TRAUMA THORAX
Pengertian
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax atau dada
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax atau dada ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau tumpul yang dapat menyebabkan
keadaan sakit pada dada. Trauma thorax dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
dada, paru, jantung, pembuluh darah besar serta organ disekitarnya termasuk viscera
(berbagai organ dalam besar di dalam rongga dada). Sebagian besar pasien trauma thorax
tidak memerlukan torakotomi dan berhasil dikelola oleh torakostomi tabung. Hilangnya
kesadaran pada saat trauma adalah tanda peringatan pada pasien dengan cedera toraks
apakah berhubungan dengan tipe lainnya cedera atau tidak.
Etiologi
Secara garis besar trauma thorax atau dada diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a) Trauma tumpul, yang banyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
b) Trauma tembus thorax atau dada yang disebabkan oleh trauma tajam (tusukan benda
tajam), trauma tembak (akibat tembakan), dan trauma tumpul yang tembus dada.
Patofisiologi Trauma Thorax
Akibat dari trauma thorax atau dada,
pertukaran gas pada tingkat alveolar, kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik
(sirkulasi darah). Ketiga faktor ini menyebabkan hipoksia (kekurangan suplai O2) seluler
yang berkelanjutan pada hipoksia jaringan. Hipoksia pada tingkat jaringan dapat
menyebabkan ransangan terhadap cytokines yang dapat memacu terjadinya Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS), Systemic Inflamation Response Syndrome
(SIRS), dan sepsis bahkan menyebabkan kematian karena terjadinya syok.
Akral dingin dan basah: Dingin, akibat pembuluh darah perifer kontraksi untuk
memenuhi perfusi organ vital. Basah, mekanisme simpatis adrenalin meningkat
memacu keluarnya keringat.
Nadi cepat dan lemah. (Cepat karena untuk memenuhi perfusi, lemah akibat
hipovolemi).
Asidosis metabolik.
Langkah Diagnostik
Anamnesis
Penting ditanyakan mengenai mekanisme trauma, apakah oleh karena jatuh dari
ketinggian atau akibat jatuh dan dadanya terbentur pada benda keras , kecelakan lalu
lintas, atau oleh sebab lain.
Nyeri merupakan keluhan paling sering yang biasanya menetap pada satu titik,
bertambah saat bernafas. Saat
menggerakkan fragmen costa yang patah, sehingga menimbulkan gesekan antara ujung
fragmen dengan jaringan lunak disekitarnya yang menimbulkan rangsangan nyeri.
Apabila fragmen costa ini menimbulkan kerusakan pada vaskuler dapat menimbulkan
hematothorax, sedangkan fragmen costa yang mencederai parenkim paru-paru akan
menimbulkan pneumothorax.
Penderita dengan kesulitan bernafas atau bahkan saat batuk keluar darah, menandakan
adanya komplikasi adanya cedera pada paru.
Pada anak dapat terjadi cedera paru maupun jantung, meskipun tidak dijumpai fraktur
costa. Keadaan ini disebabkan costanya masih sangat lentur, sehingga energi trauma
langsung mengenai jantung ataupun paru-paru.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Secara umum diagnosis secara klinis ditegakkan dari jenis kerusakan yang terjadi dan
pembuatan xray foto dada. Bila memungkinkan maka x-ray foto sebaiknya dibuat
dalam dua arah (PA dan lateral).
Jejas pada daerah dada akan membantu adanya kemungkinan trauma thorax. Bila ada
trauma multiple maka dianjurkan untuk selalu dibuat foto x- ray dada.
pneumothorax). Ditandai dengan sesak napas, penurunan kapasitas vital, dan tekanan
parsial oksigen.
b) Hemothorax, adanya darah dalam rongga pleura. Dibagi menjadi hemotoraks ringan
bila jumlah darah sampai 300 ml saja. Hemotorak sedang bila jumlah darah sampai
800 ml dan hemotorak berat bila jumlah darah melebihi 800 ml. Adanya penurunan
volume cairan tubuh.
c) Kerusakan paru, 75 % disebabkan oleh trauma thorax ledakan (blast injury).
Perdarahan yang terjadi umumnya terperangkap dalam parenkim paru. Adanya
penurunan kemampuan dalam bernapas.
d) Kerusakan trakea, bronkus dan sistem trakeobronkoalveolar. Terjadi kebocoran jalan
nafas yang umumnya melalui pleura (bawah kulit bawah dada) sehingga
menimbulkan emfisema subkutis. Sebagian besar diakibatkan trauma thorax tumpul
di daerah sternum. Ditandai dengan sesak
d) Kelainan jantung, terutama pada luka tembus dan trauma tajam pada jantung.
Penanganan Komplikasi Trauma Thorax
a) Mediastinitis, merupakan komplikasi yang sering fatal.
b) Fistel esofagus, dapat ke mediastinum dan menyebabkan mediastinitis atau ke pleura
dan menimbulkana empiema atau efusi pleua. Diperlukan tindakan bedah untuk
menutup fistel.
c) Hernia diafragmatika lambat, memerlukan koreksi bedah.
d) Kelainan jantung, terutama pada luka tembus dan trauma tajam pada jantung.
Memerlukan tindakan bedah dan pembedahan jantung terbuka.
Penatalaksanaan klien dengan trauma thorax berdasarkan kondisinya
- Darurat:
a) Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar yang mungkin
melihat kejadian, yang ditanyakan: (Waktu kejadian, tempat kejadian, jenis senjata,
arah masuk keluar perlukaan), keadaan penderita selama dalam transportasi.
b) Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalau perlu
seluruhnya yang meliputi:
o Inspeksi:
a. Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur. Tentukan luka masuk
dan keluar.
b. Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.
c. Akhir dari ekspirasi.
o Palpasi:
a. Diraba ada/tidak krepitasi.
b. Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.
b) WSD (hematothorax).
c) Pungsi.
d) Torakotomi.
e) Pemberian oksigen.
b). Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat
fraktur iga. (Bupivakain (Marcaine), 0,5 % 2 sampai 5 ml.
B. Flail Chest
Beberapa iga atau sternum mengalami fraktur pada dua sisi tempat benturan, dapat
terjadi dada yang tidak stabil. Segmen dinding dada yang tidak tertopang bergerak
secara paradoksal, yaitu bergerak masuk ketika tekanan intratoraks negatif saat
inspirasi dan bergerak keluar saat ekspirasi.
Diagnosis
Pergerakan paradoksal segmen yang mengambang dapat diketahui dengan observasi
atau palpasi langsung.
Terapi
a). Segmen yang mengambang harus distabilkan
b). Stabilisasi internal terdiri dari intubasi ET dan ventilasi tekanan positif
c). Blok nervus interkostalis bermanfaat untuk nyeri berat
C. Pneumotoraks
Terjadi pada cedera tumpul atau tembus dan dapat disertai dengan hemotoraks.
Jumlah relatif udara di dalam ruang pleura perlu dipastikan dan perlu ditetapkan
apakah ruangan ini mengalami tegangan. Pneumotoraks digolongkan sebagai
pneumotoraks sederhana, tension, atau terbuka. Dua kategori yang terakhir dan
menjadi fatal.
D. Hemotoraks
Pengumpulan darah di dalam rongga pleura. Dapat disebabkan oleh cedera pembuluh
darah dinding dada, pembuluh besar, atau organ-organ intratoraks (paru, jantung,
esofagus). Hemotoraks besar dapat menimbulkan syok hipovolemik, hipoksia akibat
gangguan pada ekspansi paru
Diagnosis
a). Gejala
b). PF
c). Foto toraks
Terapi
a). Hemotoraks yang signifikan dialirkan melalui selang torakostomi yang
dihubungkan dengan sekat air.
b). Pemulihan volume darah dengan cairan atau darah IV
c). Torakotomi
E. Kontusio Paru
Dapat timbul segera setelah trauma atau dalam 72 jam pertama dan ditandai dengan
dispnea, penurunan PO2 arteri, ronki, dan infiltrate yang tampak pada foto toraks.
Kontusio paru berat diikuti dengan secret trakeobronkial yang banyak, hemoptisis,
dan edema paru.
Terapi
Intubasi ET untuk dapat melakukan penyedotan dan memasang ventilasi mekanik
dengan continuous positive end expiratory pressure.
F. Ruptur Trakea atau bronkus
1. Pneumomediastinum atau pneumotoraks biasanya terjadi.
2. Tension pneumothorax dapat timbul
3. Ruptur jalan napas dapat mengakibatkan pemasukan udara ke paru tidak adekuat
4. Emfisema subkutan, terutama di leher
5. Bronkoskopi membantu menegakkan diagnosis
6. Trakeostomi
7. Respirasi operatif untuk laserasi trakea.
G. Ruptur Diafragma
1. Terlihat setelah terjadi trauma tumpul, baik pada dada maupun abdomen. Tanda
rupture dapat muncul segera setelah kejadian atau dapat tertunda berbulan-bulan
2. Robekan biasanya di sisi kiri. Jika defeknya besar, isi abdomen dapat mengalami
herniasi ke dalam dada.
Diagnosis
Dibuat dengan radiografi yang dapat memperlihatkan saluran usus berada di dalam
dada.
Terapi
Reduksi hernia secara operatif dan reparasi diafragma yang rupture harus dilakukan
sesegera mungkin.
H. Cedera Aorta dan pembuluh darah besar
Dapat menyebabkan tamponade jantung atau hemotoraks, bergantung pada tempat
cederanya, intraperikardial atau ekstraperikaardial.
Diagnosis
Aortografi atau CT toraks hendaknya dilakukan jika foto toraks memperlihatkan
pelebaran mediastinum atau jika ada dugaan klinis kuat terjadi trauma pembuluh
darah besar.
Terapi
Dengan pembedahan
I. Kontusio Miokardium
Cedera mirip dengan infark miokardium, meskipun kerusakannya dapat sembuh total
dan perjalanan klinisnya lebih jinak
J. Temponade Jantung
a). Terjadi karena pengumpulan darah di kantong pericardium akibat trauma tumpul
atau trauma tembus.
b). Pengisian diastolik dan volume sekuncup menurun
c). Tekanan nadi mengecil, bunyi jantung melemah, dan pulsus paradoksus (tekanan
darah turun lebih dari 10 mmHg pada inspirasi).
Terapi
a). Jika denyut nadi teraba, aspirasi jarum merupakan terapi awal dan sering dapat
menyelamatkan nyawa.
b). Torakotomi di ruang operasi adalah terapi definitif untuk semua pasien dengan
luka tembus pada jantung dan hemoperikardium akut dan tamponade
DAFTAR PUSTAKA
Baitello AL, de Assis Cury F, Espada PC, Morioka RY, de Godoy JM. Mortality In
Patients With Loss
Of Consciousness At The Scene Of Trauma. 2010 Feb 9;3(2):91-5.
Bresler, Michael Jay, George L. Sternbach. 2006. Manual Kedokteran Darurat. Jakarta: EGC.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus kedokteran. EGC: Jakarta.
Khan, Ali Nawaz. Consultant Radiologist and Honorary Professor, North Manchester General
Hospital Pennine Acute NHS Trust, UK 2008. Thorax, Trauma.
Lu MS, Huang YK, Liu YH, Liu HP, Kao CL. Delayed Pneumothorax
Complicating Minor Rib
Fracture After Chest Trauma. 2008 Jun;26(5):551-4.
Stahel PF, Schneider P, Buhr HJ, Kruschewski M. Emergency Management Of
Thoracic
Trauma. 2005 Sep;34(9):865-79.
www.emedicine.medscape.com
www.ispub.Journal of Thoracic and Cardiovascular Surgery. ISSN 1524-0274.com