Anda di halaman 1dari 6

Medica Hospitalia Med Hosp 2016; vol 4 (1) : 01–06

Review Article
Medical Progress

"Disorder of Sex Development" :


Problem yang dihadapi di Indonesia
Asri Purwanti

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang

PENDAHULUAN ETIOLOGI

Disorders of Sex Development (DSD) adalah suatu kelainan Penyebab penyakit ambigus genitalia, terbanyak oleh
kongenital di manaperkembangan alat kelamin di karena kelainan genetik, namun pengaruh lingkungan
tingkat kromosom, gonad, atau anatomi terjadi secara terutama penggunaan obat-obat hormonal pada masa
atipikal. DSD ditandai dengan adanya organ genitalia kehamilan merupakan salah satu penyebabnya.
eksterna yang tidak jelas laki-laki atau perempuan, atau Pemakaian obat-obat hormonal yang tidak diperlukan
mempunyai gambaran kedua jenis kelamin. Dicurigai dapat mengakibatkan paparan selama masa kehamilan
ambiguous genitalia apabila alat kelamin penis telalu sehingga mengakibatkan abnormalitas perkembangan
kecil atau klitoris terlalu besar atau bilamana skrotum genitalia pada akhirnya.
melipat garis tengah sehingga tampak seperti labia
mayora yang tidak normal dan gonad tidak teraba.1 PATOFISIOLOGI
Penegakkan diagnosis secepat mungkin dan
penatalaksaan sangat penting sehingga dapat segera Pemahaman terhadap diferensiasi seksual yang normal
dilakukan untuk meminimalisasi komplikasi medis, dan abnormal adalah penting untuk memahami ambigus
psikologis dan sosial.2 Upaya medis untuk genitalia. Berikut adalah proses embriologi dan
menyesuaikan atau memperbaiki bentuk kelamin klasifikasi pada ambigous genitalia:4
seringkali diikuti oleh beberapa masalah yang terkait
dari segi medis, psikososial, hukum, lingkungan hingga Embriologi Diferensiasi Seksual
agama. Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan Penentuan fenotip seks di mulai dari seks genetik yang
tentang DSD dan problem yang dihadapi di Indonesia. kemudian di ikuti oleh kaskade: kromosom seks
menentukan seks gonad, akhirnya menentukan fenotip
EPIDEMIOLOGI seks. Tipe gonad menentukan diferensiasi atau regresi
duktus internal (milleri dan wolfii). Indentitas gender
Insiden Disorders of sex development (DSD) adalah tidak hanya di tentukan oleh fenotip individu, tetapi juga
1 : 4500 – 1 : 5000 bayi lahir hidup. Dimana 50% kasus 46, oleh perkembangan otak natal dan prenatal.
XY dapat diketahui penyebabnya dan 20% secara
keseluruhan dapat diagnosis secara molekular. Di Diferensiasi gonad
Semarang jumlah penderita yang datang rata-rata 2 Dalam bulan ke dua kehidupan fetus, gonad indeferen di
orang perminggu. Sejak tahun 1991 jumlah penderita pandu menjadi tetes informasi genetik yang ada pada
yang terdaftar pada laboratorium Sitogenetika Pusat lengan pendek kromosom Y disebut tetes determining
Riset Biomedik FK Undip Semarang untuk pemeriksaan faktor (DTF) merupakan rangkaian 35-kbp dalam
kromosom (sebagai penentu jenis kelamin) >400 orang.3 subband 11,3, area ini disebut daerah penentu seks pada
Namun sebagian kasus ambiguitas seksual itu kromosom Y (SRY), bila mana daerah ini tidak ada atau
memeriksakan diri saat anak itu sudah berusia di atas 2 berubah, maka gonad dalam perkembangan tetes antara
tahun bahkan sudah beranjak dewasa dengan lain DAX I pada pada kromosom X. SFI pada gq33,WTI
pengasuhan gender yang tidak sesuai, sehingga keadaan pada 11p 13,SOX 9 pada 17q24-q25, dan AMH pada 19q
ini sangat memprihatinkan di Indonesia. 13.5

1
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016

Gambar 1. Pemetaan Gen yang berhubungan dengan Penentuan Seks4

Diferensiasi saluran internal PEMERIKSAAN FISIK


Perkembangan duktus internal pada akibat efek parakrin
gonad ipsilateral. Bila ada jaringan testis, maka ada 2 Bayi baru lahir, patut dicurigai menderita kelainan
subtansi produk internal laki-laki yaitu testosteron ambiguous genetalia bila ditemukan memiliki bentuk
substansi penghambat milleri (MIS) atau hormon anti alat kelamin luar yang berbeda dari normal. Manifestasi
milleri (AMH). atau bentuk alat kelamin luar bayi yang berkemungkinan
Testosteron di produksi sel leydig testis, ambiguous genitalia antara lain:2,5
merangsang duktus wolfi menjadi epidimidis, vas 1. Tampak sebagai laki-laki
deferens dan vesikula seminalis. Struktur wolfi paling  Testes tidak teraba pada bayi aterm
dekat dengan sumber testosteron, duktus wolfi tidak  Hipospadi disertai kantung skrotum terbelah
berkembang seperti yang diharapkan bila testes atau  Kriptorkidisme dengan hipospadi
gonad disgenetik sehingga tidak memproduksi 2. Meragukan/indeterminate
testosteron. Kadar testosteron lokal yang tinggi penting  Ambiguous genitalia
untuk diferensiasi duktus wolfi namun pada fetus 3. Tampak sebagai perempuan
perempuan androgen ibu saja yang tinggi tidak dapat  Hipertropi klitoris dalam berbagai derajat
menyebabkan deferensiasi duktus internal laki-laki, hal  Vulva dangkal hanya dengan satu lubang
ini juga tidak terjadi pada bayi perempuan dengan  Hernia inguinalis yang berisi gonad
congenital adrenal hiperplasia (CAH).4 Diagnosis kelainan ambiguous genetalia ini memerlukan
anamnesis terhadap orang tua bayi, antara lain tentang
Deferensiasi genetalia eksternal riwayat keluarga/keturunan; riwayat penyakit, gizi, dan
Genitalia kedua jenis kelamin masih identik sampai 7 konsumsi obat selama kehamilan; riwayat penyakit
minggu pertama masa gestasi. Tanpa hormon endrogen dahulu, pola hidup sehari-hari,dan lain sebagainya. Pada
(testosteron dan dihidrotestesteron-DHT), genitalia bayi dilakukan observasi yang lebih teliti pada organ
eksterna secara fenotip perempuan. Bila ada gonad laki- genital dan anal serta daerah perineum, diikuti palpasi
laki, diferensiasi terjadi secara aktif setelah minggu ke-8 daerah perineal dan lipatan paha untuk meraba adanya
menjadi fenotip laki-laki. Diferensi ini dipengaruhi oleh gonad/testis. Pada bayi atau anak yang lebih besar
testosteron, yang berubah menjadi DHT karena diperlukan anamnesis dan pengamatan tentang tumbuh
pengaruh enzim 5-alfa reduktase dalam sitoplasma sel kembang anak.
genitalia eksterna dan sinusurogenital. DHT di berikan
dengan reseptor androgen dalam sitoplasma kemudian PEMERIKSAAN PENUNJANG
ditranspor ke nukleus. Menyebabkan translasi dan
transkripsi material genetik. Akhirnya menyebabkan a. Pemeriksaan darah
perkembangan genetalia eksterna laki-laki normal.  Serum elektrolit
Kemudian pada fase gestasi selanjutnya testosteron  kadar gula darah
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan falus yang  kadar reseptor androgen
responsif terhadap testosteron dan DHT.  kadar hormon (17-OH progesteron, LH, FSH, rasio

2
"Disorder of Sex Development" : Problem yang dihadapi di Indonesia

testosteron/DHT) partial gonadal dysgenesis)


 Disorders of androgen synthesis (complete and partial
b. Analisa kromosom androgen insensitivity, disorders of antimüllerian
Dua cara untuk melakukan tes kromosom ini yaitu: hormone [AMH]/receptor, androgen biosynthesis
 Kariotyping defect)
Pemeriksaan genetika untuk memastikan bahwa  Other (severe hypospadias, cloacal exstrophy)
karyotipe bayi/anak adalah XY atau XX atau  46,XX DSD
mungkin yang lain (XO, XXY atau lainnya).  Disorders of ovarian development (ovotesticular DSD,
 Fluorescent in situ hybridisation (FISH) analysis testicular DSD, gonadal dysgenesis)
Biasanya digunakan untuk mendeteksi delesi atau  Androgen excess (fetal [eg, congenital adrenal
adisi kromosom submikroskopik (sangat kecil). hyperplasia (CAH)], fetoplacental, maternal)
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan radiologi  Other (vaginal atresia, cloacal exstrophy)
(USG/scaning), biokimia, dan genetika. Pemeriksaan
radiologis diperlukan untuk melihat anatomis alat Penatalaksanaan Disorder of sex development (DSD)
kelamin dalam.6 Penatalaksanaan optimal untuk disorder of sex
development(DSD) membutuhkan peran dari tim
c. Tes Biokimiawi multidisiplin ilmu, meliputi lingkup psikososial, medis,
Untuk melihat jumlah atau aktivitas dari key- dan pembedahan serta disiplin ilmu subspesialis lainnya
protein. Gen mengandungi kode DNA untuk membuat seperti neonatologi, endokrinologi, urologi, ginekologi,
protein. Sekiranya ada abnormalitas pada jumlah atau ahli genetik, konselor, psikiater atau ahli psikologi,
aktivitas dari protein menampakkan signal adanya gen perawat dan pekerja sosial.9,10
yang tidak berfungsi secara abnormal. Misalnya, skrining
biokimia dapat mendeteksi bayi yang ada kondisi Lingkup Penanganan Psikososial
metabolik seperti bayi dengan genital ambiguous karena
kekurangan enzim 5-alfa reduktase.6 Manajemen psikososial pada DSD diantaranya adalah
dengan melakukan gender assignment & reassignment.
WORKING DIAGNOSIS Gender assignment (menentukan identitas kelamin)
sebaiknya dilakukan pada masa neonatus. Semakin lama
Disorder of Sexual Development menunda penentuan jenis kelamin, dapat menimbulkan
The Lawson Wilkins Pediatric Endocrine Society (LWPES) risiko terjadinya penolakan terhadap eksistensi anak
dan the European Society for Paediatric Endocrinology (ESPE) penderita DSD oleh kedua orangtua yang diperkirakan
telah melakukan perubahan atas tata nama dan definisi dapat mengganggu aspek tumbuh kembang anak
gangguanperkembangan seks kromosom, gonad, atau terutama pada perkembangan organ reproduksi
fenotipikl. Berikut adalah daftar istilah dan tata nama selanjutnya. Semakin lama penentuan jenis kelamin akan
sebelumnya direvisi.9 berpengaruh pula pada prognosis dan pemilihan terapi
yang akan menentukan kapan dimulainya pemberian
Terminologi dan Nomenclature Gangguan terapi hormonal, jenis terapi hormonal yang dipilih serta
Perkembangan Seksual lama pemberiannya, pemilihan waktu yang tepat untuk
pembedahan, hingga potensi seksualitas dan fertilitas
Sebelumnya Setelah revisi pada DSD di usia dewasa yang mempengaruhi kualitas
Female pseudohermaphrodite 46,XX DSD hidupnya. Jika penentuan jenis kelamin masih sulit
Male pseudohermaphrodite 46,XY DSD ditentukan, sebaiknya para ahli yang menangani rutin
True hermaphrodite Ovotesticular DSD memberikan penjelasan dan konseling terhadap pihak
XX male 46,XX testicular DSD orang tua sehingga dapat memulai adaptasi terhadap
XY sex reversal 46,XY complete - kondisi yang dihadapi.9,10
gonadal dysgenesis Dalam tatalaksana DSD dapat pula dilakukan
gender reassignment (menentukan kembali identitas
Klasifikasi DSD berdasarkan kriteria terbaru kelamin). Usia 18 bulan dianggap sebagai batas atas
 Sex chromosome DSD dalam melakukan gender reassignment. Jika gender
 45,X (Turner syndrome and variants) reassignment baru dilakukan pada usia balita atau usia
 47,XXY (Klinefelter syndrome and variants) anak-anak, evaluasi psikososial sangat penting, karena
 45,X/46,XY (mixed gonadal dysgenesis, ovotesticular sudah terjadi perkembangan perilaku berdasarkan jenis
DSD) kelamin yang baru. Manajemen informasi kepada anak
 46,XX/46,XY (chimeric, ovotesticular DSD) penderita DSD oleh konselor merupakan hal yang
 46,XY DSD penting dipahami. Dengan melakukan manajemen
 Disorders of testicular development (complete and informasi yang baik, diharapkan penyandang DSD dapat

3
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016

Local Paediatrician
+/- Surgeon/Urologist
+/- Midwives/Nurses

Clinical & Biochemist


Molecular Genetics

Endocrinologist
General Practitioner Pathology &
Social Work Histopathology
Urologist
(Surgeon)
Community & Imaging &
Religious Leaders Psychologist Urodynamicx
(Psychiatrist)

Ethicist Nurse Specialists

Gynaecologist

Reproductive
Medicine

menerima kondisinya saat ini, mampu menjalankan reproduksi dan fungsi seksual serta mempengaruhi
terapi yang berkesinambungan, serta mendapat edukasi kualitas hidupnya di masa mendatang.9,11
mengenai perkembangan pubertas, seksualitas, dan Bila pasien menjadi laki-laki, tujuan pengobatan
kemungkinan potensi fertilitas dimasa mendatang. untuk mendorong perkembangan maskulinasi dan
Manajemen informasi juga diberikan kepada orangtua menekan perkembangan feminisasi. Bila perkembangan
anak dengan DSD terkait dengan kondisi, prognosis, dan mengarah kepada perempuan maka tujuan pengobatan
pengetahuan orangtua tentang DSD.9,11 adalah mendorong karakteristik seksual ke arah feminim
Metode lain dalam lingkup psikososial yang dapat dan menekan perkembangan maskulin. Pada congenital
dilakukan adalah dengan membentuk support groups. adrenal hyperplasia (CAH) diberikan glukokortikokoid
Adanya support groups membantu menimbulkan rasa dan hormon untuk retensi garam. Pengobatan dengan
kepercayaan diri, saling membantu antar sesama dan hormon seks biasanya dimulai pada saat pubertas dan
meningkatkan kualitas hidup, serta mampu glukokortikoid dapat dilakukan lebih awal bila
menimbulkan rasa dukungan dari pihak keluarga.5,11 diperlukan, biasanya dimulai saat diagnosis
ditegakkan.11,12
Lingkup Penanganan Medikamentosa
Lingkup Penanganan Pembedahan
Penatalaksanaan medikamentosa meliputi pemberian
terapi hormonal. Pemberian terapi hormonal termasuk Terapi pembedahan berupa genitoplasty dapat dilakukan
dalam upaya pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis jika diagnosis sudah ditegakkan dan hasil luaran pasca
DSD sesuai dengan klasifikasinya. Pemberian terapi operasi bermanfaat dalam penentuan jenis kelamin di
hormon pada DSD berdasarkan atas kebutuhan hormon usia dewasa. Genitoplasty merupakan jenis terapi yang
seks untuk menginisiasi maturasi pubertas. Terapi bersifat irreversible seperti dilakukannya kastrasi dan
hormonal ini dapat dilakukan pada saat usia reduksi phallus pada DSD yang akan menjadi wanita dan
penyandang DSD memasuki usia pubertas. Jika terlalu reseksi utero-vagina pada DSD yang akan menjadi pria.
lama menunda terapi hormon dapat menimbulkan Pemilihan terapi pembedahan tidak boleh dilakukan
keterlambatan perkembangan genitalia, fungsi sebelum dilakukan pemeriksaan endokrin dan

4
"Disorder of Sex Development" : Problem yang dihadapi di Indonesia

Meet with family


Possible DSD
identified
Team llaison(s) meets with family
Attending sexplains concern to (and family's pediatrician if possible)
parents and contacts and provides initial information
multi-disciplinary team and and support including offering referrals
family's pediatrician. to professional mental health and
peer support.

Schedule case
conference

Team coordinator schedules case


conference.

Case conference Examine child

Team members present and Small number of team representatives


discuss all findings, develop options Order tests (including designated llaison)
and recommendations examine the child with parents and
(including initial gender assignment), pediatrician present, they model calm
and plan short- and long-terms demeanor and positive acceptance
follow up. of child.

Discuss with family


Rule out CAH

Representatives of team Reminder : CAH is potentially


(including llaison) meet with family life-threatening and must be
and discuss with them options and prompty ruled out or treated
the team's recommendations. in all cases of genital ambiguity.
Family makes decisions on gender
assignment, initial treatment plan,
etc.

Edicational outreach
Long term
Multidisciplinary team provides
Team provides long-term, regular outreach education on
integrated car4 according to the management of DSDs to local OB,
principles of patient-centered neonatal, and pediatrics providers.
care. (see page 2)

pendekatan terapi psikososial. Seluruh jenis tindakan cukup untuk menerima informasi dan selanjutnya
pembedahan yang akan dilakukan harus dilakukan informed consent langsung kepada penyandang
dipertimbangkan secara hati-hati, dengan DSD, karena berhubungan dengan fungsi seksualitas.10-12
mengutamakan kepentingan pasien.10,11 Tujuan utama tindakan pembedahan adalah
Penentuan usia yang tepat untuk menentukan mengembalikan fungsi organ genitalia dibandingkan
waktu yang tepat untuk operasi masih diperdebatkan. fungsi estetiknya. Tujuan lainnya adalah menentukan
Berdasarkan aspek psikososial, tindakan operasi yang jenis kelamin yang tepat, membantu pembentukan image
dilakukan pada masa infant lebih disukai, karena lebih tubuh sesuai dengan jenis kelaminnya, menghindari
mudah dilakukan dan riwayat trauma operasi dapat stigma sosial, dan fungsi seksualitas dalam berhubungan
dihilangkan jika dibandingkan dengan melakukan seksual.11,12
pembedahan pada anak saat memasuki usia dewasa. Tujuan pembedahan rekonstruksi pada
Namun, pendapat lain menyatakan bahwa tindakan perempuan adalah membentuk genitalia eksterna
operasi DSD sebaiknya menunggu sampai usia yang feminin, supaya bentuk dan fungsi mendekati normal.

5
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016

Pembedahan ini dilakukan secara bertahap, tahap DAFTAR PUSTAKA


pertama mengkoreksi ukuran clitoris yang terlalu besar,
dan tahap kedua dilakukan untuk mengkoreksi bentuk 1. Achermann JC, Hughes IA. Disorders of sex development.
vagina. Pada laki-laki koreksi bertujuan untuk Williams Textbook of Endocrinology. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2008; p.783–838
mengkoreksi bentuk penis dan urethra, biasanya dapat
2. John C. Achermann, J. Larry Jameson. Disorder of Sex
dengan satu tahapan operasi, kecuali pada kasus yang Development. Harrison's Principle of Internal Medicine 18th
sulit.11,12 ed. 2012; 876–880
Setelah menjalankan operasi, penatalaksanaan 3. Sultana. Mh Faradz. Kelamin Ganda Penyakit atau
lainnya yaitu aspek psikososial dan medikamentosa Penyimpangan Gender. Diunduh dari :
Http://Www.Fk.Undip.Ac.Id/Artikel-Lepas/Kelamin-
harus dijalani secara teratur. Rangkaian penatalaksanaan
Ganda-Penyakit-Atau-Penyimpangan-Gender.Html,/
ketiganya saling mendukung satu sama lain. Terapi Diakses pada 22 November 2016
pembedahan gonad saat ini juga dinilai penting, 4. MacLaughlin DT, Donahoe PK. Sex Determination and
terutama pada kasus 46XY DSD, dimana umumnya testis Differentiation. 2004. N Engl J Med; 350: 367–378.
masih tetap berada di dalam rongga abdomen. 5. Susanto R. Profil Hormonal Pada Anak Dengan Ambigus
Kemungkinan adanya diferensiasi gonad ke arah Genitalia.2004. In: Proceedings of The National Seminar And
Workshop on Ambiguous Genitalia. Semarang
keganasan membuat terapi pengangkatan gonad 6. Becker LK. Principles And Practice of Endocrinology And
dibutuhkan. Pemeriksaan biopsy gonad kadang juga Metabolism, Philadelphia. Lippincott and Wilkins 3rd ed.2000
diperlukan untuk membuktikan adanya kelainan 7. Meyer-Bahlburg HFL. Treatment guidelines for children with
disgenesis gonad atau adanya kondisi ovotestis.11 disorders of sex development. Neuropsychiatric de I'enfance et
de I'adolescense.2008;56.p.345–49.
8. Mendoca BB, Domenice S, Arnhold I, Costa E. 46,XY Disorders
SIMPULAN of sex development (DSD). Clinical Endocrinology. 2009; 70:
173–187.
Disorders of sex development merupakan suatu kelainan 9. Anthony E, Aspinall CA, Baratz AB, Boney C, Brown DR, Byne
yang terjadi akibat perkembangan anatomis organ W et al. Clinical guidelines for the management of disorders of
kelamin yang tidak sempurna pada saat embrio. sex development in chilhood. Consortium on The Management
of Disorders of Sex Development. 2006.
Penanganan penderita ambiguous genetalia harus
10. Brain CE, Creighton SM, Mushtag I, Carmichael PA, Barnicoat
dilakukan secara holistic karena dampaknya tidak hanya A, Honour JW, et al. Holistic management of DSD. Best Practice
sebatas masalah medis namun juga psikologis, sosial & Research Clinical Endocrinology & Metabolism.
bahkan hukum. Oleh karena itu penanganannya harus 2010;24:335–54.
melibatkan beberapa disiplin ilmu dengan tim 11. Diamond DA, Burns JP, Mitchell C, et al. Sex assignment for
newborns with ambiguous genitalia and exposure to fetal
multidisiplin.
testosterone: attitudes and practices of pediatric urologist. J
Pediatr.2006;148:445–9.
12. Widhiatmoko B, Suyanto E. Legalitas perubahan jenis kelamin
pada penderita ambiguous genitalia di Indonesia. Jurnal
Kedokteran Forensik Indonesia. 2013;15(1);12–22.

Anda mungkin juga menyukai