pemahaman penyebab 2.  Kaji ulang tanda atau
masalah, mengidentifikasi gejala yang memerlukan
tanda/gejala yang evaluasi medic cepat,
memerlukan evaluasi contoh nyeri dada tiba-tiba,
medik, mengikuti program dispnea, distress pernapasan
pengobatan dan lanjut.
menunjukkan perubahan
pola hidup yang perlu untuk 3.  Kaji ulang praktik
mencegah berulangnya kesehatan yang baik, contoh
masalah. nutrisi baik, istirahat,
latihan.

4.  Berikan pengertian


tentang prosedur  tindakan
WSD

5.  Demonstrasikan
perawatan  WSD i depan 
klien dan keluarganya.
(https://imathreeana.wordpress.com/2010/10/04/intervensi-keperawatan-pneumothorax/)

III. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang dimana pada tahap
evaluasi ini perawat menilai kondisi pasien setelah melakukan tindakan itu.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penumotorak adalah suatu keadaan berakumulasi nya udara didalam rongga intrapleura.
Keadaan ini dapat terjadi secara spontan atau karna trauma. Biasanya pneumototrak terjadi
pada pasien yang mengalami penyakit pernapasan yang melatari, seperti asma, penyakit
paru opstruktif, atau maliknasi.

B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca terutama kami kelompok yang membuat makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Tambayong,Jan.2013.patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran


EGC
Daly,Jhon DKK.2010.patofiologi aplikasi pada praktik keperawatan.Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Geisseler,Alice C.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai