Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Makassar, 27JULI 2021

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Pneumothoraks

OLEH :

Pryantama Saputra Tuna

111 2020 2151

Dokter Pendidik Klinik :

Dr. Edward Pandu W., Sp.P(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Pryantama Saputra Tuna

NIM : 111 2020 2151

Judul : Pneumothoraks

Telah menyelesaikan Referat yang berjudul Pneumothoraks dan

telah dibacakan dihadapan Dokter Pendidik Klinik dalam rangka

kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia.

Menyetujui, Makassar, 27 Juli 2021

Dokter Pendidik Klinik Penulis

dr. Edward Pandu W., Sp.P(K) Pryantama Saputra Tuna

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

referat yang berjudul “Pneumothoraks”. Penulisan referat ini dibuat sebagai

salah satu syarat untuk mengikuti ujian Program Studi Profesi Dokter di

bagian Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu Penyakit Dalam.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini terdapat

banyak kekurangan, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dan

berbagai pihak dan dokter dan konsulen, akhirnya penyusunan referat ini

dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Edward pandu Wiriansya,

Sp.P(K) selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini dalam

memberikan motivasi, arahan, serta saran-saran yang berharga kepada

penulis selama proses penyusunan. Terima kasih pula yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak

langsung turut membantu penyusunan laporan kasus ini.

Makassar, 27 Juli 2021

Penulis

Pryantama Saputra.

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................... i

Halaman Pengesahan .............................................................................. ii

Kata Pengantar ......................................................................................... iii

Daftar Isi ................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2

2.1 Definisi Pneumotoraks ............................................................. 2

2.2 Epidemologi Pneumotoraks ..................................................... 2

2.3 Etiologi Pneumotoraks ............................................................. 2

2.4 Klasifikasi Pneumotoraks ......................................................... 4

2.5 Patofisiologi Pneumotoraks ...................................................... 8

2.6 Manifestasi Pneumotoraks ....................................................... 9

2.7 Diagnosis Pneumotoraks ......................................................... 11

2.8 Terapi Pneumotoraks ............................................................... 12

BAB 3 PENUTUP ..................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

Kejadian cedera dada merupakan salah satu trauma yang sering

terjadi jika tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan kematian.

Kecelakaan kendaraan bermotor paling sering menyebabkan terjadinya

trauma pada toraks. Beberapa cedera dada yang dapat terjadi antara lain,

tension pneumothoraks, pneumotoraks terbuka, flail chest, hematotoraks,

tamponade jantung.(1)

Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat udara bebas

di dalam rongga pleura. Pneumotoraks pertama kali ditemukan oleh

Boerhaave pada tahun 1724, tetapi tanda dan gejala pneumotoraks

dikemukakan pertama kali oleh Laennec 1819. Pneumotoraks sampai saat

ini masih menjadi masalah besar dalam bidang kegawatdaruratan medis.

Berdasar penyebabnya Pneumotoraks dapat terjadi karena spontan,

traumatik dan iatrogenik. Pengetahuan tentang patofisiologi, tanda–tanda

klinis dan radiologis Pneumotoraks akan sangat membantu dalam

menegakkan diagnosis dan penatalaksanaannya. (2),(3)

1
BAB II

TINJAUAN PUSATAKA

2.1. Definisi

Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara di rongga pleura,

yaitu ruang antara dinding dada dan paru-paru itu sendiri. Hal ini dapat

terjadi secara spontan para orang tanpa kondisi paru-paru kronis (primer)

serta pada mereka dengan penyakit paru-paru (sekunder) dan

pneumothoraks terjadi setelah trauma fisik pada dada, cedera ledakan,

atau sebagai komplikasi dari perawatan medis.(4),(5)

2.2 Epidemologi

Insidensi tahunan dari pneumotoraks spontan adalah 18-28 kasus

dan 1,2-6 kasus per 100.000 laki-laki dan perempuan. Sementara untuk

insidensi Pneumotoraks spontan primer terjadi pada 7,4-18 dan 1,2-6 kasus

per 100.000 populasi masing-masing dan pneumotoraks spontan sekunder

sekitar 6,3 dan 2 kasus per 100.000 laki-laki dan perempuan. (6)

2.3 Etiologi

Pneumotoraks Dapat terjadi setiap kali permukaan paru-paru yang

pecah, memungkinkan udara keluar dari paru-paru ke ruang pleura. Hal ini

dapat terjadi ketika luka beberapa tusukan dinding dada, yang

memungkinkan udara luar masuk ke ruang pleura. Pneumotoraks spontan

terjadi tanpa trauma dada, dan biasanya disebabkan oleh pecahnya kista

kecil pada permukaan paru-paru. Kista tersebut dapat terjadi tanpa penyakit

2
paru-paru yang berhubungan, atau dapat berkembang karena berbagai

gangguan paru-paru yang mendasari. (5)

Kebanyakan pneumotoraks spontan disebabkan oleh COPD,

walaupun hampir semua penyakit paru telah dilaporkan dapat

menyebabkan pneumotoraks spontan sekunder, misalnya: tumor,

sarkoidosis, tuberkulosis, infeksi paru lainnya dan sebagai berikut :

A. Akibat ruptur subpleural bleb yang umumnya berada di apex paru.

B. Patogenesis dari subpleural blebs mungkin berhubungan dengan

peradangan jalan napas karena merokok.

C. Pneumotoraks spontan lebih dapat berkembang pada hari

berikutnya ketika terdapat fluktuasi pada tekanan atmosfer, badai

petir, musik keras.

D. Biasanya terjadi pada pria tinggi dan kurus.

E. Terdapat kecendrungan familial dalam perkembangan

pneumotoraks spontan primer, bawaan lahir secara autosomal

dominan dengan penetrasi inkomplit atau x-terkait resesif, juga pada

pasien dengan human leukocyte antigen (HLA) haplotipe A2, B40

F. Terdapat prevalensi yang tinggi dari abnormalitas bronkial pada

pasien yang tidak merokok dengan pneumotoraks spontan

G. Anatomi bronkial yang tidak sesuai (ukuran yang lebih kecil dari

normal dan deviasi susunan anatomi dalan jalan napas pada

berbagai lokasi). (7)

3
Catamenial pneumotoraks Adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di

mana wanita mengalami pneumotoraks pada awal periode menstruasi

mereka. Catamenial pneumotoraks umumnya mempengaruhi perempuan

usia tiga puluhan dan empat puluhan. Wanita dengan catamenial

pneumotoraks sering melaporkan nyeri dada bulanan, sesak nafas, pusing

dan kelelahan. (5)

Pneumotoraks traumatik dapat Dihasilkan dari kedua terauma

tumpul dan luka tembus sampai ke dinding dada. Mekanisme yang paling

umum adalah tertusuk nya play ora oleh tulang rusuk yang patah.(5)

2.4 Klasifikasi Pneumotoraks

Pneumotoraks dapat dikelompokkan berdasarkan atas kejadian, luas

kolaps paru, dan jenis fistel yang terjadi.

1. Berdasarkan kejadiannya,

A. Pneumotoraks spontan

Pneumothorax spontan adalaha setiap pneumthorax yang

terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu penyebab. Pneumotoraks

spontan terbagi menjadi dua yaitu :

a) Penumotoraks spontan primer (PSP) yang terjadi pada

pasien tanpa riwayat penyakit paru.

b) Pneumotoraks spntan sekunder (PSS) yang terjadi pada

pasien dengan riwayat penyakit paru. (7)

4
B. Pneumotoraks traumatik

Yaitu terjadi akibat adanya suatu trauma, baik trauma

penetrasi maupun bukan, yang menyebabkan robeknya pleura,

dinding dada maupun paru.

a) Pneumotoraks traumatik iatrogenik

Yaitu pneumotoraks yang terjadi akibat komplikasi dari

tindakan medis. Pneumotoraks tipe ini dapat diklasifikasikan

kedalam dua jenis

i. Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental

pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan

medis karena kesalahan/komplikasi tindakan tersebut,

misalnya pada tindakan parasintesis dada, biopsi

pleura, biopsi transbronkhial, biopsi/aspirasi paru

perkutaneus, kanulasi vena sentral, barotrauma

(ventilasi mekanik)

ii. Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial

pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan

cara mengisi udara kedalam rongga melalui jarum

dengan suatu alat Maxwell box. Biasanya untuk terapi

tuberkulosis (sebelum era antibiotik) atau untuk menilai

permukaan paru.(7)

5
b) Pneumotoraks traumatik non iatrogenik

Yaitu terjadi karena jejas kecelakaan, misalnya jejas

pada dinding dada baik terbuka maupun tertutup,

barotrauma.(7)

2. Menurut luasnya paru yang mengalami kolaps.

a) Pneumotoraks parsialis

Yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian

kecil paru (<50% volume paru).

b) Pneumotoraks totalis

Yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar

paru (>50% volume paru).(7)

3. Menurut jenis fistulanya

a) Pneumotoraks Tertutup (simple pneumotoraks)

Pleura dalam keadaan tertutup (tidak ada jejas terbuka

pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan

dunia luar. Tekanan di dalam rongga pleura awalnya mungkin

positif, namun lambat laun berubah menjadi negatif karena

diserap oleh jaringan paru disekitarnya. Pada kondisi tersebut

paru belum mengalami re-ekspansi, sehingga masih ada

rongga pleura, meskipun tekanan di dalamnya sudah kembali

negatif. Pada waktu terjadi gerakan pernapasan, tekanan

udara di rongga pleura tetap negatif.(7)

6
b) Pneumotoraks Terbuka (open pneumotoraks)

Dimana terdapat hubungan antara rongga pleura

dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar, atau

terdapat luka terbuka pada dada. Dalam keadaan ini tekanan

intrapleura sama dengan tekanan udara luar. Pada

pneumotoraks terbuka tekanan intrapleura sekitar nol.

Perubahan tekanan ini sesuai dengan perubahan tekanan

yang disebabkan oleh gerakan pernapasan. Pada saat

inspirasi tekanan menjadi negatif dan pada waktu ekspirasi

tekanan menjadi positif. Selain itu, pada saat inspirasi

mediastinum dalam keadaan normal, tetapi pada saat

ekspirasi mediastinum bergeser ke arah sisi dinding dada

yang terluka (sucking wound).(7)

c) Pneumotoraks ventil (tension pneumotoraks)

pneumotoraks dengan tekana intrapleura yang positif

dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di

pleura viseralis yang bersifat ventil. Pada waktu inspirasi

udara masuk melalui trakea, bronkus serta percabangannya

dan selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang

terbuka. Waktu ekspirasi udara di dalam rongga pleura tidak

dapat keluar. Akibatnya tekanan di dalam rongga pleura

makin lama makin tinggi dan melebihi tekanan atmosfer.

7
Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat

menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas. (7)

2.5 Patofisiologi Pneumotoraks

Pada waktu inspirasi tekanan intrapleura lebih negative daripada

tekanan intrabronkial, maka paru mengembang mengikuti gerakan dinding

toraks sehingga udara dari luar dengan tekanan permulan nol akan terhisap

melalui bronkus hingga mencapai alveoli. Pada saat ekspirasi, dinding dada

menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi

daripada tekanan udara alveoli ataupun di bronkus, akibatnya udara akan

ditekan ke luar melalui bronkus.(2)

Tekanan intrabronkial akan meningkat apabila ada tahanan pada

saluran pernapasan dan akan meningkat lebih besar lagi pada permulaan

batuk, bersin atau mengejan. Apabila di bagian perifer bronki atau alveoli

ada bagian yang lemah, maka kemungkinan terjadi robekan bronki atau

alveoli akan sangat mudah. Dengan demikian pneumotoraks dapat terjadi

jika ada kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui robekan atau

pleura yang pecah.(2)

Bila ada kebocoran antara alveoli dengan rongga pleura, udara akan

berpindah dari alveoli ke dalam rongga pleura sampai terjadi tekanan yang

sama atau sampai kebocoran tertutup sehingga paru akan kolaps karena

sifat paru yang elastik. Hal yang sama terjadi bila terdapat hubungan

langsung (kebocoran) antara dinding dada dengan rongga pleura.

Perubahan fisiologis akibat pneumotoraks adalah penurunan kapasitas vital

8
dan PaO2, sehingga terjadi hipoventilasi dan asidosis respiratorik. PaO2

akan kembali normal bila dilakukan evakuasi udara. (2)

2.6 Manifestasi Klinis

A. Keluhan

Pada Pneumotoraks spontan, sebagai pencetus adalah batuk

keras, bersin, mengangkat barang berat, kencing atau mengejan.

Keluhan sesak napas yang makin lama makin memberat setelah

mengalami hal tersebut di atas. Nyeri dada pada sisi yang sakit, rasa

berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan.

Keluhan pada pneumotoraks traumatik, iatrogenik dapat ditanyakan

setelah peristiwa tersebut. (2)

B. Pemeriksaan fisik

Tampak sesak ringan sampai berat tergantung kecepatan

udara yang masuk serta ada tidaknya klep. Penderita bernapas

tersengal, pendek-pendek dengan mulut terbuka. Sesak napas

dengan atau tanpa sianosis. Tampak sakit mulai ringan sampai

berat. Badan tampak lemah dan dapat disertai syok. Nadi cepat dan

pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan tetapi bila

penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan

kecil disebabkan pengisian yang kurang.(2)

9
C. Pemeriksaan FIsik Thoraks

i. Inspeksi : pencembungan pada sisi yang sakit, saat respirasi

bagian yang sakit gerakannya tertinggal, trakea dan jantung

terdorong ke sisi yang sehat.

ii. Palpasi : pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau

melebar. Iktus jantung terdorog ke sisi toraks yang sehat.

Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit.

iii. Perkusi : hipersonor pada sisi yang sakit, batas jantung

terdorong kearah toraks yang sehat apabila tekanan intrapleura

tinggi.

iv. Auskultasi : suara napas melemah sampai menghilang pada

sisi yang sakit, suara vokal melemah.(2)

D. Foto Thoraks

i. Bagian pneumotoraks akan tampak hitam/hiperlusen, rata dan

paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru

(Collapse line), kadang lobuler.

ii. Paru yang kolaps bisa tampak seperti massa di daerah hilus.

Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali.

iii. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru

yang sehat, kemungkinan terjadi pneumotoraks ventil dengan

tekanan intrapleura yang tinggi.(2)

10
2.7 Diagnosis

Dari anamnesis sulit bernapas yang timbul mendadak dengan

disertai nyeri dada yang terkadang dirasakan menjalar ke bahu dan dapat

disertai batuk. Perlu ditanyakan adanya penyakit paru atau pleura lain yang

mendasari pneumotoraks, dan menyingkirkan adanya penyakit jantung.

Gejalanya bisa berupa nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba dan

semakin nyeri jika penderita menarik napas dalam atau terbatuk. Sesak

napas, dada terasa sempit, warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan

oksigen.(7)

Pada pemeriksaan fisik toraks Inspeksi tampak hemitoraks yang

terkena cembung dengan ruang sela iga yang melebar dan tertinggal pada

pernapasan, iktus kordis bergeser ke sisi yang sehat dan trakea juga

terdorong ke sisi yang sehat. Palpasi, pada sisi yang sakit, didapatkan

fremitus suara melemah, iktus kordis dan trakea bergeser ke sisi yang

sehat. Perkusi di daerah paru yang sakit terdengar hipersonor dan

diafragma terdorong ke bawah. Batas-batas jantung bergeser ke sisi yang

sehat. Auskultasi, pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai

menghilang pada bagian paru yang terkena. (7)

Pemerksaan penunjang Foto Toraks Gambaran radiologis

mempunyai peranan sebagai kunci diagnosis, penilaian luasnya

pneumotoraks, evaluasi penyakit-penyakit yang menjadi dasar. Bagian

Pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak

garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak

11
membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.

Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque

yang berada di daerah hilus. Analisa gas darah arteri dapat memberikan

gambaran hipoksemia meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak

diperlukan. CT-Scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara

emfisema bullosa dengan pneumotoraks.(7)

2.8 Terapi Pneumotoraks

A. Koservatif

Pneumotoraks Spontan kecil tidak selalu memerlukan

pengobatan,Umumnya menghilang secara Spontan. Pendekatan ini

yang paling tepat jika perkiraan ukuran Pneumotoraks yang kecil

misalnya < 20%, tidak ada sesak napass, dan tidak ada penyakit

paru-paru yang mendasari. Hal ini mungkin cocok untuk pengobatan

PSP lebih besar konservatif jika gejala terbatas. Masuk ke rumah

sakit sering tidak diperlukan, selama instruksi yang jelas yang

diberikan untuk kembali ke rumah sakit jika ada gejala buru.

Pneumotoraks Sekunder hanya diperlukan konservatif jika ukuran

sangat kecil 1 cm atau pinggiran udara kurang dan ada gejala

terbatas masuk rumah sakit biasanya dianjurkan oksigen diberikan

pada tingkat aliran tinggi dapat mempercepat respon. (5)

B. Water Seal Drainage (WSD)

Sebuah tabung dada (tabung Thorakosomy) adalah plastik

tabung fleksibel yang dimasukkan melalui bagian samping dada ke

12
ruang pleura. Hal ini digunakan untuk menghilangkan udara

(Pneumotoraks) atau cairan ( Efusi pleura, darah chyle) atau nanah

(Empiema) dari ruang intrathoracic. (5)

C. Kanister Drainase Dada

Sebuah perangkat tabung Drainase dada biasanya

digunakan untuk mengalirkan isi tabung dada (udara, darah, efusi).

Pada umumnya ada tiga kamar. Ruang pertama adalah ruang

pengumpulan. Yang kedua adalah kamar cet air yang bertindak

sebagai katup satu arah. Ruang ketiga adalah ruang kontrol hisap.(5)

13
BAB III

PENUTUP

Pneumotoraks adalah adanya akumulasi udara di dalam rongga

pleura. Hal ini dapat terjadi secara spontan pada orang tanpa penyakit paru

sebelumnya serta pada mereka dengan penyakit paru-paru.

Pneumothoraks juga dapat terjadi setelah trauma fisik pada dada, cedera,

atau sebagai komplikasi dari perawatan medis. Pasien ddengan

Pneumotoraks biasanya datang dengan keluhan sesak napas yang makin

lama makin memberat setelah mengalami hal tersebut di atas. Nyeri dada

pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada

gerakan pernapasan. Namu, Pneumotoraks memiliki jenis yang berbeda

berdasarkan mekanisme terjadinya cedera baik itu berdasarkan atas

kejadian, luas kolaps paru, dan jenis fistel.

Untuk menegakkan diagnosis Pneumotoraks kita tidak hanya

mengandalkan pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja tetapi

kita perlu melakukan pemeriksaaan radiologi untuk menilaian luasnya

Pneumotoraks serta mengevaluasi penyakit-penyakit yang menjadi dasar.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Suarjaya PP, Kedokteran F. Early Identification and Basic Life

Support for Pneumothorax. e-Jurnal Med Udayana. 2013;2(5):750–

66.

2. Suradi H. COPD The Silent Killer. 2015. 29–43 p.

3. Widjaya D et al. Karakteristik dan Faktor-Faktor yang Pneumotoraks

di Rumah Sakit Cipto. Indones J Chest Crit Emerg Med.

2016;1(3):113–9.

4. Milisavljevic S, Spasic M, Milosevic B. Pneumothorax: Diagnosis

and treatment. Sanamed. 2015;10(3):221–8.

5. Barmawi Hisyam EB. buku ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Pneumotoraks. VI jilid I.

6. Simamora RPA, Rasyidah. Laporan Kasus : Radiografi Thorax pada

Pasien Tb Paru dengan Pneumothorax Spontan Sekunder Case

Report : Chest Radiograpy in Pulmonary Tb Patient with Secondary

Spontaneous Pneumothorax. Majority. 2020;9(1):1–5.

7. Studi P, Kedokteran M, Pulmonologi D, Kedokteran DAN,

Kedokteran F, Sumatera U. YANG MENJALANI PEMASANGAN

SELANG DADA MEDAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEJADIAN MEDAN. 2019;

15

Anda mungkin juga menyukai