Dosen Pengampu :
Oleh :
Kelompok 6
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dampak fisik yang dialami penderita pneumothorax bervariasi sesuai
tingkat keperahan sistem pernapasan, ditandai dengan dispnea, sianosis,
takipnea berat, keterbatasan gerak dan nyeri dada berasal dari paru-paru
akibat adanya udara pada rongga pleura. Tanda dan gejala gawat pernapasan,
tachycardia, dan hipotensi yang parah menunjukkan adanya pneumothorax
yang tegang (Arteaga, 2018). Selain dampak fisik, terdapat dampak secara
fisiologis yang dialami oleh penderita pneumothorax ialah kesulitan bernapas
karena paru paru mengalami kebocoran, penurunan curah jantung akibat
adanya penyumbatan, pergesar tulang mediatinum menekan jatung, paru paru
sehat serta kemampuan alveoli menurun sehingga terjadinya kolaps paru
(Arteaga, 2018).
Perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan melalui asuhan
keperawatan diharapkan dapat membantu pasien. Maka dari itu dalam
makalah ini akan membahas mengenai asuhan keperawatan pada
pneumothorax.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
1. Pneumotoraks Spontan
Sebagian besar kasus PSP terjadi akibat ruptur spontan dari bleb
atau bula subpleural, yang mengeluarkan udara ke dalam rongga
pleura. Bleb atau bula paru adalah kantung udara kecil yang
terbentuk di antara jaringan paru dan pleura, berasal dari
pembesaran alveoli paru (diameter 1−2 cm) dan biasanya
berkembang di daerah apikal. Ada dua mekanisme yang bertujuan
untuk pembentukan bleb atau bulla. Salah satu mekanisme adalah
bawaan; lobus paru atas tumbuh lebih cepat daripada pembuluh
darah, menyebabkan kurangnya suplai darah dan berkembangnya
bula. Mekanisme kedua terkait dengan tekanan rongga pleura,
yang menjadi lebih negatif di daerah apikal paru-paru. Pada individu
yang tinggi, tekanan rongga pleura negatif meningkat pada lobus
3
paru atas, dan tekanan alveolar juga meningkat. Peningkatan ini
dapat menyebabkan pembentukan banyak bula dan pneumotoraks.
b. Pneumotoraks Spontan Sekunder
Terjadi akibat cedera trauma langsung atau tidak langsung pada dada
.Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru atau tumpul
seperti benturan pada kecelakaan bermotor). Pneumotoraks juga bisa
merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu(misal
torakosentesis, torakotomi, torakoskopi, torakosentesis trakeostomi,
pungsi dan ventilasi mekanik).
2.3 Klasifikasi
1. Pneumotoraks terbuka
Pneumotoraks yang terjadi akibat adanya hubungan terbuka antara
rongga pleura dan bronchus dengan lingkungan luar. Dalam keadaan
ini, tekanan intra pleura sana dengan tekanan barometer (luar).
Tekanan intrapleura disekitar nao (0) sesuai dengan gerakan
pernapasan. Pada waktu inspirasi tekanannya negatif dan pada waktu
ekspirasi tekanannya positif.
2. Pneumotoraks Tertutup
Rongga pleura tertutup dan tidak berhubungan dengan lingkungan
luar. Udara yg dulunya ada di rongga pleura (tekanan positif) karena
direasorpsi dan tidak ada hubungannya lagi dengan dunia luar maka
4
tekanan udara di rongga pleura menjadi negative. Tetapi paru belum
bias berkembang penuh, sehingga masih ada rongga pleura yang
tampak meskipun tekanannya sudah normal.
3. Pneumotoraks Ventil
Ini merupakan pneumotoraks yang mempunyai tekanan positif
berhubung adanya fistel di pleura viseralis yang bersifat ventil. Udara
melalui bronchus terus kepercabangannya dan menuju kearah pleura
yang terbuka. Pada waktu inspirasi, udara masuk ke rongga pleura
yang pada permulaannya masih negatif. Pada waktu ekspirasi udara
didalam rongga pleura yang masuk itu tidak mau keluar melalui lubang
yang terbuka tadi bahkan udara ekspirasi yang mestinya dihembuskan
keluar dapat masuk ke dalam rongga pleura, apabila ada obstruksi di
bronchus bagian proksimal dari fistel tersebut. Sehingga tekanan
pleura makin lama makin meningkat sehubungan dengan berulangnya
pernapasan. Udara masuk rongga pleura pada waktu ekspirasi oleh
karena udara ekspirasi mempunyai tekanan lebih tinggi dari rongga
pleura, lebih-lebih kalau penderita batuk-batuk, tekanan udara di
bronchus lebih kuat lagi dari ekspirasi biasa.
a. Sesak napas
5
c. Gelisah
d. Keringat dingin
e. Sianosis
g. Perkusi hipersonor
j. Suara amforik
l. Nyeri pleura
m. Hipotensi
n. Pemeriksaan radiologi
2.5 Patofisiologi
6
dari keseluruhan tekanan parsial dari udara pada kapiler pembuluh darah
rata-rata (706 mmHg). Pergerakan udara dari kapiler pembuluh darah ke
rongga pleura, memerlukan tekanan pleura lebih rendah dari -54 mmHg (-
36cmH2O) yang sangat sulit terjadi pada keadaan normal. Jadi yang
menyebabkan masuknya udara pada rongga pleura adalah akibat trauma
yang mengenai dinding dada dan merobek pleura parietal atau visceral,
atau disebabkan kelainan konginetal adanya bula pada subpleura yang
akan pecah jika terjadi peningkatan tekanan pleura.7,8
7
s/d -6 cmH2O.
2.6 Penatalaksanaan
1. Tindakan dekompresi
8
adalah agar paru cepat mengembang dan segera terjadi
perlekatan antara pleura viseralis dan pleura parietalis.
3) Pencabutan drain
9
Gambar 2.1 Tatalaksana Pneumothorax Based On English British Thoracic
Society Pleural Disease Guideline 2010
10
11
BAB 3
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
12
menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan dalam
paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma
tumpul di dada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada pasien adakah riwayat hipertensi, penyakit
koagulasi darah, asma, maupun penyakit yang berkaitan dengan paru-
paru. Kaji pula adanya alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
Untuk pasien dengan penumotoraks perlu ditanyakan apakah klien
pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana seriing terjadi pada
pneumotoraks spontan.
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan adanya penyakit hipertensi pada keluarga ataupun
penyakit infeksi dan alergi pada anggota keluarga. Unruk pasien dengan
pneumotoraks perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang mungkin menyebabkan pneumotoraks seperti
kanker paru, asma, TB dan lain-lain.
F. Psikososial
Kaji kebiasaan klien yang dapat mempengaruhi fungsi pernafasan,
adanya penyakit pernafasan kronis dapat meyebabkan perubahan
dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial,
masalah keuangan, pekerjaan.
13
C. Perkusi
Suara ketok hipersonor, tidak bergetar, jantung bergeser ke arah yang
sehat.
D. Auskultasi
Suara nafas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit. Posisi
duduk semakin ke atas letak cairan maka akan semakin tipis, sehingga
suara nafas terdengar amforis, bila ada fistel bronkopleura yang cukup
besar pada pneumothoraks terbuka.
2. B2 (Blood)
Kemungkinan ada dampak hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan
CRT.
3. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran dapat composmentis, somnolen, atau koma.
4. B4 (Bladder)
Perlu memonitoring intake output urin klien, oliguria merupakan tanda awal
syok
5. B5 (Bowel)
Terkadang mual, muntah, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan.
6. B6 (Bone)
Adanya kerusakan otot dan jaringan lunak pada dada akibat trauma,
sehingga meningkatkan resiko infeksi.
Pengkajian Klinis Open Pneumothorax
Pengkajian Data Fokus
1. Aktivitas dan istirahat
Dispnea dengan aktivitas maupun istirahat.
2. Sirkulasi
a. S3 / S4 /Irama jantung, Gallop (gagal jantung sekunder tanpa efusi).
b. Nadi apikal berpindah oleh adanya penyimpangan mediastinal dengan
ketegangan pneumotoraks.
c. Tanda homman (bunyi renyah sehubungan dengan denyutan jantung
menunjukkan udara dalam medistinum).
d. Tekanan darah : hipotensi
3. Integritas ego
a. Ketakutan.
14
b. Cemas.
c. Gelisah.
4. Nyeri dan kenyamanan
a. Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernafasan, batuk.
b. Timbul tiba-tiba gejala sementarabatuk/regangan.
5. Pernafasan
a. Kesulitan bernafas.
b. Peningkatan frekuensi/ takipnea dan kedalaman pernafsan.
c. Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot aksesori pernafasan dada,
keher, retraksi interkostalm ekspirasi abdomen kuat.
d. Bunyi nafas menurun atau tidak ada (sisi yang terlibat).
e. Fremitus menurun (sisi yang terlibat).
f. Inspeksi : kulit pucat, sianosis, berkeringat.
g. Palpasi dada: gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma
(penurunan pada jaringan palpasi)
Pengkajian Klinis Tension Pneumothorax
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : dispnea dengan aktivitas atau istirahat.
2. Sirkulasi
a. Tanda : takikardia.
b. Frekuensi tak teratur/disritmia.
c. Irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap effusi)
d. Tanda homman
e. TD : Hipertensi/hipotensi
3. Integritas Ego
Tanda : ketakutan, gelisah.
4. Makanan/Cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infus tekanan.
5. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
a. Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernafasan, batuk.
b. Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumotorax
spontan)
15
c. Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh nafas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleural).
Tanda :
Tanda :
16
a. Riwayat faktor resiko keluarga : TB, Kanker paru.
b. Adanya bedah intrakotoral/biopsi paru.
c. Bukti kegagalan membaik.
17
1. Sinar-X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural,
dapat menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung).
2. Laboratorium (darah lengkap dan Astrup)
AGD : Variable tergantung pada derajat fungsi paru yang dipengaruhi,
gangguan mekanik pernafasan dan kemampuan mengkompensasi.PaCO2
kadang-kadang meningkat. paO2 mungkin normal/menurun: saturasi
oksigen biasanya menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (hemotorak).
4. HB : mungkin menurun menunukkan kehilangan darah.
18
3.5 Intervensi Keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
STANDAR LUARAN
STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN KEPERAWATAN INDONESIA
(SIKI)
(SLKI)
19
c. Diameter thoraks anterior- 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
posterior cukup meningkat (Skala kontraindikasi
4)
d. Tekanan ekspirasi cukup
Kolaborasi:
meningkat (Skala 4)
1. Kolaborasikan pemberian bronkodilator,
e. Tekanan inspirasi cukup
ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
meningkat (Skala 4)
f. Dispneu cukup menurun (Skala 4)
g. Penggunaan otot bantu napas (I.01014) Pemantauan Respirasi
cukup menurun (Skala 4)
Observasi:
h. Pemanjangan fase ekspirasi
cukup menurun (Skala 4) 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
i. Frekuensi napas cukup membaik napas.
(Skala 4) 2. Monitor pola napas.
j. Kedalaman napas cukup 3. Monitor adanya produksi sputum.
membaik (Skala 4) 4. Monitor adanya sumbatan jalan napas.
5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
6. Auskultasi bunyi napas.
7. Monitor saturasi oksigen.
Terapeutik :
20
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien.
2. Dokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi:
21
g. Pola Napas membaik (Skala 5) Edukasi:
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
22
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen di rumah.
Kolaborasi :
23
e. Pulmonary Vascular Resistance 6. Monitor keluhan nyeri dada.
(PVR) menurun (Skala 5) 7. Monitor EKG.
f. Tekanan Darah membaik (Skala 8. Monitor aritmia.
5) 9. Monitor nilai laboratorium jantung.
g. Capillary Refill Time (CRT)
Terapeutik :
membaik (Skala 5)
1. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan
h. Pulmonary Artery Wedge
kaki ke bawah atau posisi nyaman.
Pressure (PAWP) membaik
2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
(Skala 5)
oksigen >94%.
Edukasi :
Kolaborasi :
Observasi :
24
3. Monitor oksimetri nadi.
4. Monitor tekanan nadi.
Terapeutik :
Edukasi :
25
c. Pengisian kapiler membaik (Skala 1. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah
5) secara teratur.
d. Turgor kulit membaik (Skala 5) 2. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
e. Tekanan Darah Sistolik membaik sirkulasi.
(Skala 5) 3. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
f. Tekanan Darah Diastolik (Skala 5) harus dilaporkan.
g. Tekanan Arteri rata-rata membaik
(Skala 5)
(I.02057) Pemantauan Hasil Laboratorium
Observasi :
Terapeutik :
Kolaborasi :
26
1. Kolaborasi dengan dokter jika hasil laboratorium
memerlukan intervensi medis.
Kolaborasi:
27
(I.01014) Pemantauan Respirasi
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi:
28
6. (D.0077) (L.08066) Tingkat Nyeri (I.08238) Manajemen Nyeri
Terapeutik
Edukasi
29
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
30
8. (D.0129) (L.14125) Integritas Kulit dan (I.14564) Perawatan Luka
Jaringan
Gangguan integritas kulit Observasi
berhubungan dengan faktor Setelah dilakukan tindakan
1. Monitor karakteristik luka
mekanis (pemasangan WSD) asuhankeperawatan 3x24 jam
2. Monitor tanda-tanda infeksi
Diharapkan integritas kulit meningkat
Terapeutik
dengan kriteria hasil :
1. Bersihkan luka dengan cairan NaCl
a. Kemerahan menurun (skala 5)
2. Pasang balutan pada sekitar luka
b. Pigmentasi abnormal menurun
(pemasangan WSD)
(skala 5)
3. Pertahankan teknik steril saat melakukan
c. Tekstur kulit membaik (skala 5)
perawatan luka.
Edukasi
Kolaborasi
31
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan dengan nyeri asuhankeperawatan 3x24 jam
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
(pemasangan WSD)
diharapkan mobilitas fisik meningkat lainnya
dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi toleransi fisik saat melakukan
a. Rentang gerak (ROM) meningkat pergerakan
(skala 5) 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
b. Kelemahan fisik menurun (skala sebelum memulai mobilisasi
5)
4. Monitor kondisi umum selama melakukan
c. Nyeri menurun menurun (skala 5)
mobilisasi
Terapeutik
Edukasi
32
dilakukan (mis: duduk diatas tempat tidur)
Kolaborasi
33
1. Kolaborasi pemberian antibiotik
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pneumotoraks merupakan kumpulan udara dan gas yang terdapat dalam
rongga pleura. Hal ini dapat terjadi akibat pecahnya permukaan paru-paru
sehingga udara dapat keluar menuju rongga pleura (Simamora R, 2020).
2. Etiologi
c. Pneumotoraks Spontan
d. Pneumotoraks Traumatik
3. Klasifikasi
a. Pneumotoraks terbuka
b. Pneumotoraks Tertutup
c. Pneumotoraks Ventil
4. Pengkajian Klinis Open Pneumothorax dan Tension Pneumothorax
a. Aktivitas/Istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
d. Makanan/Cairan
e. Nyeri/Kenyamanan
f. Pernafasan
g. Keamanan
h. Penyuluhan/Pembelajaran
5. Diagnosa (3 Prioritas)
a. D.0005 Pola Napas Tidak Efektif b.d hambatan upaya napas
(penurunan ekspansi paru, ventilasi tidak adekuat)
b. D0003 Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi (O2 dan PO2 menurun)
c. D0008 penurunan curah jantung b.d afterload (penurunan efektifitas
pompa jantung)
35
4.2 Saran
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisannya. Oleh karena itu,mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan pada
pembuatan makalah selanjutnya.
36
DAFTAR PUSTAKA
Jain, D. G., Gosari, S. N., Jain, D. D., (2017) Understanding and Managing
Pneumothorax. JIACIN. 9(1):42:5
37