Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT OPEN PNEUMATHORAX

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III :

IBRAHIM KADIR 201801107


MOH. RIZKY 201801113
SINTA 201801135
NOVITA A. BOGOLEBA 201801120
NILUH GABRIELA 201801119

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Tuhan
Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan shingga kami dapat
menyelsaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
kesehatan,baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelsaikan pembuatan makalah dengan judul “OPEN
PNEUMATHORAX ”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya. Wasalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Penyusun, 12 April 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan penulisan......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.....................................................................................................2
B. Etiologi.....................................................................................................2
C. Patofisiologi.............................................................................................3
D. Manifestasi klinis.....................................................................................3
E. Komplikasi...............................................................................................4
F. Pemeriksaan penunjang...........................................................................5
G. Penatalaksanaan.......................................................................................6
H. Asuhan keperawatan................................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................13
B. Saran .......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAK

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada Trauma (Luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh
benda tajam bila tidak mengenai jantung biasanya dapat menembus rongga
paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu
gerakan mendadak yang hebat.
Akibatnya selain terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara
juga akan masuk kedalam rongga paru-paru oleh karena itu paru-paru pada
sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika
bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka
menjadi berkurang (Kartono,M. 1991)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Open Pneumothorax ?
2. Apa etiologi pada open Pneumothorax ?
3. Apa Manifestasi pada Open Pneumothorax ?
4. Apa Patofisiologi Open Pneumothorax ?
5. Apa Asuhan Keperawatan gawat darurat pada Open Pneumothorax ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit Open Pneumothorax
pada pasien dengan gawat darurat
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui proses timbulnya penyakit Open Pneumothorax
b. Untuk mengetahui cara penanganan secara darurat pada pasien
dengan Open Pneumothorax
c. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang ditimbulkan jika tidak
ditangani secara segera pada pasien Open Pneumothorax.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Pneumothorax ( American College of Surgeons Commite on
Trauma, 2005, Willimas, Pneumothorax adalah suatu kondisi adanya
udara yang terperangkap di rongga pleura akibat robeknya pleura visceral,
dapat terjadi spontan atau karena trauma, yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan negative intrapleura sehingga mengganggu proses
pengembangan paru.
Open Pneumothorax adalah pneumothorax yang terjadi akibat
terdapatnya hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang
merupakan bagian dari luar. Perubahan tekanan ini sesuai dengan
perubahan tekanan gerakan pernapasan, pada saat inspirasi tekanan
menjadi negative dan pada saat ekspirasi tekanan menjadi positif
Open pneumothorax adalah adanya trauma tembus pada dinding
dada dimana udara yang masuk diruang pleura lebih banyak berasal dari
paru-paru yang rusak dari pada defek dinding dada. Jika dinding dada
cukup lebar udara dapat masuk dan keluar dari ruang pleura pada setiap
pernafasan sehingga menyebabkan paru didalamnya kolaps.
Open pneumothorax merupakan adanya lubang pada dinding dada
yang cukup besar untuk memungkinkan udara mengalir dengan bebas dan
masuk ke luar rongga toraks bersama setiap upaya pernapasan.
B. Etiologi
Open pneumothorax disebabkan oleh trauma tembus dada. Berdasarkan
kecepatannya, trauma tembus dada dapat dikelompokkan menjadi 2
berdasarkan kecepatannya yaitu :
1. Luka tusuk
Umumnya dianggap kecepatan rendah karena senjata (benda yang
menusuk atau mengenai dada) menghancurkan area kecil disekitar
luka. Kebanyakan luka tusuk disebabkan oleh tusukan pisau. Namun,
selain itu pada kaus kecelakaan yang mengakibatkan perlukaan dada,

2
dapat juga terjadi ujung iga yang fraktur ( fraktur iga) mengarah ke
dalam sehingga merobek pleura parientalis dan viseralis sehingga
dapat mengakibatkan open pneumothorax.
2. Luka tembak
Luka tembak pada dada dapat dikelompokkan sebagai kecepatan
rendah, sedang, atau tinggi. Faktor yang menentukan kecepatan dan
mengakibatkan keluasan kerusakan termasuk jarak darimana senjata
ditembakkan, caliber senjata, dan kontruksi serta ukuran peluru. Peluru
yang mengenai dada dapat menembus dada sehingga memungkinkan
udara mengalir bebas keluar dan masuk rongga thoraks.
C. Patofisiologi
Pada manusia normal tekanan dalam rongga pleura adalah
negative. Tekanan negative disebabkan Karena kecenderungan paru untuk
kolpas (elastic recoil) dan dinding dada yang cenderung mengambang.
Bila terjadi hubungan antara alveoli atau ruang udara intrapulmoner
lainnya (kavitas, bulla) dengan rongga pleura oleh sebab apapun, maka
udara akan mengalir dari alveoli ke rongga pleura sampai terjadi
keseimbangan tekanan atau hubungan tersebut tertutup. Serupa dengan
mekanisme diatas, maka bila ada hubungan antara udara luar dengan
rongga pleura melalui dinding dada, udara akan masuk ke rongga pleura
sampai perbedaan tekanan menghilang atau hubungan menutup.
Perubahan patofisiologi yang terjadi pada dasarnya adalah akibat dari:
1. Kegagalan ventilasi
2. Kegagalan pertukaran gas pada tingkat alveolar
3. Kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik.
Ketiga faktor diatas dapat menyebabkan hiposia.
D. Manifestasi Klinis
Gejala-gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang
masuk kedalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami
kolaps (mengempis). Gejalanya bisa berupa: Nyeri dada tajam yang timbul

3
secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam
atau terbatuk. Adapun gejala-gejala lainnya yaitu:
1. Sesak napas
2. Dada terasa sempit
3. Mudah lelah
4. Denyut jantung yang cepat
5. Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu antara lain :
1. Hematopneumothorax
Sekitar 5% pasien dengan pneumothorax akan mengalami
hematopneumothorax. Mekanisme perdarahan pada
hematopneumathorax spontan adalah perdarahan karena robekan
adhesi vascular apeks antara pleura visceral dan parietal dan bula pada
pada kolaps paru atau karena rupture bula tevaskularisasi. Manifestasi
klinis bergantung dengan jumlah kehilangan darah. Penatalaksanaan
hematopneumothorax spontan antara lain pemasangan selang
torakostomi/kateter intercostal untuk drainase hematopneumothorsx
dan reekspansi paru. Jika reekspansi paru tidak menghentikan
perdarahan, torakotomi dibutuhkan untuk menghentikan perdarahan.
2. Fistula Bronkopleural
Fistula Bronkopleural dapat terjadi pada pneumothorax spontan primer
(3-4%), walaupun lebih sering ditemukan pada pasien dengan
pneumothorax sekunder atau pasien traumatic kebocoran udara
persistem terjadi setelah drainase pneumothorax addalah tanda klinis
awal dari komplikasi ini. Penatalaksanaan dapat dengan torakotomi,
penutupan fistula dan pleurodosis.
3. Pneumomediastinum
Merupakan komplikasi yang jarang terjadi (<1 %).
Pneumomediastinum adalah udara bebas didalam mediastinum.
Emfisema subkutis berkaitan dengan pneumomediastinum. Komplikasi

4
ini tejadi tanpa gejala spesifik dan biasanya terjadi karena cedera
esophagus dan cedera saluran napas besar.
4. Pneumothorax Kronik
Pada pneumothorax kronik, tejadi penebalan korteks pleura visceral
mencegah reekspansi paru sehingga terjadi kegagalan prosedur selang
torakostomi/kateter intrakostal. Kondisi ini dapat diatasi dengan
torakotomi dan dekortikasi.
5. Infeksi ruang pleura
Terjadi pada pneumothorax traumatic atau pneumothorax spontan
yang menjadi empyema (piopneumothorax). Infeksi dapat disebabkan
oleh bakteri tuberculosis atau nontuberkulosis seperti infeksi
stafilokokus. Dapat ditangani dengan aspirasi efusi dan obat-obatan
antimikroba.
6. Atelectasis
Dapat terjadi pada jenis pneuomothorax apapun dan menghambat
ekspansi paru. Dapat diatasi dengan fisioterpi untuk menghilangkan
secret kental, bronkoskopi dan distensi lobus yang kolaps dengan
tekanan positif menggunakan selang endotrakeal, dan pemberian
antibiotic jika diperlakukan.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Ro. Thorax
Menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleura ; dapat
menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
2. Gas Darah Arteri (GDA)
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi atau
gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi
paCO2 kadang meningkat. paCO2 mungkin normal atau menurun;
saturasi 02 bisa menurun.
3. Torasentesis
Menyatakan darah atau cairan serosanguinosa.
4. Hb

5
Mungkin menurun, menunjukikan kehilangan darah.
G. Penatalaksanaan
Pneumothorax terbuka membutuhkan intevensi kedaruratan.
Menghentikan aliran udara yang melewati lubang pada dinding dada
merupakan tindakan menyelamatkan jiwa. Pada situasi darurat tersebut,
apa saja dapat digunakan untuk menutup luka dada misalnya handuk, sapu
tangan, atau punggung tangan. Jika sadar, pasien diinstruksikan untuk
menghirup dan mengejan dengan glotis tertutup. Aksi ini membantu
mengembangkan kembali paru dan mengeluarkan udara dari toraks. Di
rumah sakit, lubang ditutup dengan kassa yang dibasahi dengan petroleum.
Balutan tekan dipasang dan diamankan dengan lilitan melingkar.
Biasanya, selang dada yang dihubungkan dengan drainase water-seal
(WSD) dipasang untuk memungkinkan udara dan cairan mengalir. Anti
biotik biasanya diresepkan untuk melawan infeksi akibat kontaminasi.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Survey Primer
1) Airway (jalur napas)
Pada airway yang perlu diperhatikan adalah
mempertahankan jalan napas, memperhatikan apakah ada
obstruksi pada jalan nafas (benda asing, secret, darah). Pada
kasus open pneumothorax terdapat masalah pada jalan
nafasnya yang disebabkan oleh penumpukkan darah dan
udara.
2) Breathing (pernapasan)
Pada auskultasi suara napas menghilang yang
mengindikasikan bahwa paru tidak mengembang dalam
rongga pleura akan meningkat dan melebihi tekanan
atmosfir. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini
dapat menekan paru sehingga dapat terjadi sesak napas

6
tiba-tiba, nafas pendek bahkan sering menimbulkan gagal
napas.
3) Circulation (sirkulasi)
Peningkatan tekanan intatoraks mengakibatkan tergesernya
organ mediastinum secara massif kea rah berlawanan dari
sisi paru yang mengalami tekanan. Pergerakan mediastinum
ke arah berlawanan dari area cedera ini dapat menyebabkan
penyumbatan aliran vena kafa superior dan inferior yang
dapat mengurangi cardiac preload dan menurunkan cardiac
output.
4) Disability
Pada pasien open pneumothorax memang mungkin akan
mengalami penurunan kesadaran.
5) Exposure
Adanya luka tembus menyebabkan luka tebuka dan bunyi
aliran udara terdengar pada area luka tembus. Yang
selanjutnya disebut “Sucking chest wound” (luka dada
mnghisap)
b. Survey sekunder
1) Riwayat kesehatan sekarang
2) Riwayat kesehatan Keluarga
3) Pengkajian head to toe
a) Kepala
b) Leher
c) Dada
d) Abdomen
e) Ektremitas/musculoskeletal
f) Kulit/intaumen
2. Diagnose Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubugan dengan
penumpukkan darah dan udara

7
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
kemampuan oksigenase karena akumulasi udara
c. Resiko gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penurunan aliran balik vena, penurunan curah jantung
d. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka tusuk.
3. Intervensi dan Rasional keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubugan dengan
penumpukkan darah dan udara
Intervensi :
1) Kaji kesadaran pasien dengan menyentuh, menggoyang dan
memanggil namanya
R : Mengetahui tingkat kesadaran pasien, apakah masih dalam
tahap unrespon,pain, voice, dan alert.
2) Beri posisi terlentang pada permukaan rata yang tidak keras,
kedua lengan pasien disamping tubuhnya.
R : Mengantisipasi trauma servikal, posisi yang tepat dan
lingkungan yang nyaman dapat penolong dan korban dalam
melakukan tindakan.
3) Lakukan pemasangan WSD
R : Untuk mengeluarkan darah yang menumpuk pada rongga
pleura
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik
R : Unntuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
kemampuan oksigenase karena akumulasi udara
Intervensi :
1)  Kaji pernapasan klien dengan mendekatkan telinga di atas
hidung atu mulut sambil mempertahankan pembukaan jalan
nafas
R : Mengetahui ada tidaknya pernapasan.

8
2) Perhatikan dada pasien dengan melihat gerakan naik turunnya
dada pasien
R : Mengetahui apakah masih terjadi pengembangan paru.
3) Auskultasi ekspirasi, merasakan adanta aliran udara
R : Mendengarkan apakah terdapat suara tambahan atau tidak.
4) Berikan posisi nyaman pada klien seperti semifowler/fowler.
R : Meningkatkan ekspansi paru.
c. Resiko gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penurunan aliran balik vena,penurunan curah jantung.
Intervensi :
1) Tentukan ada tidaknya denyut nadi .
R : Perabaan dilakukan untuk mengetahui apakah jantung
masih berkontrasi atau tidak.
2) Hubungi system darurat dengan memberikan informasi tentang
hal-hal yang terjadi dan peralatan yang diutuhkan.
R : Informasi yang diperoleh akan membantu dalam
menentukan tindakan selanjutnya sehingga pertolongannya
akan lebih mudah
3) Kolaborasi dalam pemasangan dan pemberian cairan infuse
R ; Memenuhi kebutuhan cairan dan elektorlit. Pantau
pemberian cairan yang dilakukan, jangan sampai terjadi udem
d. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka tusuk
Intervensi:
1) Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau
balutan tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly.
R : Memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan dan
bagian yang terbuka sebagai katup dimana udara dapat keluar
dan paru-paru akan mengembang.
2) Pemberian antibiotik
R : Mengurangi terjadi proses infeksi
3) Pertahankan kebersihan daerah sekitar

9
R : Mencegah terjadinya iritasi

4. Implementasi
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubugan dengan
penumpukkan darah dan udara
Intervensi :
1) Mengkaji kesadaran pasien dengan menyentuh, menggoyang
dan memanggil namanya
R : Mengetahui tingkat kesadaran pasien, apakah masih dalam
tahap unrespon,pain, voice, dan alert.
2) Memberikan posisi terlentang pada permukaan rata yang tidak
keras, kedua lengan pasien disamping tubuhnya.
R : Mengantisipasi trauma servikal, posisi yang tepat dan
lingkungan yang nyaman dapat penolong dan korban dalam
melakukan tindakan.
3) Melakukan pemasangan WSD
R : Untuk mengeluarkan darah yang menumpuk pada rongga
pleura
4) Berkolaborasi pemberian obat analgetik
R : Unntuk mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
kemampuan oksigenase karena akumulasi udara
Intervensi :
1) Mengkaji pernapasan klien
R : Mengetahui ada tidaknya pernapasan.
2) Memperhatikan dada pasien dengan melihat gerakan naik
turunnya dada pasien
R : Mengetahui apakah masih terjadi pengembangan paru.
3) Mengauskultasi ekspirasi, merasakan adanta aliran udara
R : Mendengarkan apakah terdapat suara tambahan atau tidak.

10
4) Memberikan posisi nyaman pada klien seperti
semifowler/fowler
R : Meningkatkan ekspansi paru.
c. Resiko gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penurunan aliran balik vena,penurunan curah jantung.
Intervensi :
1) Tentukan ada tidaknya denyut nadi .
R : Perabaan dilakukan untuk mengetahui apakah jantung
masih berkontrasi atau tidak.
2) Hubungi system darurat dengan memberikan informasi tentang
hal-hal yang terjadi dan peralatan yang diutuhkan.
R : Informasi yang diperoleh akan membantu dalam
menentukan tindakan selanjutnya sehingga pertolongannya
akan lebih mudah
3) Kolaborasi dalam pemasangan dan pemberian cairan infuse
R ; Memenuhi kebutuhan cairan dan elektorlit. Pantau
pemberian cairan yang dilakukan, jangan sampai terjadi udem
d. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka tusuk
Intervensi:
1) Luka tembus perlu segera ditutup dengan pembalut darurat atau
balutan tekan dibuat kedap udara dengan petroleum jelly.
R : Memungkinkan udara yang terhisap dapat dikeluarkan dan
bagian yang terbuka sebagai katup dimana udara dapat keluar
dan paru-paru akan mengembang.
2) Pemberian antibiotik
R : Mengurangi terjadi proses infeksi
3) Pertahankan kebersihan daerah sekitar
R : Mencegah terjadinya iritasi
5. Evaluasi
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubugan dengan
penumpukkan darah dan udara

11
Evaluasi :
1) Kebutuhan oksigen pasien adekuat
2) Jalan nafas pasien kembali efektif
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
kemampuan oksigenase karena akumulasi udara
Evaluasi :
1) Pola napas pasien menjadi 16-24 x/ menit
2) Tampak pergerakan dada pasien simetris pada saat bernapas
c. Resiko gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
penurunan aliran balik vena, penurunan curah jantung
Evaluasi :
1) Tekanan darah kembali pada nilai 120/80
2) Tampak tidak adanya sianosis
d. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka tusuk
Evaluasi :
1) Tidak terjadinya infeksi pada daerah sekitar luka
2) Paru-paru dapat berkembang dengan baik

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Open Pneumothorax adalah pneumothorax yang terjadi akibat
terdapatnya hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang
merupakan bagian dari luar. Perubahan tekanan ini sesuai dengan
perubahan tekanan gerakan pernapasan, pada saat inspirasi tekanan
menjadi negative dan pada saat ekspirasi tekanan menjadi positif. OPEN
PNEUMOTORAKS merupakan pneumotoraks yang ter jadi akibat 
terdapat hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang merupakan
bagian dari luar. Tekanan intra pleura sama dengan  tekanan barometer
atau sama dengan  udara luar sedangkan  tekanan intra pleura sekitar nol.
Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan gerakan
pernapasan, pada saat inspirasi tekanan menjadi negative dan pada saat
ekspirasi tekanan menjadi positif. . Untuk dapat memberikan terapi  yang
tepat pada penderita  OPEN PNEUMOTORAKS pemahaman mengenai
patofisiologinya adalah sangat penting.
B. Saran
Hal yang perlu dilakukan untuk menangani kasus gawat darurat dengan
masalah OPEN PNEUMOTORAKS
1. Tekanan tindakan pertolongan untuk mengatasi masalah pernapasan
yang
2. Kita perlu memperhatikan linkungan sekitar demi keamanan dan
kenyaman penolong dan korban.
3. Prioritaskan ke-3 hal penting yaitu system kardi, pulmoner, dan
serebral yang mana jika tidak ditangani segera dalam waktu 4-6 menit
maka akan menyebabkan kematian biologis.

13
4. Jangan cepat menyerah apabila tindakannya yang kita berikan belum
mencapai hasil yang kita inginkan. Tetap monitor dan berikan tindakan
untuk membantu menyelamatkan nyawa korban.
5. Jangan lupa proteksi diri untuk menghindari penularan penyakit.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kristanty, Paula, dkk.2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta:TIM


http///G.Keperawatan Gadar Trauma Dada.akses tanggal 28 maret 2010.
Nirwan Arief , Wibowo Suryatenggara: Pneumotoraks. Dlam Symposium
Penatalaksanna Gawat  Paru Masa Kini. Achmad Husain AS, Dkk.
Yogykarta,1984.
Eddy Yapri, Thomas Kardjito, Mohammad Amin. Pneumotorax: Symposium
Ilmu Kedokteran Darurat. Surabaya 1998.
Hood Alsegaf, Isnu Pradjoko, Pneumotoraks, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Fk
Unair Surabaya, 2004

Anda mungkin juga menyukai