Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ILMU PENYAKIT & PENUNJANG DIAGNOSTIK

“HIV / AIDS”

DISUSUN OLEH:

1. DIMAS INDRAWAN
2. APRIA HANDAYANI
3. ANNISA MUKMININ

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN “YARSI” MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

            Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan izin dan
ridho-Nya makalah ini dapat kami rampungkan. Sholawat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa kedamaian dan
rahmat bagi semesta alam.

            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari mata pelajaran “ Ilmu
Penyakit Dan Penunjang Diagnostik”. Kami berharap makalah ini sedikit banyaknya
memberikan manfaat khususnya bagi penyusun sendiri umumnya bagi semuanya.

            Akhirnya kepada Allah jua kami memohon maaf, kalau sampai terjadi kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Besar harapan kami atas masukan guna perbaikan
isi materi dari makalah ini.

Semoga apa yang kami susun bermanfaat.

Amien ya Robbal’alamin.

Mataram, 20 - Januari - 2022

             Penyusun
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................
1.4 Manfaat..............................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
2.1 Definisi............................................................................................................
2.2 Etiologi............................................................................................................
2.3 Klasifikasi........................................................................................................
2.4 Patofisiologi.....................................................................................................
2.5 Tanda Dan Gejala............................................................................................
2.6 Sistem Penularan.............................................................................................
2.7 Faktor Resiko...................................................................................................
2.8 Penatalaksanaan...............................................................................................
2.9 Diet Nutrisi......................................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
4.1 Kesimpulan...................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan
penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai
macam penyakit lain yang disebut dengan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
(Kementerian Kesehatan RI, 2017). AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi dari virus HIV (Diatmi and Diah, 2014).
Orang yang telah di diagnosa terinfeksi positif oleh virus HIV dan AIDS maka orang tersebut disebut
dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) (Diatmi dan Diah, 2014).

Perkembangan HIV/AIDS pertama kali dikenal pada tahun 1981, namun kasus HIV/AIDS
secara retrospektif telah muncul selama tahun 1970-an di

Amerika Serikat dan di beberapa bagian di dunia seperti Haiti, afrika, dan eropa. (Dinas Kesehatan,
2014). UNAIDS (2017) menunjukkan terjadi peningkatan jumlah orang yang menderita HIV dari 36,1
millyar di tahun 2015 menjadi 36,7 millyar di tahun 2016. Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang memiliki tingkat prevalensi HIV/AIDS yang cukup tinggi. Kasus HIV/AIDS
pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun 1987. Kasus HIV/AIDS telah menyebar di 407
dari 507 kabupaten/kota (80%) di seluruh provinsi di Indonesia hingga saat ini (Ditjen P2P, 2016).
Jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Tahun
2016 jumlah kasus HIV dilaporkan sebanyak 41.250 kasus dan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan
sedikit meningkat dibandingkan tahun 2015 yaitu sebanyak 7.491 kasus. Secara kumulatif, kasus
AIDS sampai dengan tahun 2016 sebanyak 86.780 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Persentase HIV dan AIDS di Indonesia tahun 2017 tercatat dari triwulan 1 (yaitu dari bulan januari
hingga Maret) dengan jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Maret 2017
sebanyak 242.699 orang. Dan jumlah kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2017
sebanyak 87.453 orang (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2017).
Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi HIV/AIDS yang cukup tinggi
setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, Jawa Barat, dan Jawa Tengah adalah provinsi Bali. Total
Kasus HIV dan AIDS pada tahun 2016 di bali tercatat 2581 kasus baik yang hidup maupun yang telah
meninggal. Tahun 2017 yang tercatat hingga bulan juni, jumlah kasus HIV dan AIDS mencapai 1291
kasus. Kabupaten/Kota di bali yang memiliki jumlah penderita HIV dan AIDS terbanyak adalah kota
Denpasar dengan jumlah kumulatif yang tercatat dari tahun 1987 hingga bulan juli 2017 sebanyak
6764 (39,1%) total kasus HIV dan AIDS yang didominasi oleh kelompok umur (20-29) tahun (Ditjen
PP dan PL Kemenkes RI, 2017).

Penyakit HIV/AIDS menimbulkan masalah yang cukup luas pada individu yang terinfeksi
HIV/AIDS yaitu meliputi masalah fisik, sosial dan masalah emosional. Salah satu masalah emosional
terbesar yang dihadapi ODHA adalah depresi. Depresi adalah penyakit suasana hati, depresi lebih dari
sekadar kesedihan atau duka cita. Depresi adalah kesedihan atau duka cita yang lebih hebat dan
bertahan terlalu lama (Yayasan Spiritia, 2014). Depresi digambarkan suatu kondisi yang lebih dari
suatu perasaan sedih dan kehilangan gairah serta semangat hidup (Nugroho, 2016).

WHO memprediksi pada tahun 2020 di negara-negara berkembang depresi nanti akan menjadi
salah satu penyakit mental yang banyak dialami dan depresi berat akan menjadi penyakit kedua
terbesar kematian setelah serangan jantung (Lubis, 2016). Masalah depresi yang berkelanjutan juga
akan berdampak self care harian ODHA secara rutin sebagai akibatnya ODHA menjadi tidak patuh
terhadap program pengobatan, ODHA menjadi tidak teratur minum obat anti retroviral (ARV) dalam
jangka waktu yang lama, akan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup ODHA (Hapsari, 2016).

Yaunin, dkk (2014) dalam penelitiannya menunjukkan angka kejadian depresi pada ODHA
adalah sebanyak 55,8% dengan pembagian depresi ringan

25,6%, depresi sedang 11,6%, depresi berat 4,7%, dan depresi sangat berat 14%. Depresi terbanyak
ditemukan pada usia 20–39 tahun (83,3%). Stigma dan diskriminasi negatif dari masyarakat seringkali
menyebabkan ODHA mengalami masalah seperti depresi. N. L. Lubis (2016) dalam bukunya
menyatakan bahwa stres maupun depresi yang dibiarkan berlarut-larut membebani pikiran dan dapat
menganggangu sistem kekebalan tubuh. Sehingga apabila masalah depresi dibiarkan terus menerus
membebani pikiran ODHA, akan menambah atau memperburuk penyakitnya.

Salah satu intervensi dari keperawatan jiwa yang mampu mengatasi masalah psikologis pada
ODHA khususnya depresi adalah suatu relaksasi yaitu relaksasi lima jari. Berdasarkan penelitian
Nugroho (2016) yang berjudul Pengaruh intervensi teknik relaksasi lima jari terhadap fatigue klien ca
mammae di RS Tugurejo Semarang menunjukkan bahwa pemberian teknik relaksasi lima jari efektif
untuk mengatasi depresi dan kualitas tidur. Nugroho (2016) dalam penelitiannya menunjukkan
intervensi keperawatan yang terbukti efektif untuk mengatasi depresi, nyeri dan kualitas tidur sebagai
gejala dan tanda yang sering dijumpai pada klien cancer. Menurut penelitiannya juga dikatakan bahwa
teknik relaksasi lima jari adalah salah satu teknik relaksasi generalis dengan cara mengingat kembali
pengalaman-pengalaman menyenangkan yang pernah dialaminya sehingga timbul perasaan nyaman
dan rileks, tingkat kecemasan dan masalah emosi lainnya menjadi turun, sehingga seseorang menjadi
mudah tertidur.

Manfaat dari penggunaan teknik relaksasi yaitu memberikan ketahanan yang lebih kuat
terhadap penyakit, memberikan ketenangan batin bagi individu, mengurangi rasa cemas, khawatir dan
gelisah, mengurangi tekanan dan ketegangan jiwa yang akan berpengaruh depresi apabila tidak diatasi.
Hal ini selaras dengan penelitian Kashani dkk (2012) yang berjudul “The Effects Of

Relaxation On Reducing Depression, Anxiety And Stress In Women Who Underwent Mastectomy For
Breast Cancer”menunjukkan bahwa pemberian relaksasi efektif berpengaruh terhadap tingkat
kecemasan, tingkat stress, dan tingkat depresi. Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
teknik relaksasi bisa efektif dalam memperbaiki depresi, kecemasan dan stres. Teknik relaksasi dapat
direkomendasikan sebagai salah satu program perawatan yang efektif untuk menurunkan tingkat
depresi pada pasien dengan penyakit ganas, maupun penyakit kronis seperti HIV/AIDS.
Penelitian lain seperti penelitian menurut Endang Banon, Ermawati

Dalami, Noorkasiani yang berjudul “Efektivitas Terapi Hipnotis Lima Jari untuk Menurunkan Tingkat
Ansietas Pasien Hipertensi” penelitian tersebut
menunjukkan bahwa hipnotis lima jari dapat menurunkan ansietas pada pasien hipertensi (Banon,
dkk 2014). Adapun berdasarkan penelitian Ibnu Maulana
Affandi yang berjudul “Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam dan Hypnosis Lima Jari Terhadap
Tingkat Stress Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Aisyiyah Yogyakarta” didapatkan hasil uji one way anova diperoleh p-value (0,000)
< 0,05, artinya ada perbedaan yang signifikan tingkat stress antara kelompok napas dalam
dengan kelompok hypnosis lima jari, kelompok napas dalam dengan kelompok kontrol,
kelompok hypnosis lima jari dengan kelompok control (Affandi, 2017).

Selain itu, berdasarkan penelitian Suad M. A. Sulaiman yang berjudul “The Effectiveness of
Self Hypnosis to Overcome Insomnia: A Case Study” juga menunjukkan bahwa teknik relaksasi lima
jari merupakan teknik yang efektif untuk meningkatkan rasa aman dan percaya diri serta kenyamanan
psikologis dengan mengatasi ketegangan dan stres (Sulaiman, 2014). Hal tersebut juga selaras dengan
pernyataan di dalam buku “The Relaxation and Stress Reduction Workbook” yang dikarang oleh
Davis,dkk (2008). Salah satu yayasan di Bali yang mendukung ODHA adalah Yayasan Spirit
Paramacitta, Denpasar. Yayasan Spirit Paramacitta mendukung ODHA dan tersebar di beberapa
kabupaten di Bali seperti Bangli, Jembrana, Karangasem, Tabanan, Badung, Gianyar, Buleleng, dan

Kota Denpasar.

Jumlah ODHA yang aktif di Yayasan yang tercatat dari bulan Januari hingga November 2017
paling banyak terdapat di daerah kota Denpasar yaitu berjumlah 308 orang, kemudian diikuti oleh
daerah Buleleng berjumlah 200 orang, daerah Badung berjumlah 176 orang, daerah Gianyar berjumlah
116 orang, dan daerah Tabanan berjumlah 58 orang. Didapatkan informasi bahwa belum pernah
dilakukan suatu intervensi khusus untuk menangani masalah psikologis ODHA setelah dilakukan
wawancara dengan koordinator besar yayasan. Cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah
psikologi ODHA adalah hanya dengan metode konseling dengan kelompok dukungan sebaya yang
berfokus pada peningkatan mutu hidup ODHA khususnya dalam peningkatan pengetahuan HIV/AIDS,
peningkatan percaya diri, pengobatan dan perawatan, akses dukungan, pencegahan positif dengan
melakukan perubahan perilaku, dan kegiatan produktif.

Oleh karena itu penelitian yang peneliti akan lakukan adalah untuk memfokuskan penelitian
pada pemberian relaksasi lima jari terhadap depresi pada

ODHA sehingga peneliti tertarik mengambil penelitian tentang Pengaruh Pemberian Terapi Relaksasi
Lima Jari terhadap Depresi pada ODHA di Yayasan

Spirit Paramacitta, Denpasar Tahun 2018.


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HIV/AIDS?
2. Apa etiologi HIV/AIDS?
3. Bagaimana klasifikasi HIV/AIDS?
4. Bagaimana patofisiologi HIV/AIDS?
5. Apa tanda dan gejala HIV/AIDS?
6. Bagaimasa sistem penularan HIV/AIDS?
7. Apa faktor resiko HIV/AIDS?
8. Bagaimana penataklaksanaan HIV/AIDS?
9. Bagaimana diet nutrisi HIV/AIDS?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penyakit HIV/AIDS
serta faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah tersebut.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan laporan pendahuluan ini diharapkan siswa
mampu:
a. Mengetahui pengertian HIV/AIDS
b. Mengetahui etiologi HIV/AIDS
c. Mengetajui klasifikasi HIV/AIDS
d. Mengetahui patofisologi HIV/AIDS
e. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
f. Mengetahui sistem penularan HIV/AIDS
g. Mengetahui faktor resiko HIV/AIDS
h. Mengetahui manifestasi klinis HIV/AIDS
i. Mengetahui penataklaksanaan HIV/AIDS
j. Mengetahui diet nutrisi HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus (HIV)


HIV Merupakan patogen yang menyerang sistemimun manusia, terutama semua
sel yang memiliki penanda CD4+ di permukaannya seperti makrofag dan limfosit T.
Sementara acquired-immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan suatu kondisi
(sindrom) imunosupresif yang berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik,
neoplasma sekunder. Serta manifestasi neurologik tertentu akibat infeksiHIV. (Risca, Iris,
2014).
Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah singkatan dari AIDS. AIDS adalah
kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang timbul akibat infeksi
HIV (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).Virus HIV memasuki tubuh
seseorang maka tubuh akan terinfeksi dan virus mulai mereplikasi diri dalam sel orang
tersebut (Sel limfosit T CD4 dan Makrofag). Virus HIV akanmempengaruhi sistem
kekebalan tubuh dengan menghasilkan antibodi untuk HIV. Masaantara masuknya infeksi
dan terbentuknya antibodi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaanlaboratorium adalah
antara 2-12 minggu dan disebut masa jendela (window period). Selamamasa jendela,
pasien sangat infeksius sehingga mudah menularkan kepada orang lainmeskipun hasil
pemeriksaan laboratorium masih negatif (Kementrian Kesehatan RepublikIndonesia,
2015).

2.2 Etiologi
Penyebab penyakit AIDS adalah virus HIV dan saat ini telah diketahui dua tipe
yaitu tipe HIV-1 dan HIV-2.Infeksi yang terjadi sebagianbesar disebabkan oleh HIV-1,
sedangkan HIV-2 benyak terdapat di Afrika Barat. Gambaran klinis dari HIV-1 dan HIV-
2 relatif sama, hanya infeksi oleh HIV-1 jauh lebih mudah ditularkan dan masa
inkubasisejak mulai infeksi sampai timbulnya penyakit lebih pendek (Martono,
2006).HIV yang dahulu disebut virus limpotrofik sel T manusia atau virus
limfadenopati(LAV), adalah suatu retrovirusmanusia sitopatikdari famili lentivirus.
Retrovirusmengubah asamribonukleatnya(RNA) menjadi asam deoksiribonukleat(DNA)
setelahmasuk ke dalam sel penjamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik,dengan
HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia(Sylvia& Wilson, 2005).
Ciri khas morfologi yang unik dari virus HIV adalah adanya nukleoid yang
berbentuk silindr is dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan
untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan
pengatur ekspresi virus yang penting dalam pathogenesis penyakit. Satu protein replikasi
fase awal yaitu protein tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat
dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya.Transaktivasi pada hiv sangat efisien
untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Proteinrev dibutuhkan untuk ekspresi
protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlepas dari
nukleus. Protein nefmenginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang dapat
menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).
2.3 Klasifikasi
Stadium HIV AIDS yaitu:
 Stadium I:
Tidak bergejala/asimptomatik, Limpadenopati generalisata.
 Stadium II:
BB menurun < 10%. Kelainan kulit dan mukosa yg ringan, dermatitis seboroik,
prurigo,ulkus oral yg rekuren. Herpes Zoster dalam 5 tahun terakhir. Infeksi
saluran nafas atasyg berulang.
 Stadium III :
BB menurun > 10%. Diare kronis yg berlangsung > 1 bulan. Demam
berkepanjangan >1 bulan. Kandidiasis oral. Oral hairy lekoplakia. TB paru dalam
tahun terakhir. Infeksi bakteri yang berat seperti pneumoni, piomisitis
 Stadium IV :
HIV wasting syndrome. Pneumonia Pneumocytis carinii. Toksoplasmosis otak.
RetinitisCMV. TB di luar paru. Limfoma maligna. Encepalopati HIV. Mikosis
dessiminataseperti histoplasmosis

Klasifikasi klinis HIV AIDS:

1) Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam
kategori klinis B dan C.
a. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
b. Limpanodenopati generalisata yang persisten
c. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit
yang menyertai atau riwayat infeksi HIV yang akut.
2) Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
a. Angiomatosis baksilaris
b. Kandidiasis orofaring/vulvavaginal (peristen,frekuensi/responnya jelek
terhadap terapi
c. Displasia serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
d. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5⁰ C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
e. Leukoplakial yang berambut.
f. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari
satudermaton saraf.
g. Idiopatik trombositopenik purpurah.
h. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii

1. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
a. Kandidiasisbronkus,trakea / paru-paru, esophagus.
b. Kanker serviks inpasif
c. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminatae.
d. Kriptokokosis ekstrapulmoner.
e. Kriptosporidosis internal kronis
f. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
g. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
h. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
i. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
j. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
k. Isoproasis intestinal yang kronis
l. Sarkoma Kaposi
m. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
n. Kompleks mycobacterium avium (M.kansasi yang diseminata /
ekstrapulmoner)
o. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
p. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
q. Pneumonia Pneumocystic Cranii
r. Pneumonia Rekuren
s. Leukoenselophaty multifokal progresiva
t. Septikemia salmonella yang rekuren
u. Toksoplamosis otak Sindrom pelisutan akibat HIV

2.4 Patofisiologi
Penyebab dari AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang termasuk
dalam famili retrovirus. Virus HIV melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+. Virus
tersebut menginfeksi limfosit CD4+ dan sel-sel imunologik lain dan akan mengalami
destruksi sel secara bertahap. Sel-sel ini, yang memperkuat dan mengulang
responsimunologik, dan bila sel-sel tersebut berkurang dan rusak, maka fungsi
imunologik lain terganggu.

HIV merupakan retrovirus yang membawa informasi genetic RANA. Pada saat virus
HIV masuk dalam tubuh virus akan menginfeksi sel yang mempunyai antigen CD4+ (Sel
T pembantu, helper T cell). Sekali virus masuk ke dalam sel, virus akan membuka lapisan
protein sel dan menggunakan enzim Reserve transcriptase untuk mengubah RNA. DNA
virus akan terintergrasi dalam sel DNA host dan akan mengadakan duplikasi selama
proses normal pembelahan.

Dengan memasuki limfosit T4, virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak


dirinya sehingga akhirnya menyebabkan kematian limfosit T4. kematian limfosit T4
membuat daya tahan tubuh berkurang sehingga mudah terserang infeksi dari luar (baik
virus lain, bakteri, jamur atau parasit). Hal itu menyebabkan kematian pada orang yang
terjangkit HIV/AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel
tubuh yang lain.Organ yang paling sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya.
Virus AIDS diliputi oleh suatu protein pembungkus yang sifatnya toksik (racun) terhadap
sel. Khususnya sel otak dan susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat
mengakibatkan kematian sel otak.

Sel CD4+ (Sel T pembantu / helper T cell) sangat berperan penting dalam fungsi
system immune normal, mengenai antigen dan sel yang terinfeksi, dan mengaktifkan sel
Buntuk memproduksi antibody. Juga dalam aktivitas langsung pada cell-mediated cell
immune (immune sel bermedia) dan mempengaruhi aktivitas langsung pada sel kongetitis
duplikasi.

Menurut Long (2013) retrovirus /HIV dibawa oleh hubungan seksual, tranfusi darah
dan oleh ibu yang terkena infeksi ke fetus. Pada saat virus HIV masuk ke dalam aliran
darhamaka HIV mencari sel T4 dan pembantu sel virus melekat pada isyarat dari T4 dan
masuk kedalam sel dan mengarahkan metabolisme agar mengabaikan fungsi normal
(kematian sel T4)dan memperbanyak dari HIV. HIV baru menempel kepada sel T4 dan
menghancurkannya.

Hal ini terjadi berulang-ulang kemudian terjadi sebagai berikut :

1. Infeksi Akut
Terjadi infeksi imun yang aktif terhadap masuknya HIV ke dalam darah. HIV masih
negatif. Gejala lainnya seperti demam, mual, muntah, berkeringat malam, batuk, nyeri
saat menelan dan faringgitis.
2. Infeksi kronik
Terjadi bertahun-tahun dan tidak ada gejala (asimtomatik), terjadi refleksi lambat pada
sel-sel tertentu dan laten pada sel-sel lainnya.
3. Pembengkakan kelenjar limfe
Gejala menunjukkan hiperaktivitas sel limfosit B dalam kelenjar limfe dapat persisten
selama bertahun-tahun dan pasien tetap merasa sehat. Pada masa ini terjadi progresi
terhadap dari adanya hiperplasia folikel dalam kelenjar limfe sampai dengan
timbulnyainvolusi dengan tubuh untuk menghancurkan sel dendritik pada otak juga
sering terjadi, pembesaran kelenjar limfa sampai dua tahun atau lebih dari nodus limfa
pada daerah inguinal selama tiga bulan atau lebih. HIV banyak berkonsentrasi pada
liquorserebrospinal.
4. Penyakit lain akan timbul antara lain :
a. Penyakit kontitusional
Gejala dengan keluhan yang disebakan oleh hal-hal yang tidak langsung berhubungan
dengan HIV seperti diare, demam lebih dari 1 bulan, berkeringat malam, terasa lelah
yang berlebih, berat badan yang menurun sampe dengan 10% yang
mengindikasikanAIDS (slim disease).
b. Gejala langsung akibat HIV/Kompleks Demensia AIDS (AIDS demensia complex)
Muncul penyakit-penyakit yang menyerang sistem syaraf antara lain mielopati,neuropati
perifer, penyakit susunan syaraf otak, kehilangan memori secara fluktoatik, bingung,
kesulitan konsentrasi, apatis dan terbatasnya kecepatan motorik. Demensia penuh dengan
adanya gangguan kognitif, verbalisasi, kemampuan motorik, penyakit kontitusional.
c. Infeksi akibat penyakit yang di sebabkan parasit : pneumonia carinii protozoa
(PCP),cryptosporidictis (etero colitis), toxoplasmosis (CNS dissemminated desease),
danisoporiasis (coccodiosis), bakteri (infeksi mikrobakteri, bakteriemi,
salmonella,tubercullosis), virus sitomegelovirus : hati, retinaparu-paru, kolon; herpes
simplek)dan fungus (candidiasis pada oral, esofagus, intestinum).
d. Kanker sekunder
Muncul penyakit seperti sarcoma kaposi.
e. Penyakit lain.
f. Infeksi sekunder atau neoplasma lain yang berakibat pada kematian dimana
sistemimunitas tubuh sudah pada batas minimal atau mugkin habis sehingga HIV
menguasai tubuh.

2.5 Manifestasi Klinis


Menurut KPA (2007), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum
terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi).
1. Gejala mayor:
 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
 Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
 Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
 Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala Minor
 Batuk menetap lebih dari 1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
 Kandidias orofaringeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limfadenopati generalisata
 Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008),
gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi.
Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit
tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak
mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada
orang lain.
2. Fase lanjut
` Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih.
Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh,
penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti
pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat
badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah
terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir
pada penyakit yang disebut AIDS.

Menurut Sylvia& Wilson (2005) AIDS memiliki beragam manifestasi klinis meliputi:
1. Keganasan
Sarkoma Kaposi (SK) adalah jenis keganasan yang tersering di jumpai pada laki -
laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh HIV(20%),tetapi jarang pada orang
dewasa lain (kurang dari 2%) dansangat jarang pada anak. Tanda lesi berupa
bercak-bercak merahkekuningandi kulit,tetapi warna juga mungkin bervariasi dari
ungutua, merah muda, sampai merah coklat.Gejala demam, penurunan berat badan,
dan keringat malam.
2. Sistem Syaraf Pusat (SSP)
Gejala tanda awal limfoma sistem syaraf pusat (SSP) primer mencakup nyeri
kepala, berkurangnya ingatan jangka pendek, kelumpuhan syaraf kranialis,
hemiparesis, dan perubahan kepribadian.
3. Respiratorius
Pneumonia pneumocystis carini gejala: demam, batuk kering nonproduktif, rasa
lemah, dan sesak nafas.Gastro Intestinal Manifestasi gastrointestinal penyakit AIDS
mencakup hilangnya selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus
dan diare kronis.
4. Neurologik
Manifestasi dini nerologik penyakit AIDS ensefalopati HIV mencakup gangguan
daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan
psikomotorik, apatis dan ataksia.
5. Integumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunis serta malignasi.
Infeksi oportunistik seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan di sertai dengan
pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas kulit. Dermatitis seboreika
akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala
serta wajah. Penderita AIDS juga dapat memperlihatkan folikulitis menyeluruh
yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis
atopik seperti exzema atau psoriasis.
2.6 Sistem Penularan
Pada dasarnya, HIV dapat ditularkan melalui cairan tubuh, termasuk darah, cairan
sperma, cairan vagina, dan air susu ibu yang terinfeksi HIV. Siapa pun dari segala usia,
ras, maupun jenis kelamin bisa terinfeksi HIV, termasuk bayi yang lahir dari ibu dengan
HIV.
Beberapa metode penularan HIV antara lain adalah melalui:
1. Hubungan seks
2. Penggunaan jarum suntik
3. Kehamilan, persalinan atau menyusui
4. Transfusi darah
2.7 Faktor Resiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan adalah sebagai berikut:
a. Berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan dan tanpa menggunakan
pengaman
b. Menggunakan jarum suntik bersama-sama
c. Melakukan pekerjaan yang melibatkan kontak dengan cairan tubuh manusia tanpa
menggunakan alat pengaman diri yang cukup
2.8 Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan untuk
mencegahterpajannya HIV, bisa dilakukan dengan:
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang
tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
HIVnya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi HIV, maka terapinya yaitu :

1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik


Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik,nosokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk
mencegahkontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan
bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap
AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3 .Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan HIV positif asimptomatik dan sel
T4 > 500mm
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambatreplikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obat ini adalah :
a. Didanosine
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidine
d. Recombinant CD 4 dapat larut.
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang
proseskeperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan
terapi AIDS.
5. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun.Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepatreflikasi HIV.
2.9. Diet
Jika pasien penderita penyakit HIV/AIDS, wajib mengutamakan kebutuhan nutrisi,
karena tubuh akan mengalami banyak perubahan, sebagai dampak dari penyakit itu sendiri dan
dari obat-obatan yang konsumsi. Misalnya, berat badan akan turun dengan drastis, kemungkinan
mengalami berbagai infeksi dan diare. Perubahan yang umum terjadi juga meliputi lipodistrofi
atau fat distribution syndrome yang dapat menyebabkan perubahan bentuk tubuh dan menaikan
kadar kolesterol.

Nutrisi yang baik dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh sehingga membantu
mencegah infeksi, membantu pengobatan dan mencegah terjadinya komplikasi.

Makanan sehat bagi penderita HIV/AIDS tidak terlalu berbeda dengan prinsip diet sehat
yang biasanya, yaitu banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian dan kacangan-
kacangan, memilih sumber protein yang rendah lemak, menghindari makanan yang manis dan
minuman ringan.

Manfaat yang didapat dari mengonsumsi makanan tersebut:

 Kalori. 
Sebagai ‘bahan bakar’ tubuh.
 Protein. 
Untuk membentuk otot-otot tubuh, melindungi organ dan memperkuat sistem kekebalan
tubuh Anda. Pilihlah daging dan susu yang rendah lemak.
 Karbohidrat. 
Untuk memberikan energi. Perbanyak makan buah dan sayuran. Anda bisa
mengonsumsinya tiga sampai lima kali sehari dengan warna yang berbeda-beda
untuk mendapatkan nutrisi yang lebih maksimal. Cobalah nasi merah untuk
ekstra serat.
 Lemak. 
Untuk tambahan energi. Yang baik ialah lemak tak jenuh, seperti yang ada pada alpukat,
kacang-kacangan, ikan dan minyak zaitun.
 Vitamin dan mineral.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

HIV/AIDS menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah


kesehatan atau persoalan pembangunan: tetapi juga masalah ekonomi: sosial: dan

lain-lain. Berdasarkan sifat dan efeknya: sangatlah unik karena AIDS mematikan

kelompok yang paling produktif dan paling efektif secara reproduksi dalam

masyarakat: yang kemudian berdampak pada mengurangi produktivitas dan

kapasitas dari masyarakat_ Dampak yang ditimbulkan AIDS terhadap masyarakat

dapat bersifat permanen atau setidaknya berjangka sangat panjang.

AIDS secara sosial tidak terlihat (invisible) meski demikian kerusakan

yang ditimbulkannya sangatlah nyata_ HIV/AIDS karena sifatnya yang sangat

mematikan sehingga menimbulkan rasa malu dan pengucilan dari masyarakat

yang kemudian akan mengiring pada bentuk-bentuk pembungkaman: penolakan: stigma:

dan diskriminasi pada hampir semua sendi kehidupan_ Hampir semua

orang yang diduga terinfeksi AIDS tidak memiliki akses terhadap tes HIV inilah

yang membuat usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan menjadi sangat tumit_

Program pencegahan penyebaran HIV/AIDS harus segera dilaksanakan: tak

terkecuali area Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan

B. Saran
Masa depan bangsa ini harus segera diselamatkan caranya adalah
dengan mendidik dan membimbing generasi muda secara intensif agar

mereka mampu menjadi motor penggerak kemajuan dan mendorong


perubahan kearah yang lebih dinamis: progesif dan produktif Dengan

demikian diharapkan kedepannya bangsa ini mampu bersaing dengan

negara lainya

Agar mencapai impian tersebut remaja Indonesia harus tumbuh

secara positif dan kontruktif: serta sebisa mungkin dijauhkan dari telibat

kenakalan remaja_ Inialah tantangan riil yang kita hadapi sebagai guru dan

orang tua. Sudah sedemikian lama fenomena maraknya kenakalan remaja

ini dibiarkan begitu saja: seolah hanya di tangarli dengan asal-asalan

Pemerintahan sebagai pemengang utama kebijakan juga dapat

menjalankan perannya: yaitu membuat undang undang pendidikan: undang

undang teknologi komunikasi (yang mengatur tayangan yang layak di

akses di internet: televisi: dan media massa): sella membangun aparat

kepolisian yang kuat.

Dengan permasalahan remaja yang terkena HIV DAN AIDS

dikalangan masyarakat diakibatkan pergaulan bebas remaja yang tidak

terpantau: dengan sebab itupenulis berharap ada pengawasan dari orang

yang bertanggung jawab


DAFTAR PUSTAKA

Morhead, Sue., Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. 2006. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Ninuk Dian K, S.Kep.Ners,   Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons). 2007. Asuhan Keperawatan
pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam, dkk. 2007. Jurnal Keperawatan Edisi Bulan November. Surabaya;Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga
NANDA International. 2009. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
Price, Sylvia Anderson, Wilsom, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit, Ed.6. Vol:2. Jakarta: EGC
Smelltzer, Suzane C., Bare, Brenda G. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Volume 1. Edisi

Anda mungkin juga menyukai