20014101104
Supervisor Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
MANADO
2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
20014101104
Masa KKM:
Supervisor Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat
dan penyertaan-Nya maka saat ini penyusun dapat menyusun Referat dengan Judul
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Ilmu Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi/RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. Penyusun juga mengucapkan
terima kasih yangsebesar – besarnya kepada dr. Andre Ulaan, M.Kes, Sp.Rad atas bimbingan dan
Penyusun menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari sempurna, baik dari isi, tata
penulisan, maupun bahasa yang digunakan dalam Referat ini..Penyusun juga menyadari bahwa
pengetahuan, ketrampilan serta pengalaman penyusun yang masih minim Oleh karena itu,
penyusun menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dalam penulisan Referat ini.
Kritik dan masukan dari pembaca sekalian akan diterima oleh penyusun dengan senang hati untuk
mengembangkan Referat ini lebih lanjut. Semoga Referat ini dapat bermanfaat untuk
Penyusun
3
DAFTAR ISI
A. Definisi............................................................................................................................ 6
B. Patofisiologi... ............................................................................................................... ..9
C. Epidemiologi ................................................................................................................. ..8
D. Patofisiologi .................................................................................................................. ..9
E. Diagnosis ...................................................................................................................... .11
a). Pemeriksaan Radiologi Pneumotoraks...........................................................................10
4
BAB I
PENDAHULUAN
Pernapasan merupakan salah satu sistem organ terpenting yang khususnya melibatkan
paru-paru sehingga bila terjadi gangguan pernapasan dapat mengakibatkan gawat napas.
Peningkatan penyakit pernapasan beberapa tahun terakhir terus meningkat dengan berbagai
penyebab dan yang paling banyak terjadi yakni trauma dan infeksi. Salah satu penyakit saluran
1
pernapasan ialah pneumotoraks yang bisa disebabkan oleh trauma maupun infeksi.
Pneumotoraks adalah kondisi adanya udara di dalam rongga pleura. Pneumothoraks dapat
terjadi baik secara spontan atau traumatik. Pneumothoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer
dan sekunder. Sedangkan pneumothoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik.2
Pneumothorax lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun.
Laki-laki lebih sering daripada wanita. Insiden pneumotoraks pada laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan (5:1). Myers melapor- kan bahwa tuberkulosis selalu menunjuk- kan terjadinya
beberapa jenis pneumotoraks mendapatkan 218 pasien PSP, 505 PSS, 403 pneumotoraks
diagnosis klinis pneumo- toraks dan yang terdiagnosis secara radiologik yaitu 41 pasien.
Berdasarkan data dari 41 pasien pneumotoraks, didapatkan bahwa pneumotoraks paling banyak
diderita oleh laki-laki berjumlah 37 pasien (90,2%) sedangkan pada perempuan berjumlah 4 pasien
(9,8%) Kasus pneumotoraks terbanyak ditemukan pada kelompok usia ≥50 tahun.3
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pneumotoraks adalah kondisi adanya udara di dalam rongga pleura. Pneumothoraks dapat
terjadi baik secara spontan atau traumatik. Pneumothoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer
dan sekunder. Sedangkan pneumothoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik.2
Dengan adanya udara dalam rongga pleura tersebut, maka akan menimbulkan penekanan terhadap
paru-paru sehingga paru-paru tidak dapat mengembang dengan maksimal sebagaimana biasanya
ketika bernapas.
Pneumotoraks spontan primer, yaitu pneumotoraks yang terjadi secara tiba-tiba tanpa
diketahui sebabnya atau tanpa penyakit dasar yang jelas. Lebih sering pada laki-laki
muda sehat dibandingkan wanita. Timbul akibat ruptur bulla kecil subpleural, terutama
Pneumotoraks spontan sekunder, yaitu Pneumotoraks yang terjadi dengan didasari oleh
riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, tersering pada pasien bronkhitis
dan emfisema yang mengalami ruptur emfisema subpleura atau bulla. Penyakit dasar
lain: Tb paru, asma lanjut, pneumonia, abses paru atau ca paru. Fibrosis kistik, penyakit
paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru-paru.4
b. Pneumotoraks traumatik adalah pneumotoraks yang terjadi akibat adanya suatu trauma,
baik trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada
maupun paru.
6
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi dua jenis, yaitu:
akibat komplikasi dari tindakan tersebut medis. pneumotoraks jenis ini pun masih
terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan
cavum pleura. Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya
permukaan paru-paru.
Pneumotoraks parsialis, yaitu Pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil paru
Pneumotoraks totalis, yaitu Pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (>50%
volume paru).4
Pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun.
Laki-laki leih sering daripada wanita. Insiden pneumotoraks pada laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan (5:1).3 Kasus PSP di Amerika 7,4/100.000 per tahun untuk laki-laki dan 1,2/100.000
7
per tahun untuk perempuan sedangkan insiden PSS dilaporkan 6,3/100.000 untuk laki-laki dan
2/100.000 untuk perempuan.3 PSS yang paling sering terjadi yaitu pada PPOK sedangkan
penelitian oleh Myers melapor- kan bahwa tuberkulosis selalu menunjuk- kan terjadinya
pneumotoraks.8 Penelitian Weissberg9 terhadap 1.199 pasien pneumo- toraks mengenai insiden
beberapa jenis pneumotoraks mendapatkan 218 pasien PSP, 505 PSS, 403 pneumotoraks
diagnosis klinis pneumo- toraks dan yang terdiagnosis secara radiologik yaitu 41 pasien.
Berdasarkan data dari 41 pasien pneumotoraks, didapatkan bahwa pneumotoraks paling banyak
diderita oleh laki-laki berjumlah 37 pasien (90,2%) sedangkan pada perempuan berjumlah 4 pasien
(9,8%) Kasus pneumotoraks terbanyak ditemukan pada kelompok usia ≥50 tahun.3
Etiologi Pneumotoraks kebanyakan diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya
berupa trauma tumpul. Trauma tajam terutama disebakan oleh tikaman dan tembakan. Trauma
pada bagian ini juga sering disertai dengan cedera pada tempat lain misalnya abdomen, kepala, dan
ekstremitas sehingga merupakan cedera majemuk. Tersering disebabkan oleh ruptur spontan pleura
visceralis yang menimbulkan kebocoran udara ke rongga thorax Pneumotoraks dapat terjadi
berulang kali. Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh:
a) Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus akan
memasuki kavum pleura. Pneumotoraks jenis ini disebut sebagai closed Pneumotoraks.
Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk saat
inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya, udara
semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah kontralateral dan
b) Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum
pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter trakea,
8
maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut disbanding traktus respiratorius yang
seharusnya. Sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat lubang tadi dan
menyebabkan kolaps pada paru ipsi lateral. Saat ekspirasi, tekanan rongga dada meningkat,
akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang tersebut, kondisi ini disebut
B. PATOFISIOLOGI
Secara garis besar kesemua jenis Pneumotoraks mempunyai dasar patofisiologi yang
hampir sama. Pneumotoraks spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura
visceralis. Apabila dinding alveolus dan pleura visceralis yang lemah ini pecah, maka akan nada
fistel yang menyebabkan udara masuk ke cavum pleura. Mekanismenya pada saat inpirasi rongga
dada mengembang, disertai pengembangan cavum pleura yang kemudian menyebabkan paru
dipaksa ikut mengembang seperti balon yang dihisap. Pengembangan paru menyebabkan tekanan
intraaveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada pneumotoraks spontan, paru-paru
kolaps, udara inspirasi bocor masuk ke cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif.
Pada saat ekspirasi mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi mediastinal kembali lagi ke
posisi semula. Proses yang terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter.
Pneumotoraks ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi paru sisi sebaliknya
masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan sempurna . Terjadinya
hipereksansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock atau shock dikenal dengan simple
pneumotoraks. Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak adanya hubungan dengan
lingkungan luar dikenal dengan closed pneumotoraks. Pada saat ekspirasi, udara juga tidak
dipompakan balik secara maksimal karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak bekerja sempurna.
Akibatnya bilamana proses ini semakin berlanjut, hipereksansi cavum pleura pada saat inspirasi
9
menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum
pleura karena luka yang bersifat katup tertutup terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke
paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock
oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotoraks.
Pada open pneumotoraks terdapat hubungan antara cavum pleura dengan lingkungan luar.
Open pneumotoraks dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan dapat inkomplit (sebatas pleura
parietalis) atau komplit (pleura parietalis dan visceralis). Bilamana terjadi open pneumotoraks
inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan masuk kedalam kavum pleura. Akibatnya paru tidak
dapat mengembang karena tekanan intrapleural tidak negatif. Efeknya akan terjadi hiperekspansi
cavum pleura yang menekan mediastinal ke sisi paru yang sehat. Saat ekspirasi mediastinal
bergerser kemediastinal yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter. Bilamana open pneumotoraks
komplit maka saat inspirasi dapat terjadi hiperekspansi cavum pleura mendesak mediastinal kearah
yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada cavum pleura dan paru karena luka yang bersifat
katup tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan
obstruksi jalan nafas. Akibatnya dapat timbullah gejala pre-shock atau shock oleh karena
C. DIAGNOSIS
Diagnosis dilakukan berdasarkan keberadaan udara pada ruang pleura yang dapat
Foto rontgen gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus pneumotoraks
antara lain :
10
Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akant ampak garis-
garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk
Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radiooaque yang berada di
daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru
tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak nafas yang dikeluhkan.
Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostalis melear,
diafragma mendatar dan tertekan kebawah. Apabila ada pendorongan jantung atau
trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil
Gambar 3. foto pneumotoraks dengan bayangan udara dalam cavum pleura memberikan
bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern) .
11
Gambar 4. Tension pneumotoraks total kiri dengan cairan (hidropneumothorax)
mendorong jantung, trakea, ke kontralateral.
Gambar 5. pneumotoraks pada sisi sebelah kiri dengan kolaps pada sebagian pada paru
kiri. Lapangan paru luar terlihat hitam.6
12
Gambar 6. pneumotoraks bilateral pada arah panah tebal dan pneumomediastinum pada
arah panah yang tipis.
udara di rongga pleura, dan deviasi dari struktur mediastinum. Pemeriksaan CT-scan lebih
sensitif daripada foto toraks pada pneumotoraks yang kecil walaupun gejala klinisnya
pengembangan(12).
13
Gambar 7. pneumotoraks ct scan potongan axial Tampak udara dan colaps paru
Gambar 8. pneumotoraks potongan axial tampak udara dan terjadinya colaps paru.
14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh udara, sehingga
pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi. Oleh karena itu, pada pasien sering
mengeluhkan adanya sesak nafas dan nyeri dada. Berdasarkan penyebabnya pneumotoraks dapat
Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan
pneumotoraks traumatic dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel yang
terbentuk, maka pneumotoraks dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension).
Dalam menentukan diagnose pneumotoraks seringkali didasarkan pada hasil foto rontgen
berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler pada lapang paru yang terkena,
disertai danya garis putih yang merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil rontgen juga dapat
diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area dapat diketahui seberapa berat proses
yang terjadi melalui luas area paru yang terkena pendesakan serta kondisi jantung dan trakea.
15
DAFTAR PUSTAKA
4. Bowman, Jeffery, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Update: 2010 May 27;
cited 2011 January 10. Available from http://emedicine.medscape.com/article/827551
5. Juni Sinarinta Purba, Sabrianai Suci Zasneda, Rika Syahfitri Saragih. Teknik Pemeriksaan
Radiologi Rumah Sakit Efarina Etaham Berastagi. Jurnal Radiologi. 2019. Hal 7-8.
8. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid
16