PNEUMOTHORAKS
DISUSUN OLEH:
AKBAR NUR FEBRIANSYAH (21121054)
ALDA VISTA ( 21121055)
AWALIA MILA BASMALA (21121060)
RINTAN PUTRI ARIANIE (21121091)
RITA HERLINA (21121092)
INDRI SAFITRI (21121103)
Dosen Pengampu :
Yulius Tiranda S.Kep,.Ns.M.Kep.,Ph.D
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................4
1.3 TUJUAN................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
2.1 DEFINISI PNEUMOTHORAKS.........................................................................................5
2.2 EPIDEMIOLOGI...................................................................................................................6
2.3 TANDA DAN GEJALAH.....................................................................................................6
2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN DIAGNOSTIK........................................................6
2.6 PENATALAKSANAAN.......................................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................10
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Pneumotoraks spontan dibagi menjadi 2, yaitu primer (terjadi tanpa adanya penyakit
paru yang diketahui, termasuk iatrogenik) dan sekunder (terjadi pada pasien yang
mengidap penyakit paru). Pneumotoraks spontan sekunder tersering terjadi pada pasien
dengan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) sebanyak 70%, diikuti penyakit paru
lain seperti tuberkulosis. Angka kejadian pneumotoraks spontan terdapat 18 hingga 28
kasus pada laki-laki dan 2 hingga 6 kasus pada wanita untuk tiap 100.000 populasi.
Berdasarkan Uraian di atas, maka penulis tertarik untuk Menyusun Karya
Tulis ilmiah tentang studi literatur : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa
Pneumothoraks dengan masalah Keperawatan Ketidak Efektifan Pola Nafas.
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI PNEUMOTHORAKS
Pneumothoraks adalah kondisi Ketika udara terkumpul di rongga pleura, yaitu ruang di
antara paru paru dan dinding dada. Udara tersebut dapat masuk akibat adanya cedera di dada
atau robekan di paru paru. Akibatnya paru paru jadi mengempis (kolaps) dan tidak bisa
mengambang
Penyebab Pneumothoraks ada 2.
1. Pneumothoraks traumatic
Yang di sebabkan adanya cidera pada dinding dada. Misalnya luka tusuk atau tembak
ataupun akibat dari perawtan medis
2. Pneumothoraks nontraumatic
Yang terjadi secara spontan tanpa di awali oleh cidera yang di bagi menjadi 2 yaitu
1. Pneumothoraks spontan primer
Terjadi pada seseorang tanpa Riwayat penyakit paru paru
2. Pneumothoraks spontan sekunder
Terjadi pada seseorang yang memiliki Riwayat penyakit paru
Kedua jenis Pneumothoraks tersebut dapat bertambah parah jika terjadi Tension
Pneumothoraks yaitu suatu keaadaan saat udara yang terkumpul dalam rongga
pleura tidak dapat keluar sedangkan udara dari dinding dada dan paru terus
masuk menuju rongga tersebut, keadaan ini akan semakin mendesak dan menekan
jantung paru dan pembuluh darah.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Pneumothoraks iatrogenic lebih sering terjadi dibandingkan Pneumothoraks
spontan, pada Pneumothoraks iatrogenic yaitu oleh karena evek samping
Tindakan
Insiden Pneumothoraks iatrogenic : 5/10.000 kasus dalam rawat inap di RS
Pada Pneumothoraks spontan terjadi lebih sering dari laki laki dari pada
perempuan
Insiden kejadian tahuan :
(Pneumothoraks spontan primer) pada laki laki 18-28/100.000
Dan pada perempuan 1,2 – 6,0/100.000
(Pneumothoraks spontan sekunder) pada laki-laki 6,3/100.000 dan pada
perempuan 2,0/100.00
2. CT-Scan thoraks
CT- sanc toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa
dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
ekstrapulmoner untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan
sekunder.
2.5 PATOFISIOLOGI
Pada kondisi normal, tekanan dalam rongga paru lebih besar di bandingkan di
dalam rongga pleura dan tekanan rongga pleura negative bila di bandingkan
dengan atmosfer.Komunikasi abnormal dapat terjadi antara alveolus dan rongga
pleura. Saat terjadi komunikasi abnormal, misalnya akibat trauma, akan terjadi
perpindahan udara dari rongga alveolus ke rongga pleura. Keadaan ini juga akan
menekan rongga mediastinum( jantung, pembuluh darah, trakea)
Ketika volume udara intra pleuranya itu meningkat maka terjadilah hiperekspansi,
jarak dinding dada dan paru menjauh. Paru terjadi colaps pulmo ipsilateral, akan
terjadi gangguan ventilasi, volume tidal berkurang, polume O2 turun, gangguan
divusi, saturasi O2 turun menjadi 90%(sesaknafas) dan terjadi hipoksemia
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis:
Berikut ini adalah beberapa metode penatalaksanaan yang dapat digunakan untuk
menangani pneumothorax:
Jika hanya sebagian kecil paru-paru pasien yang kolaps dan tidak ada gangguan pernapasan
berat, dokter mungkin hanya akan memantau kondisi pasien.
Pemantauan dilakukan dengan menjalankan foto Rontgen secara berkala sampai paru-paru
pasien bisa mengembang kembali. Dokter juga akan memberikan oksigen jika pasien sulit
bernapas atau kadar oksigen di dalam tubuhnya menurun.
Selama masa pemantauan, dokter akan meminta pasien tidak melakukan aktivitas berat,
bepergian menggunakan pesawat terbang, atau menyelam, sampai paru-paru pulih.
Jika sebagian besar paru-paru sudah kolaps, dokter harus mengeluarkan kumpulan udara di
rongga pleura. Untuk melakukannya, dokter dapat menggunakan metode-metode berikut
ini:
Aspirasi jarum, yaitu dengan menusukkan jarum ke dalam dada pasien. Pemasangan selang
dada dilakukan dengan memasukkan selang melalui sayatan di sela-sela tulang dada
sehingga udara bisa keluar melalui selang tersebut.
Pleurodesis
3. Operasi
Operasi dilakukan jika metode penanganan lain tidak efektif atau pneumothorax kembali
kambuh. Operasi dilakukan untuk memperbaiki bagian paru-paru yang bocor. Pada kasus
yang parah, dokter akan melakukan lobektomi, yaitu pengangkatan bagian paru-paru yang
kolaps.
2.Penatalaksanaan Keperawatan:
1. Pengkajian perawat
a. System respirasi
b. System kardiovaskuler
c. System gastrointestinal
d. System perkemihan
2. Melakukan diagnosa
Seperti pola nafas tidak efektif, rasa cemas, nyeri paska Tindakan
medis
3. Rencana Tindakan keperawatan
1) Tingkat kesadaran
a) Tanda vital : BP, HR, RR, Suhu
b) Pantau hasil AGD
c) Pantau pengembangan paru
d) Pantau alat bantu oksigenasi pada klien
4. Pelaksanaan keperawatan
a. Memberikan pengertian tentang penyakit
b. Menganjurkan klien nafas dalam dan batuk efektif
c. Mengajrkan klien cara perawatan WSD
d. Mengobservasi TTV
5. Evaluasi
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleira terisi oleh udara,
sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang menimbulkan gangguan
dalam pengembangannya terhdap rongga dada saat proses respirasi. Oleh karena itu pada
pasien sring mengeluhkan adanya sesak nafas dan nyeri dada.
Dalam menentukan diagnose pneumothoraks seringkali didasarkan pada hasil
foto rongent berupa gambar translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler pada lapang
paru yang terkena, disertai adanya garis putih yang merupakan batas paru (colaps Line)
Pada prinsip nya, penanganan pneumootoraks berupa observasi dan pemberian O2
yang dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk proses medikasi disesuaikan dengan penyakit
yang mendasarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan S, Andrean. (10 Maret 2013). "Referat catamenial pneumothorax"
https://www.slideshare.net/geelieman1990/referat-catamenial-pneumothorax, diakses pada 16
September 2022, Pukul 19.00.