DISUSUN OLEH :
NI KOMANG SUPTI NOVIYANTHI
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat dan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan nikmat serta karunia-Nya diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan laporan pendahuluan dengan gangguan respirasi pada kasus
“Hemothorax” ini. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk menuntaskan penugasan dan sebagai penilaian tengah semester satu.
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB. I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Manfaat 2
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Definisi 3
2.2 Anatomi-Fisiologi 3
2.3 Etiologi 5
2.4 Klasifikasi 6
2.5 Patofisiologi 7
2.6 Manifestasi Klinis 9
2.7 Pemeriksaan Penunjang 10
2.8 Penatalaksanaan 11
2.9 Komplikasi 13
BAB. III ASUHAN KEPERAWATAN 15
3.1 Pengkajian Keperawatan 15
3.2 Diagnosa Keperawatan 17
3.3 Intervensi Keperawatan 18
BAB. IV PENUTUP 25
4.1 Kesimpulan 25
4.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk :
1. Menjelaskan definisi hemothorax.
2. Menyebutkan dan menjelaskan anatomi-fisiologi hemothorax.
1
3. Menyebutkan etiologi hemothorax.
4. Menjelaskan kategori atau klasifikasi hemothorax.
5. Menjelaskan patofisiologi hemothorax.
6. Menyebutkan tanda dan gejala hemothorax.
7. Pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan fisik dari hemothorax.
8. Penatalaksanaan atau penanganan kasus hemothorax.
9. Menyebutkan komplikasi hemothorax.
10. Melaksanakan asuhan keperawatan hemothorax.
1.3 Manfaat
Mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem respirasi pada kasus hemothorax. Sehingga pada
penatalaksanaan hemothorax dapat mengurangi gejala, mencegah eksaserbasi
berulang, dan mencegah meluasnya kasus hemothorax pada kalangan
masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hemothorax adalah adanya kumpulan darah di dalam ruang antara
dinding dada dan paru-paru (rongga pleura). Sumber darah mungkin dari
dinding dada, parenkim paru-paru, jantung atau pembuluh darah besar.
Kondisi ini biasanya merupakan akibat dari trauma tumpul atau tajam. Ini
juga mungkin merupakan komlikasi dari beberapa penyakit.
Hemothorax adalah terakumulasinya darah pada rongga thoraks akibat
trauma tumpul atau tembus pada dada. Hemothorax biasanya terjadi karena
cedera di dada. Penyebab lainnya adalah pecahnya sebuah pembuluh darah
atau kebocoran aneurisma aorta yang kemudian mengalirkan darahnya ke
rongga pleura. Hemothorax adalah adanya darah yang masuk karena pleura
(antara pleura viseralis dan pleura parietalis).
Hemothorax adalah keadaan dimana kavitas paru-paru terisi oleh darah.
Akumulasi darah dalam dada atau hemothorax adalah masalah yang relative
umum, paling sering akibat cedera untuk struktur intrathoracic atau dinding
dada. Dimana penyebab utama paling umum dari hemothorax adalah trauma
dada.
2.2 Anatomi-Fisiologi
2.2.1 Anatomi
Rongga thoraks dibatasi oleh iga-iga, yang bersatu di
bagian belakang pada vertebra thoraclis dan di depan pada sternum.
Kerangka rongga thoraks, meruncing pada bagian atas dan berbentuk
kerucut, terdiri dari sternum. 12 thoracalis, 10 pasang iga yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang
melayang. Kartilago dari 6 iga memisahkan articulation dari sternum,
kartilago ketujuh sampai kesepuluh berfungsi membentuk tepi kostal
sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga
pleura diatas clavicula dan diatas organ dalam abdomen penting untuk
dievaluasi pada luka tusuk.
3
Pleura adalah membrane aktif yang disertai dengan pembuluh darah
dan limfatik. Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris,
menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura visceralis menutupi
paru dan sifatnya sensitive, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan
mediastinum bersama kurang lebih sama dengan pleura parietalis yang
melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi
tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru
kurang lebih paru normal, hanya ruang potensial yang ada.
Pernafasan berlangsung
dengan
bantuan gerak dinding dada.
Inspirasi terjadi karena
kontraksi otot pernafasan
yaitu
musculus interkostalis dan
diafragma, yang
menyebabkan rongga dada
membesar
sehingga udara akan terhisap
melalui trakea dan bronkus.
4
Pernafasan berlangsung
dengan
bantuan gerak dinding dada.
Inspirasi terjadi karena
kontraksi otot pernafasan
yaitu
musculus interkostalis dan
diafragma, yang
menyebabkan rongga dada
membesar
sehingga udara akan terhisap
melalui trakea dan bronkus.
Pernafasan berlangsung
dengan
bantuan gerak dinding dada.
Inspirasi terjadi karena
5
kontraksi otot pernafasan
yaitu
musculus interkostalis dan
diafragma, yang
menyebabkan rongga dada
membesar
sehingga udara akan terhisap
melalui trakea dan bronkus.
Pernafasan berlangsung
dengan
bantuan gerak dinding dada.
Inspirasi terjadi karena
kontraksi otot pernafasan
yaitu
musculus interkostalis dan
diafragma, yang
6
menyebabkan rongga dada
membesar
sehingga udara akan terhisap
melalui trakea dan b
2.2.2 Fisiologi
7
3 Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih
tekanan
4 yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot.
Seperti
5 yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama
inspirasi,
6 volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat
akibat
7 kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke
atas
8 dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga.
9 19
10 Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
11 elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis
eksternus
12 relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam
rongga
13 toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume
toraks ini
14 meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih
tekanan
15 antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir
keluar
16 dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada
akhir
17 ekspirasi.
18 Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih
tekanan
19 yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot.
Seperti
20 yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama
inspirasi,
21 volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat
akibat
22 kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke
atas
23 dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga.
24 19
25 Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
26 elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis
eksternus
27 relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam
rongga
28 toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume
toraks ini
29 meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih
tekanan
8
30 antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir
keluar
31 dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada
akhir
32 ekspirasi.
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena adanya
selisih tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat
kerja mekanik otot-otot- seperti yang telah diketahui, dinding toraks
berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume thoraks
bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat
kontraksi beberapa otot, yaitu sternokleidomastoideus mengangkat
sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus
mengangkat iga-iga.
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif
akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot
interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung
diafragma naik ke atas, ke dalam rongga thoraks, menyebabkan
volume thoraks berkurang. Pengurangan volume thoraks ini
meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.
Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik,
sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan
tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi.
9
neoplasma, rupture pembuluh darah akibat pebengkakan aorta, dan komplikasi
operasi. Trauma tumpul dapat menyebabkan hemotorax karena tulang iga
yang mengalami fraktur dapat melukai paru-paru. Ketika terjadi fraktur iga,
serpihan tulang iga maupun patahan tulang iga yang masih ada di rongga dada
dapat mencederai paru-paru. Biasanya cedera ini mengenai alveolus. Alveolus
sendiri adalah struktur yang banyak dikelilingi oleh pembuluh darah.
Pembuluh darah ini akan pecah setelah trauma. Pembuluh darah yang pecah
ini akan menyababkan perdarahan. Darah yang keluar dari pembuluh akan
berkumpul di rongga pleura. Suatu keberadaan darah dalam pleura dapat
diklasifikasikan sebagai hemotorax apabila volume darah minimal 300-500
ml.
2.4 Klasifikasi
Hemotorax dibagi menjadi tiga kategori menurut Pooler (2009) yaitu :
a. Hemotorax Kecil, Apabila volume kurang dari 300-500 ml, biasanya
dalam keadaan ini darah mampu diabsorbsi oleh paru-paru dari rongga
plura. Proses ini akan memakan waktu 10-14 hari sampai pleura bersih
dari darah tanpa menimbulkan komplikasi.
b. Hemotorax Besar (large hemotorax), apabila volume darah dalam rongga
pleura lebih dari 1000 ml. Pada hemotorax besar, darah akan mengisi
setengah atau lebih rongga pleura. Keadaan ini terjadi apabila terjadi
perdarahan pada pembuluh darah bertekanan tinggi. Hemotorax besar
membutuhkan penanganan drainase sesegera mungkin, bahkan apabila
drainasi tidak efektif untuk mengeluarkan darah maka dibutuhkan
tindakan operasi bedah (Pooler,2009).
c. Hemotorax Masif, akumulasi darah dalam rongga pleura dengan volume
lebih dari 1500 ml (Caroline & Eling,2010). Darah yang hilang mencapai
25%-30% dari total darah yang mengalir ke paru-paru. Sehingga pasien
yang mengalaminya akan mengalami syok berat. Paruparu dapat
menampung darah kurang lebih 3000 ml, sehingga pada keadaan
hemotorax masif rongga dada hampir dipenuhi oleh darah (Caroline &
Eling,2010).
10
d. Hemothorax Spontan, oleh karena primer (rupture blep, sekunder (infeksi
keganasan), neonatal).
e. Hemothorax yang didapat, oleh karena iatrogenik, barotrauma, trauma.
Penyebab paling umum dari hemothorax adalah trauma dada. Trauma
misalnya :
- Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau
dinding dada.
- Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet
hemothorax.
- Diathesis perdarahan.
- Adenomatoid malformasi kongenital kristik.
f. Hemothorax Moderate, apabila volume darah melebihi 500-100 ml. Darah
akan mengisi sepertiga dari rongga pleura maka akan menimbulkan gejala
penekanan paru-paru dan kehilangan darah intravaskuler.
2.5 Patofisiologi
Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai berat
tergantung besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan
11
anatomi yang ringan berupa jelas pada dinding toraks, fraktur kosta simpel.
Sedangkan kerusakan anatomi yang lebih berat berupa fraktur kosta multiple
dengan komplikasi, pneumotoraks, hematotoraks dan kontusio paru. Trauma
yang lebih berat menyebabkan perobekan pembuluh darah besar dan trauma
langsung pada jantung. Akibat kerusakan anatomi dinding toraks dan organ
didalamnya dapat menganggu fungsi fisiologi dari sistem pernafasan dan
sistem kardiovaskuler. Gangguan sistem pernafasan dan kardiovaskuler dapat
ringan sampai berat tergantung kerusakan anatominya. Gangguan faal
pernafasan dapat berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan
gangguan mekanik/alat pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada
trauma toraks adalah gangguan faal jantung dan pembuluh darah.
12
menyebabkan beberapa derajat defibrination darah sehingga pembekuan tidak
lengkap terjadi. Dalam beberapa jam penghentian perdarahan, lisis bekuan
yang sudah ada dengan enzim pleura dimulai. Lisis sel darah merah
menghasilkan peningkatan konsentrasi protein cairan pleura dan peningkatan
tekanan osmotik dalam rongga pleura.
PATHWAY / WOC
Gejala klinis yang muncul pada pasien dengan hemothorax adalah nyeri
dada, pasien menunjukkan distress pernapasan berat, napas pendek, takikardi,
hipotensi, pucat, dingin, dan takipnea. Pasien juga dapat mengalami anemia
sampai syok.
13
a. Respon Hemodinamik ketika terjadi perdarahan dan volume darah masuk
ke rongga pleura, maka volume darah dalam pembuluh darah akan
berkurang, sehingga terjadi syok hipovolemik.
b. Respon Respirasi, akumulasi darah dalam rongga pleura akan menekan
paru-paru sehingga dapat menyebabkan gangguan oksigenasi. Paru-paru
gagal mengembang dan kolap sehingga menyebabkan udara tidak bisa
masuk ke dalam paru-paru. Nafas penderita akan mengalami dyspnea,
dimana nafas lambat dan dangkal.
14
2.7 Pemeriksaan Penunjang dan Pemeriksaan Fisik/ diagnostik
2.7.1 Pemeriksaan Penunjang :
a. Foto rontgen, menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleura.
Pada kasus trauma tumpul dapat terlihat pada foto toraks, seperti
fraktur kosta atau pneumotoraks.
b. AGD variable, tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi,
gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengompensasi.
c. Hemoglobin, Kadar Hb menurun < 10 gr %, menunjukkan
kehilangan darah.
d. Volume tidal menurun < 500 ml, kapasitas vital paru menurun.
e. Analisis cairan pleura. Pada analisis cairan pleura, setelah dilakukan
aspirasi, cairan tersebut diperiksa kadar hemoglobin atau hematokrit.
Dikatakan hemotoraks jika kadar hemoglobin atau hematokrit cairan
pleura separuh atau lebih dari kadar hemoglobin atau hematokrit
darah perifer.
f. CT scan. CT scan merupakan pemeriksaan yang cukup akurat untuk
mengetahui cairan pleura atau darah, dan dapat membantu untuk
mengetahui lokasi bekuan darah. Selain itu, CT scan juga dapat
menentukan jumlah bekuan darah di rongga pleura.
15
d. Auskultasi, Auskultasi dada dilakukan dengan stetoskop dan
dilakukan pada saat inspirasi dan ekspirasi paksa. Secara umum,
bagian stetoskop yang digunakan untuk auskultasi adalah
diafragma karena bagian diafragma lebih baik dalam menangkap
suara nada tinggi Pemeriksaan auskultasi dada dapat digunakan
untuk mendengar suara paru maupun suara jantung. Auskultasi
dada lebih baik dilakukan pada suasana sunyi.
2.8 Penatalaksanaan
1. Hemothorax kecil, cukup diobservasi, dan tidak memerlukan tindakan
khusus.
2. Hemothorax sedang, difungsi dan penderita diberi transfuse.
3. Hemothorax besar, diberikan penyalir sekat air pada rongga antar iga.
16
Adapun langkah-langkah dalam pemasangan chest tube thoracostomy
adalah sebagai berikut :
- Memposisikan pasien pada posisi trandelenberg.
- Disinfeksi daerah yang akan dipasang chest tube dengan
menggunakan alkohol atau povidin iodine pada ICS VI atau ICS
VII posterior Axillary Line.
- Kemudian dilakukan anastesi local dengan menggunakan
lidokain.
- Selanjutnya, insisi sekitar 3-4 cm pada Mid Axillary Line.
- Pasang curved hemostat diikuti pemasangan tube dan selanjutnya
dihubungkan dengan WSD (Water Sealed Drainage).
- Lakukan jahitan pada tempat pemasangan tube.
17
- Perdarahan persisten, sebanyak 150-200cc/jam selama 2-4 jam.
- Diperlukan transfuse berulang untuk mempertahankan stabilitas
hemodinamik.
- Adanya sisa clot sebanyak 500cc atau lebih.
Prosedur thoracotomy :
2.9 Komplikasi
18
Hemothorax yang tidak segera ditangani akan menimbulkan berbagai
dampak atau komplikasi yang berbahaya bagi pasien. Darah yang berkumpul
dalam rongga pleura apabila tidak di keluarkan akan menjadi zat iritan. Darah
yang dibiarkan akan mengalami penggumpalan dalam rongga pleura.
- Lapisan yang paling dalam berisi darah yang masih sedikit cair.
- Lapisan tengah berisi deposit jaringan fibrin yang sudah
terorganisasi.
- Lapisan paling luar berisi fibroblast yang menghasilkan matrix
fibrin.
- Adhesi pecah.
- Bula paru pecah.
- Kehilangan darah.
- Kegagalan pernapasan.
- Kematian.
- Fibrosis atau parut dari membrane pleura.
- Terjadinya infeksi, dimana darah yang terakumulasi merupakan
media yang sangat subur untuk perkembangan bakteri ataupun
pagen infeksi lainnya.
- Perdarahan interstitium.
19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
20
Beribadah sesuai keyakinan seseorang.
Bekerja sedemikian rupa bahwa ada rasa prestasi.
Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai rekreasi.
Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang
mengarah pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
7. Pemeriksaan fisik :
a. Head To Toe
Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak.
Kesadaran :-
TTV
-Tekanan darah : -
-Respirasi :-
-Denyut nadi : biasanya diatas >28x/menit.
-Suhu badan :-
a. Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut, bentuk kepala simetris/tidak
Palpasi : ada Nyeri tekan atau tidak
b. Mata
Inspeksi : apakah terlihat Anemis, skelera ikterik/
anikterik, bentuk simetris/tidak.
Palpasi : nyeri tekan/ Tidak ada.
c. Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris/tidak, pernapasan cuping
hidung/tidak, penggunaan otot-otot pernapasan/ tidak.
Palpasi : ada nyeri tekan/ Tidak.
d. Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris/tidak, terdapat darah/tidak.
Palpasi : Ada/tidaknya lesi dan nyeri tekan ada/tidak.
e. Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris/asimetris, sianosis/tidak, serta
keluarnya darah segar dan lender/tidak ada.
21
f. Leher
Inspeksi : Bentuk simetris/asimetris, ada/ tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid, apakah dicurigai fraktur
cervical/tidak.
Palpasi :ada/ Tidak ada nyeri tekan, Ada/tidak ada
pembengkakan.
g. Thorax
Inspeksi : Bentuk simetris/tidak simetris(asimetris),
terdapat jejas dan bengkak/tidak, pergerakan dinding dada
simetris/tidak simetris, memakai otot bantu
pernapasan/tidak.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan/tidak dan ada
pembengkakan/tidak.
Auskultasi : Bunyi napas ronchi/wheezing/krekels, suara
ngorok/tidak, frekuensi napas .....x/menit.
Perkusi : Snoring/redup/pekak/sonor/hipersonor.
h. Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris/asimetris, ada/tidak ada jejas.
Palpasi : Ada nyeri tekan/tidak pada supra pubik.
Perkusi : Bising usus normal /tidak gerak peristaltik
usus.....x/menit.
Auskultasi : Tympani/redup (dullness)/ hipersonan
i. Genetalia dan Rektum
Inspeksi : Bersih/tidak bersih, ada/tidak kelainan,
terpasang kateter/tidak.
j. Ekstermitas atas
Inspeksi : Simetris/asimetris, ada/ tidak ada pembengkakan
dan ada jejas/tidak ditangan kanan/kiri, terpasang infus/tidak
ditangan kiri/kanan, fleksi dan ekstensi(-/+)
Palpasi : Ada/ Tidak ada nyeri tekan.
k. Ekstermitas bawah
22
Inspeksi : Simetris/Asimetris, Ada/tidak ada
pembengkakan.
Palpasi : Ada/Tidak ada nyeri tekan.
8. Pemeriksaan penunjang
- Foto rontgen
- AGD (Analisis Gas Darah) variabel
- Pemeriksaan hemoglobin (HB)
- Analisis cairan pleura
- CT-Scan
23
n Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
o keperawatan Hasil
1 Ketidakefektifan pola -Tujuan : pola pernapasan 1. Memberikan 1. Meningkatkan
pernafasan efektif. posisi yang inspirasi
berhubungan dengan nyaman, maksimal,
-Kriteria hasil :
ekspansi paru yang biasanya dengan meningkatkan
memperlihatkan frekuensi
tidak maksimal karena peninggian ekspansi paru
pernapasan yang efektif.
akumulasi kepala tempat dan ventilasi
Mengalami perbaikan
udara/cairan. tidur. pada sisi yang
pertukaran gas-gas pada
2. Balik ke sisi tidak sakit.
paru. Adaptasi mengatasi
yang sakit. 2. Distress
faktor-faktor penyebab.
Dorong klien pernapasan dan
untuk duduk perubahan
sebanyak tanda-tanda
mungkin. vital dapat
terjadi sebagai
-Obsservasi fungsi
akibat stress
pernapasan, dyspnea
fisiologi dan
atau perubahan
nyeri atau
tanda-tanda vital.
dapat
-Jelaskan pada
menunjukkan
pasien bahwa
terjadinya syok
tindakan tersebut
sehubungan
dilakukan untuk
dengan
menjamin
hipoksida.
keamanan.
-Pengetahuan apa
-Jelaskan pada
yang diharapkan
pasien tentang
dapat mengurangi
etiologi/faktor
ansietas dan
pencetus adanya
mengembangkan
sesak atau kolaps
kepatuhan klien
paru-paru.
terhadap rencana
-Mempertahankan terapeutik.
perilaku tenang,
24
bantu pasien untuk -Membantu klien
mengontrol diri mengalami efek
dengan fisiologi hipoksida
menggunakan yang dapat
pernapasan lebih dimanifestasikan
lambat dan dalam. sebagai
ketakutan/ansietas.
-Memperhatikan alat
bullow drainase -Mempertahankan
berfungsi baik, cek tekanan negative
setiap 1-2 jam, intrapleural sesuai
periksa pengontrol yang diberikan, yang
penghisap untuk meningkatkan
jumlah hisapan yang ekspansi paru
benar. optimum/drainse
cairan.
-Periksa batas cairan
pada botol -Air
penghisap, penampung/botol
pertahankan pada bertindak sebagai
batas yang pelindung yang
ditentukan. mencegah udara
masuk ke area
-Obsservasi
pleural.
gelembung udara
botol penampung. -Gelembung udara
selama ekspirasi
-Posisikan sistem
menunjukkan lubang
drainage slang untuk
angina dari
fungsi optimal,
pneumothorax/kerja
yakinkan slang tidak
yang diharapkan.
terlipat, atau
menggantung di -Gelembung
bawah saluran menurun seiring
masuknya ke tempat dengan ekspansi
drainage. Alirkan paru dimana area
akumulasi drainage pleural menurun.
bila perlu.
-Tak adanya
25
-Catat jumlah gelembung dapat
drainage selang menunjukkan
dada. ekspansi paru
lengkap/normal atau
-Kolaborasi dengan
slang buntu.
tim kesehatan lain
(dokter, radiologi -Posisi tak tepat,
dan fisioterapi). terlipat atau
pengumpulan
-Pemberian
bekuan atau cairan
antibiotika.
pada slang
-Pemberian
mengubah tekanan
analgetika.
negative yang
-Fisioterapi dada diinginkan.
dan konsul photo
-Berguna untuk
thoraks.
mengevaluasi
perbaikan
kondisi/terjadinya
perdarahan yang
memerlukan upaya
intervensi.
-Mengevaluasi
perbaikan kondisi
klien atas
perkembangan
parunya.
Inefektif kebersihan -Tujuan : jalan napas -Jelaskan klien -Pengetahuan yang
jalan napas lancer/normal. tentang kegunaan diharapkan akan
berhubungan dengan batuk yang efektif membantu
-Kriteria hasil :
peningkatan sekresi dan mengapa mengembangkan
menunjukkan batuk yang
secret dan penurunan terdapat kepatuhan klien
efektif. Tidak ada lagi
batuk sekunder akibat penumpukan secret terhadap rencana
penumpukan secret sal,
nyeri dan keletihan. di sal. terapeutik.
pernapasan klien nyaman.
-Jelaskan klien -Batuk yang tidak
tentang metode yang terkontrol adalah
26
tepat untuk melelahkan dan
pengontrolan batuk. tidak efektif,
menyebabkan
-Tarik napas dalam
frustasi.
dan perlahan saat
duduk setegak -Memungkinkan
mungkin, lakukan ekspansi paru lebih
pernapasan luas. Pernapasan
diafragma. diafragma
menurunkan
-Tahan napas selama
frekuensi napas dan
3-5 detik kemudian
meningkatkan
secara perlahan-
ventilasi alveolar.
lahan, keluarkan
sebanyak mungkin -Meningkatkan
melalui mulut. volume udara dalam
paru, mempermudah
-Lakukan napas
pengeluaran sekresi
kedua, tahan dan
secret.
batukkan dari dada
dengan melakukan 2 -Pengkajian ini
batuk pendek dan membantu
kuat. Auskultasi mengevaluasi
paru sebelum dan keefektifan upaya
sesudah klien batuk. batuk klien.
27
-Dorong atau
berikan perawatan
mulut yang baik
setelah batuk.
-Kolaborasi dengan
tim kesehatan
lainnya (dokter,
radiologi, dan
fisioterapi).
-Pemberian
expectorant.
-Pemberian
antibiotika.
-Fisioterapi dada.
Konsul photo
thoraks.
Perubahan -Tujuan : nyeri -Jelaskan dan bantu -Pendekatan dengan
kenyamanan: nyeri berkurang/hilang. pasien dengan menggunakan
akut berhubungan tindakan pereda relaksasi dan
-Kriteria hasil : nyeri
dengan trauma jaringan nyeri nonfarmakologi
berkurang/dapat
dan refleks spasme otot nonfarmakologi dan lainnya telah
diadaptasi. Dapat
sekunder. noninvasive. menunjukkan
mengidentifikasi aktivitas
keefektifan dalam
yang -Ajarkan relaksasi :
mengurangi nyeri.
meningkatkan/menurunka teknik-teknik untuk
n nyeri. Pasien tidak menurunkan -Gerakan
gelisah. ketegangan otot melancarkan
rangka, yang dapat peredaran darah,
menurunkan sehingga kebutuhan
intensitas nyeri dan oksigen oleh
juga tingkatkan jaringan akan
ralaksasi masa. terpenuhi, sehingga
mengurangi rasa
-Ajarkan metode
nyeri.
distraksi selama
28
nyeri akut. -Mengalihkan
perhatian nyeri pada
-Berikan
hal-hal yang
kesempatan waktu
menyenangkan.
istirahat bila terasa
nyeri dan berikan -Istirahat akan
posisi yang nyaman merelaksasi semua
(saat tidur, pada jaringan sehingga
belakang akan meningkatkan
dipasangkan bantal kenyamanan.
kecil).
-Pengetahuan yang
-Meningkatkan akan dirasakan
pengetahuan membantu
tentang: sebab nyeri mengurangi
dan menghubungkan nyerinya dan dapat
berapa lama nyeri membantu
akan berlangsung. mengembangkan
kepatuhan klien
-Kolaborasi dengan
terhadap rencana
dokter, pemberian
terapeutik.
analgetik.
-Pengkajian yang
-Obsservasi tingkat
optimal akan
nyeri, dan respon
memberikan perawat
motoric klien, 30
data yang objektif
menit setelah
untuk mencegah
pemberian obat
kemungkinan
analgetik untuk
komplikasi dan
mengkaji
melakukan
efektivitasnya. Serta
intervensi yang
setiap 1-2 jam
tepat.
setelah tindakan
perawatan selama 1
sampai 2 hari.
Kurang -Tujuan : klien mampu -Uji tingkat
pengetahuan/kebutuhan untuk mengetahui tentang pengetahuan pasien.
belajar tentang kondisi pengertian/informasi
-Mengidentifikasi
29
dan aturan pengobatan. hemothorax. kemungkinan
kambuh/komplikasi
-Kriteria hasil :
jangka panjang.
menyatakan pemahaman
kondisi/proses penyakit -Uji ulang
dan tindakan. tanda/gejala yang
Mengidentifikasi memerlukan
hubungan tanda/gejala evaluasi medic
yang ada dari proses cepat, seperti nyeri
penyakit dan dada tiba-tiba,
menghubungkan dengan dyspnea, distress
faktor penyebab. pernapasan lanjut.
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/32809816/Lp-Hemothorax
https://pdfcoffe.com/lp-hematothorax-copydocx-pdf-free.html
https://pdfcookie.com/documents/laporan-pendahuluan-hemothorax-
9lgr804qok2o
https://pdfcoffee.com/makalah-hemothorax-fix-pdf-free.html
https://fdokumen.com/document/laporan-kasus-hemotoraks
https://id.scribd.com/doc/295203855/LAPSUS-Hematothorax-Astrid
https://ikon.tips/teori-keperawatan-virginia-henderson/
32
LAPORAN KASUS
I. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 20 tahun
Alamat : Pagesangan
Agama : Islam
Bahasa : Indonesia
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Golongan darah :B
Register : (000121234)
Tanggal MRS : 29 DESEMBER 2020 (MASUK
UGD)
Diagnosa medis : Hemothorax / Pulmonalis
embolus
33
b. Identitas Penanggung-Jawab
Nama : Ny. D
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pagesangan
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Istri/ PENOLONG
c. Keluhan Utama
Pasien datang Ke RSI Siti Hajar Mataram, dengan
kecelakaan bermobil, pasien ada bengkak dan jejas di bagian
dada sebelah kiri. (1)
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan
keluarganya ke rumah sakit karena mengalami kecelakaan
bermobil. Pasien mengalami penurunan kesadaran.
Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil,
setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian
pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien
mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal,
auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat
bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan
GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan
TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR :
35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tanpak
sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas
cuping hidung. (NARASI SAAT PERTAMA TERJADI –
DITANGAN PENGKAJI)
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali
mengalami kecelakaan tetapi belum perna separah ini
34
sampai mengalami penurunan kesadaran serta pasien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun.
DM
II.
III.
e. Pemeriksaan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
35
Menurut Virginia Handerson, pola fungsional yang
dapat dilakukan dalam pemeriksaan adalah :
1) Pola Pernapasan
Sebelum sakit : napas pasien normal.
Saat dikaji : napas cepat dan dangkal,
2) Pola Nutrisi
1. Sebelum dirawat : pasien mengatakan pola makan
teratur, pasien makan 3 kali sehari tanpa diet.
2. Selama di RS : pasien mengatakan pola makan
satu porsi tidak sesuai dengan kondisi rasa lapar.
3) Pola Eliminasi
Sebelum dirawat
o BAK : pasien mengatakan tidak pernah
mengalami kesulitan dalam BAK.
o BAB : pasien mengatakan BAB lancer
setiap hari dan tidak ada gangguan.
Selama di RS
o BAK : terpasang selang kateter berwarna
kuning.
o BAB : pasien mengatakan mengalami
kesulitan dalam BAB karena tidak bisa ke kamar
mandi dengan sendiri.
4) Pola Aktivitas/Bekerja
Sebelum dirawat: sehari-hari pasien bekerja sebagai
karyawan swasta.
Selama di RS : pasien tidak bekerja karena
kondisi yang sedang dirawat.
5) Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : pasien dapat tidur dengan
normal 7/8 jam, tanpa ada gangguan tidur.
36
Saat dikaji : pasien tidak dapat tertidur
fengan normal karena adanya gangguan bengkakan
dan jejas.
6) Pola Mempertahankan Suhu
Sebelum sakit : pasien mengatakan jika
dingin memakai jaket dan selimut, jika panas maka
pasien akan memakai baju yang tipis dan menyerap
keringat.
Selama dirawat : pasien hanya sering
memakai baju tipis.
7) Pola Berpakaian
Sebelum sakit : pasien mengatakan dapat
menggati baju sendiri.
Selama dirawat : pasien terkadang
membutuhkan bantuan keluarga.
8) Pola Gerak dan Keseimbangan
Sebelum sakit : pasien dapat bergerak bebas.
Setelah dikaji : pasien terkadang meminta bantuan
keluarga.
9) Pola Personal Higine
Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2 kali
sehari.
Saat dikaji : pasien mengatakan hanya diseka
badannya 2 kali sehari
10) Pola Komunikasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan lancer dalam
berkomunikasi setiap harinya.
Selama dirawat : pasien dapat berkomunikasi dengan
cukup baik.
11) Pola Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : pasien mengatakan lenih nyaman di
rumah bersama anggota keluarga dan lingkungan.
37
Saat dikaji : pasien mengatakan merasa tidak
nyaman dengan suasananya.
12) Pola Spiritual
Sebelum sakit : pasien mengatakan beragama Islam,
sholat 5 waktu dan membawa Ql-Quran
Saat dikaji : pasien mengatakan sholat dengan
tidur dan membaca Al-Quran.
38
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
3) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung,
penggunaan otot-otot pernapasan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
4) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat darah.
Palpasi : Ada lesi dan nyeri tekan.
5) Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, bibir tampak sianosis/mukosa
bibir tampak (kering/basah), serta keluarnya darah segar
dan lender dari mulut, lidah .
6) Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid, tidak dicurigai fraktur cervikal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan.
7) Thorax
Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan
bengkak, pergerakan dinding dada tidak simetris,
terdapat otot bantu pernapasan.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan dan ada
pembengkakan.
Auskultasi : Bunyi napas
ronchi/wheezing/krekels/vesikular(normal), suara
ngorok, frekuensi napas 30x/menit.
Perkusi : Snoring./sonor/hipersonor/redup
8) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas.
Palpasi : Ada nyeri tekan pada supra pubik.
Perkusi :. Tympani.
Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit
39
9) Genetalia dan Rektum
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter
spool blasé.
40
4
Tabel 6 Hasil pemeriksaan laboratorium
2) Pemeriksaan radiologi
Tn. S dari Ruang Cempaka RS dr. Soejono , 29 Juni 2018
41
darah di mulut pasien
b/d
- Frekuensi napas 35x/menit Gangguan
ventilasi
Ditandai dengan
42
35x/menit
Gangguan
ventilasi
- Pemeriksaan ttv :
TD :120/80 mmHg
N : 110x/m
43
P : 35x/m
S : 38,7oc
5 Ds : - Penolong mengatakan ada Trauma thorak Nyeri dada
bengkak dan jejas di bagian dada
pasien
Perdarahan
- Penolong mengatakan dada
jaringan
pasien membentur stir
intersitium
Do : - Tampak ada bengkak dan jejas
di dada pasien
Reabsorsi darah
- Pengkajian PQRST
Merangsang
viseralis dan
perientalis
Diskontinuitas
jaringan
44
V. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
ganggan ventilasi ditandai dengan penolong mengatakan klien
muntah darah dan tampak gumpalan darah yang menghalangi
pernapasan, suranya ngorok, rr 30x/m
(masalahetiologisymtom(data))
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadi sumbatan
dan suplai oksigen turun dalam jaringan.
4. Nyeri dada berhubungan dengan bengkak, jejas dan infark paru-
paru.
45
VI. Intervensi Keperawatan
menjamin dengan
keamanan. hipoksida.
46
sesak atau kolaps kepatuhan klien
paru-paru. terhadap rencana
terapeutik.
-Mempertahankan
perilaku tenang, -Membantu klien
bantu pasien untuk mengalami efek
mengontrol diri fisiologi hipoksida
dengan yang dapat
menggunakan dimanifestasikan
pernapasan lebih sebagai
lambat dan dalam. ketakutan/ansietas.
-Memperhatikan -Mempertahankan
alat bullow drainase tekanan negative
berfungsi baik, cek intrapleural sesuai
setiap 1-2 jam, yang diberikan, yang
periksa pengontrol meningkatkan
penghisap untuk ekspansi paru
jumlah hisapan optimum/drainse
yang benar. cairan.
47
masuknya ke dimana area pleural
tempat drainage. menurun.
Alirkan akumulasi
-Tak adanya
drainage bila perlu.
gelembung dapat
-Catat jumlah menunjukkan
drainage selang ekspansi paru
dada. lengkap/normal atau
slang buntu.
-Kolaborasi dengan
tim kesehatan lain -Posisi tak tepat,
(dokter, radiologi terlipat atau
dan fisioterapi). pengumpulan bekuan
atau cairan pada
-Pemberian
slang mengubah
antibiotika.
tekanan negative
-Pemberian
yang diinginkan.
analgetika.
-Berguna untuk
-Fisioterapi dada
mengevaluasi
dan konsul photo
perbaikan
thoraks.
kondisi/terjadinya
perdarahan yang
memerlukan upaya
intervensi.
-Mengevaluasi
perbaikan kondisi
klien atas
perkembangan
parunya.
Inefektif kebersihan -Tujuan : jalan napas -Jelaskan klien -Pengetahuan yang
jalan napas lancer/normal. tentang kegunaan diharapkan akan
berhubungan dengan batuk yang efektif membantu
-Kriteria hasil :
peningkatan sekresi dan mengapa mengembangkan
menunjukkan batuk yang
secret dan penurunan terdapat kepatuhan klien
efektif. Tidak ada lagi
batuk sekunder akibat penumpukan secret terhadap rencana
penumpukan secret sal,
nyeri dan keletihan. di sal. terapeutik.
48
pernapasan klien nyaman. -Jelaskan klien -Batuk yang tidak
tentang metode terkontrol adalah
yang tepat untuk melelahkan dan tidak
pengontrolan batuk. efektif, menyebabkan
frustasi.
-Tarik napas dalam
dan perlahan saat -Memungkinkan
duduk setegak ekspansi paru lebih
mungkin, lakukan luas. Pernapasan
pernapasan diafragma
diafragma. menurunkan
frekuensi napas dan
-Tahan napas
meningkatkan
selama 3-5 detik
ventilasi alveolar.
kemudian secara
perlahan-lahan, -Meningkatkan
keluarkan sebanyak volume udara dalam
mungkin melalui paru, mempermudah
mulut. pengeluaran sekresi
secret.
-Lakukan napas
kedua, tahan dan -Pengkajian ini
batukkan dari dada membantu
dengan melakukan mengevaluasi
2 batuk pendek dan keefektifan upaya
kuat. Auskultasi batuk klien.
paru sebelum dan
-Sekresi kental sulit
sesudah klien batuk.
untuk diencerkan dan
-Ajarkan klien dapat menyebabkan
tindakan untuk sumbatan mukus.
menurunkan
-Mulut yang baik
viskositas sekresi
meningkatkan rasa
mempertahankan
kesejahteraan dan
hidrasi yang
mencegah bau mulut.
adekuat,
meningkatkan
masukan cairan
49
1.000-1.500cc/hari
bila tidak
kontraindikasi.
-Dorong atau
berikan perawatan
mulut yang baik
setelah batuk.
-Kolaborasi dengan
tim kesehatan
lainnya (dokter,
radiologi, dan
fisioterapi).
-Pemberian
expectorant.
-Pemberian
antibiotika.
-Fisioterapi dada.
Konsul photo
thoraks.
Perubahan -Tujuan : nyeri -Jelaskan dan bantu -Pendekatan dengan
kenyamanan: nyeri berkurang/hilang. pasien dengan menggunakan
akut berhubungan tindakan pereda relaksasi dan
-Kriteria hasil : nyeri
dengan trauma jaringan nyeri nonfarmakologi
berkurang/dapat
dan refleks spasme otot nonfarmakologi dan lainnya telah
diadaptasi. Dapat
sekunder. noninvasive. menunjukkan
mengidentifikasi aktivitas
keefektifan dalam
yang -Ajarkan relaksasi :
mengurangi nyeri.
meningkatkan/menurunka teknik-teknik untuk
n nyeri. Pasien tidak menurunkan -Gerakan
gelisah. ketegangan otot melancarkan
rangka, yang dapat peredaran darah,
menurunkan sehingga kebutuhan
intensitas nyeri dan oksigen oleh jaringan
juga tingkatkan akan terpenuhi,
50
ralaksasi masa. sehingga mengurangi
rasa nyeri.
-Ajarkan metode
distraksi selama -Mengalihkan
nyeri akut. perhatian nyeri pada
hal-hal yang
-Berikan
menyenangkan.
kesempatan waktu
istirahat bila terasa -Istirahat akan
nyeri dan berikan merelaksasi semua
posisi yang nyaman jaringan sehingga
(saat tidur, pada akan meningkatkan
belakang kenyamanan.
dipasangkan bantal
-Pengetahuan yang
kecil).
akan dirasakan
-Meningkatkan membantu
pengetahuan mengurangi nyerinya
tentang: sebab nyeri dan dapat membantu
dan mengembangkan
menghubungkan kepatuhan klien
berapa lama nyeri terhadap rencana
akan berlangsung. terapeutik.
51
sampai 2 hari.
Kurang -Tujuan : klien mampu -Uji tingkat
pengetahuan/kebutuhan untuk mengetahui tentang pengetahuan pasien.
belajar tentang kondisi pengertian/informasi
-Mengidentifikasi
dan aturan pengobatan. hemothorax.
kemungkinan
-Kriteria hasil : kambuh/komplikasi
menyatakan pemahaman jangka panjang.
kondisi/proses penyakit
-Uji ulang
dan tindakan.
tanda/gejala yang
Mengidentifikasi
memerlukan
hubungan tanda/gejala
evaluasi medic
yang ada dari proses
cepat, seperti nyeri
penyakit dan
dada tiba-tiba,
menghubungkan dengan
dyspnea, distress
faktor penyebab.
pernapasan lanjut.
52
VII. Implementasi & Evaluasi
53
tambahan
Mengatur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan
Memonitor respirasi dan
status O2. Monitoring
ratarata,kedalaman, irama
dan usaha respirasi
Mencatat gerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular
dan intercostals
Memonitor suara nafas
seperti dengkur
Mengauskultasi suara nafas,
catat area penurunan/tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
Mengauskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya.
54
ventilasi
Melakukan fisioterapi dada
jika perlu Mengeluarkan
secret dengan batuk atau
suction
Mengauskultasi suara nafas,
catat adanya suara tambahan
Mengatur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan
Memonitor respirasi dan
status O2. Monitoring
ratarata,kedalaman, irama
dan usaha respirasi Mencatat
gerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan
otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostals
Memonitor suara nafas
seperti dengkur
Mengauskultasi suara nafas,
catat area penurunan/tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
Mengauskultasi suara paru
setelah tindakan
55
untuk mengetahui hasilnya.
Dx Mengkolaborasikan dengan
. tenaga medis dalam
4 merencanakan
program terapi yang tepat
Membantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Membantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi
dan sosial
Membantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kusi
roda, krek
Membantu untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
Membantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas.
56
dan faktor presipitasi
Mengobservasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Menggunakan tehnik
komunikasi teraupetik untuk
mengetahui pengalaman
nyeri pasien Mengkaji kultur
yang mempengaruhi respon
nyeri
Mengevaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
Mengevaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
Menentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Mengecek intruksi dokter
tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Mengecek riwayat alergi
Memilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
57
Menentukan pilihan
analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
Menentukan analgesik
pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal Pilih rute
pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri
secara teratur.
Evaluasi Keperawatan
Tan N
Evaluasi Paraf
ggal o
D S : -Keluarga mengatakan
x. suara napas pasien sudah
1 tidak ngorok lagi dan sesak
sudah
berkurang
O : - Bersihan jalan napas pasien
tampak bersih , rr 24x/m
A :Masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
- Berikan suction
- Kolaboraikan obat
dengan pemberian
dekongestan
58
D S : - keluarga mengatakan pasien
x. masih sesak
2 - Keluarga pasien mengatakan
gerakan dinding dada masih
tidak setabil
O : - klien tampak sesak
- RR : 30x/m
A : masalh belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
59
- Pasien mengatakan nyeri
berkurang setiap selesai
diberikan obat
O : - Luka pasien tampak bersih
- Bengkak pada pasien sudah
mengecil
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
60