DAN HEMOTHORAX
DOSEN PENGAMPU :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat dengan waktunya.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak ada kekurangan baik
dari isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang
berlanjut sehingga kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini sangat penulis
harapkan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………………..i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………….…………………………1
B. Rumusan Masalah……………………………………..…………………………..2
C. Tujuan……………………………………………………………………………..2
Lampiran……………………………………………………………………………..20
A. Kasus 1 (Pneumotoraks)………………………………………………………….24
B. Kasus 2 (Hemotoraks)……………………………………………………………34
C. Penatalaksanaan Farmakologis Pneumotoraks dan Hemotoraks………………...40
D. Health Education………………………………………………………………....41
E. Tujuan Pembelajaran…………………………………………………………..…42
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….43
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pernapasan adalah salah satu sistem penting dalam tubuh manusia karena saat
bernapas tubuh manusia menghirup oksigen yang sangat berfungsi sebagai gas kehidupan
pada sel dan membuang karbondioksida yang merupakan zat sisa metabolisme. Oleh karena
itu, gangguan apapun yang terjadi pada sistem ini akan berpengaruh secara sistemik pada
sistem-sistem tubuh lainnya. Terdapat banyak gangguan yang berkemungkinan terjadi pada
system pernapasan, diantaranya yaitu Pneumotoraks dan Hemotoraks.
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura.
Sedangkan Hemotoraks adalah terdapatnya darah dalam rongga pleura. (Price & Wilson,
1995). Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, gas, cairan ataupun darah,
karena paru-paru membutuhkan pleura agar dapat leluasa mengembang terhadap rongga
dada. Sehingga jika terdapat benda asing pada pleura ini akan mengakibatkan paru-paru akan
sulit berelaksasi dirongga dada dan mengalami kesulitan untuk mendapatkan asupan oksigen
yang cukup bagi tubuh.
4
Sedangkan untuk Hemotoraks sangat jarang terjadi untuk etiologi spontan karena
kebanyakan kasus terdapatnya darah pada rongga pleura diakibatkan oleh cedera atau trauma
pada dada kecuali ada komplikasi lainnya. Menurut epidemiologinya, angka kejadian
hemotoraks terkait trauma atau cedera di Amerika Serikat adalah sebanyak 300.000 kasus
pertahun.
Berdasarkan prevalensi dan angka kejadian yang cukup tinggi untuk pneumotoraks dan
hemotoraks inilah yang menyebabkan penulis tertarik untuk mengangkatnya menjadi suatu
makalah, sehingga akan ditemui konsep mendalam dan asuhan keperawatan mengenai
gangguan system pernapasan ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Pleura merupakan membran tipis pembungkus paru yang terdiri dari 2 lapisan yaitu
pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan
mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena bronkialis, serabut saraf
dan pembuluh limfe. Secara histologis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan
ikat, pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. (Syaifuddin, 2009)
Normalnya rongga pleura selalu ada cairan serosa yang berfungsi untuk mencegah
melekatnya pleura viseralis dan pleura parietalis, sehingga gerakan paru dapat mengembang
dan mengecil dengan mulus tanpa terjadinya friksi. Cairan pleura merupakan filtrate dari
plasma yang terus-menerus direabsorbsi sehingga selalu dalam keadaan yang tetap. Cairan
fisiologis ini disekresi oleh pleura parietalis dan diabsorbsi kembali oleh pleura viseralis.
Dalam keadaan normal cairan pleura berkisar antara kurang dari 5 ml – 15 ml dan setiap
peningkatan jumlah cairan di atas nilai ini dianggap sebagai efusi pleura (Syaifuddin, 2009).
Normalnya cairan pleura terbentuk karena tekanan hidrostatis pada pleura parietalis lebih
besar dari tekanan onkotik, fitrat masuk rongga pleura.
6
B. Pneumotoraks
1. Definisi
Pada pneumotoraks udara atau gas terakumulasi antara pleura parietal dan viseral.
Banyaknya udara yang terjebak dalam ruangan intrapleura menentukan tingkat kolaps
paru. Pneumotoraks diklasifikasikan sesuai dengan penyebabnya yaitu traumatik, spontan,
dan terapeutik (Harrison, 2000).
2. Etiologi
Pneumotoraks terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara
melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronkhus.
Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bulla yang
disebut granulomatous fibrosis. Granulomatous fibrosis adalah salah satu penyebab sering
terjadinya pneumotoraks karena bulla tersebut berhubungan dengan adanya obstruksi
empiema.
7
Pneumotoraks diklasifikasikan sesuai dengan penyebabnya yaitu traumatik, spontan,
dan terapeutik. (Harrison, 2000)
a. Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks spontan adalah pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba dan tak
terduga dengan atau tanpa penyakit paru-paru yang mendasarinya. Pneumotoraks
akan terjadi apabila ada hubungan antara bronkus atau alveolus dengan rongga pleura,
sehingga udara dapat masuk ke rongga pleura melalui kerusakan yang ada,
menyebabkan pneumotoraks terbuka, tertutup, dan tekanan.
9
3. Manifestasi Klinis
a. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pneumotoraks akan tampak hitam, rata, dan paru yang kolaps
akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak
10
membentuk garis, tetapi berbentuk lobuler yang sesuai dengan lobus paru.
Adakalanya paru yang mengalami kolaps tersebut, hanya tampak seperti massa yang
berada di daerah hilus.
Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besarnya kolaps paru tidak
selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan. Perlu diamati ada
tidaknya pendorongan. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru
yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan
intrapleura yang tinggi.
b. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen harus diukur biasanya normal kecuali adanya penyakit paru.
c. Ultrasonografi atau CT
Keduanya lebih baik dari poto toraks dalam mendeteksi pneumotoraks kecil dan
biasanya digunakan setelah biopsi perkutan.
11
5. WOC (Web of Caution) Teoritis
Kebocoran dibagian paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura.
Robekan ini akan berhubungan dengan bronkus
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada hingga masuk ke rongga pleura, dengan
demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah negatif. Hal ini
disebabkan karena udara keluar melalui jarum tersebut. Cara lainnya adalah
melakukan penusukan ke rongga pleura memakai transfusion set.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil :
Penggunaan pipa Water Sealed Drainage (WSD).
Pipa khusus (kateter toraks) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan
perantara troakar atau dengan bantuan klem penjepit (pen), memasukkan pipa
plastik (kateter toraks) dapat juga dillakukan melalui celah yang dibuat dengan
bantuan insisi kulit dari sela iga ke-4 pada garis aksila tengah atau pada garis
aksila belakang.Selain itu, dapat pula melalui sela iga ke-2 dari garis klavikula
tengah.Selanjutnya ujung selang plastic di dada dan pipa kaca WSD di
hubungkan melalui pipa plastic lainnya.Posisis ujung pipa kaca yang berada di
botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara
dapat dengan mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut.
Pengisapan Kontinu (continuous suction)
Pengisapan dilakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura tetaap positif.
Pengisapan dilakukan dengan cara memberi tekanan negative sebesar 10-20
cm H2O. Tujuannya adalah agar paru cepat mengembang dan segera terjadi
perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.
Pencabutan Drain
13
Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah
negatif kembali, drain dapat dicabut. Sebelum dicabut, drain ditututp dengan
cara dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang
penuh, drain dapat dicabut.
c. Tindakan Bedah
Pembukaan dinding toraks dengan cara operasi, maka dapat dicari lubang yang
menyebabkan terjadinya pneumotoraks, lalu lubang tersebut dijahit.
d. Pada pembedahan, jika dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru
tidak dapat mengembang, maka dapat dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
Pembedahan paru kembali bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau bila ada
fistel dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat
dipertahankan kembali.
C. Hemotoraks
1. Definisi
Hemotoraks merupakan suatu keadaan dimana darah terakumulasi pada rongga pleura
yang disebabkan karena adanya trauma pada dada yang menjadi predisposisi terpenting
perembesan darah berkumpul dikantong pleura tidak bisa diserap oleh pleura (Muttaqin,
2008). Hemotoraks yaitu trauma pada rongga toraks yang berakibat pendarahan (Patrick,
2002). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada.
2. Etiologi
a. Hemotoraks Spontan
Oleh kerena primer ( rupture blep), sekunder (Infeksi keganasan).
b. Hemotoraks yang didapat
Oleh karena iatrogenic, barotrauma, trauma.
a. Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada
14
b. Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemotoraks.
Penyebab dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah
intercostal atau arteri mammaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam atau
cedera tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebrata torakal juga dapat menyebabkan
hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi
operasi. Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Dapat juga
terjadi pada pasien yang memiliki:
Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark )
Kanker paru-paru atau pleura.
Menusuk dada ( ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru-paru
Operasi jantung
Tuberkulosis
Sebuah cacat pembekuan darah
Trauma tumpul dada
Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc
dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak pembuluh darah
sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Selain itu juga dapat disebabkan
cedera benda tumpul. Kehilangan darah dapat menyebabkan hipoksia.
d. Evaluasi Diagnostik
a. Perkusi memperlihatkan bunyi napas yang samar dan saat auskultasi bunyi napas
berkurang atau tidak ada di sisi yang diserang.
b. Torasentesis menghasilkan darah atau cairan serosanguinosa
c. Sinar-X dada menunjukkan cairan pleural dengan atau tanpa pergeseran
mediastinal.
d. Analisis gas darah arterial bias mendokumentasikan gagal respiratorik.
e. Kadar hemoglobin bisa turun, tergantung pada darah yang hilang.
e. WOC Teoritis
Diagnosa keperawatan Pneumotoraks dan Hemotoraks yang mungkin muncul secara teoritis :
(Doenges, 2000)
17
penurunan fungsi
paru.
18
Kolaborasi untuk Dengan
tindakan dekompresi memungkinkan udara
dengan pemasangan keluar dari rongga
WSD. pleura dan
mempertahankan agar
paru tetap
mengembang dengan
jalan
mempertahankan
tekanan negative pada
interpleura.
19
latihan tangan beberapa waktu
sebelum pasien
mampu untuk
kreativitas karena
nyeri/ takut nyeri.
20
mencegah distensi
gaste/ peregangan .
21
7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan (LWW, 2011)
a. Medis
1) Resusitasi cairan
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang
dilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan
infuse cairan kristaloid secara cepat dan kemudian pemberian darah dengan
golongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan
dalam penampungan yang cocok untuk autotranfusi, bersamaan dengan
pemberian infuse dipasang pula chest tube (WSD).
2) Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)
WSD adalah suatu system drainase yang menggunakan water seal untuk
mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleura.
3) Pasien yang sulit bernapas bisa memanfaatkan terapi oksigen supplemental.
4) Analgesic bisa diberikan untuk mengontrol nyeri.
5) Terapi IV bisa digunakan untuk mngembalikan volume cairan.
6) Auto transfuse diperlukan jika pasien kehilangan darah yang signifikan (lebih
dari 1 liter)
7) Torafotomi diperlukan jika pipa dada tidak memperbaiki kondisi pasien, untuk
mengevakuasi darah dan gumpalan dan untuk mengontrol perdarahan.
22
No Tindakan Rasional
1. Lihat apakah klien pucat dan terengah- Klien akan terlihat pucat dan terengah-
engah. engah saat mengalami nyeri
23
paling nyaman saat duduk tegak lurus.
Lampiran
Step I :
o Pneumotoraks
Suatu keadaan terdapatnya udara didalam rongga pleura.
o Hematoraks
Trauma pada rongga toraks yang berakibat pendarahan.
o Hematoraks massif
Terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1500 cc dalam rongga pleura.
o Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks yang terjadi akibat suatu trauma, baik trauma penetrasi maupun bukan
yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun paru.
o Pneumotoraks Traumatik bukan Iatrogenik
Pneumotoraks yang terjadi karena jejas pada dinding dada baik terbuka maupun
tertutup, barotrauma.
Pneumotoraks Traumatik Iatrogenik
Pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi dari tindakan medis.
o Pneumotoraks Spontan
Pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga dengan atau tanpa
penyakit paru-paru yang mendasarinya.
o Pneumotoraks Spontan Primer
Robeknya suatu kantong udara dekat pleura viseralis.
o Kolaps
Kelemahan anggota tubuh karena kegagalan peredaran darah.
o Bulla
Gelembung berisi cairan lebih besar dari pada vesikel.
o Pneumotoraks Spontan Sekunder
24
karena pecahnya bleb viseralis atau bulla subpleura dan sering berhubungan dengan
penyakit paru yang mendasarinya.
o Pneumotoraks Terbuka
Terjadi akibat adanya hubungan terbuka antara rongga pleura dan bronkus dengan
lingkungan luar.
o Pneumotoraks Tertutup
Rongga pleura tertutup dan tidak berhubungan dengan lingkungan luar.
o Pneumotoraks Ventil
Terjadi selama melakukan ventilasi mekanis atau upaya resusitatif.
o Biopsi
Pengambilan sampel dengan menggunakan bagian tubuh.
o Pleura
Selaput yang menutupi permukaan paru-paru.
o Hilus
Tempat masuk dan keluar pembuluh-pembuluh darah dan saraf.
o Septa
Sekat atau dinding pembatas.
o Obstruksi
Penyumbatan atau keadaan tersumbat.
o Empiema
Penanahan rongga badan, biasanya dirongga dada.
o Predisposisi
Kepekaan tersembunyi terhadap suatu penyakit yang dapat dicetuskan oleh keadaan-
keadaan tertentu.
o Tuberkulosis
Penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
o Torasentesis
Tindakan mengaspirasi cairan pleural atau udara, dilakukan untuk menghilangkan
tekanan, nyeri atau dispnea.
o Serosanguinosa
Trauma tumpul dada.
o Bleb
25
Kista (struktur abnormal seperti kantung yang bisa ditemukan di manapun di tubuh)
berisi udara di dekat atau pada permukaan paru-paru.
o WSD (Water Sealed Drainage)
Tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari
rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.
o Dekompresi
Meniadakan atau mengurangi tekanan.
o Dekortisasi
Pengelupasan.
o Frekuensi
Jumlah berapa kali suatu hal terjadi dalam satuan waktu tertentu.
o Indikasi
Petunjuk yang menjadi alas an dilakukannya tindakan.
o Undulasi
Pergerakan cairan di selang dan adanya gelembung udara yang keluar dari air dalam
botol WSD.
o Adekuat
Cukup atau memadai.
o Obstruksi
Penyumbatan atau keadaan tersumbat.
o Obat antiemetik
Obat yang mengatasi mual dan muntah.
o Spasme
Ketegangan atau kekakuan otot.
Step II :
Step III :
26
1. Pada kasus pneumotoraks dan hemotoraks terdapat gangguan ventilasi, difusi dan
perfusi akibat dari kebocoran paru yang menembus dan substansi memenuhi pleura
sehingga oksigen yang seharusnya diedarkan keseluruh tubuh mengalami deficit
akibat ekspansi paru yang tidak memadai untuk berkontraksi sehingga paru
mengalami kolaps.
2. Pasien dengan pneumotoraks dan hemotoraks spontan hampir separuhnya akan
mengalami kekambuhan, setelah sembuh dari observasi maupun pemasangan tube
thoracostomy. Kekambuhan jarang terjadi pada pasien yang dilakukan toraktomi
terbuka. Pasien yang penatalaksanaannya baik umumnya tidak dijumpai komplikasi.
Pasien pneumotoraks dan hemotoraks spontan sekunder tergantung penyakit paru
yang mendasarinya, misalnya pada pasien PPOK harus lebih berhati-hati karena
sangat berbahaya.
3. Sampai saat ini penulis belum dapat menemukan penatalaksanaan
nonfarmakologisnya. Hal ini dimungkinkan karena jenis penyakit ini yang sangat
membutuhkan tindakan medis yang lanjut.
27
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus 1
1. Uraian Kasus (Pneumothorax) :
Bapak K mengalami sesak hebat setelah melakukan olahraga. Dua tahun yang lalu
didiagnosa TBC dengan riwayat putus obat. Saat ini dipasang WSD satu botol dan
oksigen binasal 2 L/menit. Udara banyak keluar tetapi pasien masih sesak. Ekstremitas
ferifer sianosis dan dingin, kesadaran samnolen.
2. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. K
Jenis kelamin : Laki-laki
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengalami sesak hebat
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami sesak hebat setelah melakukan olahraga. Dan saat ini
dipasang WSD satu botol dan oksigen binasal 2 L/menit.
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
Dua tahun yang lalu pasien didiagnosa TBC dengan riwayat putus obat.
3. Analisa Data
a. Data Subjektif :
1) Pasien mengalami sesak hebat setelah melakukan olahraga
b. Data Objektif :
1) Pasien terlihat sesak
2) Ekstremitas perifer pasien terlihat sianosis dan dingin
28
3) Kesadaran pasien samnolen
4) Pasien terpasang WSD satu botol
5) Pasien terpasang oksigen binasal 2 L/menit
Masalah
No. Data Etiologi
Keperawatan
1. DS : pasien mengalami sesak Kebocoran paru akibat Ketidakefektifan
hebat setelah melakukan robeknya pleura pola pernapasan
olahraga.
Hub. Langsung antara rongga
DO : pleura dan udara dalam pipa
- Pasien terlihat sesak..
- Pasien terpasang WSD Gangguan ventilasi (ekspansi
satu botol paru - ), difusi, distribusi dan
- Pasien terpasang transportasi
oksigen binasal
2L/menit Sesak napas
Kesadaran menurun
29
Gangguan perfusi cerebral
Terpasang WSD
Nyeri
30
4. WOC Kasus Pneumotoraks
32
berfungsinya lobus,
segmen, dan salah
satu dari paru. Pada
daerah kolaps paru,
suara pernapasan tidak
terdengar tetapi bila
hanya sebagian yang
kolaps suara
pernapasan tidak
terdengar dengan
jelas. Hal tersebut
dapat menentukan
fungsi paru yang baik
da nada tidaknya
Bantu dan ajarkan
atelectasis paru
klien untuk batuk dan
napas dalam yang
Menekan daerah yang
efektif.
nyeri ketika batuk atau
napas dalam.
Penekanan otot-otot
dada serta abdomen
Kolaborasi untuk membuat batuk lebih
tindakan dekompresi efektif.
dengan pemasangan
WSD. Dengan
memungkinkan udara
keluar dari rongga
pleura dan
mempertahankan agar
paru tetap
mengembang dengan
jalan mempertahankan
tekanan negative pada
33
interpleura.
2. Gangguan perfusi Tujuan : perfusi Kaji faktor-faktor hipoksia yang parah
cerebral cerebral normal yang menyebabkan dapat menyebabkan
berhubungan terjadinya koma atau perubahan tingkat
dengan Kriteria hasil : menurunnya perfusi kesadaran, koma dan
menurunnya kesadaran jaringan otak. dapat fatal.
suplay oksigen normal, TTV
normal
Monitor status status neurologis
neurologis secara meliputi tingkat
teratur. kesadaran, rangsang
selaput otak, system
motorik, system
sensorik dan mental
peningkatan RR dan
takikardi merupakan
adanya indikasi
penurunan fungsi
paru. peningkatan TD
terjadi karena
peningkatan TIK, jika
Kaji kekuatan nadi diikuti oleh penurunan
perifer kesadaran. Demam
Kaji tanda-tanda dapat mencerminkan
dehidrasi. kerusakan
hipotalamus.
untuk menghindarkan
kelebihan dan
kekuaran cairan yang
dapat berujung pada
dehidrasi.
36
Dorong pasien untuk
melakukan tehnik Meningkatkan
relaksasi relaksasi dan
penglihatan perhatian
Bantu aktivitas
perawatan diri, Mendorong dan
pernapasan dan membantu fisik
latihan tangan diperlukan untuk
beberapa waktu
sebelum pasien
mampu untuk
kreativitas karena
nyeri/ takut nyeri.
Berikan periode
istirahat, ciptakan Penurunan kelemahan,
lingkungan yang menghemat energi dan
nyaman. meningkatkan koping.
Berikan analgesik
rutin sesuai indikasi
Mempertahankan
kadar obat lebih
konstan menghindari
puncak periode nyeri
B. Kasus 2
1. Uraian Kasus (Hemothoraks)
Ny. A terjatuh dari motor dan dada membengkak serta membiru, Dibawa ke rumah
sakit, dilakukan X-Ray dan ditemukan adanya perdarahan dirongga paru. Pasien
37
mengeluh sesak dan nyeri saat tarik napas dalam. Vital sign : TD 110/70 mmHg, Nadi
110 x/menit, RR 29 x/menit.
2. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny.A
Jenis Kelamin : Perempuan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Dada membengkak serta membiru. Pasien mengeluh sesak dan nyeri saat tarik
nafas dalam.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya perdarahan dirongga paru.
3. Analisa Data
a. Data Subyektif :
1) Pasien mengeluh sesak dan nyeri saat tarik nafas dalam.
b. Data Obyektif :
1) Dada pasien membengkak dan membiru
2) Ditemukan adanya perdarahan di rongga paru
3) TTV pasien :
TD : 110/70 mmhg
Nadi : 110 x/menit
RR : 29x/menit
38
- Ditemukan adanya
perdarahan Gangguan ventilasi (ekspansi
dirongga paru paru - ), difusi, distribusi dan
transportasi
- TD : 110/70
mmHg (Normal :
Sesak napas
120/80)
(normal : 60-80)
RR : 29x/menit
(normal : 16-20)
(normal : 60-80)
RR : 29x/menit
39
(normal : 16-20)
Ketidakefektifan
Intervensi: pola nafas
- Kaji skala nyeri
Intervensi:
- Ajarkan tekhnik
relaksasi - Kaji kualitas, frekuensi
- Kolaborasi dengan dan kedalaman
pernapasan.
penggunaan analgesik
- Posisikan pasien
(semifowler)
- Observasi TTV
40
4. Asuhan keperawatan
41
penurunan fungsi
paru
Dengan
memungkinkan
Kolaborasi untuk
udara keluar dari
tindakan
rongga pleura dan
dekompresi dengan
mempertahankan
pemasangan WSD.
agar paru tetap
mengembang
dengan jalan
mempertahankan
tekanan negative
pada interpleura
2. Nyeri berhubungan Tujuan : nyeri Tentukan Penggunaan skala/
dengan trauma dan hilang/terkontrol karakteristik nyeri rentang nyeri
akumulasi darah di membantu pasien
Kriteria hasil:
pleura dalam mengkaji
klien mengatakan
tingkat nyeri,
nyerinya
meningkatkan
berkurang dan
kontrol nyeri
lebih rileks
Ketidaksesuaian
Kaji pernyataan
antara petunjuk
verbal dan non
verbal/ non verbal
verbal nyeri pasien
dapat menunjukkan
derajat nyeri
Dorong pasien
Meningkatkan
untuk melakukan
relaksasi dan
tehnik relaksasi
penglihatan
perhatian
43
Bantu aktivitas
perawatan diri, Mendorong dan
pernapasan dan membantu fisik
latihan tangan diperlukan untuk
beberapa waktu
sebelum pasien
mampu untuk
kreativitas karena
nyeri/ takut nyeri.
Berikan periode
Penurunan
istirahat, ciptakan
kelemahan,
lingkungan yang
menghemat energi
nyaman.
dan meningkatkan
koping
Berikan analgesik
Mempertahankan
rutin sesuai indikasi
kadar obat lebih
konstan
menghindari puncak
periode nyeri
Darah atau udara yang memasuki rongga pleura biasanya akan dikeluarkan melalui selang
WSD. Melalui selang tersebut juga bisa dimasukkan obat untuk membantu memecahkan
pembekuan darah, misalnya Streptokinase dan Streptodonase. Jika perdarahan tersebut
berlanjut walau sudah dikeluarkan melalui selang tersbut, maka harus dilakukan pembedahan.
44
2. Penggunaan obat analgesic juga dipakai saat keadaan klien dengan hipoksemia kronik
seperti Morfin dan Meperidin
D. Health Education
Pneumotoraks adalah suatu keadaan yang tidak normal pada paru paru yaitu
terdapatnya udara yang berlebihan pada rongga paru (pleura). Sedangkan hemotoraks adalah
suatu keadaan yang juga tidak normal pada paru-paru yaitu terdapatnya darah pada rongga
paru-paru.
Penyebabnya jarang diketahui secara spesifik namun yang paling jelas adalah akibat
trauma fisik atau penyakit-penyakit paru lainnya yang bersifat iritatif pada lapisan paru. Pada
umumnya, pasien yang tediagnosa pneumotoraks ataupun hemotoraks akan dilakukan
penyedotan/aspirasi udara atau darah yang terdapat dalam rongga paru dengan menggunakan
alat WSD (Water Sealed Drainage).
E. Tujuan Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
46
Brunner & Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan: Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Perhimpunan Dokter Ilmu Penyakit Dalam Indonesia (PDIPDI). 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III edisi V. Jakarta: Internal Publishing
Price, SA & Wilson, LM. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit,
Jakarta: EGC
Williams, L & Wilkins. 2011 Nursing Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta:
Indeks
Lampiran
47
Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)
WSD adalah suatu system drainase yang menggunakan water seal untuk
mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleura. Tujuan Pemasangan
WSD:
- Mengeluarkan cairan atau darah udara dari rongga pleura dan
rongga thorak.
- Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura.
- Mengembangkan kembali paru yang kolaps.
- Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada.
- Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif
hanya sedikit cairan pleura/lubricant.
Indikasi pemasangan WSD:
a. Peneumotoraks: spontan >20% oleh karena rupture bleb, luka tusuk
tembus, klem dada yang terlalu lama, kerusakan selang pada sistem
drainase.
b. Hemotoraks: Robekan pleura, kelebihan antikoagulan, pasca beda thoraks..
Kontra insikasi pemasangan WSD: indikasi pada tempat pemasangan, dan
gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
Tempat pemasangan WSD:
- Bagian apex paru (apical) yaitu pada anterolateral interkosta ke 1-2
berfungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura.
- Bagian basal yaitu pada posterior lateral intercostal 8-9 berfungsi untuk
mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura.
Jenis-jenis WSD yaitu:
a. WSD dengan satu botol
WSD dengan satu botol merupakan sistem drainage sederhana, dimana
drainage ini berdasarkan adanya gravitasi. Botol berfungsi selain
sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung, umumnya
digunakan pada kasus pneumotoraks.
b. WSD dengan dua botol
Botol pertama berfungsi sebagai penampung/drainase dan botol yang
kedua sebagai water seal. Kedua botol ini dapat dihubungkan dengan
48
suction kontrol. Keuntungan WSD dengan dua botol ini yaitu water seal
tetap pada satu level.
c. WSD denagn tiga botol
Botol pertama berfungsi sebagai penampung/drainase, botol kedua
sebagai water seal, dan botol ketiga sebagai suction kontrol, tekanan
dikontrol menggunakan manometer.
49
50