Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

Respiratory System Mechanics

Disusun
Oleh: Nazar Ibrahim
NIM:04011181823028
Alpha2018

PRORGAMSTUDIPENDIDIKANDOKTER
FAKULTASKEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan
Praktikum Respirasi. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai syarat
untuk memenuhi tugas Praktikum Fisiologi Blok 6.

Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras saya semata,
melainkan juga atas bantuan dari dosen pembimbing. Untuk itu, saya ucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Budi Santoso M.Kes selaku dosen
pembimbing Praktikum Fisiologi Blok 6.

Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna.
Untuk itu, saya selaku penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran
yang membangun agar laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap
semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.

Palembang 13 Maret 2019

Nazar Ibrahim

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 LatarBelakang ................................................................................................... 1
1.2 TujuanPratikum ............................................................................................... 2
1.3 Alat dan Bahan .................................................................................................. 2
1.4 LangkahKerja ................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
2.1 Dasar Teori ........................................................................................................ 5
2.2 Spirometer ......................................................................................................... 6
2.3 ProsesPernapasan ............................................................................................. 7
BAB III............................................................................................................................. 10
PENUTUP........................................................................................................................ 10
3.1 Hasil Praktikum (ExperimentResult) ........................................................... 10
3.1.1 Predict Question ...................................................................................... 10
3.1.2 Stop & ThinkQuestions .......................................................................... 10
3.1.3 Experiment Data ..................................................................................... 11
3.1.4 Post-LabQuiz ........................................................................................... 12
3.1.5 Hasil Review Sheet .................................................................................. 14
3.2 Kesimpulan ...................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17
LAMPIRAN..................................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Dua fase ventilasi, atau pernapasan, adalah (1) inspirasi, di mana udara dibawa ke paru-
paru, dan (2) kedaluwarsa, di mana udara dikeluarkan dari paru-paru. Inspirasi terjadi sebagai
otot-otot interkostal eksternal dan kontrak diafragma. Diafragma, biasanya otot berbentuk
kubah, merata ketika bergerak inferior sedangkan otot-otot interkostal eksternal, yang terletak
di antara tulang rusuk, angkat tulang rusuk (lihat Gambar 7.2). Tindakan koperasi
meningkatkan volume toraks. Air bergegas ke paru-paru karena peningkatan volume toraks
menciptakan vakum parsial.

Selama cukup kedaluwarsa, otot-otot inspirasi bersantai, menyebabkan diafragma naik


superior dan dinding dada bergerak ke dalam. Dengan demikian, thorax kembali ke bentuk
normal karena sifat elastis dari paru-paru dan dinding dada. Seperti dalam balon mengempis,
tekanan di paru-paru meningkat, memaksa udara keluar dari paru-paru dan saluran udara.
Meskipun berakhirnya biasanya proses pasif, otot perut-dinding dan otot-otot interkostal
internal yang juga dapat kontrak selama ekspirasi untuk memaksa udara tambahan dari paru-
paru. ekspirasi paksa tersebut terjadi, misalnya, ketika Anda berolahraga, meledakkan balon,
batuk, atau bersin.

Normal, cukup bernapas bergerak sekitar 500 ml (0,5 liter) dari udara (volume tidal) ke
dalam dan keluar dari paru-paru dengan setiap napas, tapi jumlah ini dapat bervariasi karena
ukuran seseorang, jenis kelamin, usia, kondisi fisik, dan segera kebutuhan pernapasan. Dalam
kegiatan ini Anda akan mengukur volume pernapasan berikut (nilai yang diberikan untuk laki-
laki dewasa normal dan perempuan perkiraan).

1. volume tidal (TV): jumlah udara yang terinspirasi dan kemudian berakhir dengan
masing-masing napas dalam kondisi istirahat (500ml)
2. Inspirasi cadangan volume (Irv): Jumlah udara yang dapat tegas terinspirasi setelah
inspirasi volume tidal normal (laki-laki, 3100 ml; perempuan, 1900ml)
3. Ekspirasi volume cadangan (ERV): jumlah udara yang bisa paksa berakhir setelah
normal volume yang kedaluwarsa tidal (1200ml laki-laki; 700ml perempuan)
4. volume residu (RV) : Jumlah udara yang tersisa di paru-paru setelah kuat dan lengkap
kedaluwarsa (laki-laki, 1200 ml; perempuan, 1100 ml)

1
5. kapasitas pernapasan dihitung dari volume pernapasan. Dalam kegiatan ini Anda akan
menghitung kapasitas pernapasan berikut.
6. Total kapasitas paru-paru (TLC): Maksimum jumlah udara yang terkandung dalam
paru-paru setelah inspirasi maksimum Upaya : TLC = TV + Irv + ERV + RV (laki-
laki, 6000 ml; 4200ml perempuan)
7. kapasitas vital (VC) : Jumlah maksimal udara yang dapat terinspirasi dan kemudian
berakhir dengan upaya maksimal: VC = TV + Irv + ERV (laki-laki, 4800ml; 3100ml
perempuan)

Ada dua tes fungsi paru dalam kegiatan ini.

1. Kapasitas vital paksa (FVC): Jumlah udara yang dapat dikeluarkan ketika subjek mengambil
inspirasi terdalam mungkin dan tegas berakhir sebagai benar-benar dan secepat
mungkin.
2. Volume ekspirasi paksa (FEV1): mengukur jumlah kapasitas vital yang berakhir pada detik
pertama tes FVC (biasanya 75% -85% dari kapasitas vital).
1.2 TujuanPratikum

1. Mengetahui sistem respirasi pada tubuh manusia.

2. Memahami hubungan pengguanaan ventilasi, inspirasi, ekspirasi, diafraghma,


muskulus interkostal eksternal dan internal, otot- otot dinding abdomen, volume
ekspirasi (ERV), volume inspirasi (IRV), volume residual (RV) , kekuatan kapasitas
vital ( FVC), dan kekuatan volumeekspirasisetiapsatudetik(FEV1).

3. Mengukurvolumepernapasandanmenghitungkapasitasparu.

4. Memahami proses terjadinya perubahan tekanan dan volumepadarongga


dadaselamaventilasiyangterjadidiparu-paru.

5. Mengetahuicarakerjaspirometri.

6. Menganalisahasilpemeriksaanspirometri

7. Mengetahuiperbandinganfaalparunormaldantidaknormal

1.3 Alat dan Bahan

1. Stimulasi paru-paru manusia yang ditangguhkan dalam tabung loncengkaca.

2. Diafragma karet – digunakan untuk menutup jar dan mengubah volume dan tekanan
dalam tabung (Selama diafragma bergerak inferior, volume dalam toples meningkat
dan tekanan secara perlahan semakin menurun, menciptakan vakum parsial dalam

2
toples. Vakum parsial ini menyebabkan udara tersedot ke dalam tabung di bagian atas
toples dan kemudian masuk ke paru-paru simulasi. Sebagai diafragma bergerak naik,
volume udara menurun dan meningkatnya tekanan di dalam toples memaksa udara
keluar dariparu-paru).

3. Tabung udara fleksibel – menghubungkan paru-paru ke atmosfer.

4. Osciloscope.

5. Tiga pola pernapasan yang berbeda: volume tidal normal, ekspirasi volume cadangan
(ERV) dan kapasitas vital paksa (FVC).

1.4 LangkahKerja

1. Radius saluran dipasang 5 mm. Kemudian, menginisiasikan pola pernafasan normal


dan membentuk pola dasar volume respirasi. Selanjutnya, melakukan pengamatan
spirogram yang terbentuk pada osiloskop dan bahwa paru-paru simulasi tersebut
bernafas (ventilasi) dengan volume tidal udara sebagai hasil dari kontraksi dan
relaksasi diafragma.

2. Mendata hasil pengamatan ditabel percobaan.

3. Data spirogram sebelumnya yang berada di osiloskop dihapus.

4. Melakukan pengukuran volume respirasi dan menentukan berbagai kapasitasrespirasi.

a. Menginisiasi pola pernafasan yang normal. Setelah 10 sekon, mengklik ERV.


Menunggu 10 sekon lagi dan kemudian mengklik FVC untuk mengakhiri
pengukuran volume respirasi. FEV1 akan muncul pada tabel dibawah osiloskop.

b. ERV akan menginisiasi ekspirasi paksa dengan menggunakan kontraksi dari Mm.
intercostalesinternus dan otot-otot dinding abdomen.

c. FVC akan membuat paru-paru akan menginspirasikan udara secara maksimal dan
diekspirasikan secara penuh untuk mendemonstrasikan FVC.

5. Volume tidal, volume cadangan ekspirasi, volume cadangan inspirasi, dan volume
residu sudah terukur. Kapasitas vital dan total kapasitas paru-paru sudah bisa dihitung
dari volume – volume tersebut.

6. Ventilasi per menit (MinuteVentilation) adalah jumlah udara yang masuk dan keluar
dari paru-paru dalam 1 menit. MinuteVentilation = TV (ml/nafas) x BPM
(jumlahnafas/menit).

3
7. Hasil dari MinuteVentilation ditulis pada kolom yang sudah disediakan
(7500ml/menit)

8. Sekarang kamu akan mengetahui efek apa yang akan terjadi jika radius saluran
pernafasan diperkecil terhadap fungsi pernafasan. Kurangi radius saluran sampai 4.5
mm dengan mengklik tombol yang terdapat pada display dibawah radius saluran
tersebut.

9. Menginisiasikan pola pernafasan yang normal. Setelah 10 sekon, mengklik ERV.


Menunggu 10 sekon lagi dan kemudian mengklik FVC untuk mengakhiri pengukuran
volume respirasi. FEV1 akan muncul pada tabel dibawah osiloskop.

10.Mendata hasil pengamatan ditabel percobaan.

11.Selanjutnya,kamu akan mengurangi radius saluran pernafasan.

a. Mengurangi radius saluran setiap 0.5 mm dengan mengklik tombol di display


tersebut.

b. Menginisiasi pola pernafasan yang normal. Setelah 10 sekon, mengklik ERV.


Menunggu 10 sekon lagi dan kemudian mengklik FVC untuk mengakhiri
pengukuran volume respirasi. FEV1 akan muncul pada tabel dibawah osiloskop.

c. Mendata hasil pengamatan ditabel percobaan.

d. Mengulangi kembali langkah-langkah ini sampai radius saluran mencapai 3 mm.

12.Cara yang paling efektif untuk menentukan FEV1 adalah dengan menggunakan
persentase dari FVC. Dengan menggunakan data hasil FEV1 dan FVC dari tabel,
menghitung FEV1 (%) dengan membagi volume FEV1 dengan volume FVC (dalam
kasus ini, VC sama dengan FVC) dan mengkalikan hasil dengan100%.

13.Tulis FEV1 (%) untuk radius saluran 5 mm pada kolom yang disediakan.(74%)

14.Cara yang paling efektif untuk menentukan FEV1 adalah dengan menggunakan
persentase dari FVC. Dengan menggunakan data hasil FEV1 dan FVC dari tabel,
hitunglah FEV1 (%) dengan membagi volume FEV1 dengan volume FVC (dalam
kasus ini, VC sama denganFVC) dan kalilah dengan100%.

15.Tulis FEV1 (%) untuk radius saluran 3 mm pada kolom yang disediakan.(70%).

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori


Sistem respirasi adalah kumpulan organ yang berfungsi mensuplai oksigen ke dalam
darah dan mengeluarkan karbon dioksida dari darah. Oksigen selanjutnya dibawa oleh darah
keseluruh tubuh. Dalam menjalankan fungsinya sistem respirasi bekerja dengan cara
menggerakkan udara keluar masuk rongga toraks. (Irfanuddin, 2019).

Fungsi fisiologis sistem pernapasan adalah penting untuk kehidupan. Jika masalah
berkembang di sebagian besar sistem fisiologis lainnya, kita dapat bertahan hidup selama
beberapa waktu tanpa menyapa mereka. Tetapi jika masalah terus-menerus berkembang dalam
sistem pernafasan (atau sistem peredaran darah), kematian dapat terjadi dalam hitungan menit.

Peran utama dari sistem pernapasan adalah untuk mendistribusikan oksigen ke, dan
mengeluarkan karbon dioksida dari, semua sel tubuh. Sistem pernafasan bekerja sama dengan
sistem peredaran darah untuk mencapai hal ini. Respirasi meliputi ventilasi, atau gerakan udara
ke dalam dan keluar dari paru-paru (pernapasan), dan transportasi (melalui darah) dari oksigen
dan karbon dioksida antara paru-paru dan sel-sel tubuh. jantung memompa darah
terdeoksigenasi ke paru kapiler, di mana terjadi pertukaran gas antara darah dan alveoli
(kantung udara di paru-paru). Dengan demikian oxygenating darah. Jantung mereka memompa
darah beroksigen ke jaringan tubuh, di mana oksigen digunakan untuk metabolisme sel. Pada
saat yang sama, karbon dioksida (produk limbah metabolisme) dari jaringan tubuh berdifusi ke
dalam darah. karbon dioksida yang diperkaya ini.

Ventilasi adalah hasil dari kontraksi otot skeletal . Ketika diafragma-a kontrak otot
berbentuk kubah, volume di dada dan perut rongga-dan eksternal kontrak otot interkostal,
volume di dalam rongga meningkat dada. peningkatan volume toraks ini mengurangi tekanan
di rongga dada, yang memungkinkan gas atmosfer untuk memasuki paru-paru (suatu proses
yang disebut inspirasi). Ketika diafragma dan interkostalis eksternal bersantai, tekanan di
rongga dada meningkat sebagai volume menurun. Memaksa udara keluar dari paru-paru (suatu
proses yang disebut kadaluarsa). Inspirasi dianggap proses aktif karena kontraksi otot
memerlukan penggunaan ATP, sedangkan berakhirnya biasanya dianggap sebagai proses pasif
karena otot rileks, daripada kontrak. Ketika seseorang sedang berjalan, bagaimanapun,
berakhirnya menjadi proses aktif, yang dihasilkan dari kontraksi otot interkostal internal dan

5
otot perut. Dalam hal ini, baik inspirasi dan ekspirasi dianggap proses aktif karena kontraksi
otot yang diperlukan untuk keduanya.

Jumlah udara yang mengalir masuk dan keluar dari paru-paru dalam 1 menit adalah paru
menit ventilasi, yang dihitung dengan mengalikan frekuensi pernapasan dengan volume
masing-masing napas (volume tidal). Ventilasi harus diatur setiap saat mempertahankan
oksigen dalam darah arteri dan karbon dioksida dalam darah vena di permukaan laut, tekanan
total adalah 760mmHg. Oksigen membentuk 21% dari total atmosfer dan, karena itu, memiliki
tekanan parsial (PO2) dari 160 mmHg (760mmHg x 0,21).

Oksigen dan karbon dioksida berdifusi ke bawah gradien tekanan parsial mereka, dari
tekanan parsial tinggi ke tekanan parsial rendah. Oksigen berdifusi dari alveoli paru-paru ke
dalam darah, di mana ia dapat larut dalam plasma dan melampirkan hemoglobin, dan kemudian
berdifusi dari darah ke dalam jaringan. Karbon dioksida (dihasilkan oleh reaksi metabolisme
dari jaringan) berdifusi dari jaringan ke dalam darah dan kemudian berdifusi dari darah ke
dalam alveoli untuk ekspor dari tubuh. (dr. Budi Santoso, 2019)

Pernapasan merupakan hal yang sangat penting bagi tubuh manusia. Pernapasan dalam
disebut juga dengan respirasi. Respirasi dalam Dorland (2011) adalah pertukaran oksigen dan
karbon dioksidaantara atmosferdan sel tubuh, meliputi ventilasi, difusi oksigen dari alveolus
ke darah dan karbon dioksida dari darah ke alveolus serta transport oksigen ke sel tubuh dan
karbon dioksida dari sel tubuh. Dalam referensi lain disebutkan bahwa respirasi merupakan
keseluruhan proses yang melaksanakan pemindahan pasif O2 dari atmosfer ke jaringan untuk
menunjang metabolisme sel, serta pemindahan pasif terus menerus CO2 yang dihasilkan oleh
metabolisme dari jaringankeatmosfer(Sherwood,2011).
Respirasi memiliki tujuan berupa penyediaan oksigen dan pembuangan karbon dioksida.
Untuk menjalankan tujuan tersebut, maka respirasi memiliki beberapa fungsi utama. Fungsi
utama respirasi ialah sebagaiberikut(Guyton,2007):
1. Ventilasiparu.
2. Difusioksigendankarbondioksidaantaraalveolidandarah.
3. Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh.
4. Pengaturanmekanismeventilasi.

2.2 Spirometer

Metode sederhana untuk mempelajari ventilasi paru adalah dengan mencatat volume
udara yang masuk dan keluar paru-paru, suatu proses yang disebut spirometri. Spirometer ini

6
terdiri dari sebuah drum yang dibalikkan diatas bak air, dan drum tersebut di imbangi oleh
suatu beban. Dalam drum terdapat gas untuk bernapas, biasanya udara atau oksigen; dan sebuah
pipa yang menghubungkan mulut dengan ruang gas. Apabila seseorang bernapas dari dan ke
dalam ruang ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai di atas gulungan
kertas yang berputar (Guyton & Hall, 1997: 603).

2.3 ProsesPernapasan

Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding
abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali
per menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.

1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya
sekitar 500 ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis
serta persyarafan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.
Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada
vertebra servikal keempat. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan
tekanan udara antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan
intrapleural lebih negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer
(760mmHg)sehinggaudaramasukkealveoli. Efektifnyaventilasiterganutungpadafaktor:

a. Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan
menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru – paru.

b. Adekuatnya system saraf pusat dan pusat pernafasan.

c. Adekuatnyapengembangandanpengempisanparu-paru.

d. Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa,


internal interkosa,otot abdominal.

Ventilasi adalah proses pergerakan udara kedan dari dalam paru, terdiri
atasduatahap,yaitu:

a. Inspirasi : pergerakan udara dari luar ke dalam paru. Terjadi inspirasi bila
tekanan intrapulmonal lebih rendah dibanding tekanan udara luar.Penurunan
intrapulmonal saat inspirasi disebabkan oleh mengembangnya rongga toraks
akibat kontraksi otot – otot inspirasi.

7
b. Ekspirasi : pergerakan udara dari dalam keluar paru. Terjadi bila tekanan
intrapulmonal lebih tinggi dibanding tekanan udara luar sehingga udara
bergerak keluar paru. Meningkatnya tekanan di dalam rongga paru karena
volume rongga paru mengecil akibat proses penguncupan karena daya elastisitas
paru. Penguncupan terjadi akibat otot-otot inspirasi mulai relaksasi.

2. Perfusi

Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi,
dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri
pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan
ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus.
Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-
waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.

3. Difusi

Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah
dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli.Gas berdifusi
secarapasifdari alveolus kedarah di dalamkapiler paru atau sebaliknya mengikuti
penurunan gradien tekanan parsial masing-masing gas. Difusi adalah pergerakan molekul
dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi
terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran
respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya PO2 di alveoli sekitar 100 mmHg
sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan
berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam
kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi ke luar
alveoli.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada difusi gas dalam paru:

a. Gradien tekanan parsial gas


Merupakan perbedaan tekanan suatu gas antara alveolus dan kapiler paru atau
kapiler jaringan dengan sel-sel jaringan. Faktor ini adalah penentu utama
kecepatan pertukaran gas. Semakin tinggi gradien tekanan parsialnya semakin
cepat pertukaran gas yang terjadi.
b. Luas membran

8
Makin luas area membran alveolokapiler yang ikut dalam pertukaran gas,
semakincepatdanbanyakpertukarangasyangterjadi.
c. Ketebalan sawar pemisah antara udara dengan darah
Sawar yang memisahkan antara udara dengan darah berupa membran
alveolokapiler dan juga jaringan interstisium diantara alveolus dan kapiler paru.
Semakin tebal sawar tersebut semakin menurun kecepatan pertukaran
gasyangterjadi.
d. Koefisiendifusi
Merupakan besaran daya larut suatu gas di dalam jaringan tubuh. Semakin tinggi
koefisien difusi suatu gas, semakin mudah gas tersebut berpindah mengikuti
penurunan gradien tekanan parsial. Oleh karena itu semakin cepat juga terjadi
pertukaran gas.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Hasil Praktikum (ExperimentResult)
Activity 1: Measuring Respiratory Volumes and Calculating Capacities LabReport
3.1.1 Predict Question
Penyakit paru-paru sering diklasifikasikan sebagai obstruktif atau restriktif. Penyakit
obstruktif mempengaruhi aliran udara, dan penyakit restriktif biasanya mengurangi volume dan
kapasitas. Meskipun tidak diagnostik, tes fungsi paru seperti forcedexpiratory volume (FEV1)
dapat membantu dokter menentukan perbedaan antara penyakit obstruktif dan restriktif. Secara
khusus, FEV1 adalah volume paksa yangkedaluwarsadalam1detik. Pada penyakit obstruktif
seperti bronkitis kronis dan asma,jalan napas menurun. Dengan demikian, FEV1 akan jawaban
Anda: b. Meningkat secara proporsional.
3.1.2 Stop & ThinkQuestions
1. Otot-otot mana yang berkontraksi selama ekspirasi yang tenang? Anda menjawab
dengan benar:
d. Tidak satu pun dari otot-otot ini berkontraksi selama ekspirasi tenang.
2. Ventilasi menit adalah jumlah udara yang mengalir ke dalam dan kemudian keluar
dari paru-paru dalam satu menit. Ventilasi menit (ml / menit) = TV (ml / napas) x
BPM (napas / menit). Menggunakan nilai-nilai dari pengukuran yang direkam kedua,
masukkan ventilasi menit di bidang di bawah ini dan kemudian klik Kirim Data untuk
mencatat jawaban Anda dalam laporan laboratorium.
Anda menjawab:7500ml/mnt
3. Cara yang berguna untuk mengekspresikan FEV1 adalah sebagai persentase dari
forced vital capacity(FVC). Dengan menggunakan nilai FEV1 dan FVC dari kisi data,
hitung FEV1 (%) dengan membagi volume FEV1 dengan volume FVC (dalam hal ini,
VC sama dengan FVC) dan kalikan dengan 100%. Masukkan FEV1 (%) untuk radius
jalan napas 5,00 mm di bidang di bawah ini, lalu klik Kirim Data untuk mencatat
jawaban Anda dalam laporan lab.
Anda menjawab : 73,90
4. Cara yang berguna untuk mengekspresikan FEV1 adalah sebagai persentase dari
forced vital capacity(FVC). Dengan menggunakan nilai FEV1 dan FVC dari kisi data,
hitung FEV1 (%) dengan membagi volume FEV1 dengan volume FVC (dalam hal ini,
VC sama dengan FVC) dan kalikan dengan 100%. Masukkan FEV1 (%) untuk radius

10
jalan napas 3,00 mm di bidang di bawah ini, lalu klik Kirim Data untuk mencatat
jawaban Anda dalam laporan lab.
Anda menjawab 70,20
3.1.3 Experiment Data

11
3.1.4 Post-LabQuiz
1. Untuk menghitung kapasitas vital seseorang, Anda perlu mengetahui TV, ERV, dan…
c. IRV
2. Mengukur FVC seseorang berarti Anda mengukur…
d. jumlah udara yang bisa dikeluarkan saat subjek mengambil inspirasi sedalam
mungkin dan kemudian dengan paksa berakhir sepenuhnya dan secepat mungkin.
3. Mengukur FEV1 seseorang berarti Anda mengukur…
b. jumlah VC yang ekspirasi pada detik pertama uji FVC.
4. Untuk orang yang menderita serangan asma, obat inhaler diharapkan…
a. mengurangi resistensi jalan nafas.
5. Manakah dari nilai – nilai berikut ini yang tidak termasuk ERV ?
c. TV

12
3.1.4.1 PembahasanPost-LabQuiz
Volume dan kapasitas paru dapat menjadi suatu ukuran adanya gangguan fungsi
paru. Volume dan kapasitas paru pun terbagi menjadi beberapa macam yang akan
dijelaskan sebagai berikut (Guyton,2007):
1. Volume Tidal : Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau
diekspirasisetiapkalibernapasnormal.Besarnyakira-kira500ml.
2. Volume Cadangan Inspirasi: Volume cadangan inspirasi adalah volume udara
ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan di atas volume tidal normal bila
dilakukan inspirasi kuat. Secara umum, besarnya mencapai 3000ml.
3. Volume Cadangan Ekspirasi (ERV): Volume cadangan ekspirasi adalah volume
udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi
kuatpadaakhirekspirasitidalnormal.Besarnyamencapai1100ml.
4. Volume Residu (RV): Volume residu adalah volume udara yang masih tetap
berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat. Besarnya kira-kira 1200ml.
5. Kapasitas Inspirasi (IRV): Merupakan jumlah udara yang dapat dihirup
seseorang mulai pada ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah
maksimum. Kapasitas inspirasi dirumuskan sebagai penjumlahan
darivolumetidaltambahvolumecadanganinspirasi.
6. Kapasitas Residu Fungsional: Merupakan jumlah udara yang tersisa dalam paru
pada akhir ekspirasi normal. Dirumuskan sebagai
penjumlahanvolumetidalditambahvolumeresidu.
7. Kapasitas Vital (FVC): Merupakan jumlah udara maksimum yang dapat
diekspirasi setelah inspirasi maksimal dan kemudian diekspirasi semaksimal
mungkin. Dirumuskan sebagai penjumlahan antara volume
tidal,volumecadanganinspirasi,danvolumecadanganekspirasi.
8. Kapasitas Paru Total: Merupakan jumlah udara maksimum yang dapat
mengembangkan paru semaksimal mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin.
Dirumuskan sebagai penjumlahan kapasitas vital dengan volumeresidu.
Dalam pemeriksaan FVC, orang yang diperiksa mula-mula melakukan
inspirasi maksimal sampai kapasitas paru total, dan kemudian ekspirasi ke
dalam spirometer dengan upaya ekspirasi maksimal secepatnya dan sesempurna
mungkin. Jarak total penurunan kurva pada rekaman volume paru
menggambarkan FVC, seperti yang ditunjukkan dalamgambar.

13
sumber:GuytonandHallTextbookofMedicalPhysiology12th edition
Terdapat perbedaan antara dua rekaman diatas, (1) untuk paru normal dan
(2) untuk obstruksi parsial saluran napas. Perubahan volume total pada FVC
tidak jauh berbeda, yang menunjukkan bahwa hanya terdapat sedikit perbedaan
pada volume dasar paru antara kedua orang ini. Namun, terdapat perbedaan
besar pada jumlah udara yang dapat diekspirasikan oleh kedua orang tersebut
setiap detik, terutama selama detik pertama. Pada orang normal, persentase FVC
yang dikeluarkan selama detik pertama dibagi dengan FVC total (FEV1/FVC%)
adalah sebesar 80%. Namun, pada obstruksi saluran napas, nilai ini turun
menjadi hanya 47%. Pada obstruksi saluran napas berat, seperti yang sering
terjadi padaasmaakut,persentaseinidapatmenurunmenjadikurangdari20%.
Volume ekspirasi paksa dalam satu detik (VEP1) adalah volume udara yang
dapat dihembuskan selamadetik pertamaekspirasi dalam suatu penentuan KV.
Biasanya VEP1 berkisar 80% dari KV, yaitu dalam keadaan normal 80% udara
yang dapat dihembuskan secara paksa dari paru yang telah mengembang
maksimal dapat dihembuskan dalam satu detik. Pengukuran ini menunjukkan
laju aliran udara paru maksimal yang dapatdicapai.
3.1.5 Hasil Review Sheet
1. Apa yang akan menjadi contoh kejadian pernapasan sehari-hari yang disimulasikan
oleh ERV?
Jawabanmu: meniup balon
2. Otot rangka tambahan apa yang digunakan dalam aktivitas ERV? Jawabanmu:otot
intercostal internal
3. Berapa FEV1 (%) pada jari-jari awal 5,00 mm?
Jawabanmu: 73,90
4. Apa yang terjadi pada FEV1 (%) ketika jari-jari saluran udara menurun? Seberapa
baik hasil dibandingkan dengan prediksi Anda?

14
Jawabanmu: -

5. Jelaskan mengapa hasil dari percobaan menunjukkan bahwa ada masalah paru
obstruktif,bukanrestriktif.
Jawabanmu: pada saat terjadi obstructive radius udara berkurang, kemudian radius
udara pun berkurang
3.1.5.1 PembahasanReviewSheet
Volume cadangan ekspirasi atau expiratory reserve volume (ERV) Volume
cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi
melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal. Besarnya mencapai 1100 ml.
Selama ekspirasi yang cukup, otot-otot inspirasi rileks, menyebabkan diafragma naik
secara superior dan dinding dada bergerak ke dalam. Dengan demikian, toraks
kembali ke bentuk normalnya karena sifat elastis paru-paru dan dinding toraks. Seperti
pada balonyang mengempis, tekanan diparu-paru naik, memaksaudara keluar
dariparu-parudansaluranudara.
Meskipun ekspirasi biasanya merupakan proses pasif, otot-otot dinding abdomen
dan otot interkostal internal juga dapat berkontraksi selama ekspirasi untuk memaksa
udara tambahan dari paru-paru. Ekspirasi semacam itu terjadi, misalnya, ketika
berolahraga, meniup lilin, meledakkanbalon,danbatuk,sertabersin.
Ekspirasi aktif menggunakan otot interkostalis internal dan otot abdominalis yang
tidak digunakan selama inspirasi. Otot-otot ini secara kolektif disebut juga otot-otot
ekspirasi. Otot interkostalis interna melapisi bagian dalam iga. Saat otot ini
berkontraksi, iga ditarik ke arah dalam, mengurangi volume rongga toraks. Otot
abdominalis berkontraksi selama ekspirasi aktif untuk menyokong kegiatan otot
interkostalis interna. Kontraksi abdominalis menarik iga bagian bawah ke dalam dan
menurunkanvolumeronggaabdomen.
Menghitung FEV1 (%) dengan membagi volume FEV1 dengan volume FVC
(dalam hal ini, VC sama dengan FVC) dan kalikan dengan 100%.
Maka: FEV1(%) = FEV1/VC x 100 %
= 3541/4791 x 100 %
= 73,9 %
Penentu utama resistensi terhadap aliran udara adalah jari-jari saluran napas. Kita
mengabaikan resistensi saluran napas pada pembahasan tentang aliran udara yang
dipicu oleh gradien tekanan karena pada sistem respirasi yang sehat, jari-jari sistem

15
penghantar cukup besar sehingga resistensi tetap sangat rendah. Karena itu, gradien
tekanan antara alveolus dan atmosfer biasanya menjadi faktor utama yang
menentukan kecepatanaliranudara.
Resistensi menjadi hambatan yang sangat penting terhadap aliran udara ketika
lumen saluran napas menyempit akibat penyakit, salah satu contoh ketika kita
mengalami pilek. Kita mengetahui betapa sulitnya menghasilkan kecepatan aliran
udara yang memadai melalui hidung yang tersumbat saat saluran hidung menyempit,
akibat pembengkakan dan penimbunan mukus. Maka dengan menurunnya jari-jari
saluran udara, maka dapat menurunkan volume udara, termasuk volume ekspirasi
paksa dalam satu detik (FEV1).
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru yang
ditandai oleh peningkatan resistensi saluran napas, yang terjadi akibat penyempitan
lumen saluran napas bawah. Ketika resistensi saluran napas meningkat, harus
diciptakan gradien tekanan yang lebih besar untuk mempertahankan bahkan kecepatan
aliran udara yang normal. Karena itu, orang dengan PPOK harus bekerja lebih kuat
untuk bernapas. Penyakit paru obstruktif kronik mencakup tiga penyakit kronik
(jangka-panjang),yaitubronkitis kronik, asma, dan emfisema.
Pasien dengan penyakit paru obstruktif lebih mengalami kesulitan dalam
mengosongkan paru daripada rnengisinya, kapasitas paru total (KPT) pada hakikatnya
normal, tetapi kapasitas residual fungsional (KRF) dan volume residual (VR)
meningkat akibat tambahan udara yang terperangkap di paru setelah ekspirasi. Karena
VR meningkat maka kapasitas vital (KV) berkurang. Dengan meningkatnya udara
yang tersisa di paru, KPT yang tersedia untuk digunakan dalam pertukaran udara
dengan atmosfer menjadi berkurang.
Temuan umum lain adalah berkurangnya secara mencolok volume ekspirasi
paksa dalam satu detik (VEP1) karena laju aliran udara berkurang akibat obstruksi
saluran napas. Meskipun KV dan VEP1 sama-sama berkurang, tetapi VEP1 berkurang
jauh lebih besar daripada KV. Akibatnya, VEP1/KV% jauh lebih kecil daripada
normal. Hal ini serupadalam hasil percobaan, yaitu jumlah udara yang dapat
dihembuskan keluar dalam detik pertama jauh lebih kecil daripada 80% kapasitas vital
yang berkurang. VEP1 = 354; KV = 4791, pada radius 5.00mm, dan didapatkan
VEP1(%)=73,9%. Sedangkan, pada penyakit paru restriktif, persentase kapasitas vital
(KV) yang dapat dihembuskan dalam satu detik adalah normal 80% atau bahkan lebih
tinggi karena udara dapat mudah mengalir bebas di saluran napas. Karena itu,

16
VEP1/KV% sangat bermanfaat dalam membedakan antara penyakit paru obstruktif
dan restriktif.

3.2 Kesimpulan

Semakin kecil radius saluran napas semakin tinggi resistensi udaranya dan karena itu
udara sulit untuk keluar dan masuk paru. Tingginya resistensi udara dapat menurunkan angka
TV, ERV, IRV, VC, FEV1, dan TLC. Sementara nilai RVnya meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

dr. Budi Santoso, d. H. (2019). Buku Penuntun Praktikum. Palembang: Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya.

Irfanuddin. (2019). Fungsi Tubuh Manusia. Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas


Sriwijaya.

Dorland, W.A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed.28 (Alih
Bahasa:AlbertusAgungMahode).Jakarta:EGC

Guyton, Arthur C., John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.11 (Alih Bahasa:
Irawati).Jakarta:EGC
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem Ed.6 (Alih Bahasa: Brahm
UPendit).Jakarta:EGC
Zao, dkk. 2019. PhysioEx 9.1 Laboratory Simulations in Physiology. Diakses melalui
http://www.physioex.com/ pada 9 Maret 2019.

17
LAMPIRAN

Exercise 3: Neurophysiology of Nerve Impulses: Activity 3: The Action Potential:


Threshold Lab Report

Pre-lab Quiz Results

You scored 75% by answering 3 out of 4 questions correctly.

1. Axons are

You correctly answered: d. long, thin structures that extend from a neuronal cell body.

2. Which of the following is easier?

You correctly answered: a. extracellular recordings of the action potential

3. An action potential is usually initiated in an axon at or near

You correctly answered: d. all of the above

4. The initiation of an action potential in a sensory neuron in the body normallyYour answer
: c. requires a nerve chamber.

Correct answer: a. follows a sufficiently large depolarizing receptor potential.

Experiment Results Predict Question:

Predict Question: How will the action potential at R1 (or R2) change as you continue to
increase the stimulus voltage?

Your answer : b. The peak value of the action potential will increase.

Stop & Think Questions:

Why is the action potential recorded by the second recording electrode (R2) delayed relative to
the action potential recorded by the first recording electrode (R1)?

You correctly answered: c. The action potential had to propagate from R1 to R2.

An increase in extracellular K+ would depolarize a neuron. This depolarization would occur


if neurons were damaged. From what you have just learned about generating an action
potential, what effect would this have on nearby axons? The nearby axonal membranes will
___________.

You correctly answered: b. be depolarized to values near or above threshold voltages.

18
Experiment Data:

Stimulus Voltage Peak Value at R1 Peak Value at R2 Action Potential


(mV) (µV) (µV)

10 0 0 No

20 100 100 Yes

30 100 100 Yes

40 100 100 Yes

50 100 100 Yes

19
20
Post-lab Quiz Results

You scored 100% by answering 3 out of 3 questions correctly.

1. The threshold voltage in an axon is usually

You correctly answered: a. less negative than the resting membrane potential.

2. If a graded receptor potential made the resting membrane potential of the axon more
negative (for example, -70 mVchanges to -75 mV), you would expect

You correctly answered: d. it to be more difficult for this axon to reach the threshold voltage.

3. Failure to reach the threshold voltage in the axon of a sensory neuron could be caused
byYou correctly answered: d. all of the above.

Review Sheet Results

1. Define the term threshold as it applies to an action potential.

Your answer:

ketika stimulus melewati threshold maka kan timbul potensial aksi

2. What change in membrane potential (depolarization or hyperpolarization) triggers an action


potential?

21
Your answer:

aksi potensial dipicu karena terjadinya depolarisasi

3. How did the action potential at R1 (or R2) change as you increased the stimulus voltage
above the threshold voltage?

How well did the results compare with your prediction?

Your answer: jika aksi potensial sudah mencapai threshold maka hanya itulah aksi potensial
yang terjadi walaupun stimulasi voltagenya ditambah berapapun

4. An action potential is an "all-or-nothing" event. Explain what is meant by this phraseYour


answer: hanya dua kemungkinan, yaitu terjadinya potensial aksi atau tidak sama sekali, jika
sudah terjadi potensial aksi maka nilai potensial itu akan selalu sama

5. What part of a neuron was investigated in this activity?

Your answer:

axon

Exercise 7: Respiratory System Mechanics: Activity 1: Measuring Respiratory Volumes


and Calculating Capacities Lab

Report

Pre-lab Quiz Results

You scored 40% by answering 2 out of 5 questions correctly.

1. Which of the following statements describing the mechanics of breathing is false?

Your answer : b. Ventilation is measured as the frequency of breathing multiplied by the tidal
volume.

Correct answer: d. Ventilation relies exclusively on contracting skeletal muscles.

2. The contraction of which of the following muscles will increase the thoracic cavity volume
during inspiration?

You correctly answered: c. the external intercostals

3. At the beginning of inspiration, the

You correctly answered: b. thoracic cavity volume increases.

22
4. At the beginning of expiration, the

Your answer : c. volume of the thoracic cavity increases.

Correct answer: a. pressure in the thoracic cavity increases.

5. A tidal volume refers to the

Your answer : d. the twice daily changes in breathing that are influenced by the moon's
gravitational pull.

Correct answer: b. amount of air inspired and then expired with each breath under resting
conditions.

Experiment Results Predict Question:

Predict Question: Lung diseases are often classified as obstructive or restrictive. An


obstructive disease affects airflow, and a restrictive disease usually reduces volumes and
capacities. Although they are not diagnostic, pulmonary function tests such as forced
expiratory volume (FEV1) can help a clinician determine the difference between obstructive
and restrictive diseases. Specifically, an FEV1 is the forced volume expired in 1 second.

In obstructive diseases such as chronic bronchitis and asthma, airway radius is


decreased. Thus, FEV1 will Your answer : b. increase proportionately.

Stop & Think Questions:

Which muscles contract during quiet expiration?

You correctly answered: d. None of these muscles contract during quiet expiration.

6. Minute ventilation is the amount of air that flows into and then out of the lungs in a minute.
Minute ventilation (ml/min) = TV (ml/breath) x BPM (breaths/min).

Using the values from the second recorded measurement, enter the minute ventilation in the
field below and then click Submit Data to record your answer in the lab report.

You answered: 7500 ml/min

11. A useful way to express FEV1 is as a percentage of the forced vital capacity (FVC).
Using the FEV1 and FVC valuesfrom the data grid, calculate the FEV1 (%) by dividing the
FEV1 volume by the FVC volume (in this case, the VC is equal to the FVC) and multiply by
100%.

23
Enter the FEV1 (%) for an airway radius of 5.00 mm in the field below and then click Submit
Data to record your answer in the lab report.

You answered: 73,90

12. A useful way to express FEV1 is as a percentage of the forced vital capacity (FVC).
Using the FEV1 and FVC valuesfrom the data grid, calculate the FEV1 (%) by dividing the
FEV1 volume by the FVC volume (in this case, the VC is equal to the FVC) and multiply by
100%.

Enter the FEV1 (%) for an airway radius of 3.00 mm in the field below and then click Submit
Data to record your answer in the lab report. You answered: 70,20

Experiment Data;

Radius Flow TV ERV IRV RV VC FEV1 TLC Breath


Rate
(L/min)

5.00 7485 499 --- --- --- --- --- --- 15

5.00 7500 500 1200 3091 1200 4791 3541 5991 15

4.50 4920 328 787 2028 1613 3143 2303 4756 15

4.00 3075 205 492 1266 1908 1962 1422 3871 15

3.50 1800 120 288 742 2112 1150 822 3262 15

3.00 975 65 156 401 2244 621 436 2865 15

24
25
26
Post-lab Quiz Results

You scored 80% by answering 4 out of 5 questions correctly.

1. To calculate a person's vital capacity, you need to know the TV, ERV, andYour answer: b.
FEV1.

Correct answer: c. IRV.

2. Measuring a person's FVC means that you are measuring

You correctly answered: d. the amount of air that can be expelled when the subject takes the
deepest possible inspiration and then forcefully expires as completely and rapidly as possible.

3. Measuring a person's FEV1 means that you are measuring

You correctly answered: b. the amount of the VC that is expired during the first second of the
FVC test.

4. For a person suffering an asthma attack, inhaler medications are expected toYou correctly
answered: a. reduce the airway resistance.

5. Which of the following values does not include the ERV?

You correctly answered: c. TV

Exercise 2: Skeletal Muscle Physiology: Activity 5: Fatigue in Isolated Skeletal Muscle


Lab Report

Pre-lab Quiz Results

You scored 100% by answering 4 out of 4 questions correctly.

1. When skeletal muscle twitches fuse so that the peaks and valleys of each twitch become
indistinguishable from eachother, the muscle is in a state known as

You correctly answered: d. complete (fused) tetanus.

2. When the stimulus frequency reaches a value beyond which no further increase of skeletal
muscle force can occur, themuscle has reached its

You correctly answered: c. maximal tetanic tension.

3. A decline in a muscle's ability to maintain a constant level of force, or tension, after


prolonged, repetitive stimulation iscalled

27
You correctly answered: c. fatigue.

4. Which of the following is not thought to be a contributing factor to the development of


fatigue?

You correctly answered: a. buildup of Ca2+ in the muscle fibers

Experiment Results Predict Question:

Predict Question: If the stimulator is briefly turned off for defined periods of time, what will
happen to the length of time that the muscle is able to sustain maximal developed tension when
the stimulator is turned on again?

Your answer : b. The length of the rest period will proportionately increase the length of time
for sustained muscle tension.

Stop & Think Questions:

Why does the stimulated muscle force begin to decrease over time despite the maintained

stimuli? (Note that a decrease in maximal force indicates muscle fatigue is developing.)

You correctly answered: d. More than one of these answers could be correct.

Why did the length of the intervening rest period affect the length of time the skeletal muscle
can maintain maximum tension once the stimulator is turned on again?

You correctly answered: c. Intracellular concentrations of ADP and Pi declined during the rest
period.

28
Experiment Data:

Voltage Stimuli/sec Rest Period Active Force Sustained


(sec) (g) Maximal Force

(sec)

8.5 120 0 5.86 10

8.5 120 0 5.86 10

8.5 120 12 5.86 1.80

8.5 120 22 5.86 5.80

Post-lab Quiz Results

You scored 100% by answering 5 out of 5 questions correctly.

1. During cross bridge cycling in skeletal muscle, force is created by theYou correctly
answered: c. power stroke of the myosin heads.

2. The term tetanus refers to

You correctly answered: b. sustained muscle tension due to repetitive stimuli.

29
3. A decline in a muscle's ability to maintain a constant level of force, or tension, after
prolonged, repetitive stimulation iscalled

You correctly answered: c. fatigue.

4. During fatigue

You correctly answered: c. the number of active cross bridges begins to decline although the
rate of stimulus delivery (frequency) remains constant.

5. If an intervening rest period is imposed on active skeletal muscle

You correctly answered: c. the development of fatigue will be delayed.

Review Sheet Results

1. When a skeletal muscle fatigues, what happens to the contractile force over time?

Your answer:

Ketika otot rangka kelelahan, kekuatan kontraktil berkurang karena kekuatan tidak dihasilkan
lagi setelah mencapai ketegangan tetanik maksimal oleh aktivitas kontraktil sebelumnya.

2. What are some proposed causes of skeletal muscle fatigue?

Your answer:

Asam laktat, ADP, fosfat, dan kalsium rendah dalam darah.

3. Turning the stimulator off allows a small measure of muscle recovery. Thus, the muscle
will produce more force for alonger time period if the stimulator is briefly turned off than
if the stimuli were allowed to continue without interruption.

Explain why this might occur. How well did the results compare with your prediction?

Your answer:

Dengan mematikan stimulator, periode istirahat dibuat, sehingga memungkinkan


konsentrasi konsentrasi asam laktat, ADP, dan Pi antar sel menurun. Dengan konsentrasi
ini berada pada level yang menurun, lamanya waktu otot mampu mempertahankan
ketegangan maksimum meningkat.

4. List a few ways that humans could delay the onset of fatigue when they are vigorously using
their skeletal muscles.

30
Your answer:

lakukan beberapa set latihan berulang rendah. istirahat sebentar. Agar peforma otot lebih baik,
seringlah berolahraga.

31

Anda mungkin juga menyukai