PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma dada merupakan salah satu kasus terbanyak yang terjadi pada unit
emergency. Trauma yang ditimbulkan mampu berdampak secara langsung pada tulang
rusuk, pleura, paru-paru, diafragma, dan organ lainya dalam mediastinum. Salah satu
akibat dari trauma dada dalah pneumothorax dan hematotorax. Pneumothorax adalah
adanya udara diantara pleura parietal dan pleura visceral. Hal ini merupakan salah satu
kelainan yang bisa timbul dalam banyak kasus medis dalam setiap usia. Keadaan dalam
setiap kasus pneumothorax bervariasi mulai dari adanya nyeri dada, kesulitan bernafas,
sampai pada keadaan mengancam jiwa dengan gejala kolaps kardiorespiratory (sharma
dan Jindal, 2008).
Terjadinya trauma membunuh sekitar 150.000 orang setiap tahun dan merupakan
perhatian utama dalam bidang kesehatan. Kecelakaan kendaraan bermotor adalah
penyebab paling umum. Menurut WHO, pada tahun 2020 trauma yang timbul dari
kecelakaan berkendara akan menjadi penyebab nomor 2 untuk penyebab kemataian dan
morbiditas. Di Indonesia sendiri, angka kejahatan semakin meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2004 kejahatan tindak pidana meningkat 12,2% dari 196,931 kasus,
dan pada tahun 2005 meningkat lagi sebesar 19,1% hingga mencapai 263,063 kasus
pidana. Jenis kejahatan yang paling banyak adalah kejahatan properti atau pencurian
seperti pencurian kendaraan bermotor, penjambretan, dan lain-lain yang meningkatkan
resiko terjadinya perilaku kekerasan dan pemaksaan dengan senjata baik terutama
senjata tajam (Ihdal Husnayain, 2007).
Pneumotoraks dapat dikategorikan sebagai primer, sekunder, iatrogenik atau
traumatis menurut etiologi. Kadang-kadang, orang bisa mengembangkan haemothorax
bersamaan karena perdarahan yang disebabkan oleh geser pembuluh subpleural
berdekatan ketika runtuh paru-paru. Mekanisme injuri dari pneumothorax bida
disebabkan oleh adanya trauma yang meliputi trauma tajam dan tumpul, barotrauma
pulmonal, dan iatrogenic.
memperhatikan hal dasar seperti airway, breathing, dan circulation pada klien.
Selanjutnya akan ditangani berdasarkan penyebab dan manifestasi klinis yang muncul.
8.
9.
10.
Hemothorax.
Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Pneumothorax dan Hemothorax.
Mengetahui dan memahami komplikasi pada pasien dengan Pneumothorax dan
11.
Hemothorax.
Mengetahui dan memahami prognosis pada pasien dengan Pneumothorax dan
12.
Hemothorax.
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan Pneumothorax
dan Hemothorax.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan
kasus pneumothotax dan hematothorax.
2. Dosen
Makalah ini dapat dijadikan tolok ukur sejauh mana mahasiswa mampu mengerjakan
tugas yang diberikan oleh dosen dan sebagai bahan pertimbangan dosen dalam
menilai mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.1.1 Pneumothorax
Pneumotarks adalah adanya udara masuk ke dalam rongga pleura secara
spontan yang mengakibatkan paru terdesak seperti halnya rongga pleura
kemasukan cairan atau lebih tepatnya disebut paru kolaps (Tambayong,2000). Hal
ini dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma tembus atau tidak tembus.
Selain itu dapat juga disebabkan oleh penyakit dasar seperti tuberkulosis paru
disertai fibrosis atau emfisema local, bronchitis kronis dan emfisema.
2.1.2 Hemothorax
Hemotoraks adalah akumulasi darah dalam ruang pleura yang sering kali
timbul pada trauma dada yang hebat dan terkadang disertai dengan penumotoraks.
Hemotoraks dapat juga disebabkan oleh cedera dari vascular dinding dada,
pembuluh-pembuluh darah besar atau organ-organ intratoraks seperti paru,
jantung atau esophagus. Hemotoraks yang besar dapat menyebabkan syok
hipovolemik dan hipoksia akibat terganggunya ekspansi paru (Eliastam,1998).
2.2 Etiologi
2.2.1 Pneumothorax
Pneumothoraks dapat terjadi secara spontan atau traumatic dan klasifikasi
pneumothoraks berdasarkan penyebabnya dibagi sebagai berikut:
1. Pneumothoraks spontan
Pneumothoras spontan adalah setiap pneumothoraks yang terjadi tiba-tiba
tanpa adanya suatu penyebab yang jelas.
1) Pneumothoraks spontan primer (PSP)
Pneumothoraks yang terjadi tanapa adanya riwayat penyakit paru yang
mendasari sebelumnya. Hal ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung
kecil berisi udara di dalam paru-paru (bulla). Faktor predisposisi dari
penyakit ini adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit
yang sama.
2) Pneumothoraks spontan sekunder (PSS)
Terjadi karena adanya komplikasi dari penyakit paru-paru (penyakit paru
obstruktif menahun, asma, fibrosis, kistik, tuberkulosis paru, PPOK, asma
bronchial, dsb).
Hemothorax
Penyebab dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh
darah intercostal atau arteri mammaria internal yang disebabkan oleh cedera tajam
atau cedera tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebrata torakal juga dapat
menyebabkan hemotoraks. Biasanya perdarahan berhenti spontan dan tidak
memerlukan intervensi operasi.
Hematoraks masif adalah terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari
1500 cc dalam rongga pleura. Penyebabnya adalah luka tembus yang merusak
pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Selain itu juga
dapat disebabkan cedera benda tumpul. Kehilangan darah dapat menyebabkan
hipoksia.
Hemotoraks dapat juga terjadi pada pasien yang memiliki:
1) Sebuah cacat pembekuan darah.
2) Trauma tumpul dada.
3) Kematian jaringan paru-paru (paru-paru infark).
4) Kanker paru-paru atau pleura.
5) Menusuk dada (ketika senjata seperti pisau atau memotong peluru paru-paru).
6) Penempatan dari kateter vena sentral.
7) Operasi jantung.
8) Tuberkulosis
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Pneumothorax
Menurut Eliastam (1998), penumotoraks dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
6
1. Pneumotoraks simple
Dalam keadaan normal, pleura parietalis dan viseralis saling
bersentuhan akibat adanya kombonasi aksi dari tekanan intrapleura yang
negative dan atraksi kapiler yang dihasilkan oleh sejumlah kecil cairan pleura.
Apabila udara masuk kedalam ruang pleura, kedua faktor ini akan hilang dan
pada sisi paru yang terkena akan kolaps dan oksigenasi menjadi terganggu.
2. Pneumotoraks tension
Udara yang masuk ke ruang pleura selama inspirasi lebih banyak
daripada yang dikeluarkan selama ekspirasi dapat mengakibatkan tekanan
intrapleura yang terus meningkat meskipun paru sudah kolaps semua. Sehingga
tekanan ini menjadi begitu tinggi, dan mengakibatkan mediastinum terdorong
ke
sisi
yang
berlawanan
yang
menyebabkan
kompresi
pada
paru
Hemothorax
Klasifikasi
Perkusi Pekak
1.
Hemothorak Kecil
<15%
Costa IX
2.
Hemothorak Sedang
15-35%
Costa VI
3.
Hemothorak Besar
>35%
Costa IV
2.4 Mekanisme
2.4.1 Pneumothorax
Menurut Muttaqin (2008) mekanisme terjadinya pneumotoraks terjadi
akibat etiologi yang menyebabkannya lalu terjadi kebocoran di bagian paru yang
berisi udara melalui robekan/pecahnya pleura. Robekan ini akan berhubungan
dengan bronkus, pelebaran dari alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli yang
kemudian membentuk suatu bulla dan bulla pecah menembus pleura. Terbentuk
hubungan langsung antara rongga pleura dengan udara luar, dan terjadi
peningkatan tekanan positif intrapleura yang menyebabkan terjadi gangguan
ventilasi pada klien dengan pneumotoraks.
2.4.2 Hemothorax
Menurut Muttaqin (2008) mekanisme terjadinya hematoraks adalah saat
terjadi trauma pada toraks, timbul perdarahan jaringan interstitium, intraalveolar,
kolaps arteri dan kapiler-kapiler kecil, sehingga tahanan perifer pembuluh darah
paru meningkat. Hal ini menyebabkan reabsorpsi darah oleh pleura tidak
memadai/tidak optimal, sehingga terjadi akumulasi darah di kantong pleura yang
Tension pneumothorax terjadi apabila terdapat gerakan udara satu arah dari
paru ke ruang pleura melalui lubang kecil di struktur paru. Pada keadaan ini, udara
keluar dari paru dan masuk ke ruang pleura sewaktu inspirasi. Akan tetapi, udara
tersebut tidak dapat kembali ke paru pada waktu ekspirasi karena lubang kecil
kolaps saat paru mengempis. Kondisi ini juga memungkinkan udara masuk ke
rongga pleura dari cabang trakeobronkus yang rusak. Tension pnemothorax adalah
keadaan yang mengancam jiwa karena mengakibatkan peningkatan tekanan di
ruang pleura. Tekanan pleura yang meningkat dapat menyebabkan atelektasis
kompresi yang luas. Pergeseran jantung dan pembuluh besar di rongga toraks juga
dapat terjadi sehingga mengakibatkan gangguan hebat pada fungsi kardiovaskular.
(Elizabeth J Crown, 2009).
Perubahan fisiologis akibat pneumotoraks adalah penurunan kapasitas vital
dan PaO2 sehingga terjadi hipoventilasi dan asidosis respiratorik. Yang paling
berbahaya adalah pneumotoraks ventil. Pada keadaan ini tekanan di rongga pleura
akan meningkat terus hingga paru akan menguncup total selanjutnya mediastinum
akan terdorong ke sisi lawannya. Pendorongan mediastinum inilah yang dapat
menyebabkan gangguan aliran darah karena tertekuknya pembuluh darah. Bila
gangguannya hebat dapat terjadi syok sampai kematian.
2.5.2 Hemothorax
Hemothoraks merupakan kondisi dimana berkumpulnya darah di rongga
pleura. Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru
atau arteri, menyebabkan darah berkumpul di rongga pleura. Benda tajam seperti
pisau atau peluru menembus paru-paru mengakibatkan pecahnya membran
serosa yang melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini
memungkinkan masuknya darah ke dalam rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat
menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
Saat terjadi trauma thoraks, timbul perdarahan jaringan interstitium, intra
alveolar, kolaps arteri dan kapiler-kapiler kecil sehingga tekanan perifer pembuluh
darah paru meningkat dan aliran darah menurun yang mengakibakan
kadar Hb dalam darah menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak napas,
tahipnea, sianosis, tachikardia.
10
pucat, kulit dingin atau lembab, pengisian kembali kapiler buruk, dan vena leher
datar, suara napas menurun atau tidak ada pada sisi yang terkena.
Respon
fisiologis
pada
perkembangan
sebuah
hemothorax
Lisis sel darah merah berakibat pada peningkatan konsentrasi protein yang
nyata dari cairan pleural dan peningkatan tekanan osmotik di dalam kavitas
pleural. Peningkatan tekanan osmotik intrepleural ini menghasilkan perbedaan
osmotik antara rongga pelural dan jaringan di sekitarnya yang mendukung
transudasi cairan ke rongga pleural. Dengan cara ini, hemothorax yang kecil
dan asimptomatik dapat berubah menjadi pendarahan efusi pleural yang besar
dan simptomatik.
12
2.6 WOC
2.6.1 Pneumothorax
Penyakit penyerta (TB, asma, pneumonia, abses paru, infark paru, PPO m
Trauma tajam / trauma tumpul
PNEUMOTHORAKS
Post op
Injuri paru
Volume udara rongga pleura
penurunan ekspansi paru
Distress pernapasan
13
2.6.2
Hemothorax
Trauma tumpul
Non traumatik
Trauma tajam
HEMOTHORAKS
Pecahnya arteri & kapiler kecil
Pemasangan WSD
penurunan
pasokan darah ke jaringan
penurunan ekspansi
paru
MK : Nyeri
Perdarahan
PK : Anemia
Lemas
Hemoglobin
O2
14
Pada
massa berwarna putih yang menempel pada hilus paru/dasar paru/di perifer.
15
2. Fluoroskopi
Selain dengan Foto Rontgen dada, diagnosa pneumotoraks dapat juga di
lakukan dengan alat Fluoroskopi. Dengan alat Fluoroskopi keadaan paru klien
langsung dapat dilihat. Namun seringkali garis kolaps paru pada pneumotoraks
tidak terlalu tampak jelas.
3. Prove pungsi / Pungsi Percobaan
Prove pungsi, artinya pungsi/aspirasi/penyedotan percobaan yang dilakukan
dengan memakai alat sederhana berupa spuit biasa.
2.8.2 Hemothorax
Pada pneumothorax terdapat beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan, yaitu:
1. Radiografi dada
Pemeriksaan yang utama pada kondisi akut untuk evaluasi hemotoraks ialah
radiografi dada. Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan ini adalah adanya
bayangan putih pada sisi toraks yang sakit, sudut kostoprenikus menjadi
tumpul, gambaran normal sudut kostoprenikus adalah tajam, dan permukaan
diafragma yang terlihat samar (Mowery, 2011).
2. Ultrasonografi dada dan CT-Scan
3. Torakosentesis
Torakosentesis dapat digunakan sebagai metode terapeutik sekaligus diagnostik
untuk hemotoraks. Pada tindakan torakosentesis, akan ditemukan adanya darah
yang teraspirasi apabila pasien tersebut menderita hemothoraks. Torasentesis
merupakan tindakan aspirasi cairan pleural untuk tujuan diagnosis dan
terapeutik (Smeltzer, 2001).
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Pneumothorax
1. Penatalaksanaan Pneumothoraks (Umum)
Tujuan utama penatalaksanaan
pneumotoraks
adalah
untuk
(2)
toraks serial tiap 12-24 jam pertama selama 2 hari . Tindakan ini terutama
ditujukan untuk pneumotoraks tertutup dan terbuka.
3) Reposisi kepala, pasang collar-neck.
4) Lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral / nasal)
Primary Survey Breathing
Assesment:
1) Periksa frekwensi napas.
2) Perhatikan gerakan respirasi.
3) Palpasi toraks.
4) Auskultasi dan dengarkan bunyi napas.
Management:
1) Lakukan bantuan ventilasi bila perlu.
2) Lakukan tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks,
open pneumotoraks, hemotoraks, flail chest.
Primary Survey Circulation
Assesment:
1) Periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi
2) Periksa tekanan darah.
3) Pemeriksaan pulse oxymetri.
4) Periksa vena leher dan warna kulit (adanya sianosis).
Management:
1) Resusitasi cairan dengan memasang 2 IV lines.
2) Torakotomi emergency bila diperlukan.
3) Operasi Eksplorasi vaskular emergency.
Tindakan Bedah Emergency:
1) Krikotiroidotomi
2) Trakheostomi
3) Tube Torakostomi
4) Torakotomi
5) Eksplorasi vascular
2. Penatalaksanaan Pneumothoraks Simpel
Pneumothoraks Simpel adalah pneumotoraks yang tidak disertai
peningkatan tekanan intra toraks yang progresif. Penatalaksanaan dengan
menggunakan WSD. Ciri-ciri pneumothoraks simpel antara lain:
1) Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total).
2) Tidak ada mediastinal shift.
3) PF: bunyi napas , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada
3. Penatalaksanaan Pneumothoraks Tension
Pneumothoraks Tension adalah pneumotoraks yang disertai
peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama semakin bertambah
(progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara
dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar). Penatalaksanaan
17
18
(5,8)
untuk
mengurangi
insidensi
komplikasi,
seperti
emfisema.
8. Rehabilitasi
1) Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan
pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya.
2) Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin
terlalu keras.
3) Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah
laksan ringan.
4) Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk,
2.9.2
sesak napas.
Hemothorax
Kematian penderita hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah
kondisi lain, yang prognosis yang mendasari penyakit biasanya akan menentukan
hasil.
22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM
PNEUMOTORAKS DAN HEMOTORAKS
3.1. Pengkajian
1. Data demografi
Data demografi meliputi identitas klien yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama,
status perknawinan, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, nomer
register dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang seringkali dialami klien adalah sesak napas yang datang mendadak
dan semakin lama semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa
berat, tertekan, dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Pada hemotoraks
biasanya klien mengeluh dada bengkak serta membiru.
Pengkajian menggunakan pendekatan ABCDE.
Airway
1)
2)
3)
4)
Breathing
1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, pertahankan
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Circulation
1)
2)
3)
4)
24
Takikardia, frekuensi irama jantung tidak teratur/ disritmia, irama jantung gallop
(gagal jantung sekunder terhadap effuse), hipertensi/hipotensi.
c. B3 (Brain)
Klien merasakan ketakutan atau gelisah akan penyakit yang dideritanya. Klien
mengalami nyeri dada unilateral, meningkat saat bernapas dan batuk. Timbul
tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumotoraks spontan). Tajam
dan nyeri menusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar
4.
Diagnosa Keperawatan
NOC
Ketidak efektifan pola nafas Setelah
berhubungan
gangguan
NIC
dilakukan AIRWAY MANAGEMENT
dengan tindakan
keperawatan 1. Posisi
neuromuskular selama......x24
(00032)
status
respirasi
jam
klien
inspirasi
tidak
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Identifikasi
potensi
klien
yang
dan/atau indikator :
memberikan 1. Tingkat
klien
pernapasan
potensial napas
3. Berikan terapi fisik dada,
(5)
yang sesuai
2. Irama pernapasan (5)
4. Anjurkan pernapasan dalam
3. Kedalaman inspirasi
Batasan karakteristik :
dan lambat; berbalik; dan
(5)
1. Pola pernapasan abnormal 4. Suara
napas
batuk
5. Berikan bronkodilator, yang
25
(misalnya,
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
tingkat,
irama,
auskultasi (5)
sesuai
5. Patensi jalan napas 6. Ajarkan
kedalaman)
Bradypnea
(5)
Penurunan tekanan ekspirasi 6. Kapasitas vital (5)
Penurunan tekanan inspirasi 7. Saturasi oksigen (5)
Penurunan menit ventilasi
8. Tes fungsi paru (5)
Penurunan kapasitas vital
Dyspnea
Peningkatan
anterior-
klien
bagaimana
pengobatan
ultrasonik,
yang
klien
untuk
sesuai
9. Posisikan
meringankan dyspnea
terlalu bernapas
OXYGEN THERAPY
1. Bersihkan mulut, hidung, dan
sekresi trakea, yang sesuai
2. Pertahankan patensi jalan
napas
3. Berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
4. Monitor liter aliran oksigen
5. Monitor posisi perangkat
pemberian oksigen
6. Pantau efektivitas
oksigen
2.
Nyeri
akut
(00132)
pulse
berhubungan Setelah
(misalnya,
terapi
Definisi: sensori
menyenangkan
pengalaman
muncul
potensial,
atau
dan 1. Mengenali
emosional
secara
actual
kerusakan
menggambarkan
yang
atau
jaringan
adanya
kerusakan.
penyebab (5)
2. Mengenali
Intervensi :
faktor 1. kurangi faktor presipitasi
2. pilih
dan
lakukan
onset
Batasan karakteristik :
metode nonanalgetik
untuk
penanganan
nyeri
(farmakologi,
farmakologi
non
dan
inter
personal)
3. berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri
mengurangi 4. ajarkan tentang teknik non
26
nonverbal
nyeri (5)
Fakta dan observasi
5. Menggunakan
Gerakan melindungi
analgetik
sesuai
Tingkah laku berhati-hati
Gangguan
tidur
(mata
kebutuhan (5)
6. Mencari
bantuan
sayu, tampak capek, sulit
tenaga kesehatan (5)
atau
gerakan
kacau,
7. Melaporkan
gejala
menyeringai)
pada
tenaga
6. Tingkah laku distraksi (jalankesehatan (5)
jalan, menemui orang lain,
8. Menggunakan
aktivitas berulang-ulang)
sumber-sumber yang
7. Respon
autonom
tersedia (5)
(diaphoresis,
perubahan
9. Mengenali
gejalatekanan darah, perubahan
gejala nyeri (5)
pola nafas, nadi dan dilatasi 10. Mencatat pengalaman
2.
3.
4.
5.
farmakologi
5. tingkatkan istirahat
6. kontrol lingkungan
dapat
yang
mempengaruhi nyeri
seperti
suhu
ruangan,
mencari
dan
menemukan dukungan
8. evaluasi pengalaman
nyeri
masa lampau
9. evaluasi bersama klien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan
kontrol
waspada,
napas
panjang, iritabel)
9. Berfokus pada diri sendiri
10. Muka topeng
11. Fokus
menyempit
(penurunan persepsi
waktu,
pada
kerusakan proses
jika
keluhan
dan tindakan
penggunaan
farmakologi
agen
untuk
obat,
frekuensi
3. berikan
waktu
hebat
4. tentukan
dosis
analgetik
terutama
pilihan
dan
tepat
saat nyeri
analgetik
analgetik
yang
27
diperlukan
dari
atau
kombinasi
analgetik
ketika
IM
untuk pengobatan
sesudah pemberian
Setelah
multiplikasi
patogen,
yang
dilakukan
membahayakan kesehatan.
cara dapat
gejala
(efek
samping)
INFECTION CONTROL
dengan
dan
terhindar
dari
sarung
tangan
cara
untuk
menghindari
infeksi
infeksi setiap hari (5) 5. Ajarkan klien dan keluarga
3. Identifikasi tanda dan
untuk mengenali tanda dan
gejala pada indikasi
gejala infeksi
resiko potensial (5)
6. Instruksikan
pengunjung
4. Monitor tingkah laku
untuk mencuci tangan pada
personal (5)
saat
mengunjungi
dan
5. Monitor lingkungan
meninggalkan ruang klien
(5)
28
BAB 1V
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
4.1 Kasus
Tn. F Usia 45 thn datang ke IGD RS Universitas Airlangga diantar oleh anaknya
setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 2,5 jam SMRS. Saat kejadian terdapat
jejas/luka di dada samping kiri bawah akibat trauma benda tumpul saat terjadi
kecelakaan. Tn. F saat ini dalam keadaan somnolen GCS 346. Tn. F kesakitan mengeluh
nyeri pada dada sebelah samping kiri bawah disertai sesak nafas. Pernapasan 34 x/ mnt,
nadi 110 x/ mnt, TD 190/160 mmHg. Dari hasil foto rontgen thorax didapatkan
akumulasi udara pada pleura paru-paru sebelah kiri.
4.2 Pengkajian
1. Identitas/biodata klien
1) Nama
: Tn. F
2) Umur
: 45 tahun
3) Jenis kelamin
: Laki-laki
4) Agama
: Islam
5) Warga Negara
: Indonesia
2. Keluhan utama
: Tn. F mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. F dibawa oleh anaknya ke RS Universitas Airlangga Surabaya pada
tanggal 19 September 2015 pukul 09:00 WIB akibat kecelakaan lalu lintas sekitar 2
jam yang lalu. Tn. F saat dibawa ke RS dalam keadaan somnolen dengan GCS 346.
Saat di RS Tn. F mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri dikarenakan adanya jeja/luka
pada dada kiri bawah yang diduga akibat trauma benda tumpul saat kecelakaan.
Sampai seakrang Tn. F dirawat di IGD dengan diagnosa Pneumothorax dari hasil
foto polos.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak didapatkan riwayat sakit paru-paru, hipertensi (HT), diabetes mellitus (DM)
dan penyakit infeksi lainnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada dari keluarga pasien yang mengalami penyakit genetik atau keturunan dan
penyakit infeksi menular lainnya
6. Tanda-tanda Vital (TTV)
1) Inspeksi : dengan melepaskan semua pakaian untuk melihat kondisi trauma dada
2) Suhu :dengan mempertahankan suhu tubuh Tn. F normal 36,5 C -37,5 C
3) Get mengukur tanda-tanda vital Tn. F diperoleh RR 34x/menit, Nadi 110x/menit,
TD 190/160 mmHg, Suhu 36, 5 C
4) Review of System
29
Mekanisme
DS: -
Kecelakaan
DO:
1. Sesak nafas
2. Gerakan dada tidak
simetris
3. RR 34x/menit
4. Nadi 110x/menit
irreguler lemah
5. Retraksi otot
dinding dada
Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan
pola
nafas
thorax sinistra
Robekan paru-paru dan
pleura
Udara dari paru masuk
ke pleura
Peningkatan tekanan
rongga plaura
Paru-paru tertekan
kolaps
Kesulitan nafas atau
sesak
30
Kecelakaan
Nyeri akut
DO:
thorax sinistra
F nampak kesakitan
2. Nadi cepat dan
paru-paru sinistra
lemah 110x/menit
3. Adanya jejas
trauma tumpul
4. P: trauma tumpul
Q: nyeri tumpul
R: dada kiri bagian
bawah
S: nyeri skala 7
T: nyeri saat
bernafas
Rasional
Dekompresi paru dengan jarum melalui sela
O2 pada dispnea
31
Kaji tingkat kesadaran Tn. F dengan Penurunan kesadaran merupakan tanda distres
GCS
pernapasan akut
Kaji tanda-tanda vital terutama tanda Megetahui tanda distres pernapasan sejak dini
kegawatan pada pernafasan
dan
cairan
tubuh
tambahan
medikasi
ke
hal
yang
4.6 Evaluasi
S : Klien mengatakan nyeri di dada kiri berkurang.
O : Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi pada pemasangan WSD.
A : Masalah teratasi sebagian.
32
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pneumotarks adalah adanya udara masuk ke dalam rongga pleura secara spontan
yang mengakibatkan paru terdesak seperti halnya rongga pleura kemasukan cairan atau
lebih tepatnya disebut paru kolaps. Pneumotoraks terjadi akibat etiologi yang
menyebabkannya lalu terjadi kebocoran di bagian paru yang berisi udara melalui
robekan/pecahnya
pleura.
Klasifikasi
pneumothorax
menurut
Eliastam
yaitu
34
DAFTAR PUSTAKA
ADAM, Inc. Hemothorax. http://www.healthscout.com/ency/1/000126.html. Diakses
pada tanggal 20 September pukul 08.16 WIB.
Alsagaff, H., H. Mukty, dan Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press; 2009. p. 162-179.
Anita, S. dan J. Paul. 2008. Principles in Diagnosis and Management of Traumatic
Pneumothorax. Journal of Emergencies, Trauma and Shock. 34-38.
Asih, N.G.Y. dan E. Christantie. 2004. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: EGC.
Baum GL. 1974. Textbook of Pulmonary Disease, Little Brown and Co Boston. p. 973
974.
Behrman, et al. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.1. Jakarta : EGC.
Brunner dan Suddart. 2009. Medical Surgical Nursing Ninth Edition. Philadelpia:
Lippincott Campany.
Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Updated: 2010 May
27; cited 2011 January 10. Available.
Bulechek, Gloria M., el al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Sixth
Edition. United States of America: Elsevier Mosby.
Corwn, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Eliastam, M., et al. 1998. Penuntun Kedaruratan Medis, Edisi 5. (eds). Jakarta: EGC,
p.92.
Graham K. Crompton. 1980. Diagnosis and Management of Respiratory Disease.
Blackwell Scientific publications, p. 147.
Herdman, T. Heather, Shigemi Kamitsuru. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classification 2015-2017 Tenth Edition. UK: Wiley Blackwell.
Ingram RH. Disease of The Pleura, Mediastinum and Diaphragma. In : Harrisons,
Principles of Internal Medicine, 10th edition,. Mc Graw Hill Book Co., Japan, p.
1582.
35
Moorhead, S., et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition.
United States of America: Elsevier Mosby.
Mowery, N.T., et al. "Practice management guidelines for management of hemothorax
and occult pneumothorax." Journal of Trauma and Acute Care Surgery 70.2
(2011): 510-518.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Pare JAP and Fraser RG. 1983. Synopsis of Disease of The Chest. W.B Saunders Co.,
Philadelphia, p. 6833 6834.
Srillian, V. 2011. Pneumothorax. Diakses pada tanggal 19 September pukul 19.00 WIB.
http://ad.z5x.net/...,http://scribd.com/doc/48405598/pneumotorax .
Smeltzer, S.C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed.
8. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati,
Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2006. p. 1063.
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Williams, Linda dan P. Hopper. 2011. Understanding Medical Surgical Nursing Fourth
Edition. Philadelphia: Davis Company.
http://medlinux.blogspot.co.id/2008/06/trauma-thorax.html Diakses pada tanggal 20
September pukul 08.06 WIB.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2600088/. Diakses pada tanggal 15
September pukul 18.00 WIB.
https://www.scribd.com/doc/52058150/pneumothorax.
Diakses
pada
36