Review Article
Medical Progress
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang
PENDAHULUAN ETIOLOGI
Disorders of Sex Development (DSD) adalah suatu kelainan Penyebab penyakit ambigus genitalia, terbanyak oleh
kongenital di manaperkembangan alat kelamin di karena kelainan genetik, namun pengaruh lingkungan
tingkat kromosom, gonad, atau anatomi terjadi secara terutama penggunaan obat-obat hormonal pada masa
atipikal. DSD ditandai dengan adanya organ genitalia kehamilan merupakan salah satu penyebabnya.
eksterna yang tidak jelas laki-laki atau perempuan, atau Pemakaian obat-obat hormonal yang tidak diperlukan
mempunyai gambaran kedua jenis kelamin. Dicurigai dapat mengakibatkan paparan selama masa kehamilan
ambiguous genitalia apabila alat kelamin penis telalu sehingga mengakibatkan abnormalitas perkembangan
kecil atau klitoris terlalu besar atau bilamana skrotum genitalia pada akhirnya.
melipat garis tengah sehingga tampak seperti labia
mayora yang tidak normal dan gonad tidak teraba.1 PATOFISIOLOGI
Penegakkan diagnosis secepat mungkin dan
penatalaksaan sangat penting sehingga dapat segera Pemahaman terhadap diferensiasi seksual yang normal
dilakukan untuk meminimalisasi komplikasi medis, dan abnormal adalah penting untuk memahami ambigus
psikologis dan sosial.2 Upaya medis untuk genitalia. Berikut adalah proses embriologi dan
menyesuaikan atau memperbaiki bentuk kelamin klasifikasi pada ambigous genitalia:4
seringkali diikuti oleh beberapa masalah yang terkait
dari segi medis, psikososial, hukum, lingkungan hingga Embriologi Diferensiasi Seksual
agama. Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan Penentuan fenotip seks di mulai dari seks genetik yang
tentang DSD dan problem yang dihadapi di Indonesia. kemudian di ikuti oleh kaskade: kromosom seks
menentukan seks gonad, akhirnya menentukan fenotip
EPIDEMIOLOGI seks. Tipe gonad menentukan diferensiasi atau regresi
duktus internal (milleri dan wolfii). Indentitas gender
Insiden Disorders of sex development (DSD) adalah tidak hanya di tentukan oleh fenotip individu, tetapi juga
1 : 4500 – 1 : 5000 bayi lahir hidup. Dimana 50% kasus 46, oleh perkembangan otak natal dan prenatal.
XY dapat diketahui penyebabnya dan 20% secara
keseluruhan dapat diagnosis secara molekular. Di Diferensiasi gonad
Semarang jumlah penderita yang datang rata-rata 2 Dalam bulan ke dua kehidupan fetus, gonad indeferen di
orang perminggu. Sejak tahun 1991 jumlah penderita pandu menjadi tetes informasi genetik yang ada pada
yang terdaftar pada laboratorium Sitogenetika Pusat lengan pendek kromosom Y disebut tetes determining
Riset Biomedik FK Undip Semarang untuk pemeriksaan faktor (DTF) merupakan rangkaian 35-kbp dalam
kromosom (sebagai penentu jenis kelamin) >400 orang.3 subband 11,3, area ini disebut daerah penentu seks pada
Namun sebagian kasus ambiguitas seksual itu kromosom Y (SRY), bila mana daerah ini tidak ada atau
memeriksakan diri saat anak itu sudah berusia di atas 2 berubah, maka gonad dalam perkembangan tetes antara
tahun bahkan sudah beranjak dewasa dengan lain DAX I pada pada kromosom X. SFI pada gq33,WTI
pengasuhan gender yang tidak sesuai, sehingga keadaan pada 11p 13,SOX 9 pada 17q24-q25, dan AMH pada 19q
ini sangat memprihatinkan di Indonesia. 13.5
1
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016
2
"Disorder of Sex Development" : Problem yang dihadapi di Indonesia
3
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016
Local Paediatrician
+/- Surgeon/Urologist
+/- Midwives/Nurses
Endocrinologist
General Practitioner Pathology &
Social Work Histopathology
Urologist
(Surgeon)
Community & Imaging &
Religious Leaders Psychologist Urodynamicx
(Psychiatrist)
Gynaecologist
Reproductive
Medicine
menerima kondisinya saat ini, mampu menjalankan reproduksi dan fungsi seksual serta mempengaruhi
terapi yang berkesinambungan, serta mendapat edukasi kualitas hidupnya di masa mendatang.9,11
mengenai perkembangan pubertas, seksualitas, dan Bila pasien menjadi laki-laki, tujuan pengobatan
kemungkinan potensi fertilitas dimasa mendatang. untuk mendorong perkembangan maskulinasi dan
Manajemen informasi juga diberikan kepada orangtua menekan perkembangan feminisasi. Bila perkembangan
anak dengan DSD terkait dengan kondisi, prognosis, dan mengarah kepada perempuan maka tujuan pengobatan
pengetahuan orangtua tentang DSD.9,11 adalah mendorong karakteristik seksual ke arah feminim
Metode lain dalam lingkup psikososial yang dapat dan menekan perkembangan maskulin. Pada congenital
dilakukan adalah dengan membentuk support groups. adrenal hyperplasia (CAH) diberikan glukokortikokoid
Adanya support groups membantu menimbulkan rasa dan hormon untuk retensi garam. Pengobatan dengan
kepercayaan diri, saling membantu antar sesama dan hormon seks biasanya dimulai pada saat pubertas dan
meningkatkan kualitas hidup, serta mampu glukokortikoid dapat dilakukan lebih awal bila
menimbulkan rasa dukungan dari pihak keluarga.5,11 diperlukan, biasanya dimulai saat diagnosis
ditegakkan.11,12
Lingkup Penanganan Medikamentosa
Lingkup Penanganan Pembedahan
Penatalaksanaan medikamentosa meliputi pemberian
terapi hormonal. Pemberian terapi hormonal termasuk Terapi pembedahan berupa genitoplasty dapat dilakukan
dalam upaya pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis jika diagnosis sudah ditegakkan dan hasil luaran pasca
DSD sesuai dengan klasifikasinya. Pemberian terapi operasi bermanfaat dalam penentuan jenis kelamin di
hormon pada DSD berdasarkan atas kebutuhan hormon usia dewasa. Genitoplasty merupakan jenis terapi yang
seks untuk menginisiasi maturasi pubertas. Terapi bersifat irreversible seperti dilakukannya kastrasi dan
hormonal ini dapat dilakukan pada saat usia reduksi phallus pada DSD yang akan menjadi wanita dan
penyandang DSD memasuki usia pubertas. Jika terlalu reseksi utero-vagina pada DSD yang akan menjadi pria.
lama menunda terapi hormon dapat menimbulkan Pemilihan terapi pembedahan tidak boleh dilakukan
keterlambatan perkembangan genitalia, fungsi sebelum dilakukan pemeriksaan endokrin dan
4
"Disorder of Sex Development" : Problem yang dihadapi di Indonesia
Schedule case
conference
Edicational outreach
Long term
Multidisciplinary team provides
Team provides long-term, regular outreach education on
integrated car4 according to the management of DSDs to local OB,
principles of patient-centered neonatal, and pediatrics providers.
care. (see page 2)
pendekatan terapi psikososial. Seluruh jenis tindakan cukup untuk menerima informasi dan selanjutnya
pembedahan yang akan dilakukan harus dilakukan informed consent langsung kepada penyandang
dipertimbangkan secara hati-hati, dengan DSD, karena berhubungan dengan fungsi seksualitas.10-12
mengutamakan kepentingan pasien.10,11 Tujuan utama tindakan pembedahan adalah
Penentuan usia yang tepat untuk menentukan mengembalikan fungsi organ genitalia dibandingkan
waktu yang tepat untuk operasi masih diperdebatkan. fungsi estetiknya. Tujuan lainnya adalah menentukan
Berdasarkan aspek psikososial, tindakan operasi yang jenis kelamin yang tepat, membantu pembentukan image
dilakukan pada masa infant lebih disukai, karena lebih tubuh sesuai dengan jenis kelaminnya, menghindari
mudah dilakukan dan riwayat trauma operasi dapat stigma sosial, dan fungsi seksualitas dalam berhubungan
dihilangkan jika dibandingkan dengan melakukan seksual.11,12
pembedahan pada anak saat memasuki usia dewasa. Tujuan pembedahan rekonstruksi pada
Namun, pendapat lain menyatakan bahwa tindakan perempuan adalah membentuk genitalia eksterna
operasi DSD sebaiknya menunggu sampai usia yang feminin, supaya bentuk dan fungsi mendekati normal.
5
Medica Hospitalia | Vol. 4, No. 1, November 2016