Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

Disusun oleh :

Nama : 1. Nurma Hestika Maulani (020.06.0064)


2. Nurul Asyikin (020.06.0065)
3. Tilka Ayattullah (020.06.0083)
Kelas :B
Blok : Respirasi I
Dosen : 1. Ibu Siti Ruqqayah, S.Si., M.Sc.,
2. dr. Dian Rahadianti, M. Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya dan dengan kemampuan yang saya dan teman-teman saya miliki, sehingga
laporan yang berjudul “Fisiologi Pernapasan Manusia” dapat saya dan teman-teman
saya selesaikan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
Laporan ini membahas mengenai “Fisiologi Pernapasan Manusia”. Laporan ini
tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dala
kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Dian Rahadianti, M. Biomed dan Ibu Siti Ruqayyah, M,Sc sebagai dosen
pemateri biologi sel yang sennatiasa memberikan saran serta bimbingan dalam
pelaksanaan pembelajaran.
2. Sumber jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi saya dala berdiskusi.
3. Keluarga dan teman yang saya cintai yang senantiasa memberikan dorongan
dan motivasi.
Dalam menyelesaikan laporan ini diharapkan kepada mahasiswa Universitas
Islam Al-Azhar untuk dapat memahami isi dari laporan ini dan dapat menjadi ilmu
yang berguna di masa yang akan datang. Saya menyadari bahwa dalam proses
pembuatan laporan ini sampai dengan selesai masih banyak kekurangannya, maka
dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Mataram, 14 Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ 2


Daftar Isi ................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan ................................................................................................................................... 4
1.3 Manfaat ................................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 6
2.1 Pengukuran Volume Respirasi dan Penghitungan Kapasitas ................................................ 6
2.2 Efek Surfaktan dan Tekanan Intrapleural pada Respirasi ..................................................... 8
BAB III METODE PRAKTIKUM.......................................................................................... 9
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................................................. 9
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................................................... 9
3.3 Cara Kerja ............................................................................................................................. 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................. 14
4.1 Hasil Pengamatan................................................................................................................ 14
4.2 Pembahasan......................................................................................................................... 18
BAB V PENUTUP ................................................................................................................... 21
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Respirasi atau pernapasan adalah usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2
dalam proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai hasil metabolisme dengan
perantara organ paru dan saluran napas bersama kardiovaskular sehingga dihasilkan
darah yang kaya oksigen. Respirasi mempunyai 3 tahap yaitu: ventilasi, difusi, perfusi.
Ketiga komponen ini selalu bekerjasama dan bila ada gangguan pada salah satu atau
lebih komponen maka akan terjadi gangguan pertukaran gas. Situasi faal paru
seseorang dikatakan normal jika hasil kerja proses ventilasi, difusi, perfusi, serta
hubungan antara ventilasi dengan perfusi pada orang tersebut dalam keadaan santai
menghasilkan tekanan parsial gas darah arteri (PaO2 dan PaCO2) yang normal. Yang
dimaksud keadaan santai adalah ketika jantung dan paru tanpa beban kerja yang berat.
Fungsi paru atau fungsi sistem pernapasan yang utama adalah melaksanakan
pertukaran gas antara O2 dan CO2 di membran respirasi (pada pernapasan eksterna)
dan pada pernapasan interna meliputi pengangkutan O2 dan CO2 dalam peredaran
darah serta utilisasi O2 di jaringan-jaringan dan pembebasan sisa metabolisme CO2
untuk dibuang keluar tubuh oleh membran respirasi.
Volume dan kapasitas pernapasan merupakan gambaran fungsi ventilasi
sistem respirasi. Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas pernapasan dapat
diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan ventilasi pada
seseorang.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk memahami terminologI ventilasi, inspirasi, ekspirasi, diafragma,
interkosta eksternal, interkosta internal, otot-otot dinding abdominal, volume
cadangan ekspirasi (VCE), kapasital vital paksa (KVP), volume tidal (VT),
volume cadangan inspirasi (VCI), volume redisu (VR), dan volume ekspirasi
paksa dala 1 detik (FEV1)
2. Untuk memahami peran otot-otot skeletal dala mekanika pernapasan
3. Untuk memahami perubahan volume dan tekanan dalam rongga toraks selama
ventilasi paru
4. Untuk memahami istilah surfaktan, tegangan permukaan, ruang intrapleura,
tekanan intrapleura, pneumotoraks, dan atelektasis

4
5. Untuk memahami efek surfaktan pada tegangan permukaan dan fungsi pada
paru
6. Untuk memahami bagaimana tekanan intrapleura yang bersifat negatif dapat
mencegah kolaps paru-paru
1.3 Manfaat Praktikum
1. Dapat memahami terminologu ventilasi, inspirasi, ekspirasi, diafragma,
interkosta eksternal, interkosta internal, otot-otot dinding abdominal, volume
cadangan ekspirasi (VCE), kapasital vital paksa (KVP), volume tidal (VT),
volume cadangan inspirasi (VCI), volume redisu (VR), dan volume ekspirasi
paksa dala 1 detik (FEV1)
2. Dapat memahami peran otot-otot skeletal dala mekanika pernapasan
3. Dapat memahami perubahan volume dan tekanan dalam rongga toraks selama
ventilasi paru
4. Dapat memahami istilah surfaktan, tegangan permukaan, ruang intrapleura,
tekanan intrapleura, pneumotoraks, dan atelektasis
5. Dapat memahami efek surfaktan pada tegangan permukaan dan fungsi pada
paru
6. Dapat memahami bagaimana tekanan intrapleura yang bersifat negatif dapat
mencegah kolaps paru-paru

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran Volume Respirasi dan Penghitungan Kapasitas
Dua fase ventilasi, atau bernapas, adalah (1) proses inspirasi dimana udara
diambil ke dalam paru, dan (2) proses ekspirasi dimana udara dihembuskan dari paru.
Inspirasi terjadi karena kontraksi otot-otot interkosta eksternal dan diafragma.
Diafragma yang merupakan otot berbentuk kubah, akan berbentuk rata ketika
bergerak secara inferior, sedangkan otot interkosta eksternal akan mengangkat tulang
rusuk (lihat Gambar 1). Aksi sinergis ini akan meningkatkan volume toraks. Udara
masuk ke dalam paru karena peningkatan volume toraks ini menciptakan suatu vakum
parsial.

Gambar 1. Otot-otot skeletal yang berperan selama proses inspirasi dan


ekspirasi
Selama proses ekspirasi, otot-otot inspirasi berelaksasi menyebabkan
diafragma secara superior terangkat dan dinding dada bergerak ke arah dalam.
Selanjutnya, toraks akan kembali pada bentuk semula karena komponen elastik paru
dan dinding toraks. Seperti halnya pada balon yang dikempeskan, tekanan dalam paru
meningkat dan mendorong udara ke luar paru dan saluran napas. Meskipun ekspirasi
umumnya merupakan suatu proses pasif, otot-otot dinding abdominal dan interkosta
internal juga dapat berkontraksi selama ekspirasi untuk mendorong udara tambahan
dari paru. Hal ini terjadi pada ekspirasi paksa, misalnya saat berolahraga, meniup
balon, batuk, atau bersin.
Normalnya, bernapas akan menggerakkan sekitar 500 ml (0.5 L) udara keluar
masuk paru tiap napas (volume tidal), tetapi jumlah ini dapat bervariasi bergantung

6
pada ukuran tubuh seseorang, jenis kelamin, usia, kondisi fisik, dan kebutuhan
pernapasan segera. Pada aktivitas ini kalian akan mengukur sejumlah volume respirasi
(nilai yang diberikan adalah berturut-turut untuk dewasa normal laki-laki dan
perempuan).
Volume tidal (VT atau TV): jumlah udara yang diinspirasi dan diekspirasi
tiap bernapas pada kondisi istirahat (500 ml)
Volume cadangan inspirasi (VCI atau IRV): jumlah udara yang dapat
diinspirasi paksa setelah inspirasi volume tidal normal (lelaki, 3100 ml; perempuan,
1900 ml)
Volume cadangan ekspirasi (VCE atau ERV): jumlah udara yang dapat
diekspirasi paksa setelah ekspirasi volume tidal normal (lelaki, 1200 ml; perempuan,
700 ml)
Volume residu (VR atau RV): jumlah udara yang tersisa dalam paru-paru
setelah ekspirasi paksa yang lengkap (lelaki, 1200 ml; perempuan, 1100 ml)
Kapasitas respirasi dihitung dari volume-volume respirasi. Pada aktivitas ini
kalian akan menghitung kapasitas respirasi berikut.
Kapasitas paru total (KPT atau TLC): jumlah maksimum udara yang
terkandung dalam paruparu setelah usaha inspirasi maksimum. KPT = VT + VCI +
VCE + VR (lelaki, 6000 ml; perempuan, 4200 ml)
Kapasitas vital (KV atau VC): jumlah maksimum udara yang dapat
diinspirasi dan kemudian diekspirasi dengan usaha maksimal. KV = VT + VCI +
VCE (lelaki, 4800 ml; perempuan, 3100 ml)
Dua tes fungsi pulmoner yang akan disimulasikan dalam aktivitas ini adalah:
Kapasitas vital paksa (KVP atau FVC): jumlah udara yang dapat
dihembuskan ketika seseorang mengambil inspirasi dalam dan ekspirasi paksa
selengkap dan secepat mungkin
Volume ekspirasi paksa dalam 1 detik (FEV1): mengukur jumlah kapasitas
vital yang diekspirasikan selama detik pertama tes KVP (normalnya 75 – 85 % dari
kapasitas vital)

7
2.2 Efek Surfaktan dan Tekanan Intrapleura pada Respirasi
Pada tiap batas pertemuan gas-cairan, molekul-molekul cairan saling tarik
menarik lebih kuat antar sesamanya dibandingkan terhadap molekul-molekul gas.
Daya keterikatan yang tak seimbang ini menyebabkan tegangan permukaan pada
permukaan cairan. Oleh karena tegangan permukaan akan menahan gaya apapun yang
cenderung untuk meningkatkan area permukaan dari batas pertemuan gas-cairan,
maka ia berperan mengurangi ukuran ruang kosong, seperti alveoli.
Jika lapisan pelindung rongga udara dalam paru-paru adalah air murni, maka
sangat sulit untuk menginflasi paru-paru. Namun, lapisan cair yang melingkupi
permukaan alveoli mengandung surfaktan, suatu campuran lipid dan protein mirip
deterjen yang mengurangi tegangan permukaan dengan cara mereduksi daya
tarikantar molekul air.
Di antara bernapas, tekanan dalam rongga pleura (tekanan intrapleura) lebih
rendah dibandingkan tekanan di dalam alveoli. Terdapat dua gaya yang menyebabkan
kondisi tekanan negatif ini terjadi: (1) tendensi paru-paru untuk recoil karena
komponen elastiknya dan tegangan permukaan cairan alveoli, dan (2) tendensi
dinding toraks yang terkompresi untuk recoil dan ekspansi ke luar. Dua gaya ini
menarik paru-paru dari dinding toraks, menciptakan suatu vakum parsial dalam
rongga pleura.
Oleh karena tekanan dalam ruang intrapleura lebih rendah dibandingkan
tekanan atmosfer, maka pembukaan apapun dalam membran pleura akan
menyebabkan tekanan intrapleura setara dengan tekanan atmosfer dengan
memungkinkan udara masuk ke rongga pleura. Kondisi ini disebut dengan
pneumotoraks. Kondisi ini kemudian dapat memicu kolaps paru, yang disebut
atelektasis. Pada aktivitas ini, ruang intrapleura merupakan ruang antara dinding
gelas toples dan dinding luar dari paru-paru yang berada di dalamnya.

8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dilakukannya praktikum ini adalah :
Hari/Tanggal : Kamis, 4 Februari 2021
Waktu : 14.40 s/d selesai
Tempat : Laboratorium Fisiologi FK UNIZAR
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Topik 1
1. Paru-paru manusia simulasi yang tersuspensi dalam gelas
2. Diafragma karet
3. Tabung aliran udara yang menghubungkan paru-paru dengan atmosfer
4. Osiloskop
5. Tiga pola pernapasan: volume tidal normal, volume cadangan ekspirasi (VCE), dan
kapasitas vital paksa (KVP)
3.2.2 Topik 2
1. Paru-paru simulasi yang tersuspensi dalam suatu gelas toples
2. Diafragma karet
3. Katup pada sisi bagian kiri dari gelas toples
4. Cairan surfaktan
5. Osiloskop
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Topik 1
1. Saluran napas diatur pada radius 5.0 mm seperti yang tampak pada Gambar 2.
Tekan ‘Start’ untuk menginisiasi pola pernapasan normal dan menentukan baseline
volume respirasi. Amati spirogram yang tampak pada osiloskop, dan paru simulasi
akan menunjukkan volume tidal sebagai hasil kontraksi dan relaksasi diafragma.

Gambar 2. Praktikum Simulasi Topik 1

9
2. Tekan ‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.
3. Tekan ‘clear tracings’ untuk menghapus tampilan spirogram pada osiloskop.
4. Pengukuran volume respirasi dan menentukan kapasitas respirasi akan dilakukan
dengan langkah berikut ini. Diawali dengan menekan ‘start’ untuk menginisiasi
pola pernapasan normal. Setelah 10 detik, tekan ‘ERV (Expiratory Reserve
Volume)’. Tunggu 10 detik berikutnya, kemudian tekan ‘FVC (Forced Vital
Capacity)’ untuk menyelesaikan pengukuran volume respirasi.
Ketika kalian menekan ERV, program akan mensimulasikan ekspirasi paksa
menggunakan kontraksi otot-otot interkosta internal dan otot-otot dinding
abdominal.
Ketika kalian menekan FVC, paru-paru awalnya akan inspirasi maksimal dan
selanjutnya ekspirasi penuh untuk mendemonstrasikan kapasitas vital paksa.
5. Perlu dicatat bahwa, selain volume tidal, pada layar osiloskop akan terukur volume
cadangan ekspirasi, volume cadangan inspirasi, dan volume residu (amati
Gambar3).
Kapasitas vital dan kapasitas paru total dihitung dari sejumlah volume ini. Tekan
‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.

Gambar 3. Tampilan Volume dan Kapasitas Respirasi dalam Spirogram


6. Ventilasi menit merupakan jumlah udara yang mengalir masuk dan ke luar paru-
paru dalam satu menit.
Rumus Ventilasi Menit (ml/menit) = Volume Tidal x Frekuensi Napas
Hitung nilai ventilasi menit dengan menggunakan data pengukuran kedua, dan
masukkan ke dalam tempat yang tersedia, kemudian tekan ‘submit data’ untuk
merekam jawaban kalian dalam laporan.
7. Kalian akan mengamati pengaruh perubahan radius saluran napas terhadap fungsi
pulmoner. Turunkan radius saluran napas menjadi 4.5 mm dengan cara menekan
tombol – di sebelah tampilan radius saluran napas.

10
8. Tekan ‘start’ untuk menginisiasi pola pernapasan normal. Setelah 10 detik, tekan
‘ERV’, kemudian 10 detik berikutnya tekan ‘FVC’. Nilai FEV1 akan muncul pada
tampilan FEV1 di bawah osiloskop.
9. Tekan ‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.
10. Berikutnya, kalian akan secara bertahap mengurangi radius saluran napas.
a. Kurangi radius saluran napas sebesar 0.5 mm dengan cara menekan tombol
– di sebelah tampilan radius saluran napas.
b. Tekan ‘start’ untuk menginisiasi pola pernapasan normal. Setelah 10 detik,
tekan ‘ERV’ dan tunggu 10 detik berikutnya, kemudian tekan FVC. Nilai
FEV1 akan muncul pada tampilan FEV1 di bawah osiloskop.
c. Tekan ‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.
d. Ulangi langkah ini hingga kalian mencapai radius saluran napas 3.0 mm.
11. Cara terbaik untuk menunjukkan nilai FEV1 adalah dengan persentase FVC.
FEV1 (%) = FEV1/FVC x 100%
Dengan catatan, pada simulasi ini nilai VC setara dengan nilai FVC.
Masukkan data % FEV1 menggunakan data pada radius saluran napas 5.0 mm,
kemudian tekan ‘submit data’.
12. Masukkan data % FEV1 menggunakan data pada radius saluran napas 3.0 mm,
kemudian tekan ‘submit data’.
3.3.2 Topik 2
1. Tekan ‘start’ untuk menginisiasi pola pernapasan normal dan mengamati grafik
spirogram yang tampak pada osiloskop.

Gambar 4. Praktikum Simulasi Topik 2


2. Tekan ‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel. Data ini akan
menunjukkan pernapasan tanpa keberadaan surfaktan, seperti tampak pada
Gambar4.

11
3. Tekan ‘surfactant’ sebanyak dua kali untuk melepaskan dua alikuot cairan lipid dan
peptida sintetik ke dalam lapisan interior paru-paru.
4. Tekan ‘start’ untuk menginisiasi pernapasan dengan kehadiran surfaktan dan amati
grafik yang tampak di osiloskop.
5. Tekan ‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.
6. Tekan ‘surfactant’ sebanyak dua kali untuk melepaskan dua alikuot cairan lipid dan
protein sintetik tambahan ke dalam lapisan interior paru-paru.
7. Tekan ‘start’ untuk menginisiasi pernapasan dengan kehadiran surfaktan tambahan
dan amati grafik yang tampak di osiloskop.
8. Tekan ‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.
9. Tekan ‘clear tracings’ untuk menghapus tampilan grafik pada osiloskop.
10. Tekan ‘flush’ untuk membersihkan surfaktan dari tahapan proses sebelumnya.
11. Tekan ‘start’ untuk menginisiasi pernapasan dan amati grafik yang berkembang.
Catatlah kondisi tekanan negatif yang tampak di bawah osiloskop ketika paru-
paru berinflasi.
12. Tekan ‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.
13. Tekan katup yang terletak pada sisi bagian kiri dari gelas toples untuk
membukanya, seperti tampak pada Gambar 5.

Gambar 5. Pembukaan Katup yang Mensimulasikan Kondisi Pneumotoraks


14. Tekan ‘start’ untuk menginisiasi pernapasan dan amati grafik yang tampak di
osiloskop.
15. Tekan ‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.
16. Tekan katup yang terletak pada sisi bagian kiri dari gelas toples untuk
menutupnya.
17. Tekan ‘start’ untuk menginisiasi pernapasan dan amati grafik yang tampak di
osiloskop.
18. Tekan ‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.

12
19. Tekan tombol ‘reset’ di atas gelas toples untuk mengeluarkan udara dari ruang
intrapleura dan mengembalikan paru-paru ke kondisi istirahat normal.
20. Tekan ‘start’ untuk menginisiasi pernapasan dan amati grafik yang tampak di
osiloskop.
21. Tekan ‘record data’ untuk menampilkan hasil dalam tabel.

13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Topik 1
1. Tabel Data Volume Respirasi dan Pengukuran Kapasitas
No Radius Aliran Laju
(ml/min) VT VCE VCI VR KV FEV1 KPT Napas
1. 5.00 7485 499 _ _ _ _ _ _ 15
2. 5.00 7500 500 1200 3091 1200 4791 3541 5991 15
3. 4.50 4920 328 787 2028 1613 3143 2303 4756 15
4. 4.00 3075 205 492 1266 1908 1962 1422 3871 15
5. 3.50 1800 120 288 742 2112 1150 822 3262 15
6. 3.00 975 65 156 401 2244 621 436 2865 15

2.Grafik Spirogram Aliran Udara Volume dan Kapasitas Respirasi


a. Baseline

b. Tiap radius saluran napas


1) 5.0 mm

14
2) 4.50 mm

3) 4.00 mm

4) 3.50 mm

5) 3.00 mm

15
4.1.2 Topik 2
1. Tabel Efek Surfaktan dan Tekanan Intrapleura pada Respirasi
No Radius Laju Surfaktan Tekanan Tekanan Aliran Aliran Aliran
. Saluran Pernapasan Intrapleura Intrapleura Udara Kiri Udara Udara
Napas (napas/menit) Kiri (atm) Kanan (atm) (ml/menit) Kanan Total
(ml/me (m/men
nit) it)
1. 5 15 0 -4 -4 49.69 49.69 99.38
2. 5 15 2 -4 -4 69.56 69.56 139.13
3. 5 15 4 -4 -4 89.44 89.44 178.88
4. 5 15 0 -4 -4 49.69 49.69 99.38
5. 5 15 0 0.00 -4 0.00 49.69 49.69
6. 5 15 0 0.00 -4 0.00 49.69 49.69
7. 5 15 0 -4 -4 49.69 49.69 99.38

2.Grafik Spirogram Efek Surfaktan dan Tekanan Intrapleura pada Respirasi


a. Baseline

b, Tanpa Surfaktan

16
c. Dengan Surfaktan

1) Surfaktan = 2

2) Surfaktan = 4

d. Katup Terbuka

e. Katup Tertutup

17
4.2 Pembahasan
4.2.1 Topik 1
Expiratory Reserve Volume (ERV) adalah volume udara yang dapat
dikeluarkan secara maksimal setelah melakukan ekspirasi pada pernapasan biasa.
Sedangkan, Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume udara yang diekspirasi
dengan paksa dan tuntas, setelah melakukan inspirasi yang dalam. Berdasarkan
penjelasan ERV dan FVC hal ini dilakukan secara berturut-turut karena sebagai mana
kita ketahui rumus dari penentuan FVC adalah TV + IRV + ERV jadi perlu jeda
dilakukan agar nilai dari ketiganya dapat ditentukan.
Otot-otot skeletal yang berperan pasa simulasi praktikum adalah otot
interkostalis (interna dan eksterna), otot diafragma, otot rektus abdominalis, otot
obliqus abdominalis, otot vektoralis minor dan otot scalanes.
FEV 1 (Forced Expiratory Volume in One Second) beguna untuk mengukur
persentasi dari Vital Capacity yang di ekspirasi kan selama 1 detik pada tes FVC.
Normalnya berkisar 75%-85% dari Vital Capacity).
Diketahui berdasarkan hasil praktikum :
FEV 1 = 3541 ml
VC = 4791 ml
Maka;
FEV1 % = (FEV1 / VC) X 100%
FEV1 %= (3541ml/4791ml) X 100% = 73,9%
Jika resistensi udara tinggi atau terjadi penyempitan saluran pernapasan yang
ditandai dengan radius yang kecil dapat menyebabkan udara yang dapat dihembuskan
dengan cepat berkurang. Dalam hal ini, nilai FEV1 berkurang, dengan berkurangnya
nilai FEV1 maka presentasenya juga akan berkurang. Hasil ini sesuai dengan hasil
dalam tabel hasil.
Secara umum penyakit paru dibagi menjadi dua, penyakit paru restriktif dan
penyakit paru obstruktif, pada penyakit paru restriktif, paru-paru menjadi lebih sulit
dalam mengembang atau pada saat kita menarik nafas, sementara penyakit paru
obstruktif paru-paru mengalami kesulitan dalam mengeluarkan gas dari dalamnya.
Hasil praktikum kali ini menunjukkan bahwa terjadi masalah paru obstruktif, hal ini
dapat kita ketahui karena turunnya nilai FEV yang dipengaruhi penurunan dari radius
dan ini merupakan salah satu ciri masalah paru obstruktif.

18
4.2.2 Topik 2
Pada praktikum kali ini mahasiswa diminta untuk mengamati laju pernapasan,
aliran udara, dan keadaan paru-paru jika ditambahkan cairan surfaktan dan juga
adanya pembukaan katup pada bagian sisi kiri paru-paru. Seperti yang terlihat pada
hasil pengamatan bahwa laju pernapasan relatif sama pada setiap percobaan namun
tidak untuk aliran udara yang masuk pada kedua sisi paru-paru. Begitu pula dengan
pembukaan katup paru-paru mengalami kondisi abnormal.
Surfaktan merupakan campuran kompleks lemak dan protein yang dikeluarkan
oleh sel penomocytes tipe II yang tersedia di antara molekul-molekul air di cairan
yang melapisi bagian dalam alveolus dan menurunkan tegangan permukaan alveolus.
Pada praktikum fisiologi respirasi ini penambahan surfaktan ini dilakukan karena
adanya elastisitas jaringan ikat paru yang teregang yang mengakibatkan tegangan
permukaan alveolus, dengan begitu tujuan penambahan cairan surfaktan adalah untuk
mengurangi kecenderungan alveolus mengalami recoil agar mencegah alveolus kolaps
dan membantu mempertahankan stabilitas paru dengan menurunnya tegangan
permukaan secara berurutan. Tegangan permukaan dipermukaan cairan dihasilkan
dari gaya tarik yang tak seimbang pada pertemuan udara-air di mana molekul-molekul
air di permukaan memperlihatkan ikatan yang lebih kuat dengan molekul air
sekitarnya dibandingkan dengan udara di atas permukaan tersebut.
Pada praktikum kali ini kita dapat memahami apa itu tekanan intrapleura.
Tekanan intrapleura merupakan tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini juga
biasa dikenal dengan tekanan intrathoraks yaitu tekanan yang ditimbulkan di luar paru
di dalam rongga thoraks. Tekanan intrapleura biasanya lebih rendah daripada tekanan
atmosfer, reratanya 756 mmHg saat istirahat. Alasan mengapa tekanan intrapleural
lebih rendah daripada tekanan atmosfer adalah baik dinding thoraks maupun paru
tidak berada dalam posisi alaminya yaitu ketika keduanya saling menempel, maka
keduanya secara terus-menerus berupaya untuk kembali ke dimensi-dimensi inheren
mereka. Dalam keadaan normal udara tidak masuk ke dalam rongga pleura karena
tidak ada komunikasi antara rongga dan atmosfer atau alveolus. Namun pada
praktikum ini disimulasikn pembukaan katup pada bagian kiri paru-paru sehingga
udara masuk mengalir menuruni gradien tekanan dari tekanan atmosfer yang lebih
tinggi ke dalam ruang pleura. Keadaan abnormal masuknya udara ke dalam rongga
pleura ini dikenal dengan pneumotoraks (udara dalam dada). Di mana tekanan
intrapleura dan tekanan alveolus yang seharusnya berbeda kini menjadi seimbang

19
sehingga gradien tekanan transmural tidak lagi ada baik di dinding paru maupun
dinding dada.
Pada praktikum kali ini juga dilakukannya penutupan kembali katup yang
terbuka sehingga menimbulkan paru kolaps yaitu ketika gradien tekanan transumural
lenyap dan paru kolaps ke ukuran tak teregangnya serta mengembangnya dinding
dada ke luar kondisi ini biasa dikenal dengan atelaktasis pada bagian kiri paru yaitu
rongga yang mengalami pembukaan katup. Hal ini dapat terjadi pada bagian kiri
rongga paru karena paru merupakan bukan satu kesatuan yang tanpa ada pemisah
diantara rongganya. Oleh karena itu bagian kanan rongga paru tetap dalam keadaan
normal tanpa mengalami penumotoraks ataupun atelaktasis. Cara terbaik untuk
memulihkan paru-paru yang kolaps akibat pembukaan katup tadi adalah dengan
memompa udara keluar dari ruang intrapleural untuk mencipatkan kembali tekanan
negatif. Simulasi yang dilakukan pada praktimum kali ini adalah dengan menekan
tombol reset di atas gelas toples untuk mengeluarkan udara dari ruang intrapleura dan
mengembalikan paru-paru ke kondisi istirahat normal.

20
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum topik 1, dapat disimpulkan bahwa Expiratory Reserve Volume
(ERV) adalah volume udara yang dapat dikeluarkan secara maksimal setelah
melakukan ekspirasi pada pernapasan biasa. Sedangkan, Forced Vital Capacity (FVC)
adalah volume udara yang diekspirasi dengan paksa dan tuntas, setelah melakukan
inspirasi yang dalam. Otot-otot skeletal yang berperan pasa simulasi praktikum adalah
otot interkostalis (interna dan eksterna), otot diafragma, otot rektus abdominalis, otot
obliqus abdominalis, otot vektoralis minor dan otot scalanes. Secara umum penyakit
paru dibagi menjadi dua, penyakit paru restriktif dan penyakit paru obstruktif, pada
penyakit paru restriktif, paru-paru menjadi lebih sulit dalam mengembang atau pada
saat kita menarik nafas, sementara penyakit paru obstruktif paru-paru mengalami
kesulitan dalam mengeluarkan gas dari dalamnya.
Pada praktikum topik 2, dapat disimpulkan bahwa pengamatan yang dilakukan
pada praktikum fisiologi respirasi untuk kegiatan dua ini membuat mahasiswa bisa
memahami fungsi dari cairan surfaktan yang dihasilkan oleh sel pneumocytes tipe II
merupakan cairan yang dapat meningkatkan compliance paru serta memperkecil
kecenderungan paru untuk recoil sehingga paru tidak mudah kolaps. Karena jika
semakin kecil jari-jari alveolus maka akan semakin besar kecenderungan paru untuk
kolaps. Selain itu juga pemberian cairan sufaktan ini meningkatan aliran udara yang
masuk ke dalam paru-paru. Pada praktikum kali ini juga dilakukan simulasi
pembukaan katup pada bagian sisi kiri paru yang mengakibatkan kondisi abnormal
paru yaitu pneumotoraks dan atelaktasis dan membuktikan bahwa posisi paru-paru
yang telah diciptakan yaitu menjadikan paru merupakan organ yang memiliki rongga
dengan pemisah sehingga jika terjadi kondisi abnormal pada salah satu rongganya
maka tidak dengan mudah langsung menyebabkan kondisi abnormal pada bagian
rongga lainnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C, 2018, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit


Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Sherwood, L 2020, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 9, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Tortora, Gerard J 2020, Dasar Anatomi & Fisiologi Volume 2 Edisi 13,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai