PNEUMOTHORAX
Dosen Pengampu : Ns. Cipto Susilo, S.Kep., M.Kep.
Disusun Oleh:
1. Nur Fatimah Fit Asma 1711011056
2. Nevi Lia Elvi Andhy 1711011070
3. Rizal Fajri Maulana 1711011072
4. Naning Anggraini Putri 1711011087
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala anugerah yang selalu
dilimpahkan kepada umatnya baik lahir maupun batin, sehingga pada akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Kritis yang berjudul ” Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Tension Pneumothorax”.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
memberikan kontribusi dan dukungan dalam penyusunan karya tulis ini. Maka
dengan penuh hormat, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Cipto
Susilo selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan,
atas segala wawasan, ide, serta dengan sabar memberikan bimbingan, masukan
dan saran dalam proses perkuliahan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, isi substansi
masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, kami
mengharapkan masukan dan saran yang menunjang kesempurnaan penulisan
laporan penelitian ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................... 1
BAB II KONSEP DASAR MEDIS........................................................ 2
2.1 Definisi Tension pneumothorax............................................... 2
2.2 Etiologi Tension pneumothorax............................................... 2
2.3 Patofisiologi Tension pneumothorax....................................... 3
2.4 Manifestasi Klinik Tension pneumothorax.............................. 7
2.5 Pemeriksaan Penunjang........................................................... 7
2.6 Penatalaksanaan Tension pneumothorax................................. 8
BAB III Asuhan Keperawatan Tension pneumothorax.......................... 9
3.1 Pengkajian................................................................................ 9
3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.................................... 10
BAB IV PENUTUP................................................................................ 12
4.1 Kesimpulan.............................................................................. 12
4.2 Saran........................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami konsep daasar medis dan keperawatan pada
pasien dengan tension pneumothorax.
1
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mampu memahami pengertian tension pneumothorax.
b) Mampu menjelaskan etiologi, patofisiologi, dan penatalaksanaan pada
pasien dengan tension pneumothorax.
c) Mampu mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada pasien tension
pneumothorax.
d) Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan tension
pneumothorax.
2
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
3
1. Pneumotoraks primer: terjadi tanpa disertai penyakit paru yang
mendasarinya.
2. Pneumotoraks sekunder: merupakan komplikasi dari penyakit paru yang
mendahuluinya.
3. Pneumotoraks traumatik: terjadi akibat cedera traumatik pada
dada.Traumanya bisa bersifat menembus(luka,tusuk,peluru atau
tumpul(benturan pada kecelakaan bermotor). Pneumotoraks juga bisa
merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu(misal torakosentesis).
.
Pada saat inspirasi akan terdapat lebih banyak udara lagi yang masuk
dan tekanan udara mulai melampaui tekanan barometrik. Peningkatan tekanan
udara akan mendorong paru yang dalam keadaan recoiling sehingga terjadi
atelektasis kompresi. Udara juga menekan mediastinum sehingga terjadi
kompresi serta pergeseran jantung dan pembuluh darah besar. Udara tidak
4
bisa keluar dan tekanan yang semakin meningkat akibat penumpukan udara
ini menyebabkan kolaps paru.Ketika udara terus menumpuk dan tekanan
intrapleura terus meningkat, mediastinum akan tergeser dari sisi yang terkena
dan aliran balik vena menurun.Keadaan ini mendorong jantung, trakea,
esofagus dan pembuluh darah besar berpindah ke sisi yang sehat sehingga
terjadi penekanan pada jantung serta paru ke sisi kontralateral yang sehat.
Dalam keadaan normal pleura parietal dan visceral seharusnya dapat
dipertahankan tetap berkontak karena ada gabungan antara tekanan
intraprgleura yang negative dan tarikan kapiler oleh sejumlah kecil cairan
pleura. Ketika udara masuk ke ruang pleura factor-faktor ini akan hilang dan
paru di sisi cedera mulai kolaps, dan oksigenasi menjadi terganggu. Jika lebih
banyak udara yang memasuki ruang pleura pada saat inspirasi di bandingkan
dengan yang keluar pada saat ekspirasi akan tercipta efek bola katup dan
tekanan pleura terus meningkat sekalipun paru sudah kolaps total dan
akhirnya tekanan ini menjadi demikian tinggi sehingga mendiastinum
terdorong ke sisi berlawanan dan paru sebelah juga terkompresi dan dapat
menyebabkan hipoksia yang berat dapat timbul dan ketika tekanan pleura
meninggi dan kedua paru tertekan, aliran darah yang melalui sirkulasi sentral
akan menurun secara signifikan yang mengakibatkan hipotensi arterial dan
syok.
5
6
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinik pneumothorax adalah dispnea dan nyeri dada mendadak.
Pergeseran letak trakea, suara nafas bronkial pada sisi yang bersangkutan.
Pada awalnya terdapat hipoksia akut. Berat ringannya gejala klinik tergantung
berat atau tingkatnya pneumothoraks. (Roberts, 2014) Adapun gejala pada
pasien dengan penderita tension pneumothorax diantaranya adalah:
1. Tak adanya bunyi pernafasan
2. Deviasi trakea menjauhi sisi paru taanpa bunyi pernafasan.
3. Sianosis.
4. Distensi vena leher, dan
5. Mungin terjaadi emfisema subkutis.
7
3. CT-scan thorax
Ct-scan thorax lebih spesifik untuk membedakan antara episema bullosa dan
pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner serta
untuk membedakan antara pneumotoraks spontan, primer dan sekunder.
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan sesuai dengan tanda dan gejala yang dialami oleh klien.
Pengkajian keperawatan yang di lakukan pada klien hipertensi dijelaskan
pada tabel di bawah ini. Pengakajian dapat dilakukan dengan pemeriksaan
fisik¸pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan oleh seorang perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, diantaranya adalah sebagai berikut :
(Nurhidayat, 2015)
a) Identitas pasien berupa nama pasien, usia, jenis kelamin, diagnosa medis,
dan nomer rekam medis pasien.
b) Identitas penanggung jawab berisi nama keluarga, agama, pekerjaan,
alamat rumah.
c) Anamnesa terkait keluhan utama dan riwayat penyakit dahulu.
d) Pemeriksaan fisik meliputi
(1) Airway : pada pengkajian airway pasien tension pneumothorax
biasanya sering ditemui tidak ada suara nafas.
(2) Pernafasan : Pola nafas yang terjadi pada pasien tension
pneumothoraax umumnya mengalami takipnea. Frekwensi nafas : >
20 x/menit. Bunti nafas yang dihasilkan biasanya tidak terdengar suara
nafas pada sisi paru yang sakit. Irama nafas yang dilihat menjadi tidak
teratur. Adanya tanda distress pernafasan biasanya nampak adanya
retraksi dada/interkosta.
(3) Sirkulasi : Pada pasien yang mengalami tension pneumothorax akan
mengalami sianosis. Tekanan darah biasanya akan sangat rendah.
(4) Disability : Pada format pengkajian disability akan menilai tingkat
kesadaran pasien. Nilai GCS, Pupil : isokor atau anisokor, Ekstremitas
atas dan bawah, serta kekuatan otot. Pasien dengan tension
pneumothorax kesadaran pasien akan terganggu.
9
(5) Exposure : Pada format pengkajian kegawatdaruratan bagian exposure
menilai adanya trauma, adanya jejas, ukuran luka, dan kedalaman luka
yang menyebabkan terjadinya tension pneumothoraks.
10
3. Ansietas b.d Insersi WSD d.d Kurangnya Informasi yang Diterima
Definisi :
Perasaan tidak nyaman atau ke khawatiran yang samar disertai respon otonom
(sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui olehh individu); perasaan
takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memaparkan individu untuk bertindak menghadapi ancaman. (Nanda, 2018)
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu menunjukkan kemampuan untuk meyakinkan diri sendiri.
2. Klien mampu menunjukkan pengendalian diri terhadap kecemasan.
3. Klien dapat memahami informasi yang diberikan.
4. Kien dapat mengidentifikasi dan mengemukakan pemicu kecemasan.
5. Klien dapat menunjukkan pningkataan fokus pikiran.
Intervensi Rasional
6. Pantau perubahan tanda-tanda vital 6. Perubahan tanda-tanda vital dapat
dan kondisi yang menunjukkan digunakan sebagai indikator
peningkatan kecemasan. terjadinya ansietas pada klien.
7. Berikan informasi serta bimbingan 7. Mempersiapkan klien menghadapi
antisipasi tentang segala bentuk segaa kemungkinan, tentang
kemungkinan yang akan terjadi. perkembangan dan atau situasional.
8. Ajarkan teknik relaksasi diri dan 8. Teknik menenangkan diri dapat
pengendalian perasaan negatif. mengurangi kecemasan.
9. Intruksikan untuk melaporkan 9. Membantu memudahkan
timbulnya gejala-gejala kecemasan. menganalisis kondisi terkait pasien.
10. Tingkatkan koping individu. 10. Membantu klien untuk beradaptasi
dengan persepsi stresor, perubahan
atau ancaman terhadap diri.
11. Berikan dukungan emosi selama
11. Memberikab dukungan emosi
stress.
untuk menenangkan klien dan
menciptkan penerimaan serta
dukungan selama stress.
12. Kalaborasi pemberian obat jenis
anti depresan apabila klien tidak 12. Agen farmakologi jenis
antidepresan untuk meredakan
11
mampu mengendalikan diri. kecemasan pada klien.
4. Nyeri akut
Definisi :
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (tim pokja
SDKI DPP PPNI, 2017)
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengadaptasikan rasa nyeri berkurang/hilang
2. Klien mampu mengidentifikasi ativitas yang meningatan/menurunan nyeri
3. Klien tidak tampak gelisah.
Intervensi Rasional
1. Menjelaskan dan membantu klien 1. Pendekatan dengan menggunakan
dengan tindakan pereda nyeri relaksasi dan nonfarmakologi
nonfarmakologi dan non invasive lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi
2. Ajarkan teknik relaksasi untuk
nyeri
menurunkan ketegangan otot
rangka, yang dapat menurunkan 2. Akan melancarkan peredaran
intensitas nyeri dan juga tingkatkan darah, kebutuhan O2 oleh jaringan
relaksasi masase akan terpenuhi, sehingga akan
mengurangi rasa nyeri
3. Ajarkan metode distraksi selama
nyeri akut 3. mengalihkan perhatian rasa nyeri
terhadap hal-hal yang
4. Berikan kesempatan waktu istirahat
menyenangkan
bila terasa nyeri dan berikan posisi
yang nyaman, misalnya ketika 4. istirahat akan merelaksasi semua
waktu tidur pada punggung jaringan sehingga akan
belakang diberi bantal kecil meningkatkan kenyamanan
5. Tingkatkan pengetahuan tentang 5. pengetahuan yang adekuat akan
sebab-sebab nyeri, dan berapa lama membantu mengurangi rasa nyeri,
nyeri akan berlangsung dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan klien
6. Kolaborasi dengan dokter terhadap
terhadap rencana terapeutik
pemberian obat analgetik
6. obat analgetik dapat mengurangi
7. Observasi tingkat nyeri, dan respon
rasa nyeri
motorik klien, 30 menit setelah
12
pemberian obat analgetik untuk 7. pengkajian yang optimal akan
mengkaji efetivitasnya serta setiap memberikan data yang objektif
1-2 jam setelah tindakan perawatan untuk mencegah kemungkinan
selama 1-2 hari komplikasi dan melakukan
intervensi yang tepat
5. Risiko Infeksi
Definisi :
Rentah mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan (Nanda, 2018).
Kriteria Hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan klien bebas dari infeksi pada lokasi insersi
selama pemasangan WSD :
1. Bebas dari tanda-tanda infeksi , tidak ada kemerahan purulent, panas, dan
nyeri yang meningkat serta fungsiolisa Tanda-tanda vital normal
Intervensi Rasional
1. Berikan pengertian dan motivasi 1. Perawatan mandiri seperti
tentang perawatan WSD menjaga luka dari hal yang
septic tercipta bila klien
2. Kaji tanda-tanda infeksi
memiliki pengertian yang
3. Monitor reukosit dan LED optimal
13
pertumbuhan mikroorganisme
6. Mencegah atau membunuh
pertumbuhan mikroorganisme
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tension pneumothorax merupakan suatu diagnosis klinis sehingga
penilaian kondisi klinis dari patien lebih utama daripada nilai absolute
tekanan darah.Kondisi yang mendesak tersebut menuntut penanganan yang
cepat untuk mencegah kerusakan organ. Tension pneumothorax termasuk ke
dalam suatu kondisi yang mengancam jiwa yang dapat dengan cepat
menyebabkan kolaps dan syok kardiovaskular. Intervensi termasuk
decompression needle thoracostomy diikuti oleh chest tube thoracostomy,
diikuti oleh rontgen dada portabel untuk mengkonfirmasi penempatan chest
14
tube dan luasnya paru yang kolaps. Laboratorium dan tes diagnostik dapat
mengkonfirmasi diagnosis tension pneumothorax (mis. AGD, foto toraks,
USG toraks) namun diagnosis ditegakkan terutama dari gejala klinis yang
muncul.
3.2 Saran
Penulis berharap dengan adanya pembuatan makalah asuhan keperawatan
tension pneumothoraks akan semakin baik lagi tentang bagaimana melakukan
tindakan keperawatan dan pencegahan nya sehingga untuk kedepannya dapat
meminimalkan resiko terjadinya tension pneumothoraks.
DAFTAR PUSTAKA
Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF,
Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. Adult Basic Life Support: 2010
American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care. 2010;122(suppl 3):S685–S705.
Kemenkes, RI. 2015. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Anestesiologi
dan terapi Intensif. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Roberts, D., dkk. 2014. Clinical Manifestations of Tension Pneumothorax :
Protocol for a systematic review and meta-analysis. Canada: Systematic
Review Journal.
Zarogoulidis, P., Idkk. 2014. Pneumothorax: from definition to diagnosis aand
treatmment. Journal of thoracic Disease, Vol 6.
15
Medison, I. 2015. Ventile Pneumothorax. Sumatra Barat. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia (PDPI).
16