Anda di halaman 1dari 5

2.

5 Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasipernapasan
yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot -otot pernapasan diikuti
dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negative dari intratoraks. Proses ini
menyebabkan masuknya udara pasif ke paru – paru selama inspirasi. Trauma toraks
mempengaruhi strukur - struktur yang berbedadari dinding toraks dan rongga toraks. Toraks
dibagi kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga pleura, parenkim paru, dan
mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang - tulang dada dan otot - otot yang terkait
(Sudoyo, 2009).

Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh darah
ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru termasuk paru – parudan
jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat mengalami kontusio, laserasi, hematoma
dan pneumokel.Mediastinum termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks,
cabang trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk fungsi
vital fisiologi kardiopulmonerdalam menghantarkan oksigenasi darah untuk metabolisme
jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan darah, salah satunya maupun kombinasi
keduanya dapat timbul akibat dari cedera toraks (Sudoyo, 2009).
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa faktor,
antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera, cedera lain yang terkait, dan
penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien – pasien trauma toraks cenderung akan
memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan
berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009).
2.6 Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak, (2009) yaitu :
a. Temponade jantung
 Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung
 Gelisah
 Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
 Pekak jantung melebar
 Bunyi jantung melemah
 Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
 ECG terdapat low Voltage seluruh lead
 Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
b. Hematothorax
 Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
 Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
c. Pneumothoraks
 Nyeri dada mendadak dan sesak napas
 Gagal pernapasan dengan sianosis
 Kolaps sirkulasi
 Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdapat
jauh atau tidak terdengar sama sekali
 Pada auskultasi terdengar bunyi klik
2.7 Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%, pneumotoraks
5%, hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum 20%. Dimana 50-60% pasien
dengan kontusio pulmonum yang berat akanmenjadi ARDS. Walaupun angka kematian
ARDS menurun dalam decadeterakhir, ARDS masih merupakan salah satu komplikasi
trauma toraks yang sangat serius dengan angka kematian 20-43% (Nugroho, 2015).

 Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks yangpaling sering
terjadi.Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding toraks,perdarahan masif dapat terjadi
karena robekan pada pembuluh darah pada kulit,subkutan, otot dan pembuluh darah
interkosta.
 Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupuntidak langsung.
Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah nyeri, yang meningkat pada saat batuk,
bernafas dalam atau pada saat bergerak.
 Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta - kosta yang berdekatan patah baik
unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah kostokondral.
 Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering kalidisertai
dengan fraktur kosta multipel.
 Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang palingumum
terjadi.
 Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks pada trauma
tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi dada tiba - tiba menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar yang dapat menyebabkan rupture
alveolus..Gejala yang paling umum pada Pneumotoraks adalah nyeri yang diikuti oleh
dispneu

2.8 Penatalaksanaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan pasien trauma
lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with care ofcervical spine, B:
Breathing adequacy, C: Circulatory support, D: Disabilityassessment, dan E: Exposure
without causing hypothermia (Nugroho, 2015).

Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus


dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi yang
mengancam nyawa dengan segera, seperti obstruksi jalan napas, tension Pneumotoraks,
pneuomotoraks terbuka yang masif, hemotoraks masif, tamponade perikardial, dan flail chest
yang besar (Nugroho, 2015).

Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan indikasi utama untuk
intubasi endotrakeal darurat.Resusitasi cairan intravena merupakan terapiutama dalam
menangani syok hemorhagik.Manajemen nyeri yang efektif merupakan salah satu hal yang
sangat penting pada pasien trauma toraks.

Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan takipnea
berat atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011). Pasien dengan tanda klinis tension
Pneumotoraks harus segera menjalani dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan
dengan torakostomi tube. Foto toraks harus dihindari pada pasien - pasien ini karena
diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan x - ray hanya akan menunda
pelaksanaan tindakan medis yang harus segera dilakukan (Hudak, 2011).
2.9 Pencegahan
Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor
penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami pada
kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang biasanya disebabkan oleh
benda tajam ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Patriani,
2012).

Anda mungkin juga menyukai