DISUSUN OLEH
(13103084106024)
T.A
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rentang tahun 1800-1900 jumlah penduduk Indonesia bertambah tiga kali lipatnya.
Sedangkan 1900 -2000 terjadi pertambahan penduduk lima kali lipat dari 40,2 juta orang
menjadi 205,8 juta orang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah dan pertumbuhan
penduduk yang besar dan berpenduduk banyak. Pada tahun 2013, Indonesia tidak memiliki
kegiatan pemutakhiran data penduduk, karena biasanya sensus diadakan setiap 10 tahun
sekali. Namun dengan menggunakan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia,
diperkirakan jumlah keseluruhan penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebesar 250 juta jiwa
dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% per tahun. Keadaan jumlah penduduk sebesar
itu, tentu memerlukan perhatian yang besar dari pemerintah/negara atau lembaga terkait
untuk dapat memenuhi kebutuhan penduduknya.
Selama rentang 1900-2000, program Keluarga Berencana (KB) berhasil mencegah
kelahiran 80 juta orang. "Tanpa program KB jumlah penduduk hingga tahun 2000 diprediksi
285 juta orang, " ungkap Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Dr.Sugiri Syarief, MPA dalam acara Studium Generale ‘Kependudukan dan
Program Keluarga Berencana: Peluang dan Tantangan', Jum'at (19/6) di Auditorium Thoyib
Hadiwijaya Institut Pertanian Bogor (IPB). Acara ini digelar Fakultas Ekologi Manusia
(FEMA) IPB bekerjasama dengan BKKBN.
Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia berjumlah
205,1 juta jiwa. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 meningkat menjadi 237,6 jiwa. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 melebihi Proyeksi
Penduduk Indonesia 2000-2025, yaitu 234,1 juta jiwa. Program KB merupakan salah satu
upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Apabila program Keluarga Berencana
(KB) tidak ditangani dengan serius maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia akan jauh
lebih besar lagi. Pembangunan kependudukan yang didukung oleh program Keluarga
Berencana telah berhasil menurunkan angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) dari
2,4 (Adjusted TFR SDKI 2002-2003) menjadi 2,3 anak perwanita (Adjusted TFR SDKI,
2007).
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan
menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program Keluarga Berencana (KB)
sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu. banyaknya anak-
anak terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.
Alat kontrasepsi yang saat ini sudah tersedia bermacam-macam. Selain adanya alat
kontrasepsi untuk wanita, juga tersedia alat kontrasepsi untuk pria. Hanya saja yang menjadi
masalah saat ini, kurangnya pengetahuan akan metode memilih kontrasepsi, keuntungan,
kerugian, serta efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Dan alat kontrasepsi
yang sangat mudah di dapatkan seperti di minimarket.
Keluarga Berencana sebagai salah satu usaha untuk mengatasi masalah
kependudukan, pada umumnya orang berpendapat bahwa ide keluarga berencana tersebut
adalah suatu hal yang baru. Pendapat yang demikian ini adalah tidak benar, sebab keluarga
berencana (yang dimaksud disini mencegah kehamilan) sudah ada sejak jaman dahulu.
Memang di Indonesia adanya keluarga berencana masih baru (abad XX) dibandingkan
dengan negara-negara barat.
Jumlah penduduk yang besar dalam suatu negara mempunyai dampak terhadap
pembangunan negara tersebut antara lain dalam hal kesejahteraan penduduknya. Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah salah satu institusi yang
bertanggung jawab dalam hal pengendalian jumlah penduduk di Indonesia. Dalam hal ini
BKKBN tidak hanya bertanggung jawab untuk menurunkan angka kelahiran (TFR), tetapi
juga bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah
keluarga.
Salah satu yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di
Indonesia adalah faktor ekonomi penduduk indonesia yang masih banyak yang rendah. Ini
terbukti dari data Indek pembangunan manusia dimana peringkat Indonesia di tahun 2014
berada pada posisi 108 dari 187 negara di seluruh Asia Pasifik. Dalam hal ini berarti berjuta-
juta penduduk di seluruh wilayah wilayah Indonesia hidup sedikit di atas garis kemiskinan
yang ekstrim, Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia
akan Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena
berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada makalah adalah mempelajari tentang Apakah itu KB dan
dampaknya bagi masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Kelebihan, kekurangan, peluang serta tantangan dari program
KB.
b. Mengidentifikasi kesimpulan dan apa yang harus kita lakukan untuk menyikapi
KB.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan KB di Indonesia
1. Periode Perintisan dan Pelaporan
a. Sebelum 1957 – Pembatasan kelahiran secara tradisional (penggunaan ramuan,
pijet, absistensi/ wisuh/ bilas liang senggama setelah coitus).
b. Perkembangan birth control di daerah – Berdiri klinik YKK (Yayasan
Kesejahteraan Keluarga) di Yogyakarta. Di Semarang : berdiri klinik BKIA dan
terbentuk PKBI tahun 1963. Jakarta : Prof. Sarwono P, memulai di poliklinik
bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali, Palembang, Medan).
2. Periode Persiapan dan Pelaksanaan
Terbentuk LKBN (Lembaga Keluarga Berencanan Nasional) yang mempunyai tugas
pokok mewujudkan kesejahteraan sosial, keluarga dan rakyat. Bermunculan proyek KB
sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB (Petugas Lapangan keluarga
Berencana).
B. Perkembangan Organisasi
1. Dasar Pembentukan Organisasi KB
Plato (427-347 SM) menyarankan agar pramata social dan pemerintah sebaiknya di
rencanakan dengan pertumbuhan penduduk yang stabil sehingga terjadi keseimbangan antara
jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Malthus (1766 – 1834) pada jaman industry sedang berkembang manusia jangan
terlalu banyak berkhayal bahwa dengan kemampuan tekhnologi mereka akan dapat
memenuhi segala kebutuhan karna pertumbuhan manusia laksana deret ukur, sedangkan
pertumbuhan dan kemampuan sumber daya alam untuk memenuhinya berkembang dalam
deret hitung. Dengan demikian dalam suatu saat, manusia akan sulit untuk memenuhi segala
kebutuhannya karna SDA yang sangat terbatas.
Pernyataan Malthus yang merupakan kekhawatiran terhadap pertumbuhan penduduk
telah muncul kepermukaan di Negara besar seperti : China, India, dan termasuk Indonesia.
Tahun 1978, WHO dan UNICEF melakukan pertemuan di Alma Ata yang
memusatkan perhatian terhadap tingginya angka kemaatian Maternal perinatal. Dalam
pertemuan tersebut disepakati untuk menetapkan konsep primary Health Care yang
memberikan pelayanan antenatal, persalinan bersih dan aman, melakukan upaya penerimaan
keluarga berencana, dan meningkatka layanan rujukan.
Tahun 1984, population conference di Meksico, menekankan arti pentingnya
hubungan antara tingginya fertilitas dan interval yang pendek terhadap kesehatan dan
kehidupan Ibu dan perinatal.
Perkembangan laju peningkatan pertumbuhan pendudukan di Indonesia sangat
mengkhawatirkan. Tanpa adanya usaha- usaha pencegahan perkembangan laju peningkatan
penduduk yang terlalu cepat, uasaha- usaha di bidang pembangunan ekonomi dan social yang
telah di laksanakan dengan maksimal akan tidak berfaedah.
Dapat dikemukakan bahwa untuk dapat menyelamatkan nasib manusia di muka bumi
tercinta ini, masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan reproduksi melalui
gerakan yang lebih intensif pada pelaksanaan KB.
Tanpa gerakan KB yang makin intensif maka manusia akan terjebak pada kemiskinan,
kemelaratan, dan kebodohan yng merupakan malapetaka manusia yang paling dahsyat dan
mencekam. Gerakan Kb yang kita kenal sekarang bermula dari kepeloporan bebe rapa orang
tokoh, baik dalam maupun luar negri. Sejak saat itulah berdirilah perkumpulan-perkumpulan
KB diseluruh dunia termasuk Indonesia yang mendirikan PKBI (perkumpulan warga
berencana Indonesia)
5) BKKBN pusat
Melalui kepres no. 38 tahun 1978 tentang tugas pokok BKKBN. BKKBN pusat
berfungsi untuk mempersiapakn kebijakan umum dan mengkoordinasi pelaksanaan program
KB nasional dan kependudukan yang mendukungnya, baik ditingkat pusat maupun daerah,
serta mengkoordinasi penyelenggaraan dilapangan.
. Semangat perubahan yang penuh dinamika dan kekompakan ini diwujudkan dalam
logo BKKBN yang menggambarkan keluarga dinamis dan kompak dibawah naungan
matahari biru yang menyiratkan sebuah fajar baru yang cerah dan mengayomi.
2. Simbol Logo
Simbol adalah gambar sebuah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan 2 orang anak
menyambut fajar baru, yang berarti masa depan yang cerah. Fajar baru disimbolkan berupa
garis lengkung yang melingkar di atasnya.
3. Tipografi Logo
Tipografi BKKBN tersusun dari B, K dan N yang menggunakan huruf kapital.
Sedangkan k dan b menggunakan huruf kecil sebagai penekanan pada kegiatan BKKBN yang
konsisten mengembangkan perencanaan keluarga. Huruf kecil melambangkan egaliterisme,
ramah dan dekat dengan keluarga Indonesia. Huruf besar melambangkan formalitas dan
wibawa dari lembaga ini.
A. Kesimpulan
Program KB adalah Program yang diberlakukan pemerintah untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk yang semakin tahun semakin meningkat.
Program KB mempunyai lebih banyak keuntungan daripada kerugiannya, maka
sebaiknya kita juga harus mendukung pemerintah untuk melaksanakan program KB dengan
cara pembicaraan santai kepada para tetangga, ikut berpartisipasi dalam rangka penyuluhan
program KB dari desa ke desa.
Pemerintah harus menyiapkan semua hal yang diperlukan untuk mensukseskan
program KB, seperti pembenahan infrastruktur posyandu di pedesaan,penyuluhan program
KB dll, dan semua hal yang diperlukan setelah program KB ini sukses seperti penyediaan
lapangan pekerjaan, agar bisa menekan angka pengangguran di Indonesia.
B. Saran
1. Mengingat banyaknya keuntungan dan peluang yang timbul dari program KB, kita
sebagai putra bangsa harus turut mensukseskan program ini.
2. Pemerataan kesehatan dan pendidikan harus disiapkan oleh pemerintah agar program
KB ini cepat tercapai.
3. Lapangan pekerjaan pun juga harus dipenuhi untuk menekan angka pengangguran,
agar angka kriminalitas pun berkurang dan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat
yang maju dan bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Astuti, E. 2014. Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS)
Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. Vol.
5 No. 2 Desember 2014. Hlm. 99-108.
BKKBN. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN.
BKKBN. 2012. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.
BKKBN Gorontalo. 2012. Manfaat Utama Keluarga Berencana. Diakses: 22 April 2015.
http://gorontalo.bkkbn.go.id/.
BKKBN Jatim. 2015. Cara-Cara Kontrasepsi Yang Digunakan Dewasa Ini. Diakses: 23
April 2015. http://www.bkkbn-jatim.go.id/.
BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International. 2013. Survei Demografi Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International.
Budisantoso. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dalam
Keluarga Berencana di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Tahun 2008. [Tesis
Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Depkes. 1996. Metode Survei Cepat untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya.
Jakarta: Depkes.
Depkes. 2007. Manfaat KB. Diakses: 16 April 2015. http://www.depkes.go.id.
DKK Surakarta. 2014. Rekap Bidang Binkesmas. Surakarta: DKK Surakarta.
Fridalni, N. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Suami tentang KB
dengan Keikutsertaan KB Oleh Pasangan Usia Subur (PUS) di RW III Kelurahan
Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Padang Tahun 2012. [Skripsi
Ilmiah]. Padang: STIKES Mercubaktijaya.
Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC