Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA


PASIEN OPEN PNEUMATHORAKS

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

1. Selfiana (A.18.10.056)
2. Siska Cahyati Fatimah (A.18.10.057)
3. Makrifatul Hikma(A.18.10.039)
4. Nurul Khaerah (A.18.10.050)
5. Sri Ramadani (A.18.10.059)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA PASIEN OPEN THORAKS” ini disusun untuk memenuhi tugas
mahasiswa dari mata kuliah diprogram studi ilmu keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah
ini dimasa akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca.

Bulukumba, 15 april 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang.................................................................................................................1

Tujuan Penulisan..............................................................................................................1

Metode Penulisan.............................................................................................................1

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Pengertian........................................................................................................................3

Anatomi Fisiologis...........................................................................................................3

Etiologi.............................................................................................................................5

Patofisiologi.....................................................................................................................5

Manifestasi Klinik............................................................................................................6

Penatalaksanaan Medik....................................................................................................7

Pemeriksaan Diagnosis....................................................................................................8

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada trauma (luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam bila tidak
mengenai jantung biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya
bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat.

Akibatnya selain terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk
kedalam rongga paru-paru oleh karena itu paru-paru pada sisi yang luka akan
mengempis. Penderita Nampak kesakitan ketika bernafas dan mendadak merasa sesak
dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991)

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan umum :

Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit OPEN PNEUMOTORAKS


pada pasien dengan gawat darurat

Tujuan khusus :

a. Untuk mengetahui proses timbulnya penyakit OPEN PNEUMOTORAKS

b. Untuk mengetahui cara penanganan secara darurat pada pasien dengan OPEN
PNEUMOTORAKS

c. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang ditimbulkan jika tidak ditangani secara
segera pada pasien OPEN PNEUMOTORAKS
BAB II

PEMBAHASAN

a. KONSEP DASAR MEDIK

1. PENGERTIAN

a. Open pneumoniatorax Adalah pneumotoraks yang terjadi akibat terdapatnya


hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari luar.
Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan gerakan pernapasan,
pada saat inspirasi tekanan menjadi negative dan pada saat ekspirasi tekanan
menjadi positif.

b. Open pneumotoraks adalah adanya trauma tembus pada dinding dada dimana
udara yang masuk diruang pleura lebih banyak berasal dari paru-paru yang rusak
dari pada defek dinding dada. Jika dinding dada cukup lebar udara dapat masuk
dan keluar dari ruang pleura pada setiap pernafasan sehingga mnyebabkan paru
didalamnya kolaps.

2. ANATOMI FISIOLOGI

a. Anatomi

Dinding thorax terdiri atas kulit, fascia, saraf, otot, dan tulang. Kerangka
dinding thorax membentuk sangkar dada osteokartilaginous yang melindungi
jantung, paru-paru, dan beberapa organ rongga abdomen. Kerangka thorax terdiri
dari vertebra thoracica dan discus entervertebralis, kostae dan cartilago costalis,
serta sternum. Beberapa otot pernapasan yang melekat pada dinding dada antara
lain:

 Otot-otot respirasi : M. intercostalis externus, M. levator costae, M. serratus


posterior superior dan M. scalenus

 Otot ekspirasi : M. intercostalis internus, M. transversus thoracis, M. serratus


posterior inferior, M. subcostalis.

Traktus respiratorius dibedakan menjadi dua yaitu traktus respiratorius bagian


atas dan bagian bawah. Traktus respiratorius bagian atas terdiri dari cavum nasi,
nasofaring, hingga orofaring. Sementara itu, traktus respiratorius bagian bawah
terdiri atas laring, trachea, broncus (primaries, sekundus dan tertius),
bronchiolus, bronchiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus. Paru- paru
kanan terdiri atas tiga lobus (anterior, superior, inferior) sementara paru-paru kiri
terdiri atas du lobus (superor dan inverior). Masing-masing paru diliputi oleh
kantung pleura yang terdiri dari dua selaput serosa yang disebut pleura, yaitu
pleura parietalis dan visceralis. Pleura visceralis meliputi paru-paru termasuk
permukaannya dalam visuran sementara pleura parietalis melekat pada dinding
thorax, mediastinum dan diafragma. Kavum pleura merupakan ruang potensial
antara kedua lapis pleura dan berisi sedikit cairan pleura yang berfungsi
melumasi permukaan pleura sehingga memungkinkan gesekan kedua lapisan
tersebut pada saat pernapasan.

b. Fisiologi

Proses inspirasi terjadi bila tekanan paru lebih kecil dari tekanan atmosfer.
Tekanan paru dapat lebih kecil jika volumenya diperbesar. Membesarnya volume paru
diakibatkan oleh pembesaran rongga dada. Pembesaran rongga dada terjadi akibat dua
factor yaitu factor thoraca dan abdominal. Faktor thoraca (gerakan otot-otot
pernapasan pada dinding dada) akan memperbesar rongga dada kearah tranversal dan
anterior superior sedangkan factor abdominal (kontraksi diafragma) akan
memperbesar ventrikel rongga dada. Akibat membesarnya rongga dada dan tekanan
negative pada cavum pleura paru-paru menjaidi terhisap sehingga mengembang dan
volumenya membesar, tekanan intrapulmoner menurun. Oleh karena itu udara yang
kaya O2 akan bergerak dari lingkungan luar ke alveolus. Di alveolus O2 akan
berdifusi masuk ke kapiler sementara CO2 akan berdifusi dari kapiler ke alveolus.
Sebaliknya proses ekspirasi terjadi bbila tekanan intra pulmonal lebih besar dari
tekanan atmosfir . kerja otot-otot respirasi dan relaksasi diaphragm akan
mengakibatkan rongga dada kemballi keukuran semula sehingga tekanan pada cavum
pleura menjadi lebih positif dan mendesak paru-paru. Akibatnya tekanan intra
pulmoner akan meningkat sehingga udara yang kaya CO2 akan keluar dari paru-paru
ke atmosfir.

3. ETIOLOGI
Open pneumotoraks disebabkan oleh trauma tembus dada. Berdasarkan kecepatannya,
trauma tembus dada dapat dikelompokkan menjadi 2 berdasarkan kecepatannya, yaitu :

a. Luka tusuk

Umumnya dianggap kecepatan rendah karena senjata (benda yang menusuk


atau mengenai dada) menghancurkan area kecil di sekitar luka. Kebanyakan luka
tusuk disebabkan oleh tusukan pisau. Namun, selain itu pada kasus kecelakaan
yang mengakibatkan perlukaan dada, dapat juga terjadi ujung iga yang patah
(fraktur iga) mengarah ke dalam sehingga merobek pleura parientalis dan
viseralis sehingga dapat mengakibatkan open pneumotoraks.

b. Luka tembak

Luka tembak pada dada dapat dikelompokkan sebagai kecepatan rendah,


sedang, atau tinggi. Faktor yang menentukan kecepatan dan mengakibatkan
keluasan kerusakan termasuk jarak darimana senjata ditembakkan, kaliber senjata,
dan konstruksi serta ukuran peluru. Peluru yang mengenai dada dapat menembus
dada sehingga memungkinkan udara mengalir bebas keluar dan masuk rongga
toraks.

4. PATOFISIOLOGI

Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah negatif. Tekanan
negatif disebabkan karena kecenderungan paru untuk kolaps (elastic recoil) dan dinding
dada yang cenderung mengembang. Bilamana terjadi hubungan antara alveol atau ruang
udara intrapulmoner lainnya (kavitas, bulla) dengan rongga pleura oleh sebab apapun,
maka udara akan mengalir dari alveol ke rongga pleura sampai terjadi keseimbangan
tekanan atau hubungan tersebut tertutup. Serupa dengan mekanisme di atas, maka bila ada
hubungan antara udara luar dengan rongga pleura melalui dinding dada, udara akan
masuk ke rongga pleura sampai perbedaan tekanan menghilang atau hubungan menutup.

Perubahan patofisiologi yang terjadi pada dasarnya adalah akibat dari :

1. Kegagalan ventilasi

2. Kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar.

3. Kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik.


Ketiga faktor diatas dapat menyebabkan hipoksia.

5. MANIFESTASI KLINIK

Gejala-gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam
rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis). Gejalanya
bisa berupa:

Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik
nafas dalam atau terbatuk

c. Sesak nafas

d. Dada terasa sempit

e. Mudah lelah

f. Denyut jantung yang cepat

g. Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.

Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.Gejala lainnya yang
mungkin ditemukan:

a. Hidung tampak kemerahan

b. Cemas, stres, tegang

c. Tekanan darah rendah (hipotensi).

6. PENATALAKSANAAN MEDIK

Pneumotoraks terbuka membutuhkan intervensi kedaruratan. Menghentikan aliran


udara yang melewati lubang pada dinding dada merupakan tindakan menyelamatkan jiwa.
Pada situasi darurat tersebut, apa saja dapat digunakan untuk mentup luka dada misalnya
handuk, sapu tangan, atau punggung tangan. Jika sadar, pasien diinstruksikan untuk
menghirup dan mengejan dengan glotis tertutup. Aksi ini membantu mengembangkan
kembali paru dan mengeluarkan udara dari toraks. Di rumah sakit, lubang ditutup dengan
kassa yang dibasahi dengan petrolium. Balutan tekan dipasang dan diamankan dengan
lilitan melingkar. Biasanya, selang dada yang dihubungkan dengan drainase water-seal
(WSD) dipasang untuk memungkinkan udara dan cairan mengalir. Anti biotik biasanya
diresepkan untuk melawan infeksi akibat kontaminasi.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Ro. Thoraks

Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleura; dapat menunjukkan
penyimpangan struktur mediastinal (jantung).

b. Gas Darah Arteri (GDA)

Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi atau gangguan mekanik
pernafasan dan kemampuan mengkompensasi PaCO2 kadang meningkat. PaCO2
mungkin normal atau menurun ;saturasi O2 bisa menurun.

c. Torasentesis

Menyatakan darah atau cairan serosanguinosa.

d. Hb

Mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah.

b. ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit M.Yunus
bengkulu pada tanggal 01 Januari 2019 karena mengalami kecelakaan bermobil. Dari
pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan dada
korban tertusuk pecahan kayu yang diangkut mobil lain yang di tabraknya, setelah
kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien
saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal,
auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak dan luka
di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor,
hasil pemeriksaan TTV, TD :90/70 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit,
o
suhu : 38,7 C, akral teraba dingin, tampak sianosis, penggunaan otot-otot
pernapasan, dan napas cuping hidung.
FORMAT PENGKAJIAN

A. DATA UMUM
1. Identitas Pasien
Nama inisial klien : Tn D
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : sma
Pekerjaan : sopir travel
Status Perkawinan : menikah
Sumber Informasi : istri
Alamat : pagar dewa
Tanggal masuk RS/RB : 21 mei 2018
Nomor Rekam Medis :-
Diagnosa Medis : pulmonalis embolus
2. PenanggungJawab
Nama : Ny D
Umur :-
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Irt
Almat : Pagar dewa
Hubungandenganklien : istri
B. ALASAN MASUK RS
Pasien mengalami kecelakaan dan kesadaran menurun
C. KELUHAN UTAMA
Kesadaran menurun,bengkak, dan luka tusuk di bagian dada sebelah kiri
D. PENGKAJIAN PRIMER
 Airway :
Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR 35x/menit, tampak
gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan jalan napas.
 Breathing :
Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot – otot pernapasan,
pasien sesak dengan RR 35x/menit, gangguan pola napas.
 Circulation :
Nadi 110x/menit,Td : 90/70MMhg,akral teraba dingin dan Nampak
sianosis,gangguan perfusi jaringan
 Disability :
Penurunan kesadaran
 Exposure :
Terdapat bengkak dan luka tusuk dada sebelah kiri
E. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Riwayat Penyakit : Tidak ada

Riwayat perawatan : Tidak ada

Riwayat pengobatan : Tidak ada

Riwayat pembedahan : Tidak ada

Riwayat alergi : Tidak ada


F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

G. PENGKAJIAN SEKUNDER
 Keadaan Umum : penurunan kesadran dan sesak
 Kesadaran : spoor Gcs 8
 Vital Sign : Td 90/70 MMhg
N 110X/Menit
RR 35x/menit
Suhu 38,7◦c
 PemeriksaanFisik (Head to Toe) :
o Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris dan distribusi rambut baik
o Kulit
Kulit teraba hangat,dan terdapat beberapa jejas pada bagian tubuh,dan
sianosis
o Kuku
Bentuk simetris
o Mata/penglihatan
Anemis, skelera dan ikterik bentuk simetrik
o Hidung
Bentuk simetris,pernafasan cuping hidung,penggunaan otot bantu
pernafasan
o Telinga
Bentuk simetris,terdapat darah dan juga lesi
o Mulut dan gigi
Bentuk simetris,sianosis,serta keluarnya darah dan lendir
o Leher
Bentuk simetris dan tidak ada nyeri tekan
o Dada
Bentuk tidak simeris terdapat luka tusuk dan bengkak, pergerakan dinding
dada tidak simetris terdapat otot bantu pernafsan
o Abdomen
Bentuk simetris, ada nyeri tekan
o Perineum dan genitalia
Bentuk simetris dan tidak ada jejas
o Ekstremitas atas dan bawah
Bentuk simetris dan terdapat jejas di tangan sebelah kanan pasien
H. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI
1. Nutrisi

No URAIAN SEBELUM MRS SAAT MASUK RS


Makanan sehari-hari dan Normal 3 kali sehari Tidak lagi
minuman yang sering di
komsumsi klien sepertin
pada umumnya makanan
pokok

2. Cairan

No URAIAN SEBELUM MRS SAAT MASUK RS

Minum air dan ataupun 2, Liter /hari Pengomsian menurun


minuman yang sering atau
sehari-hari di konsumsi
oleh klien

3. Eliminasi BAB

No URAIAN SEBELUM MRS SAAT MASUK RS

Kemampaun klien BAB 1 x sehari dengan


dengan frekuensi bantuan orang lain
Normal 2x sehari tanpa
normal,dan konsistensi
bantuan orang lain
normal,serta melakukan
tanpa bantuan orang lain

4. Eliminasi BAK

No URAIAN SEBELUM MRS SAAT MASUK RS

Kemampaun klien BAk Normal 400-2000 Ml Normal tetapi dengan


dengan frekuensi perhari bantuan orang lain
norma,serta melakukan
tanpa bantuan orang lain
5. Istirahat Tidur

No URAIAN SEBELUM MRS SAAT MASUK RS

Tidur malam 8 jam dan Normal tidur di malam Tidur malam 4 jam
tidur siang kurang lebih 30 hari 8 jam akibat nyeri yang
menit adalah batan selalu muncul
normalmistirahat dan tidur menghambat tidurnya
dengan istirahat tanpa
memikirkan ataupun
melakukan apapun

6. Aktifitas dan latihan

No URAIAN SEBELUM MRS SAAT MASUK RS

Aktifas atau kegiatan Melakukan kegiatan nya Tidak dapat lagi


sehari-hari yang di lakukan yaitu sebagai supir travel melakukan kegiatan
klien contohnya pekerjaan nya klien hanya
klien berbaring saja

7. Personal hygiene

No URAIAN SEBELUM MRS SAAT MASUK RS

Kebersihan diri klien Dilakukan oleh klien Dilakukan dengan


seperti mandi cara tanpa bantuan orang lain bantuan perawata
berpakaian yang dapat mandi 2 kali sehari dan atau keluarga klien
dilakukan secara ,andi dan menggosok gigi tetapi hanya dengan
tanpa arahan atau bantuan menggunakan tisu
dari orang lain basah untuk
membasuh badan
klien
I. RIWAYAT PSIKO SOSIO SPRITUAL
 Pola koping
Klien yakin akan kesembuhan penyakitnya
 Harapan klien terhadap penyakitnya
Klien berharap keadaannya segera membaik dan penyakitnya segera sembuh
 Faktor stressor
Klien merasa stress karena tidak dapat melakukan kegiatannya selama di
rumah sakit
 Pengetahuan klien tentang penyakitnya
Klien tidak tahu banyak penyakit nya yang klien ketahui hanyalah klien
tertusuk kayu pada bagian dadanya
 Adaptasi
Klien sulit beradaptasi dengan penyakitnya karena klien hanya memikirkan
pekerjaannya
 Hubungan dengan anggota keluarga
Baik,keluarga mengatakan klien sangat bertanggung jawab dan banyak
keluarga lainnya yan selalu dating menjenguk klien
 Hubungan dengan masyarakat
Hubungan klien dengan masyarakat baik,karena banyak tetangga klien yang
dating menjenguk dan merasa prihatin dengan keadaan klien,
 Perhatian terhadap orang lain dan lawan bicara
Klien mampu mendengar dan memperhatikan siapa yang berbicara dengan
klien namun tidak mampu merespon dengan cepat karena kondisi klie yang
melemah
 Kegiatan keagamaan
Klien termasuk orang yang rajin dalam menjalankan sholat sehingga saat di rs
klien tetap menjalankan meski menggunakan bahas tubuh atau bahasa isyarat
DATA FOKUS

NamaPasien :

Umur/J. Kelamin :

Ruangan/Kamar :

DiagnosaMedis :

Data focus

Ds :

 Muntah

 Dispnea
Do :

 Penurunan kesadaran

 Luka tusuk

 Nafas cepat dan dangkal

 Suara nafas tambahan

 Td 90/70MMhg

 Nadi 110x/menit

 RR 35x/menit

 Suhu 38,7◦c

 Akral teraba hangat

 Sianosis

 Penggunanan otot bantu pernafasan

 Napas cuping hidung

FORMAT KLASIFIKASI DATA

NamaPasien :

Umur/J. Kelamin :

Ruangan/Kamar :

DiagnosaMedis :

Karegori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif


Fisiologis Respirasi Sianosis,dispnea,suara nafas

tambahan,rr 35x/menit,napas

cuping hidung,penurunan
kesadaran,penggunaan otot

bantu pernafasan
Sirkulasi Td 90/70 MMhg,nadi

110x/menit,
Nutrisi dan Cairan
Eliminasi Muntah
Aktivitas dan Istirahat
Neorosensori
Reprodukdi dan Seksualitas
Psikologis Nyeri dan Kenyamanan
Integritas Ego
Pertumbuhan dan Perkembangan
Perilaku KebersihanDiri
Penyuluhan dan Pembelajaran
Relasional InteraksiSosial
Lingkungan Keamanan dan Proteksi Suhu tubuh meningkat,akral

teraba hangat
ANALISA DATA

NamaPasien :

Umur/J. Kelamin :

Ruangan/Kamar :

DiagnosaMedis :

No Symptom Etiologi Problem

1 Ds Perubahan Gangguan
membrane alveolus- pertukaran gas
 Dispnea kapiler
Do

 Takikardia

 Bunyi nafas tambahan

 Sianosis

 Nafas cuping hidung

 Pola napas ab normal

 Warna kulit ab normal

 Kesadaran menurun

2 Ds Deformitas dinding Pola nafas tidak


dada efektif
 Dispnea
Do

 Nafas cuping hidung

 Pola napas ab normal

 Warna kulit ab normal

3 Do Proses penyakit Hipertermia

 Takikardia

 Suhu tubuh di atas batas


normal

 Kulit teraba hangat

 Takipnea

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NamaPasien :

Umur/J. Kelamin :

Ruangan/Kamar :

DiagnosaMedis :

NO DIAGNOSA TGL DITEMUKAN TGL


KEPERAWATAN TERATASI

Gangguan pertukaran gas April 18, 2021 April 18, 2021


Bd Perubahan membrane
alveolus-kapiler

Pola nafas tidak efektif Bd April 18, 2021 April 18, 2021
Deformitas dinding dada
Hipertermi Bd proses April 18, 2021 April 18, 2021
penyakit

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NamaPasien :

Umur/J. Kelamin :

Ruangan/Kamar :

DiagnosaMedis :

N Diagnose Evaluasi Intervensi

1 Gangguan pertukaran 1. Pertukaran gas 2. Pemantauan respirasi


gas Bd perubahan
membrane alveolus  Setelah di a) Definisi
kapiler
lakukan Mengumpulkan
Ds
tindakan dan menganalisis
 Dispnea
keperawatan data untuk
Do
selama 2x24 memastikan
 Takikardia
jam maka kepatenan jalan
 Bunyi nafas
tambahan tingkat napas dan

 Sianosis kesadaran keefektifan

 Nafas cuping meningkat penukaran gas


hidung
dengan criteria b) Tindakan
 Pola napas ab
normal hasil 5 Observasi

 Warna kulit ab meningkat


normal  monitor frekuensi,
 Setelah di
 Kesadaran irama, kedalaman
menurun lakukan
dan upaya napas
tindakan
 monitor pola
keperawatan
napas (seperti
selama 2x24
bradipnea,
jam maka
takipnea,
dispnea
hiperventilasi,
meningkat
kussmaul,
dengan criteria
cheyne-stokes,
hasil 5 menurun
biot, ataksik)
 Setelah di
 monitor
lakukan
kemampuan batuk
tindakan
efektif
keperawatan
 monitor adanya
selama 2x24
produksi sputum
jam maka bunyi
 monitor adanya
napas tambahan
sumbatan jalan
meningkat
napas
dengan criteria
 palpasi
hasil 5 menurun
kesimetrisan
 Setelah di
ekspansi paru
lakukan
 auskultasi bunyi
tindakan
napas
keperawatan  monitor saturasi

selama 2x24 oksigen

jam maka  monitor nilai

takikardia AGD

meningkat  monitor hasil x-

dengan criteria ray toraks

hasil 5 menurun Terapeutik

 Setelah di
 atur interval
lakukan
pemantauan
tindakan
respirasi sesuai
keperawatan
kondisi pasien
selama 2x24
 dokumentasikan
jam maka
hasil pemantauan
sianosis
Edukasi
meningkat

dengan criteria  jelaskan tujuan

hasil 5 membaik dan prosedur

 Setelah di pemantauan

lakukan  informasikan hasil

tindakan pemantauan, jika

keperawatan perlu

selama 2x24 3. Terapi oksigen

jam maka pola a. Definisi

napas Memberikan

meningkat tambahan oksigen


dengan criteria untuk mencegah

hasil 5 membaik dan mengatasi

 Setelah di kondisi

lakukan kekurangan

tindakan oksigen jaringan

keperawatan b. Tindakan

selama 2x24 observasi

jam maka warna


 Monitor
kulit meningkat
kecepatan
dengan criteria
aliran oksigen
hasil 5 membaik
 Monitor posisi

alat terap

ioksigen

 Monitor aliran

oksigen secara

periodic dan

pasti kan

fraksi yang

diberikan

cukup

 Monitor

efektifitas

terapi oksigen

(mis.oksimetri

,analisa gas
darah),jika

perlu

 Monitor

kemampuan

melepaskan

oksigen saat

makan

 Monitor

tanda-tanda

hipoventilasi

 Monitor tanda

dan gejala

toksikasi

oksigen dan

atelectasis

 Monitor

tingkat

kecemasan

akibat terapi

oksigen

 Monitor

integritas

mukosa

hidung akibat

pemasangan
oksigen

Terapiutik

 Bersihkan

secret pada

mulut,hidung

dan trakea,jika

perlu

 Pertahankan

kepatenan

jalan nafas

 Siapkan dan

atur peralatan

pemberian

oksigen

 Berikan

oksigen

tambahan,jika

perlu

 Tetap berikan

oksigen saat

pasien

ditransportasi

 Gunakan

perangkat
oksigen yang

sesuai dengan

tingkat

mobilitas

pasien

Edukasi

 Ajarkan pasien

dan keluarga cara

menggunakan

oksigen di rumah

Kolaborasi

 Kolaborasi

penentuan dosis

oksigen

 Kolborasi

penggunaan

oksigen saat

aktivitas dan/ atau

tidur

2 Pola nafas tidak 1. Pola napas 2. Manajemen jalan


efektif Bd deformitas
 Setelah di napas
dinding dada
lakukan a. Definisi
Ds :
tindakan Mengidentifikasi
 Dispnea
keperawatan dan mengelola
Do selama 2x24 kepatenan jalan

 Nafas cuping jam maka napas.


hidung
dispnea b. Tindakan
 Pola napas ab
normal membaik Observasi :

 Warna kulit ab dengan criteria  Monitor pola


normal
hasil 5 menurun napas

 Setelah di (frekuensi,

lakukan kedalaman,

tindakan usaha napas)

keperawatan  Monitor bunyi

selama 2x24 napas

jam maka tambahan

penggunaan otot (mis.

bantu nafas Gurgling,

membaik mengi,

dengan criteria wheezing,

hasil 5 menurun ronkhi kering)

 Setelah di  Monitor

lakukan sputum

tindakan (jumlah,

keperawatan warna, aroma)

selama 2x24 Terapeutik:

jam maka  Pertahankan

pernafasan kepatenan

cuping hidung jalan napas


membaik dengan head-

dengan criteria tilt dan chin-

hasil 5 menurun lift (jaw-thrust

 jika curiga

trauma

servikal)

 Posisikan

semi- fowler

atau fowler

 Berikan

minum hangat

 Lakukan

fisioterapi

dada, jika

perlu

 Lakukan

penghisapan

lendir kurang

dari 15 detik

 Lakukan

hiperoksigena

si sebelum

penghisapan

endotrakeal

 Keluarkan
sumbatan

benda padat

dengan forsep

McGill

 Berikan

oksigen, jika

perlu

Edukasi :

 Anjurkan

asupan cairan

2000 ml/hari,

jika tidak

kontraindikasi

 Ajarkan

teknik batuk

efektif.

Kolaborasi :

 Kolaborasi

pemberian

bronkodilator,

ekspektoran,

mukolitik,

jika perlu.

3. Pemantauan

Respirasi
a. Definisi :

Mengumpulkan

dan menganalisis

data untuk

memastikan

kepatenan jalan

napas dan

keefektifan

pertukaran gas.

b. Tindakan :

Observasi :

 Monitor

frekuensi,

irama,

kedalaman

dan upaya

napas.

 Monitor pola

napas (seperti

bradipnea,

takipnea,

hiperventilasi,

kussmaul,

cheyne-stokes,

biot ataksik).
 Monitor

kemampuan

batuk efektif

 Monitor

adanya

produksi

sputum

 Monitor

adanya

sumbatan

jalan napas

 Palpasi

kesimetrisan

ekspansi paru

 Auskultasi

bunyi napas

 Monitor

saturasi

oksigen

 Monitor nilai

AGD

 Monitor hasil

x-ray toraks

Terapeutik :

 Atur interval
pemantauan

respirasi

sesuai kondisi

pasien.

 Dokumentasik

an hasil

pemantauan.

Edukasi :

 Jelaskan

tujuan dan

prosedur

pemantauan

 Informasikan

hasil

pemantauan,

jika perlu

4. Pengaturan posisi

a. Definisi :

Menempatkan

bagian tubuh

untuk

meningkatkan

kesehatan

fisiologis dan/atau

psikologis.
b. Tindakan :

Observasi :

 Monitor status

oksigenasi

sebelum dan

sesudah

mengubah

posisi

 Monitor alat

traksi agar

selalu tepat

Terapeutik :

 Tempatkan

pada

matras/tempat

tidur

terapeutik

yang tepat

 Tempatkan

pada posisi

terapeutik

 Tempatkan

objek yang

sering

digunakan
dalam

jangkauan

 Tempatkan

bel atau lampu

panggilan

dalam

jangkauan

 Sediakan

matras yang

kokoh/padat

 Atur posisi

tidur yang

disukai, jika

tidak

kontraindikasi

 Atur posisi

untuk

mengurangi

sesak (mis.

Semi-fowler)

 Atur posisi

yang

meningkatkan

drainage

 Posisikan
pada

kesejajaran

tubuh yang

tepat

 Imobilisasi

dan topang

bagian tubuh

yang cedera

dengan tepat

 Tinggikan

bagian tubuh

yang sakit

dengan tepat

 Tinggikan

anggota gerak

20’ atau lebih

di atas level

jantung

 Tinggikan

tempat tidur

bagian kepala

 Berikan bantal

yang tepat

pada leher

 Berikan
topangan pada

area edema

(mis. Bantal

dibawah

lengan dan

skrotum)

 Posisikan

untuk

mempermuda

ventilasi/perfu

si (mis.

Tengkurap/go

od lung down)

 Motivasi

melakukan

ROM aktif

atau pasif

 Motivasi

terlibat dalam

perubahan

posisi, sesuai

kebutuhan

 Hindari

menempatkan
pada posisi

yang dapat

meningkatkan

nyeri

 Hindari

menempatkan

stump

amputasi pada

posisi fleksi

 Hindari posisi

yang

menimbulkan

ketegangan

pada luka.

 Minimalkan

gesekan dan

tarikan saat

mengubah

posisi

 Ubah posisi

setiap 2 jam

 Ubah posisi

dengan teknik

log roll

 Pertahankan
posisi dan

integritas

traksi

 Jadwalkan

secara tertulis

untuk

perubahan

posisi

Edukasi :

 Informasikan

saat akan

dilakukan

perubahan

posisi

 Ajarkan cara

menggunakan

postur yang

baik dan

mekanika

tubuh yang

baik selama

melakukan

perubahan

posisi.

Kolaborasi :
Kolaborasi

pemberian

premedikasi

sebelum

mengubah posisi,

jika perlu
3 Hipertermia Bd Proses 1. Termoregulasi 1. Manajemen
penyakit Hipertermia
 Setelah di
 Takikardia a. Defenisi
lakukan
mengidentifikasi dan
 Suhu tubuh di tindakan mengelolah peningkatan
atas batas
suhu tubuh akibat
normal keperawatan
disfungsi termoregulasi
 Kulit teraba selama 2x24
Tindakan
hangat
jam maka Observasi
 Takipnea
takikardia -Identifikasi penyebab
hipertermia (mis.
menmbaik
Dehidrasi, terpapar
dengan criteria lingkungan panas,
penggunaan incubator)
hasil 5 menurun
-Monitor suhu tubuh
 Setelah di
-Monitor kadar elektrolit
lakukan -Monitor haluan urine
tindakan -Monitor komplikasi
akibat hipertermia
keperawatan
Terapiutik
selama 2x24
-Sediakan lingkungan
jam maka yang dingin

takipnea -Longgarkan atau


lepaskan pakaian
membaik
-Basahi dan kipasi
dengan criteria permukaan tubuh

hasil 5 menurun -Berikan cairan oral

 Setelah di -Ganti linen setiap hari


atau lebih sering jika
lakukan mengalami hyperhidrosis
(Keringatan berlebih)
tindakan
-Lakukan pendinginan
keperawatan eksternal (mis.selimut
hipertermia atau kompres
selama 2x24
dingin pada dahi, leher,
jam maka suhu dada, abdomen, aksila)
-Hindari pemberian
tubuh membaik
antipirektif atau aspirin
dengan criteria
-Berikan oksigen, jika
hasil 5 membaik perlu
Edukasi
 Setelah di
-Anjurkan tirah baring
lakukan
Kalaborasi
tindakan
-Kalaborasi pemberian
keperawatan cairan dan elektrolit
intervena, jika perlu.
selama 2x24
2. Regulasi Tempratur
jam maka suhu
Defenisi
kulit membaik
Mempertahankan suhu
dengan criteria tubuh dalam rentang
normal
hasil 5 membaik
Tindakan

Observasi

-Monitor suhu bayi


sampai stabil (36,5C-
37,5C)

-Monitor suhu tubuh anak


tiap dua jam, jika perlu
-Monitor tekanan darah,
frekuensi frekuensi
pernapasan dan nadi

-Monitor warna dan suhu


kulit

-Monitor dan catat tanda


dan gejala hiportermia
atau hipertermia

Terapiutik

-Pasang alat pemantau


suhu kontinu, jika perlu

-Tingkatkan asupan
cairan dan nutria yang
adekuat

-Bedong bayi segera


setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas

-Masukkan bayi segera


setelah lahir untuk
mencegah kehilangan
panas pada bayi baru
lahir (mis.
Bahanpolyethylene,
polyurethane)

-Gunakan topi bayi untuk


mencegah kehilangan
panas pada bayi baru
lahir

-Tempat bayi baru lahir


di bawah randiant
warmer

-Pertahankan kelembaban
incubator 50% atau lebih
untuk mengurangi
kehilangan panas karena
proses evaporasi
-Atur suhu inkubatur
sesuai kebutuhan

-Hangatkan terlebih
dahulu bahan-bahan
yang akan kontak dengan
bayi (mis. Selimut, kain ,
bedongan, stetoskop)

-Hindari meletakkan bayi


di dekat jendela terbuka
atau di daerah aliran
pendingin ruangan atau
kipas angina

-Gunakan matras
penghangat, selimut
hangat dan penghangat
ruangan untuk menaikkan
suhu tubuh, jika perlu

-Gunakan Kasur
pendingin, water
circulating blankets, ice
pack atau gel pad pada
intravascular cooling
catheterization untuk
menurunkan suhu tubuh

-Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien

Edukasi

-Jelaskan cara
pencegahan heat
exhaustion dan heat
stroke

-Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin

-Demonstrasikan Teknik
perawatan metode
kanguru (PMK) untuk
bayi BBLR

Kalaborasi

-Kalaborasi pemberian
antiseptic, jika perlu

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga


thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka atau
cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang
sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Sudoyo, 2010)

Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan


diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat
trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan
insiden penderita trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per
seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar
20-25%. Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan
tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana
untuk menolong korban dari ancaman kematian (Sudoyo, 2010).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan


oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura
paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).

B. Saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga
penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga
makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat
berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan
makalah ini.

37
DAFTAR
PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V.
Jakarta: Interna Publishing

Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik.


Edisi
- VIII Jakarta: EGC

Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana
gawat darurat. Padang : Medical book

Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC -NOC , jilid 1.
jogjakarta : penerbit buka Mediaction.

Patriani. (2012). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada.


http://asuhan- keperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-
dada.html. Diakses pada tanggal 02 Januari 2019

Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit
dalam . yogjakarta : Nuha medika
3
8

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai