REFERAT
RSU DR. T.C. HILLERS
APRIL 2023
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEDOKTERAN HEWAN
GAMBARAN PNEUMOTHORAX
Disusun oleh:
Pembimbing:
MAUMERE
2023
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
NIM : 2208020010
Referat ini telah disusun dan dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu
Pembimbing Klinik
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Paru-paru merupakan unsur elastis yang akan mengempis dan mengempiskan udara
pernafasan. Paru-paru sebenarnya mengapung dalam rongga toraks, dikelilingi oleh suatu
lapisan tipis cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru di dalam rongga.
Jadi pada keadaan normal rongga pleura berisi sedikit cairan dengan tekanan negatif yang
ringan.(1)
tekanan intra-pleura negatif sepanjang siklus pernapasan, udara tidak dapat masuk ke dalam
ruang pleura karena jumah seluruh tekanan partial gas di kapiler darah rata-rata hanya
706mmHg. Jadi, pergerakan bersih gas dari kapiler darah menuju ruang pleura akan
membutuhkan kurang dari -54 mmHg yang sangat jarang terjadi pada keadaan normal.(2)
pengobatan pneumothorax. Pada foto thorax akan tampak bagian pneumothorax hiperlusen
avaskuler, sela iga melebar, paru kolaps, pleural white line, dan tanda tanda pendorongan
BAB 2
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pleura merupakan lapisan yang membungkus paru. Pleura terbagi atas 2 lapisan
yaitu pleura parietalis dan pleura visceralis. Pleura parietalis merupakan selaput
tipis membrana serosa yang melapisi rongga pleura. Pada daerah yang menghadap
mediastinum, pleura ini beralih meliputi paru-paru seingga disebut pleura visceralis
atau pelura pulmonalis. Pleura visceralis ini membungkus paru-paru dan melekat erat
pada permukaanya. Ruangan potensial antara kedua lapisan pleura ini disebut
sebagai cavum pleura, dimana terdapat sedikit cairan pleura yang berfungsi agar
menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap masuk melalui
trakea dan bronkus. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus mengembang dan
mengempis bergantung pada membesar atau mengecilnya rongga dada. Dinding dada
dinding dada akan mengecil sehingga udara akan terdorong keluar. Sementara itu,
karena adanya tekanan intra abdominal maka diafragma akan terdorong ke atas
apabila tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini yaitu lenturnya dinding thoraks,
kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intra abdominal menyebabkan ekspirasi jika
5
2.2 Definisi dan Epidemiologi
pleura akibat robeknya pleua atau suatu keadaan dimana udara terkumpul di
usia 20-40 tahun. Insidensi sekitar 18-28 kasus dari 100.000 penduduk laki-laki dan
1,2-6 kasus dari 100.000 penduduk perempuan, dengan rasio antara laki-laki dan
laki-laki, namun pneumothorax spontan sekunder perempuan terjadi 2-5 tahun lebih
spontan primer, karena sesuai dengan pengertiannya pada pasien tersebut sudah ada
adalah sekitar 6,3/100.000 penduduk setiap tahun pada laki-laki dan 2.0/100.000 pada
6
perempuan. Umur rata rata adalah pada umur 15-20 tahun lebih lebih tua dibanding
2.3 Etiologi
1. Pneumotoraks spontan.
Yaitu setiap pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba. Pneumotoraks tipe ini
2. Pneumotoraks traumatik.
Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma
maupun paru.
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis,
yaitu:
7
Pneumotoraks jenis inipun masih dibedakan menjadi dua, yaitu :
Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan
atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis dada (biopsi
pleura).
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisikan udara
ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan,
Pada tipe ini, pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka pada
dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan dunia luar. Tekanan di dalam
rongga pleura awalnya mungkin positif, namun lambat laun berubah menjadi
negatif karena diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut paru
8
Yaitu pneumotoraks dimana terdapat hubungan antara rongga pleura dengan
bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar (terdapat luka terbuka pada dada).
Dalam keadaan ini tekanan intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada
tekanan yang disebabkan oleh gerakan pernapasan. Pada saat inspirasi tekanan
menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi tekanan menjadi positif. Selain itu, pada
saat inspirasi mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat ekspirasi
kecil udara bocor ke dalam rongga pleura dengan hilangnya normal tekanan negatif
dan dengan demikian paru-paru kolaps. Namun, dalam tension pneumotoraks, udara
9
Gambar 2. Pneumotoraks parsial
2.4 Patogenesis
Jaringan paru mempunyai kecenderungan untuk menjadi kolaps karena sifat yang
elastik (elastik recoil). Bila ada kebocoran antara alveoli dengan rongga pleura,
10
udara akan berpindah ke rongga pleura sampai tekanan kedua ruang tersebut sama
atau sampai kebocoran tertutup sehingga paru akan menguncup karena sifat paru
yang elastik. Hal yang serupa akan terjadi bila hubungan antara dinding dada
pada pasien dengan pneumothorax spontan yang parunya tampak adanya satu atau
dua ruang berisi udara dalam bentuk bleb atau bulla. Bulla merupakan suatu
kantong yang dibatasi sebagian oleh pleura fibrotic yang menebal. Bleb terbentuk
dari suatu alveoli yang pecah melalui jaringan tentertisial ke dalam lapisan fibrosa
subpleura dan sering berhubungan dengan penyakit paru yang mendasarinya. Yang
paling berbahaya ialah pneumothorax ventil. Pada keadaan ini tekanan di rongga
pleura akan meningkat terus hingga paru akan menguncup total selanjutnya
pembuluh darah. Bila gangguannya hebat dapat terjadi syok sampai dengan
kematian.(4,8,9)
11
Gambar 4. Patofisiologi Pneumothorax
Berdasarkan anamnesis, gejala dan tanda yang sering muncul adalah :(10)
1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan
mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-
2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi
yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan.
5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya pada
a. Inspeksi: pencembungan pada sisi yang sakit, saat respirasi bagian yang sakit
12
gerakannya tertinggal, trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
b. Palpasi: pada sisi yang sakit, ruang antar iga d apat normal atau melebar. Iktus
jantung terdorog ke sisi toraks yang sehat. Fremitus suara melemah atau menghilang
c. Perkusi: hipersonor pada sisi yang sakit, batas jantung terdorong kearah toraks yang
d. Auskultasi: suara napas melemah sampai menghilang pada sisi yang sakit, suara
vokal melemah.
13
2.6 Pemeriksaan Penunjang Radiologis
paru yang kolaps dan yang mengalami pneumotoraks dipisahkan oleh batas paru
kolaps berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceralis, yang biasa
14
Gambar 6. Foto Ro pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan
anak panah merupakan bagian paru yang kolaps
Jika pneumotoraks luas maka akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau
dapat menyebabkan gagal sirkulasi. Jika keadaan ini terlambat ditangani akan
menyebabkan kematian pada penderita pneumotoraks tersebut. Selain itu, sela iga
Foto dada pada pasien pneumotoraks sebaiknya diambil dalam posisi tegak
sebab sulitnya mengidentifikasi pneumotoraks dalam posisi supinasi. Selain itu, foto
15
dada juga diambil dalam keadaan ekspirasi penuh. Ekspirasi penuh menyebabkan
volume paru berkurang dan relatif menjadi lebih padat sementara udara dalam
rongga pleura tetap konstan sehingga lebih mudah untuk mendeteksi adanya
Untuk mendeteksi pneumotoraks pada foto dada posisi supine orang dewasa
maka tanda yang dicari adalah adanya deep sulcus sign. (12)
Normalnya, sudut
kostofrenikus berbentuk lancip dan rongga pleura menembus lebih jauh ke bawah
hingga daerah lateral dari hepar dan lien. Jika terdapat udara pada rongga pleura,
maka sudut kostofrenikus menjadi lebih dalam daripada biasanya. Oleh karena itu,
seorang klinisi harus lebih berhati-hati saat menemukan sudut kostofrenikus yang
lebih dalam daripada biasanya atau jika menemukan sudut kostofrenikus menjadi
semakin dalam dan lancip pada foto dada serial. Jika hal ini terjadi maka pasien
sebaiknya difoto ulang dengan posisi tegak. Selain deep sulcus sign, terdapat tanda
lain pneumotoraks berupa tepi jantung yang terlihat lebih tajam. Keadaan ini
biasanya terjadi pada posisi supine di mana udara berkumpul di daerah anterior tubuh
16
Gambar 9. Deep sulcus sign
2.7 Prognosis
tergantung penyakit paru yang mendasarinya, misalkan pada pasien PSS dengan
17
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh udara,
gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi. Oleh
karena itu, pada pasien sering mengeluhkan adanya sesak napas dan nyeri dada.
maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan
iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka pneumotoraks dapat bersifat
yang dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk pneumotoraks yang berat dapat dilakukan
yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu diperhatikan agar pneumotoraks tidak
terjadi lagi.
lapang paru yang terkena, disertai adanya garis putih yang merupakan batas paru (deep
sulcus sign). Dari hasil rontgen juga dapat diketahui seberapa berat proses yang terjadi
melalui luas area paru yang terkena pendesakan serta kondisi jantung dan trakea.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Ventilasi paru. Dalam : Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC; 2007. P. 495-500.
2. Noppen M. Spontaneous pneumothorax: epidemiology, pathophysiology and cause.
European Respiratory Review. 2010:218-19
3. Hisyam, B. Budiono, Eko. Pneumothoraks spontan. Dalam : Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi,
Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti (editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. P. 1063-1068.
4. Bascom, R. Pneumothorax. Cited on [26 September 2011]. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/827551
5. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Pneumotoraks. Dalam : Dasar-Dasar Ilmu Penyakit
Paru. Surabaya : Airlangga University Press. 2009. p. 162-179
6. Schiffman, George. Stoppler, Melissa, Conrad. Pneumothorax.
7. Ekayuda, I. Pneumotoraks. Dalam : Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2005. P.119-122.
8. Alhameed, F.M. Pneumothorax imaging. Cited on [26 September 2011]. Available from
www.emedicine.com
9. Sjamsuhidajat, R. Dinding toraks dan pleura. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta :
EGC. 1997. P.404-419.
10. Wibowo, Daniel, S. Paryana, Widjaja. Rongga thorax. Dalam : Anatomi Tubuh Manusia.
Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009. P. 209- 220.
11. Reed, James, C. Kelainan-kelainan rongga pleura. Dalam : Radiologi Thoraks. Edisi 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. 1995. P. 63-64.
12. Smith JS. Quick recertification series; pneumothorax. JAAPA. May 2013; 26(5): hal. 59.
13. Clarke C, Dux A. Chest x-ray for medical stud ents. USA: A John Wi ley&Sons, Ltd,
Publication; 2011. hal. 49-52, 53-55
14. Hisyam, B. Budiono, Eko. Pneumothoraks spontan. Dalam : Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi,
Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti (editor). Guku Ejar Mlmu Penyakit
Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyaki Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006. hal. 1063-1068.
19
15. Alsagaff H, Pradjoko I. Pneumotoraks. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Editor: Wibisono
MJ, Winariani, Hariadi S. Departemen Ilmu Penyakit Paru FK Unair-RSUD dr. Soetomo,
Surabaya, 2010. hal 180-197
16. Pudjo Astowo. Pneumotoraks. Dalam : Pulmonologi intervensi dan gawat darurat napas. Editor:
Swidarmoko B, Susanto AD. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UI,
Jakarta, 2010. hal 54-71.
20
21