Anda di halaman 1dari 14

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK

REFERAT

PNEUMOTHORAX

Disusun oleh :

1. J510215275 - Unggul Prestiaji, S.Ked


2. J510215282 - Annisa Nadia Nafis, S.Ked
3. J510215290 - Vika Mulya Pradini, S.Ked
4. J510215295 - Syahrul Arsyadani, S.Ked
5. J510215303 - Maya Monica Manurung, S.Ked
6. J510215324 - Eko Avianto, S.Ked
7. J510215360 - Nadia Shafira Dahani, S.Ked
8. J510215370 - Putri Rahayu Warseno, S.Ked
9. J510215375 - Ilham Aziz, S.Ked
10. J510215385 - Suciana Maharani, S.Ked

PEMBIMBING :
dr. Riana Sari, Sp.P, FISR
dr. Novita Eva Sawitri, Sp.P, M. Kes, FAPSR
dr. Niwan Tristianto Martika, Sp.P, FISR

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN PARU


RSUP SURAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS
REFERAT

PNEUMOTHORAX

Telah diajukan dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Sabtu, 24 September 2022

Dipresentasikan dihadapan:

dr. Riana Sari, Sp.P, FISR (..............................................)

dr. Novita Eva Sawitri, Sp.P, M. Kes, FAPSR (..............................................)

dr. Niwan Tristanto Martika, Sp.P, FISR (..............................................)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN PARU


RSUP SURAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022

ABSTRAK
Pneumothorax adalah suatu kondisi adanya udara dalam cavum pleura. Problem yang didapat
meliputi sesak napas, penurunan mobilitas rongga toraks, postur tubuh yang buruk, pola napas tidak
normal, terjadi spasme pada otot-otot bantu pernapasan, terjadi penurunan kekuatan otot, serta
penurunan toleransi aktivitas. Pneumothorax dibagi menjadi pneumothorax spontan dan
pneumothorax traumatik. Pneumothorax spontan terjadi pada orang tanpa penyakit paru-paru yang
mendasari dan tidak adanya peristiwa pemicu sebelumnya. Pneumothorax traumatik terjadi karena
trauma yang secara langsung mengenai dinding dada, bisa disebabkan oleh benda tajam seperti pisau,
pedang, dan juga bisa disebabkan oleh benda tumpul. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan X-Ray dan USG. Tatalaksana pada kasus pneumothorax yaitu dekompresi dan
tindakan bedah serta dapat diberikan terapi farmakologi dengan pemberian OAT jika penyebabnya
karena infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, laktasif ringan untuk mecegah obstipasi dan
memperlancar defekasi pada pasien dengan pneumothorax. Komplikasi pneumothorax meliputi
perdarahan, empiema, gagal napas, pneumohemothorax, pneumoperikardium, dan serangan jantung.

Kata kunci : Pneumothorax, cavum pleura, toraks

ABSTRACT

Pneumothorax is a condition where there is air in the pleural cavity. Problems obtained include
shortness of breath, decreased mobility of the thoracic cavity, poor posture, abnormal breathing
patterns, spasm of the accessory muscles of respiration, decreased muscle strength, and decreased
activity tolerance. Pneumothorax is divided into spontaneous pneumothorax and traumatic
pneumothorax. Spontaneous pneumothorax occurs in people without underlying lung disease and in
the absence of a previous precipitating event. Traumatic pneumothorax occurs due to direct trauma to
the chest wall, can be caused by sharp objects such as knives, swords, and can also be caused by
blunt objects. Investigations that can be done are X-Ray and ultrasound. Treatment in cases of
pneumothorax is decompression and surgery and can be given pharmacological therapy with OAT if
the cause is Mycobacterium tuberculosis infection, mild lactation to prevent obstipation and facilitate
defecation in patients with pneumothorax. Complications of pneumothorax include bleeding,
empyema, respiratory failure, pneumohemothorax, pneumopericardium, and cardiac arrest.

Keywords: Pneumothorax, pleural cavity, thorax

PENDAHULUAN
Pneumothorax merupakan kasus tingkat keperahan sistem pernapasan,
kegawatan paru-paru. Hal tersebut ditandai dengan dispnea, sianosis, takipnea
didukung oleh pernyataan Papagiannis, berat, keterbatasan gerak dan nyeri dada
2015 yang menyatakan studi kasus di berasal dari paru-paru akibat adanya udara
Amerika Serikat melaporkan kejadian pada rongga pleura. Tanda dan gejala
pneumothorax spontan primer berdasarkan gawat pernapasan, tachycardia, dan
jenis kelamin pria sebesar 7,4 dari 100.000 hipotensi yang parah menunjukkan adanya
per tahun dan 1,2 dari 100.000 per tahun pneumothorax yang tegang. Selain dampak
untuk wanita. Pneumothorax spontan fisik, terdapat dampak secara fisiologis
sekunder berdasarkan jenis kelamin pria yang dialami oleh penderita pneumothorax
sebesar 6,3 dari 100.000 per tahun dan ialah kesulitan bernapas karena paru paru
pada wanita 2,0 dari 100.000 per tahun. mengalami kebocoran, penurunan curah
Jumlah pneumothorax di Indonesia jantung akibat adanya penyumbatan,
berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 per pergeseran tulang mediastinum menekan
tahun. Di RS Cipto Mangunkusumo pada jantung, paru paru sehat serta kemampuan
tahun 2011 didapatkan pasien dengan alveoli menurun sehingga terjadinya
pneumothorax spontan primer 25%, kolaps paru. Dampak dalam hal ekonomi
pneumothorax spontan sekunder 47,1%, karena tidak setiap penderita dapat berobat
pneumothorax traumatik 13,5% dan ke pelayanan kesehatan dengan alasan
pneumothorax tension 14,4%. Angka biaya. Mengingat kondisi pernapasan tidak
mortalitas pneumothoraknya pun tinggi normal sehingga mengalami kemunduran
yaitu sebanyak 33,7% dengan penyebab aktivitas dalam pekerjaan, penderita
kematian terbanyak gagal napas berfokus pada pengobatan yang harus
(45,8%). Hasil uraian prevalensi dijalani. Pemasangan WSD (Water Seal
pneumothorax yang dialami negara Drainage) harus segera dilakukan dengan
Amerika Serikat dan Indonesia khususnya harga berbeda setiap Rumah Sakit, hal
Jakarta. Menimbulkan beberapa dampak tersebut menjadi beban penderita dan
yang dialami penderita, ialah dampak keluarga (Arteaga, 2018).
fisiologi, fisik serta ekonomi. Setiap
DEFINISI
dampak tersebut memiliki permasalahan
yang berbeda (Muttaqien 2019). Pneumotoraks adalah suatu
keadaan terdapatnya udara atau gas dalam
Dampak fisik yang dialami
rongga pleura yang menyebabkan
penderita pneumothorax bervariasi sesuai
penekanan terhadap paru-paru sehingga
paru-paru tidak dapat mengembang dengan 2. Pulmo sinistra terdiri dari 2 lobus,
maksimal ketika bernapas. Pneumotoraks yaitu :
dapat terjadi baik secara spontan maupun  Lobus superior
traumatik. Pneumotoraks spontan itu  Lobus inferior
sendiri dapat bersifat primer dan sekunder.
Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh
Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat
fisura. Paru-paru kanan memiliki dua
bersifat iatrogenik dan non iatrogenik
fisura yaitu fisura oblique (interlobularis
(Imran & Eastman, 2017).
primer) dan fisura transversal
ANATOMI DAN FISIOLOGI PULMO (interlobularis sekunder). Sedangkan paru-
paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura
obliges. Tiap-tiap lobus terdiri atas bagian
yang lebih kecil yang disebut segmen
(Guyton, 2014). Masing-masing bagian
paru-paru memiliki 10 segmen. Paru-paru
kiri memiliki 5 segmen pada lobus
superior dan 5 buah segmen pada lobus
inferior. Paru-paru kanan memiliki 5
Gambar 1. Anatomi pulmo
segmen pada lobus superior, 2 segmen
Paru-paru terletak di dalam rongga pada lobus medialis, dan 3 segmen pada
dada (mediastinum) dan dilindungi oleh lobus inferior. Tiap-tiap segmen terbagi
tulang selangka. Rongga dada dan rongga menjadi beberapa lobulus. Masing-masing
perut dibatasi oleh suatu sekat yang lobulus dibatasi oleh jaringan ikat yang
disebut diafragma. Paru-paru terletak di berisi pembuluh darah, getah bening, dan
atas jantung dan hati (liver). Paru-paru jaringan saraf. Tiap-tiap lobulus terdapat
berada di dalam pleura yang merupakan bronkiolus yang memiliki banyak cabang.
lapisan pelindung paru-paru. Bagian paru Cabang tersebut disebut duktus alveolus.
terbagi atas dua yaitu : Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus dengan diameter antara 0,2
1. Pulmo dextra terdiri dari 3 lobus,
hingga 0,3 mm. Di dalam paru-paru
yaitu
terdapat ribuan bronkiolus dan jutaan
 Lobus superior
alveolus. Alveoli merupakan gelembung
 Lobus medial
udara tempat terjadinya pertukaran gas
 Lobus inferior
dengan pembuluh darah. Dinding alveolus
terdiri dari jaringan epitel dan endotel. peristiwa pemicu sebelumnya. Dengan
Jumlah total alveolus di kedua paru-paru kata lain, udara masuk ke ruang
sekitar 700 juta atau masing-masing 350 intrapleural tanpa trauma sebelumnya dan
juta. Alveolus dan bronkiolus dapat diisi tanpa riwayat penyakit paru-paru klinis.
3,5 liter udara. Pembungkus paru (pleura) Namun, banyak pasien yang kondisinya
dibagi menjadi dua yaitu : dianggap sebagai pneumothorax spontan
primer memiliki penyakit paru subklinis,
1. Pleura viseral (selaput dada
seperti pleural blebs, yang dapat dideteksi
pembungkus), yaitu selaput paru
dengan CT scan.
yang langsung membungkus paru-
paru. b. Pneumothorax spontan
2. Pleura parietal, yaitu selaput paru sekunder
yang melapisi bagian dalam
Pneumotoraks spontan sekunder (SSP)
dinding dada.
terjadi pada orang dengan berbagai
Antara kedua pleura ini terdapat penyakit parenkim paru. Orang-orang ini
rongga (kavum) yang disebut kavum memiliki patologi paru yang mendasari
pleura. Pada keadaan normal kavum pleura sehingga mengubah struktur paru-paru
ini vakum/hampa udara sehingga paru- normal. Udara memasuki rongga pleura
paru dapat berkembang kempis dan juga melalui alveolus yang distensi, rusak, atau
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang terganggu. Klinis pada pasien ini mungkin
berguna unuk melumasi permukaannya termasuk gejala klinis yang lebih serius
(pleura), menghindarkan gesekan antara dan gejala sisa karena kondisi
paru-paru dan dinding dada. komorbiditas.

KLASIFIKASI 2. Pneumothorax traumatik


a. Pneumothorax traumatik
Medscape (2022) mengklasifikasikan
iatrogenik
pneumothorax berdasarkan penyebabnya
yang dibedakan menjadi dua, yaitu: Pneumothorax iatrogenik adalah
pneumothorax yang diakibatkan oleh
1. Pneumothorax spontan
cedera pada pleura, dengan masuknya
a. Pneumothorax spontan primer
udara ke dalam rongga pleura akibat
Pneumothorax spontan primer intervensi medis diagnostik atau
terjadi pada orang tanpa penyakit paru- terapeutik. Dengan kata lain,
paru yang mendasari dan tidak adanya
pneumothorax ini merupakan komplikasi penyebabnya sangat berhubungan dengan
dari tindakan medis. penyakit paru-paru, banyak penyakit paru-
paru yang dikatakan sebagai penyebab
b. Pneumothorax traumatik non-
dasar terjadinya pneumothorax tipe ini.
iatrogenik
Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Pneumothorax traumatik terjadi (COPD), asma, tuberkulosis, infeksi yang
akibat trauma tumpul atau trauma tembus disebabkan oleh bakteri Pneumocity
yang mengganggu pleura parietal atau carinii, HIV, serta banyak penyebab
visceral. Pneumothorax ini terjadi karena lainnya, disebutkan penderita
jejas kecelakaan misalnya jejas pada pneumothorax tipe ini berumur diantara
dinding dada atau barotrauma. 60-65 tahun.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO B. Pneumothorax traumatik

A. Pneumothorax spontan Pneumothorax trauma adalah


1. Pneumothorax spontan primer pneumothorax yang disebabkan oleh
(primery spontane pneumothorax) trauma yang secara langsung mengenai
dinding dada, bisa disebabkan oleh benda
Pneumothorax spontan primer terjadi
tajam seperti pisau, pedang, dan juga bisa
pada orang tanpa penyakit paru-paru yang
disebabkan oleh benda tumpul.
mendasari dan tidak adanya peristiwa
pemicu sebelumnya, dalam hal ini juga 1. Pneumothorax Traumatik
dikaitkan dengan faktor kongenital. Faktor Iatrogenik
risiko terjadinya pneumothoraks spontan
Pneumothorax ini merupakan
primer yaitu kebiasaan merokok, jenis
komplikasi dari tindakan medis. Banyak
kelamin laki-laki, postur tubuh kurus dan
penyebab yang dilaporkan mendasari
tinggi, penderita marfan syndrome,
terjadinya pneumotoraks iatrogenik,
familial pneumothoraks dan riwayat
penyebab paling sering yaitu pemasangan
pneumothoraks sebelumnya.
thransthoracic needle biopsy. Faktor risiko
2. Pneumotoraks spontan sekunder lainnya yaitu thoracosintesis,
(secondary spontane tracheostomy, central venous catheter
pneumothorax) insertion, dan beberapa tindakan lainnya.

Pneumothorax spontan sekunder 2. Pneumothoraks Traumatik Non


merupakan suatu pneumothorax yang iatrogenik
Pneumothorax ini terjadi karena jejas ekspansi lobus paru (McKnight & Burns,
kecelakaan misalnya jejas pada dinding 2017).
dada atau barotrauma. Fraktur iga,
DIAGNOSIS
barotrauma pulmoner (kru pesawat,
diving) dan luka terbuka menjadi faktor Diagnosis pneumotoraks
risiko terjadinya pneumothorax traumatik ditegakkan berdasarkan anamnesis,
non iatrogenik (Punarbawa, 2020). pemeriksaan fisis dan foto toraks.

PATOFISIOLOGI 1. Anamnesis
 sesak nafas
Patofisiologi pneumothorax berupa
 nyeri dada (tertusuk/tertindih)
gangguan recoil paru yang terjadi melalui
 tanpa gejala (pada pneumothorax
mekanisme peningkatan tekanan pleura
spontan primer)
akibat terbentuknya komunikasi abnormal.
2. Pemeriksaan fisik
Komunikasi abnormal ini dapat terjadi
 hemodinamik bisa stabil/tidak
antara alveolus dan rongga pleura, atau
antara udara ruang dan rongga pleura.  takipnea

Pada kondisi normal, tekanan dalam  takikardi

rongga paru lebih besar dibanding tekanan  nadi lemah/cepat


di dalam rongga pleura. Tekanan rongga  akral dingin
pleura negatif jika dibandingkan dengan  distensi vena jugular (tidak terlihat
tekanan atmosfer selama seluruh siklus jika hipotensi berat)
respirasi. Tekanan pleura selalu lebih  sianosis
rendah dari tekanan alveolar dan tekanan  diaforesis
atmosfer sehingga memungkinkan paru  palpasi=ekspansi dada menurun,
mengalami elastic recoil. Komunikasi stem fremitus menurun (parenkin
abnormal dapat terjadi antara alveolus dan jauh dari dinding thorax sehingga
rongga pleura, atau antara udara ruang dan getaran tidak sampai)
rongga pleura. Saat terjadinya komunikasi  perkusi= hipersonor
abnormal, misalnya akibat trauma, akan
 auskultasi= SDV menurun
terjadi perpindahan udara dari rongga
(parenkim menjauhi rongga thorax)
alveolus ke rongga pleura. Hal ini
menyebabkan peningkatan tekanan dalam
a. Close pneumothorax
rongga pleura yang menyebabkan
 hemodinamik stabil
gangguan recoil paru dan gangguan
 SDV menurun cepat, tepat dan praktis dalam
 Hipersonor mendiagnosis pneumotoraks.
b. Open pneumothorax
b. USG
 luka
 sucking and bubbling chest wound Deteksi penyebab pneumothorax
direkomendasikan menggunakan probe
c. Ventile pneumothorax
frekuensi tinggi (5-10 MHz) karena dapat
 hemodinamik tidak stabil
menampilkan gambaran garis pleura
 deviasi organ dalam mediastinum
dengan sangat baik. Meskipun demikian,
 SDV menurun
probe manapun dapat dipakai asalkan
 Hipersonor
dapat menampilkan garis pleura. Pada
d. Tension pneumothorax
kasus terduga pneumothorax, pemeriksaan
 takikardi
dimulai pada sela iga tiga atau empat linea
 hipotensi
midklavikula pada posisi pasien berbaring
 JVP meningkat atau sela iga dua pada pasien posisi
 trakea dan cardiac deviation duduk.
 cardiac arrest
Tanda diagnostik yang dianggap paling
(Tschopp dkk., 2015)
spesifik untuk diagnosis pneumothorax
3. Pemeriksaan penunjang
adalah lung point sign. Lung point sign
a. Xray = clear space dan visceral
menunjukkan titik batas antara pleura
pleural line
normal yang saling melekat dan pleura
Sensitivitas foto toraks anteroposterior yang terpisah oleh udara di dalamnya.
dalam mendiagnosis pneumothorax adalah Gambaran tanda ini berupa pleura normal
sekitar 25-75% namun foto toraks dengan lung sliding dan B-lines di satu sisi
posteroanterior juga dapat memberikan dan sisi lainnya berupa pneumotoraks
gambaran pneumothorax yang meragukan. dengan tidak terlihatnya lung sliding dan
Kasus seperti ini sering kali dikonfirmasi B-lines. Sensitivitas lung point adalah 79%
dengan CT-scan toraks sehingga dan spesifisitasnya adalah 100%.13
memperlambat tatalaksana, meningkatkan Pemeriksaan di seluruh zona paru dapat
risiko pneumotoraks ventil dan menambah menggambarkan luasnya pneumothorax.
biaya. Oleh karena itu dalam satu dekade Tanda diagnostik lain adalah lung pulse
terakhir ultrasonografi (USG) toraks hadir yakni gerakan ritmik pleura akibat
sebagai modalitas radiologi yang lebih kontraksi jantung. Bila terlihat tanda ini,
maka penyakit pneumothorax bisa A. Tindakan Dekompresi
disingkirkan. Lung point sign
Membuat hubungan antara rongga
menunjukkan titik batas antara pleura
pleura dengan lingkungan luar dengan cara
normal yang saling melekat dan pleura
menusukkan jarum melalui dinding dada
yang terpisah oleh udara di dalamnya.
hingga ke rongga pleura, dengan demikian
Gambaran tanda ini berupa pleura normal
tekanan udara yang positif di rongga
dengan lung sliding dan B-lines di satu sisi
pleura akan berubah menjadi negatif. Hal
dan sisi lainnya berupa pneumothorax
ini disebabkan karena udara keluar melalui
dengan tidak terlihatnya lung sliding dan
jarum tersebut. Cara lainnya adalah
B-lines. Sensitivitas lung point adalah 79%
melakukan penusukan ke rongga pleura
dan spesifisitasnya adalah 100%.
memakai transfusion set. Membuat
Pemeriksaan di seluruh zona paru dapat
hubungan dengan udara luar melalui
menggambarkan luasnya pneumothorax.
kontraventil :
Tanda diagnostik lain adalah lung pulse
yakni gerakan ritmik pleura akibat 1. Penggunaan pipa water Sealed
kontraksi jantung. Bila terlihat tanda ini, drainage (WSD)
maka pneumothorax bisa disingkirkan.
Pipa khusus (kateter thoraks) steril,
(Elhidsi, Antariksa dan Sutoyo, 2018).
dimasukkan ke rongga pleura dengan
c. CT Scan perantara troakar atau dengan bantuan
klem penjepit (pen) pemasukan pipa
Occult pneumothorax yang tidak dapat
plastic (kateter thoraks) dapat juga
terdiagnosa dengan menggunakan x-ray
dilakukan melalui celah yang telah dibuat
thoraks dapat dideteksi dengan
dengan bantuan insisi kulit dari seala iga
menggunakan CT-Scan thoraks. Occult
ke-4 pada garis klavikula tengah.
pneumothorax lebih sering terdeteksi
Selanjutnya, ujung sealng plastik di dada
karena peningkatan penggunaan CT-Scan
dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui
dalam memeriksa pasien trauma.
pipa plastic lainyya. Posisi ujung pipa kaca
d. AGD = hipoksemia yang berada di botol sebaiknya berada 2
cm di bawah permukaan air supaya
gelembung udara dapat mudah keluar
melalui perbedaan tekanan tersebut.

TATALAKSANA 2. Pengisapan kontinu (continous


suction)
Pengisapan dilakukan secara kontinu Apabila terdapat proses lain di paru,
apabila tekanan intrapleura tetap positif. pengobatan tambahan ditujukan terhadap
Pengisapan ini dilakukan dengan cara penyebabnya, yaitu :
memberi tekanan negatif sebesar 10-20
1. Terhadap proses tuberculosis paru
cmH2O. Tujuannya adalah agar paru cepat
diberi OAT
mengaembang dan segera terjadi
2. Untuk pencegahan obstipasi dan
perlekatan antara pleura visceral danpleura
memperlancar defekasi, penderita
parietalis.
diberi obat laktasif ringan, dengan
3. Pencabutan drain tujuan agar saat defekasi, penderita
tidak perlu mengejan terlalu keras
Apabila paru telah mengambang
3. Istirahat total, klien dilarang
maksimal dan tekanan negatif kembali,
melakukan kerja keras
drain dapat dicabut. Sebelum dicabut,
(mengangkat barang) batuk, bersin
drain ditutup dengan cara dijepit atau
terlalu keras, dan mengejan.
ditekuk selama 24 jam. Apabila paru tetap
mengembang penuh, drain dapat dicabut. DIAGNOSIS BANDING

B. Tindakan Bedah 1. PPOK

Pembedahan dinding thoraks dengan Gejala respiratorik yang persisten dan


cara operasi, maka dapat dicari lubang hambatan aliran udara. sebagai akibat
yang menyebabkan terjadinya abnormalitas pada jalan napas dan/atau
pneumotorak, lalu lubang tersebut di jahit. alveolus yang disebabkan paparan
Pada pembedahan,jika dijumpai adanya signifikan dan partikel ataupun gas
penebalan pleura yang menyebabkan paru berbahaya dan dipengaruhi oleh faktor
tidak dapat mengembang, maka dapat host termasuk kelainan perkembangan
dilakukan pengelupasan atau dekortikasi. paru. Komorbid dapat berakibat terhadap
Pembedahan paru kembali dilakukan bila morbiditas dan mortilitasnya. (Global
ada bagian paru yang mengalami robekan initiative for chronic Obstructive Lung
atau bila ada fitsel dari paru yang rusak, Disease GOLD, 2020.)
sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan
tidak dapat dipertahankan kembali.

C. Penatalaksanaan Tambahan
2. Pneumonia
Gejala respiratorik yang disebabkan KOMPLIKASI
infeksi radang parenkim paru yang
Pneumothorax dapat menyebabkan
disebabkan mikroorganisme.
sejumlah komplikasi yang dapat
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
mengancam jiwa. Komplikasi
(PDPI), 2020).
pneumotoraks meliputi perdarahan,
3. Tuberkulosis paru empiema, gagal napas,
pneumohemothorax, pneumoperikardium,
Tuberkulosis paru adalah peenyakit
dan serangan jantung (Huang, 2014).
menular yang disebabkan oleh infeksi
Myobacterium tuberculosis yang KESIMPULAN
menginfeksi organ paru-paru manusia
Pneumothorax didefinisikan
(Guidline TB (PDPI), 2020).
sebagai suatu keadaan dimana adanya
4. Emfisema paru udara pada rongga potensial antara pleura
visceral dan parietal. Penanganan atau
Emfisema paru adalah bagian dari
identifikasi awal sangat penting untuk
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
dilakukan mengetahui tanda dan gejala
yang merupakan penyakit paru kronik
awal dari pneumototaks. Identifikasi awal
yang ditandai oleh hambatan aliran udara
dari pneumotoraks yang dapat kita lihat
di saluran napas yang bersifat progresif
dari tanda dan gejalanya. Pada awal
nonreversibel atau separuh reversibel.
terjadinya pneumothorax seperti, nyeri
(PDPI, 2020)
dada, sesak napas, gelisah, takipneu,
PROGNOSIS takikardia, pergerakan dada yang
asimetris, hipersonor pada saat kita
Pneumothorax memiliki prognosis
melakukan pemeriksaan dada, dan
beragam bergantung dari jenisnya.
menghilangnya suara napas pada paru
Pneumothorax spontan memiliki
yang mengalami pneumothorax. Kemudian
morbiditas dan mortalitas relative rendah
gejala lanjut yang terjadi seperti,
artinya sering terjadi pada populasi usia
penurunan kesadaran, deviasi trakea
muda dan memiliki tingkat rekurensi 17%
kearah kontralateral, hipotensi, adanya
sampai 54% . Sedangkan pneumothorax
distensi dari vena leher, sianosis. Semua
sekunder dan traumatik memiliki
gejala diatas sangat tergantung dari
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi
seberapa banyak udara yang terperangkap
(Slobodan M et.al).
pada rongga pleura.
DAFTAR PUSTAKA Imran, J. B., & Eastman, A. L. (2017). A
pneumothorax (collapsed lung,
Arteaga, A. A. (2018). Iatrogenic
dropped lung) is the entry of air into
pneumothorax during hypoglossal
the pleural space (the space between
nerve stimulator implantation.
the lungs and chest wall). JAMA -
Elsevier, 1(1), 2. Retrieved from
Journal of the American Medical
www.elsevier.com/locate/amjoto.
Association, 318(10), 974.
Elhidsi, M., Antariksa, B. dan Sutoyo, D. https://doi.org/10.1001/jama.2017.10
K. (2018) “The Role of Thoracic 476.
Ultrasound in Diagnosing
Light RW. Physiological effects of
Pneumothorax,” Jurnal Respirologi
pneumothorax and pleural effusion.
Indonesia, 38(4), hal. 239–243. doi:
In : Pleural disease, 6th ed. 2013:19-
10.36497/jri.v38i4.48.
30 6. Zarogoulidis P, Kioumis I,
Global initiative for chronic Obstructive Pitsiou G, Porpodis K, Lampaki S,
Lung Disease (GOLD), 2020. Papaiwannou A, et al.
Pneumothorax: from definition to
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar
diagnosis and treatment. J Thoracic
Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Dis 2014;6(24): p.5372-5376.
Jakarta : EGC, 1022.
McKnight, C. L., & Burns, B. (2017).
Huang, Y., Huang, H., Li, Q., Browning,
Pneumothorax.
R. F., Parrish, S., Turner, J. F.,
Zarogoulidis, K., Kougioumtzi, I., Medscape.com, 2022, Pneumothorax,
Dryllis, G., Kioumis, I., Pitsiou, G., Terdapat di:
Machairiotis, N., Katsikogiannis, N., https://emedicine.medscape.com/arti
Courcoutsakis, N., Madesis, A., cle/424547-overview#a2 [Diakses
Diplaris, K., Karaiskos, T. and pada September 18, 2022].
Zarogoulidis, P. (2014) ‘Approach of
Muttaqien, F., Bermansyah, & Saleh, I.
the treatment for pneumothorax.’,
(2019). Pengaruh Durasi
Journal of thoracic disease, 6(Suppl
Pneumotorak Terhadap Tingkat
4), pp. S416-20. doi:
Stress Oksidatif Paru Tikus Wistar.
10.3978/j.issn.2072-
1(1), 45–53.
1439.2014.08.24.
Papagiannis, A. (2015). Pneumothorax: an Treatment (Review Article).
up to date “introduction.” Annals of Sanamed 2015; 10(3): p. 225-227.
Translational Medicine, 3(4), 1–5.
Tschoop JM, Bintcliffe O, Astoul P,
Retrieved from
Canalis E, Driese P, Janssen J, et al.
https://www.researchgate.net/publica
ERS task force statement: diagnosis
tion/274724314.
and treatment of primary
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia spontaneous pneumothorax. Eur
(PDPI), 2020. Respir J 2015; 46: p. 323-330.

Punarbawa, I. W. A., & Suarjaya, P. P. Zarogoulidis, P., Kioumis, I., Pitsiou, G.,
(2020). Identifikasi Awal Dan Porpodis, K., Lampaki, S.,
Bantuan Hidup Dasar Pada Papaiwannou, A., & Zarogoulidis,
Pneumotoraks. 2 (1),13-14. K. (2016). Pneumothorax: from
definition to diagnosis and treatment.
Slobodan M, Marko S, Bojan M.
Journal of thoracic disease, 6(Suppl
Pneumothorax-Diagnosis and
4),S372.

Anda mungkin juga menyukai