2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami mengharapkan
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan pedoman bagi
pembaca dan seluruh rekan-rekan Mahasiswa-mahasiswi D3 Keperawatan untuk menambah
pengetahuan.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan kerena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pneumothoraks dan Hematothoraks......................................................................3
2.2 Etiologi..........................................................................................................................................3
2.3 Klasifikasi Pneumothorax...........................................................................................................4
2.4 Patofisiologi Pneumothorax........................................................................................................7
2.5 Implementasi Dan Evaluasi (Soap)..........................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................13
3.2 Saran...........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui informasi mengenai Pneumotoraks dan Hemotoraks mulai dari
definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi penatalaksanaan, hingga implikasi keperawatan
dan akhirnya mampu mengaplikasikannya saat di lapangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Etiologi
3
2.2.1 Etiologi Pneumothoraks
Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan
penyebabnya :
a. Pneumotoraks primer, terjadi tanpa disertai penyakit paru yang mendasarinya.
b. Pneumotoraks sekunder, merupakan komplikasi dari penyakit paru yang
mendahuluinya.
c. Pneumotoraks traumatik, terjadi akibat cedera traumatik pada dada.
Traumanya bisa bersifat menembus (luka, tusuk, peluru atau tumpul
(benturan pada kecelakaan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan
komplikasi dari tindakan medis tertentu (misal torakosentesis).
(Alsegaf,2004)
2.2.2 Etiologi Hematothoraks
Etiologi hemothorax berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi :
a. Hemothorax yang disebabkan oleh trauma benda tumpul maupun tajam.
b. Hemothorax iatrogenik, dapat disebabkan oleh komplikasi dari pembedahan
kardiopulmonal, pemasangan kateter jugular atau subklavia, dan biopsi paru.
c. hemotorax spontan, umumnya disebabkan oleh ruptur dari adhesi pleura,
neoplasma, metastasis paru, ataupun komplikasi dari terapi antikoagulan
untuk emboli paru. Penyebab lainnya aneurisma arteri thoracic seperti aorta,
mammarian arteri, dan arteri interkostal, ruptur dari malformasi pembuluh
darah pulmonal, endometriosis, dan eksostos
Dari kata “primer” ini dapat diketahui penyebab dari pneumotoraks belum diketahui secara
pasti, banyak penelitian dan terori telah di kemukakan untuk mencoba menjelaskan tentang
4
apa sebenarnya penyebab dasar dari tipe pneumotoraks ini. Ada teori yang menyebutkan,
disebabkan oleh factor konginetal, yaitu terdapatnya bula pada subpleura viseral, yang suatu
saat akan pecah akibat tingginya tekanan intra pleura, sehingga menyebabkan terjadinya
pneumotoraks.
Bula subpleura ini dikatakan paling sering terdapat pada bagian apeks paru dan juga pada
percabangan trakeobronkial. Pendapat lain mengatakan bahwa PSP ini bisa disebabkan oleh
kebiasaan merokok. Diduga merokok dapat menyebabkan
ketidakseimbangan dari protease, antioksidan ini menyebabkan degradasi dan lemahnya serat
elastis dari paru-paru, serta banyak penyebab lain yang kiranya dapat
Pneumotoraks trauma adalah pneumotoraks yang disebabkan oleh trauma yang secara
langsung mengenai dinding dada, bisa disebabkan oleh benda tajam seperti pisau,atau
pedang, dan juga bisa disebabkan oleh benda tumpul.
Jika pada mekanisme terjadinya pneumotoraks pada trauma tajam disebabkan oleh penetrasi
benda tajam tersebut pada dinding dada dan merobek pleura parietal dan udara masuk melalui
luka tersebut ke dalam rongga pleura sehingga terjadi pneumotoraks.
5
2. Iatrogenik Pneumotoraks
Suatu pneumotoraks yang merupakan salah satu kegawat daruratan pada cedera dada.
Keadaan ini terjadi akibat kerusakan yang menyebabkan udara masuk kedalam rongga pleura
dan udara tersebut tidak dapat keluar, keadaan ini disebut dengan fenomena ventil ( one –
way-valve).
Akibat udara yang terjebak didalam rongga pleura ssehingga menyebabkan tekanan
intrapleura meningkat akibatnya terjadi kolaps pada paru-paru, hingga menggeser
mediastinum ke bagian paru-paru kontralateral, penekanan pada aliran vena balik sehingga
terjadi hipoksia
6
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothoraks)
Keadaan pneumotoraks terbuka ini tersering disebabkan oleh adanya penetrasi langsung dari
benda tajam pada dinding dada penderita sehingga meninmbulkan luka atau defek pada
dinding dada. Dengan adanya defek tersebut yang merobek pleura parietal, sehingga udara
dapat masuk kedalam rongga pleura. Terjadinya hubungan antara udara pada rongga pleura
dan udara dilingkungan luar, sehingga menyebabkan samanya tekanan pada rongga pleura
dengan udara di diatmosper. Jika ini didiamkan akan sangat membahayakan pada penderita.
Dikatakan pada beberapa literatur jika sebuah defek atau perlukaan pada dinding dada lebih
besar 2/3 dari diameter trakea ini akan menyebabkan udara akan masuk melalui perlukaan ini,
disebabkan tekana yang lebih kecil dari trakea. Akibat masuknya udara lingkungan luar
kedalam rongga pleura ini, berlangsung lama kolaps paru tak terhindarkan, dan berlanjut
gangguan ventilasi dan perfusi oksigen kejaringan berkurang sehingga menyebabkan sianosis
sampai distress
respirasi.
7
terjadi apabila dilihat secara patologis dan radiologis terdapat bulla di apeks paru. Observasi
klinik yangdilakukan pada pasien pneumotorak spontan primer ternyata mendapatkan
pneumotorak lebih banyak dijumpai pada pasien pria berbadan kkurus dan tinggi. Kelainan
intrinsik jaringan konetif mempunyai kecenderungan terbentuknya blab atau bulla yang
meningkat.Blab atau bulla yang pecah masih belum jelas hubungan dengan aktivitas yang
berlebihan,karena pada orang-orang yang tanpa aktivitas (istirahat) juga dapat terjadi
pneumotorak. Pecahnya alveoli juga dikatakan berhubungan dengan obstruksi check-valve
pada saluran napas dapat diakibatkan oleh beberapa sebab antara lain : infeksi atau infeksi
tidak nyata yang menimbulkan suatu penumpukan mukus dalam bronkial.
b. Pneumotorak Spontan Sekunder
Disebutkann bahwa terjadinya pneumotorak iniadalah akibat pecahnya blab viseralis atau
bulla pneumotorak dan sering berhubungan dengan penyakit paru yang medasarinya.
Patogenesis penumotorak ini umumnya terjadi akibat komplikasi asma, fibrosis kistik, TB
paru, penyakit-penyakit paru infiltra lainnya (misalnya pneumotoral supuratif, penumonia
carinci). Pneumotorak spontan sekunder lebih serius keadaanya karena adanya penyakit yang
mendasarinya.
Penatalaksanaan Pneumothorax
· Luas pneumothorax
· Gejala klinis, terjadinya kebocoran udara yang menetap (persistent air leak)
8
Penatalaksanaan (terapi) yang dapat dilakukan ialah
1. Tindakan medis
Tindakan yang dilakukan disini berupa tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan
intra pleura menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan
pada pneumothorax tertutup atau terbuka, sedangkan untuk pneumothorax ventil tindakan
utama yang harus dilakukan dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi yaitu
dengan cara membuat hubungan udara ke luar.
Observasi ini merupakan prosedur non-invasif. Bila hubungan antara alveoli dan rongga
pleura dihilangkan, maka udara di dalam rongga pleura akan diabsorbsi secara betahap.
Kecepatan absorpsi antara berkisar 1,25 % dari volume hemitoraks setiap 24
jam. ACCP (American College of Chest Physicians) membagi klinis penderita atas penderita
dalam kondisi stabil, jika :
Setelah observasi penderita dapat dipulangkan dan datang kembali ke rumah sakit bila
terdapat gejala klinik yang memberat. Observasi tidak dilakukan pada penderita dengan
pekerjaan atau kondisi yang mengandung resiko tinggi terjadinya rekurensi. Tindakan
fisioterapi dengan pemberian penyinaran gelombang pendek pada pneumothorax spontan
kurang dari 30 %, secara bemakna meningkatkan absorbsi udara dibandingkan dengan hanya
observasi saja.
2. Tindakan dekompresi
Tindakan dekompresi ini dilakukan dengan cara membuat hubungan rongga pleura dengan
dunia luar dengan cara :
a. Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan demikian
tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif kerena udara yang
9
positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena udara yang keluar melalui
jarum tersebut.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra venil. Cara yang dapat dilakukan
antara lain:
b) Jarum abbocath
Pipa khusus (thoraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantara thorak
atau dengan bantuan klem penjepit (pean). Pemasukan pipa plastik (thoraks kateter) dapat
juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris
aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke 2 dari
garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik di dada dan pipa kaca WSD
dihubungkan melalui pipa plastik lainnya, posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol
sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan
mudah keluar melalui tekanan tersebut.
Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intra pleura tetap positif, penghisapan
ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 – 20 cm H2O dengan tujuan agar
paru cepat mengembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura
parentalis. Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah
negatif lagi, drain-drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau
ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.
3. Tindakan bedah
a. Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang menyebabkan
pneumothorax dan dijahit.
b. Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru
tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.
10
c. Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau ada fistel dari paru
yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.
d. Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat
fistel.Pleurodesis Dilakukan terutama untuk mencegah rekurensi terutama penderita dengan
risiko tinggi untuk terjadinya rekurensi.
a. Torakoskopi
Tindakan torakoskopi untuk masih menjadi perdebatan, karena pada dasarnya sekitar 64
% dari tindakan torakoskopi tidak terjadi rekurensi pada pemasangan. Tindakan yang
dilakukan adalah reseksi bula dan pleurodesis. Torakoskopi harus dilakukan bila paru tidak
mengembang setelah 48-72 jam.
b. Torakotomi
Merupakan tindakan akhir apabila tindakan yang lain gagal. Tindakan ini memiliki angka
rekurensi terendah yaitu kurang dari 1 % bila dilakukan pleurektomi dan 2-5 % bila
dilakukan pleurodesis dengan abrasi mekanik.
Pengobatan Pneumothorax
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga paru-
paru bisa kembali mengembang. Pada pneumothorax yang kecil biasanya tidak perlu
dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah pernafasan yang serius dan dalam
beberapa hari udara akan diserap.
Penyerapan total dari pneumothorax yang besar memerlukan waktu sekitar 2-4
minggu. Jika pneumothoraxnya sangat besar sehingga menggangu pernafasan, maka
dilakukan pemasangan sebuah selang kecil pada sela iga yang memungkinkan pengeluaran
udara dari rongga pleura. Selang dipasang selama beberapa hari agar paru-paru bisa kembali
mengembang. Untuk menjamin perawatan selang tersebut, sebaiknya penderita dirawat di
rumah sakit.
11
1. Apabila terdapat proses lain diparu, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap
penyebabnya, yang difokuskan pada:
- Apabila terjadinya proses tuberkolosis paru, diberi obat anti tuberkolosis
- Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita
diberi pengobatan ringan dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak
dapat perlu mengejan terlalu keras.
2. Istirahat total
Penderita dilarang melakukan kerja keras ( mengangkat barang berat ), batuk, bersin
terlalu keras, mengejan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan
oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala
umum dan rancu.
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota
besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang
disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di
amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang
disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul
toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan
sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan
3.2 Saran
Semoga isi dari makalah ini dapat menjadi gambaran mengenai penyakit
Pneumothoraks dan Hematothoraks Semoga bermanfaat dan dapat menjadi sumber ilmu.
Kelompok kami juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai bentuk evaluasi
agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/142170115/Makalah-Pneumotoraks-Dan-Hemotoraks diakses
pada 15 september 2020
Punarbawai, I Wayan Ade, dkk.Identifikasi Awal dan Bantuan Hidup Dasar pada
Penumotoraks. Thesis Doc Universitas Udayana.
http://repository.ump.ac.id/1379/3/IMAM%20AJI%20SANTOSO%20BAB%20II.pdf
http://paru.fk.unand.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/Pneumotorak.pdf
14