Anda di halaman 1dari 18

“PNEUMOTHORAKS”

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

1. Zuazzycailma Syafa’ah 151911913127


2. Rahmat Bustani 151911913128
3. Mahajjatul Aliyah P 151911913130
4. Rania Iqlima A 151911913131
5. Ayu Maulidatun N 151911913134
6. Aulia Nadya Avianti A 151911913135
D3 KEPERAWATAN GRESIK
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGG

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami mengharapkan
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk dan pedoman bagi
pembaca dan seluruh rekan-rekan Mahasiswa-mahasiswi D3 Keperawatan untuk menambah
pengetahuan.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan kerena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Gresik, 15 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pneumothoraks dan Hematothoraks......................................................................3
2.2 Etiologi..........................................................................................................................................3
2.3 Klasifikasi Pneumothorax...........................................................................................................4
2.4 Patofisiologi Pneumothorax........................................................................................................7
2.5 Implementasi Dan Evaluasi (Soap)..........................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................13
3.2 Saran...........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pernapasan adalah salah satu sistem penting dalam tubuh manusia karena saat
bernapas tubuh manusia menghirup oksigen yang sangat berfungsi sebagai gas kehidupan
pada sel dan membuang karbondioksida yang merupakan zat sisa metabolisme. Oleh
karena itu, gangguan apapun yang terjadi pada sistem ini akan berpengaruh secara
sistemik pada sistem-sistem tubuh lainnya. Terdapat banyak gangguan yang
berkemungkinan terjadi pada system pernapasan, diantaranya yaitu Pneumotoraks dan
Hemotoraks.
Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura.
Sedangkan Hemotoraks adalah terdapatnya darah dalam rongga pleura. (Price & Wilson,
1995). Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, gas, cairan atau pun darah,
karena paru-paru membutuhkan pleura agar dapat leluasa mengembang terhadap rongga
dada. Sehingga jika terdapat benda asing pada pleura ini akan mengakibatkan paru-paru
akan sulit berelaksasi dirongga dada dan mengalami kesulitan untuk mendapatkan asupan
oksigen yang cukup bagi tubuh.
Insiden pneumotoraks sulit diketahui karena episodenya yang acak penyebabnya.
Namun diketahui berdasarkan penelitian Seaton dkk. Menyebutkan bahwa pria lebih
banyak mengidap pneumotoraks daripada wanita dengan perbandingan 5:1 dan sekitar
81% kasus pneumotoraks berada pada rentang umur dibawah 45 tahun.
Sedangkan untuk Hemotoraks sangat jarang terjadi untuk etiologi spontan karena
kebanyakan kasus terdapatnya darah pada rongga pleura diakibatkan oleh cedera atau
trauma pada dada kecuali ada komplikasi lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


A. Definisi Pneumothoraks & Hematothoraks
B. Etiologi
C. Klasifikasi
D. Patofisiologi
E. Penatalaksanaan
F. Implikasi keperawatan

1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui informasi mengenai Pneumotoraks dan Hemotoraks mulai dari
definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi penatalaksanaan, hingga implikasi keperawatan
dan akhirnya mampu mengaplikasikannya saat di lapangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pneumothoraks dan Hematothoraks


Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada rongga potensial
diantara pleura visceral dan pleura parietal. Pada keadaan normal rongga pleura dipenuhi
oleh paru – paru yang mengembang pada saat inspirasi disebabkan karenaadanya
tegangan permukaaan ( tekanan negatif ) antara kedua permukaan pleura,adanya udara
pada rongga potensial di antara pleura visceral dan pleura parietalmenyebabkan paru-paru
terdesak sesuai dengan jumlah udara yang masuk kedalamrongga pleura tersebut,
semakin banyak udara yang masuk kedalam rongga pleura akanmenyebabkan paru – paru
menjadi kolaps karena terdesak akibat udara yang masukmeningkat tekanan pada
intrapleura.
Secara otomatis terjadi juga gangguan pada proses perfusi oksigen kejaringan
atauorgan, akibat darah yang menuju kedalam paru yang kolaps tidak mengalami
prosesventilasi, sehingga proses oksigenasi tidak terjadi. Pneumothoraks dikelompokan
menjadi pneumothoraks spontan primer dan sekunder berdasarkan ada tidaknya penyakit
paru yang mendasari (MacDuff A et al., 2010).
Hematotoraks adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber perdarahan dapat
berasal dari dinding dada, parenkim paru-paru,jantung atau pembuluh darah besar.
Jumlah perdarahan pada hematotoraks dapat mencapai1500 ml, apabila jumlah
perdarahan lebih dari 1500 ml disebut hematotoraks masif. Sejauh ini penyebab paling
umum dari hematotoraks adalah trauma, baik trauma yang tidak disengaja, disengaja, atau
iatrogenik.
Terjadinya hematotoraks biasanya merupakan konsekuensi dari trauma tumpul, tajam
dan kemungkinan komplikasi dari beberapa penyakit. Trauma dada tumpul dapat
mengakibatkan hematotoraks oleh karena terjadinya laserasi pembuluh darah internal.
Hematotoraks juga dapat terjadi, ketika adanya trauma pada dinding dada yang awalnya
berakibat terjadinya hematom pada dinding dada kemudian terjadi ruptur masuk kedalam
cavitas pleura, atau ketika terjadinya laserasi pembuluh darah akibat fraktur costae, yang
diakibatkan karena adanya pergerakan ataupada saat pasien batuk.

2.2 Etiologi

3
2.2.1 Etiologi Pneumothoraks
Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan
penyebabnya :
a. Pneumotoraks primer, terjadi tanpa disertai penyakit paru yang mendasarinya.
b. Pneumotoraks sekunder, merupakan komplikasi dari penyakit paru yang
mendahuluinya.
c. Pneumotoraks traumatik, terjadi akibat cedera traumatik pada dada.
Traumanya bisa bersifat menembus (luka, tusuk, peluru atau tumpul
(benturan pada kecelakaan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan
komplikasi dari tindakan medis tertentu (misal torakosentesis).
(Alsegaf,2004)
2.2.2 Etiologi Hematothoraks
Etiologi hemothorax berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi :
a. Hemothorax yang disebabkan oleh trauma benda tumpul maupun tajam.
b. Hemothorax iatrogenik, dapat disebabkan oleh komplikasi dari pembedahan
kardiopulmonal, pemasangan kateter jugular atau subklavia, dan biopsi paru.
c. hemotorax spontan, umumnya disebabkan oleh ruptur dari adhesi pleura,
neoplasma, metastasis paru, ataupun komplikasi dari terapi antikoagulan
untuk emboli paru. Penyebab lainnya aneurisma arteri thoracic seperti aorta,
mammarian arteri, dan arteri interkostal, ruptur dari malformasi pembuluh
darah pulmonal, endometriosis, dan eksostos

2.3 Klasifikasi Pneumothorax

literatur menyebutkan klasifikasi pneumothoraks menjadi 2 yaitu, pneumotoraks spontan dan


pneumotoraks traumatik. Ada juga yang mengklasifikasikannya berdasarkan etiloginya
seperti Spontan pneumotoraks (spontan pneumotoraks primer dan spontan pneumotoraks
sekunder), pneumotoraks traumatik, iatrogenik pneumotoraks. serta ada juga yang
mengklasifikasinya berdasarkan mekanisme terjadinya yaitu, pneumotoraks terbuka (open
pneumotoraks), dan pneumotoraks terdesak (tension pneumotoraks ).
1. Pneumotoraks Spontan Primer ( primery spontaneous pneumothorax)

Dari kata “primer” ini dapat diketahui penyebab dari pneumotoraks belum diketahui secara
pasti, banyak penelitian dan terori telah di kemukakan untuk mencoba menjelaskan tentang

4
apa sebenarnya penyebab dasar dari tipe pneumotoraks ini. Ada teori yang menyebutkan,
disebabkan oleh factor konginetal, yaitu terdapatnya bula pada subpleura viseral, yang suatu
saat akan pecah akibat tingginya tekanan intra pleura, sehingga menyebabkan terjadinya
pneumotoraks.
Bula subpleura ini dikatakan paling sering terdapat pada bagian apeks paru dan juga pada
percabangan trakeobronkial. Pendapat lain mengatakan bahwa PSP ini bisa disebabkan oleh
kebiasaan merokok. Diduga merokok dapat menyebabkan

ketidakseimbangan dari protease, antioksidan ini menyebabkan degradasi dan lemahnya serat
elastis dari paru-paru, serta banyak penyebab lain yang kiranya dapat

membuktikan penyebab dari pneumotoraks spontan primer.

2. Pneumotoraks Spontan Sekunder ( Secondary Spontaneus Pneumothorax)


Pneumotoraks spontan sekunder merupakan suatu pneumotoraks yang penyebabnya sangat
berhubungan dengan penyakit paru-paru, banyak penyakit paru-paru yang dikatakan sebagai
penyebab dasar terjadinya pneumotoraks tipe ini. Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD), infeksi yang disebabkan oleh bakteri pneumocity carinii, adanya keadaan
immunocompremise yang disebabkan oleh infeksi virus HIV, serta banyak penyebab
lainnya, disebutkan penderita pneumotoraks tipe ini berumur diantara 60-65 tahun .
1. Pneumotoraks Trauma

Pneumotoraks trauma adalah pneumotoraks yang disebabkan oleh trauma yang secara
langsung mengenai dinding dada, bisa disebabkan oleh benda tajam seperti pisau,atau
pedang, dan juga bisa disebabkan oleh benda tumpul.

Mekanisme terjadinya pneumotoraks trauma tumpul, akibat terjadinya peningkatan tekanan


pada alveolar secara mendadak, sehingga menyebabkan alveolar menjadi ruptur akibat
kompresi yang ditimbulkan oleh trauma tumpul tersebut, pecahnya alveolar akan
menyebabkan udara menumpuk pada pleura visceral, menumpuknya udara terus menerus
akan menyebabkan pleura visceral rupture atau robek sehingga menimbulkan pneumotorak.

Jika pada mekanisme terjadinya pneumotoraks pada trauma tajam disebabkan oleh penetrasi
benda tajam tersebut pada dinding dada dan merobek pleura parietal dan udara masuk melalui
luka tersebut ke dalam rongga pleura sehingga terjadi pneumotoraks.

5
2. Iatrogenik Pneumotoraks

Banyak penyebab yang dilaporkan mendasari terjadinya pneumotoraks iatrogenic, penyebab


paling sering dikatakan pemasangan thransthoracic needle biopsy. Dilaporkan juga kanalisasi
sentral dapat menjadi salah satu penyebabnya. Pada dasarnya dikatakan ada dua hal yang
menjadi faktor resiko yang menyebabkan terjadinya pneumotoraks iatrogenic yaitu pertama
adalah dalamnya pemasukan jarum pada saat memasukannya dan kedua, ukuran jarum yang
kecil, menurut sebuah

penelitian kedua itu memiliki korelasi yang kuat terjadinya pneumotoraks.

Berdasarkan mekanisme dari terjadinya pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi


pneumotoraks terdesak (tension pneumotoraks), dan pneumutoraks terbuka (open
pneumothorax),

1. Pneumotoraks Terdesak (Tension Pneumothorax)

Suatu pneumotoraks yang merupakan salah satu kegawat daruratan pada cedera dada.
Keadaan ini terjadi akibat kerusakan yang menyebabkan udara masuk kedalam rongga pleura
dan udara tersebut tidak dapat keluar, keadaan ini disebut dengan fenomena ventil ( one –
way-valve).
Akibat udara yang terjebak didalam rongga pleura ssehingga menyebabkan tekanan
intrapleura meningkat akibatnya terjadi kolaps pada paru-paru, hingga menggeser
mediastinum ke bagian paru-paru kontralateral, penekanan pada aliran vena balik sehingga
terjadi hipoksia

Banyak literatur masih memperdebatkan efek dari pneumotoraks dapat menyebabkan


terjadinya kolaps pada sistem kardiovaskular. Dikatakan adanya pergeseran pada
mediastinum menyebabkan juga penekanan pada vena kava anterior dan superior, disebutkan
juga hipoksia juga menjadi dasar penyebabnya, hipoksia yang memburuk menyebabkan
terjadinya resitensi terhadap vaskular dari paru-paru yang diakibatkan oleh vasokonstriksi.
Jika gejala hipoksia tidak ditangani secepatnya, hipoksia ini akan mengarah pada keadaan
asidosis, kemudian disusul dengan menurunnya cardiac output

sampai akhirnya terjadi keadaan henti jantung.

6
2. Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothoraks)

Keadaan pneumotoraks terbuka ini tersering disebabkan oleh adanya penetrasi langsung dari
benda tajam pada dinding dada penderita sehingga meninmbulkan luka atau defek pada
dinding dada. Dengan adanya defek tersebut yang merobek pleura parietal, sehingga udara
dapat masuk kedalam rongga pleura. Terjadinya hubungan antara udara pada rongga pleura
dan udara dilingkungan luar, sehingga menyebabkan samanya tekanan pada rongga pleura
dengan udara di diatmosper. Jika ini didiamkan akan sangat membahayakan pada penderita.
Dikatakan pada beberapa literatur jika sebuah defek atau perlukaan pada dinding dada lebih
besar 2/3 dari diameter trakea ini akan menyebabkan udara akan masuk melalui perlukaan ini,
disebabkan tekana yang lebih kecil dari trakea. Akibat masuknya udara lingkungan luar
kedalam rongga pleura ini, berlangsung lama kolaps paru tak terhindarkan, dan berlanjut
gangguan ventilasi dan perfusi oksigen kejaringan berkurang sehingga menyebabkan sianosis
sampai distress

respirasi.

2.4 Patofisiologi Pneumothorax


Pleura secara anatomis merupakan satu lapis mesoteral, ditunjung oleh jaringan
ikat,pembuluh-pembuluh dara kapiler dan pembuluh getah bening, rongga pleura dibatasi
oleh 2 lapisan tipis sel mesotelial, terdiri atas pleura parietalis yang melapisi otot-otot dinding
dada, tulang dan kartilago, diapragma dan menyusup kedalam pleura dan tidak sinsitif
terhadap nyeri. Rongga pleura individu sehat terisi cairan (10-20ml) dan berfungsi sebagai
pelumas diantara kedua lapisan pleura.
a. Pneumotorak Spontan Primer
Pneumotorak spontan primer terjadi karena robeknya suatu kantong udara dekat pleura
viseralis. Penelitian secara petologis membuktikan bahwa pasien pneumotorak spontan yang
parunya dipesersi tampak adanya satu atau dua ruang berisi udara dalam bentuk blab dan
bulla.Bulla merupakan suatu kantong yang dibatasi sebagian oleh pelura fibrotik yang
menebal sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri dan sebagian lagi oleh jaraingan paru
emfisematus. Blab terbentuk dari suatu alveoli yang pecah melalui suatu jaringan intertisial
kedalam lapisan tipis pleura viseralis yang kemudian berkumpul dalam bentuk kista.
Mekanisme pembentukan bulla/blab belum jelas , banyak pendapat mengatakan terjadainya
kerusakan bagian apeks paru akibat tekanan pleura lebih negatif. Pada pneumotorak spontan

7
terjadi apabila dilihat secara patologis dan radiologis terdapat bulla di apeks paru. Observasi
klinik yangdilakukan pada pasien pneumotorak spontan primer ternyata mendapatkan
pneumotorak lebih banyak dijumpai pada pasien pria berbadan kkurus dan tinggi. Kelainan
intrinsik jaringan konetif mempunyai kecenderungan terbentuknya blab atau bulla yang
meningkat.Blab atau bulla yang pecah masih belum jelas hubungan dengan aktivitas yang
berlebihan,karena pada orang-orang yang tanpa aktivitas (istirahat) juga dapat terjadi
pneumotorak. Pecahnya alveoli juga dikatakan berhubungan dengan obstruksi check-valve
pada saluran napas dapat diakibatkan oleh beberapa sebab antara lain : infeksi atau infeksi
tidak nyata yang menimbulkan suatu penumpukan mukus dalam bronkial.
b. Pneumotorak Spontan Sekunder
Disebutkann bahwa terjadinya pneumotorak iniadalah akibat pecahnya blab viseralis atau
bulla pneumotorak dan sering berhubungan dengan penyakit paru yang medasarinya.
Patogenesis penumotorak ini umumnya terjadi akibat komplikasi asma, fibrosis kistik, TB
paru, penyakit-penyakit paru infiltra lainnya (misalnya pneumotoral supuratif, penumonia
carinci). Pneumotorak spontan sekunder lebih serius keadaanya karena adanya penyakit yang
mendasarinya.

Penatalaksanaan Pneumothorax

Penatalaksanaan pneumothorax tergantung dari jenis pneumothorax. Dasar pengobatan


pneumothorax tergantung pada berat dan lamanya keluhan atau gejala, adanya riwayat
pneumothorax sebelumnya, jenis pekerjaan penderita. Sasaran pengobatan adalah secepatnya
mengembangkan paru yang sakit sehingga keluhan- keluhan juga berkurang dan
mencegah pneumothorax kambuh kembali. Pneumothorax mula-mula diatasi dengan
pengamatan konservatif bila kolaps paru-paru 20% atau kurang. Udara sedikit demi sedikit
diabsorbsi melalui permukaan pleura yang bertindak sebagai membran basah, yang
memungkinkan difusi oksigen dan karbondioksida. Pemilihan penatalaksanaan tergantung
pada :

· Tipe pneumothorax yang diderita

· Luas pneumothorax

· Gejala klinis, terjadinya kebocoran udara yang menetap (persistent air leak)

· Faktor risiko lain: jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan merokok, dll

8
Penatalaksanaan (terapi) yang dapat dilakukan ialah

1. Tindakan medis

Tindakan yang dilakukan disini berupa tindakan observasi, yaitu dengan mengukur tekanan
intra pleura menghisap udara dan mengembangkan paru. Tindakan ini terutama ditunjukan
pada pneumothorax tertutup atau terbuka, sedangkan untuk pneumothorax ventil tindakan
utama yang harus dilakukan dekompresi tehadap tekanan intra pleura yang tinggi yaitu
dengan cara membuat hubungan udara ke luar.

Observasi ini merupakan prosedur non-invasif. Bila hubungan antara alveoli dan rongga
pleura dihilangkan, maka udara di dalam rongga pleura akan diabsorbsi secara betahap.
Kecepatan absorpsi antara berkisar 1,25 % dari volume hemitoraks setiap 24
jam. ACCP (American College of Chest Physicians) membagi klinis penderita atas penderita
dalam kondisi stabil, jika :

· Laju napas < 24 x/menit

· Denyut jantung 60-120 x/menit

· Tekanan darah normal

· Saturasi oksigen > 90 % (tanpa asupan oksigen)

Setelah observasi penderita dapat dipulangkan dan datang kembali ke rumah sakit bila
terdapat gejala klinik yang memberat. Observasi tidak dilakukan pada penderita dengan
pekerjaan atau kondisi yang mengandung resiko tinggi terjadinya rekurensi. Tindakan
fisioterapi dengan pemberian penyinaran gelombang pendek pada pneumothorax spontan
kurang dari 30 %, secara bemakna meningkatkan absorbsi udara dibandingkan dengan hanya
observasi saja.

2. Tindakan dekompresi

Tindakan dekompresi ini dilakukan dengan cara membuat hubungan rongga pleura dengan
dunia luar dengan cara :

a. Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan demikian
tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif kerena udara yang

9
positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena udara yang keluar melalui
jarum tersebut.

b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra venil. Cara yang dapat dilakukan
antara lain:

a) Dapat memakai infus set

b) Jarum abbocath

c) Pipa WSD (Water Sealed Drainage)

Pipa khusus (thoraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantara thorak
atau dengan bantuan klem penjepit (pean). Pemasukan pipa plastik (thoraks kateter) dapat
juga dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan insisi kulit dari sela iga ke 4 pada baris
aksila tengah atau pada garis aksila belakang. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke 2 dari
garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung sela plastik di dada dan pipa kaca WSD
dihubungkan melalui pipa plastik lainnya, posisi ujung pipa kaca yang berada dibotol
sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan
mudah keluar melalui tekanan tersebut.

d) Penghisapan terus – menerus ( continous suction )

Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intra pleura tetap positif, penghisapan
ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10 – 20 cm H2O dengan tujuan agar
paru cepat mengembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura viseralis dan pleura
parentalis. Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intrapleura sudah
negatif lagi, drain-drain dapat dicabut, sebelum dicabut drain ditutup dengan cara dijepit atau
ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap mengembang penuh, maka drain dicabut.

3. Tindakan bedah

a. Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang menyebabkan
pneumothorax dan dijahit.

b. Pada pembedahan, apabila dijumpai adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru
tidak dapat mengembang, maka dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.

10
c. Dilakukan reseksi bila ada bagian paru yang mengalami robekan atau ada fistel dari paru
yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.

d. Pilihan terakhir dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat
fistel.Pleurodesis Dilakukan terutama untuk mencegah rekurensi terutama penderita dengan
risiko tinggi untuk terjadinya rekurensi.

Tindakan bedah yang dapat dilakukan untuk menangani pneumothorax ialah:

a. Torakoskopi

Tindakan torakoskopi untuk masih menjadi perdebatan, karena pada dasarnya sekitar 64
% dari tindakan torakoskopi tidak terjadi rekurensi pada pemasangan. Tindakan yang
dilakukan adalah reseksi bula dan pleurodesis. Torakoskopi harus dilakukan bila paru tidak
mengembang setelah 48-72 jam.

b. Torakotomi

Merupakan tindakan akhir apabila tindakan yang lain gagal. Tindakan ini memiliki angka
rekurensi terendah yaitu kurang dari 1 % bila dilakukan pleurektomi dan 2-5 % bila
dilakukan pleurodesis dengan abrasi mekanik.

Pengobatan Pneumothorax

Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga paru-
paru bisa kembali mengembang. Pada pneumothorax yang kecil biasanya tidak perlu
dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah pernafasan yang serius dan dalam
beberapa hari udara akan diserap.

Penyerapan total dari pneumothorax yang besar memerlukan waktu sekitar 2-4
minggu. Jika pneumothoraxnya sangat besar sehingga menggangu pernafasan, maka
dilakukan pemasangan sebuah selang kecil pada sela iga yang memungkinkan pengeluaran
udara dari rongga pleura. Selang dipasang selama beberapa hari agar paru-paru bisa kembali
mengembang. Untuk menjamin perawatan selang tersebut, sebaiknya penderita dirawat di
rumah sakit.

Pengobatan tambahan yang dapat kita lakukan antara lain:

11
1. Apabila terdapat proses lain diparu, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap
penyebabnya, yang difokuskan pada:
- Apabila terjadinya proses tuberkolosis paru, diberi obat anti tuberkolosis
- Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita
diberi pengobatan ringan dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak
dapat perlu mengejan terlalu keras.
2. Istirahat total

Penderita dilarang melakukan kerja keras ( mengangkat barang berat ), batuk, bersin
terlalu keras, mengejan.

2.5 Implementasi Dan Evaluasi (Soap)

Nama pasien : Tn. S Tgl Implementasi : 12 September 2010


Umur : 43 tahun Pukul : 14 – 21 wib
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 I - Mengobservasi vital sign
- TD : 110/70 mmHg
- P : 84x/i
- RR : 24 x/I
- T : 36,5 ¬0C
- Berkolaborasi dengan dr. dalam pemberian Therapy dan o2 sesuai kebutuhan
- Rimstar 1x3
- Tramadol tab 3x1
- Sanadryl syrp 3 x 1 cth
- Ivfd Nacl 0,9 % → 20 gtt/I
- B com 3x1
- Alprazolam 0,25 3x1 S : os mengatakan sesak berkurang
O : os sesak (-)
TD : 110/70
P : 84 x/I
RR : 24x/I
T : 36,5 ¬0C
A : Masalah sebagian teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan
oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala
umum dan rancu.
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota
besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang
disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di
amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang
disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul
toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan
sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem
pernapasan
3.2 Saran

Semoga isi dari makalah ini dapat menjadi gambaran mengenai penyakit
Pneumothoraks dan Hematothoraks Semoga bermanfaat dan dapat menjadi sumber ilmu.
Kelompok kami juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai bentuk evaluasi
agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/142170115/Makalah-Pneumotoraks-Dan-Hemotoraks diakses
pada 15 september 2020

Erdiyenti, Elsis Mareta, dkk.2020. Pneumothoraks Spontan Bilateral: Komplikasi Inhalasi


Metamfetamin.Jurnal Kedokteran Yarsi.28(2).Halaman 14-20.

Febrina, Amelia. Etiologi Hemothorax dari https://www.alomedika.com/


penyakit/kegawatdaruratan-medis/hemothorax/etiologi.

Mayasari, Diana, dan Anisa Ika Pratiwi.2017. Penatalaksanaan Hematotoraks Sedang Et


Causa Trauma Tumpul.Jurnal Agromed Unila.4(1).Hal 37-42.

Pratama, Vindo D.2014.Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus pneumothoraks dextra di


RSU Muhammadiyah Yogyakarta.Naskah Publikasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Punarbawai, I Wayan Ade, dkk.Identifikasi Awal dan Bantuan Hidup Dasar pada
Penumotoraks. Thesis Doc Universitas Udayana.

http://repository.ump.ac.id/1379/3/IMAM%20AJI%20SANTOSO%20BAB%20II.pdf

http://paru.fk.unand.ac.id/wp-content/uploads/2018/05/Pneumotorak.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai