Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TENTANG PERKEMBANGAN KB DI INDONESIA

DISUSUN OLEH

INDAH PERMATA SARI

(13103084106024)

PRODI DIII KEBIDANAN

STIKES PERINTIS PADANG

T.A

2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rentang tahun 1800-1900 jumlah penduduk Indonesia bertambah tiga kali lipatnya.
Sedangkan 1900 -2000 terjadi pertambahan penduduk lima kali lipat dari 40,2 juta orang
menjadi 205,8 juta orang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah dan pertumbuhan
penduduk yang besar dan berpenduduk banyak. Pada tahun 2013, Indonesia tidak memiliki
kegiatan pemutakhiran data penduduk, karena biasanya sensus diadakan setiap 10 tahun
sekali. Namun dengan menggunakan angka pertumbuhan penduduk di Indonesia,
diperkirakan jumlah keseluruhan penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebesar 250 juta jiwa
dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% per tahun. Keadaan jumlah penduduk sebesar
itu, tentu memerlukan perhatian yang besar dari pemerintah/negara atau lembaga terkait
untuk dapat memenuhi kebutuhan penduduknya.
Selama rentang 1900-2000, program Keluarga Berencana (KB) berhasil mencegah
kelahiran 80 juta orang. "Tanpa program KB jumlah penduduk hingga tahun 2000 diprediksi
285 juta orang, " ungkap Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Dr.Sugiri Syarief, MPA dalam acara Studium Generale ‘Kependudukan dan
Program Keluarga Berencana: Peluang dan Tantangan', Jum'at (19/6) di Auditorium Thoyib
Hadiwijaya Institut Pertanian Bogor (IPB). Acara ini digelar Fakultas Ekologi Manusia
(FEMA) IPB bekerjasama dengan BKKBN.
Hasil Sensus Penduduk tahun 2000 menunjukkan, penduduk Indonesia berjumlah
205,1 juta jiwa. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 meningkat menjadi 237,6 jiwa. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 melebihi Proyeksi
Penduduk Indonesia 2000-2025, yaitu 234,1 juta jiwa. Program KB merupakan salah satu
upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Apabila program Keluarga Berencana
(KB) tidak ditangani dengan serius maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia akan jauh
lebih besar lagi. Pembangunan kependudukan yang didukung oleh program Keluarga
Berencana telah berhasil menurunkan angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) dari
2,4 (Adjusted TFR SDKI 2002-2003) menjadi 2,3 anak perwanita (Adjusted TFR SDKI,
2007).
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia akibat resiko tinggi untuk melahirkan
menjadi perhatian pemerintah. Sehingga diadakannya program Keluarga Berencana (KB)
sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingginya angka kematian ibu. banyaknya anak-
anak terlantar dan dengan jarak usia yang sangat dekat juga menjadi perhatian pemerintah.
Alat kontrasepsi yang saat ini sudah tersedia bermacam-macam. Selain adanya alat
kontrasepsi untuk wanita, juga tersedia alat kontrasepsi untuk pria. Hanya saja yang menjadi
masalah saat ini, kurangnya pengetahuan akan metode memilih kontrasepsi, keuntungan,
kerugian, serta efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi tersebut. Dan alat kontrasepsi
yang sangat mudah di dapatkan seperti di minimarket.
Keluarga Berencana sebagai salah satu usaha untuk mengatasi masalah
kependudukan, pada umumnya orang berpendapat bahwa ide keluarga berencana tersebut
adalah suatu hal yang baru. Pendapat yang demikian ini adalah tidak benar, sebab keluarga
berencana (yang dimaksud disini mencegah kehamilan) sudah ada sejak jaman dahulu.
Memang di Indonesia adanya keluarga berencana masih baru (abad XX) dibandingkan
dengan negara-negara barat.
Jumlah penduduk yang besar dalam suatu negara mempunyai dampak terhadap
pembangunan negara tersebut antara lain dalam hal kesejahteraan penduduknya. Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah salah satu institusi yang
bertanggung jawab dalam hal pengendalian jumlah penduduk di Indonesia. Dalam hal ini
BKKBN tidak hanya bertanggung jawab untuk menurunkan angka kelahiran (TFR), tetapi
juga bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini adalah
keluarga.
Salah satu yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan program KB di
Indonesia adalah faktor ekonomi penduduk indonesia yang masih banyak yang rendah. Ini
terbukti dari data Indek pembangunan manusia dimana peringkat Indonesia di tahun 2014
berada pada posisi 108 dari 187 negara di seluruh Asia Pasifik. Dalam hal ini berarti berjuta-
juta penduduk di seluruh wilayah wilayah Indonesia hidup sedikit di atas garis kemiskinan
yang ekstrim, Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk di Indonesia
akan Kemajuan program KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena
berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada makalah adalah mempelajari tentang Apakah itu KB dan
dampaknya bagi masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi Kelebihan, kekurangan, peluang serta tantangan dari program
KB.
b. Mengidentifikasi kesimpulan dan apa yang harus kita lakukan untuk menyikapi
KB.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan KB di Indonesia
1. Periode Perintisan dan Pelaporan
a. Sebelum 1957 – Pembatasan kelahiran secara tradisional (penggunaan ramuan,
pijet, absistensi/ wisuh/ bilas liang senggama setelah coitus).
b. Perkembangan birth control di daerah – Berdiri klinik YKK (Yayasan
Kesejahteraan Keluarga) di Yogyakarta. Di Semarang : berdiri klinik BKIA dan
terbentuk PKBI tahun 1963. Jakarta : Prof. Sarwono P, memulai di poliklinik
bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali, Palembang, Medan).
2. Periode Persiapan dan Pelaksanaan
Terbentuk LKBN (Lembaga Keluarga Berencanan Nasional) yang mempunyai tugas
pokok mewujudkan kesejahteraan sosial, keluarga dan rakyat. Bermunculan proyek KB
sehingga mulai diselenggarakan latihan untuk PLKB (Petugas Lapangan keluarga
Berencana).

B. Perkembangan Organisasi
1. Dasar Pembentukan Organisasi KB
Plato (427-347 SM) menyarankan agar pramata social dan pemerintah sebaiknya di
rencanakan dengan pertumbuhan penduduk yang stabil sehingga terjadi keseimbangan antara
jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
Malthus (1766 – 1834) pada jaman industry sedang berkembang manusia jangan
terlalu banyak berkhayal bahwa dengan kemampuan tekhnologi mereka akan dapat
memenuhi segala kebutuhan karna pertumbuhan manusia laksana deret ukur, sedangkan
pertumbuhan dan kemampuan sumber daya alam untuk memenuhinya berkembang dalam
deret hitung. Dengan demikian dalam suatu saat, manusia akan sulit untuk memenuhi segala
kebutuhannya karna SDA yang sangat terbatas.
Pernyataan Malthus yang merupakan kekhawatiran terhadap pertumbuhan penduduk
telah muncul kepermukaan di Negara besar seperti : China, India, dan termasuk Indonesia.
Tahun 1978, WHO dan UNICEF melakukan pertemuan di Alma Ata yang
memusatkan perhatian terhadap tingginya angka kemaatian Maternal perinatal. Dalam
pertemuan tersebut disepakati untuk menetapkan konsep primary Health Care yang
memberikan pelayanan antenatal, persalinan bersih dan aman, melakukan upaya penerimaan
keluarga berencana, dan meningkatka layanan rujukan.
Tahun 1984, population conference di Meksico, menekankan arti pentingnya
hubungan antara tingginya fertilitas dan interval yang pendek terhadap kesehatan dan
kehidupan Ibu dan perinatal.
Perkembangan laju peningkatan pertumbuhan pendudukan di Indonesia sangat
mengkhawatirkan. Tanpa adanya usaha- usaha pencegahan perkembangan laju peningkatan
penduduk yang terlalu cepat, uasaha- usaha di bidang pembangunan ekonomi dan social yang
telah di laksanakan dengan maksimal akan tidak berfaedah.
Dapat dikemukakan bahwa untuk dapat menyelamatkan nasib manusia di muka bumi
tercinta ini, masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan reproduksi melalui
gerakan yang lebih intensif pada pelaksanaan KB.
Tanpa gerakan KB yang makin intensif maka manusia akan terjebak pada kemiskinan,
kemelaratan, dan kebodohan yng merupakan malapetaka manusia yang paling dahsyat dan
mencekam. Gerakan Kb yang kita kenal sekarang bermula dari kepeloporan bebe rapa orang
tokoh, baik dalam maupun luar negri. Sejak saat itulah berdirilah perkumpulan-perkumpulan
KB diseluruh dunia termasuk Indonesia yang mendirikan PKBI (perkumpulan warga
berencana Indonesia)

2. Jejak-Jejak Pemikiran tentang Kependudukan dan Keluarga Berencana


Keluarga Berencana sebagai salah satu usaha untuk mengatasi masalah
kependudukan, pada umumnya orang berpendapat bahwa ide keluarga berencana tersebut
adalah suatu hal yang baru. Pendapat yang demikian ini adalah tidak benar, sebab keluarga
berencana (yang dimaksud disini mencegah kehamilan) sudah ada sejak jaman dahulu.
Memang di Indonesia adanya keluarga berencana masih baru (abad XX) dibandingkan
dengan negara-negara barat.
Dari uraian yang dikemukakan di atas timbullah pertanyaan “Kapankah terjadinya
tanggal sejarah permulaan didudukkannya alat kontrasepsi sebagai sarana yang bersifat medis
dan dilandasi keilmuan.

3. Peristiwa Bersejarah dalam Perkembangan KB di Indonesia


a. Pada bulan Januari 1967 diadakan symposium kontrasepsi di Bandung yang
diikuti oleh masyarakat luas melalui media masa
b. Pada bulan Februari 1967 diadakan kongres PKBI pertama yang mengharapka
agar KB sebagai program pemerintah segera dilaksanakan
c. Pada bulan April 1967 Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin menganggap bahwa
sudah waktunya kegiatan KB dilancarkan secara resmi di Jakarta dengan
menyelenggarakan proyek KB DKI Jakarta Raya
d. Tanggal 16 agustus 1967 gerakan KB di Indonesia memasuki era peralihan pidato
Pemimpin Negara selama orde lama. Organisasi pegerakan dilakukan oleh tenaga
suka rela dan beroperasi secara diam- diam karena kepala Negara waktu itu anti
terhadap KB , maka dalam orde baru gerakan KB di akui dan di masukan dalam
program pemeritah
e. Bulan Oktober 1968 berdiri lembaga KB nasional ( LKBN ) yang sifatnya semi
pemerintah yang dalam tugasnya di awasi dan di bombing oleh mentri Negara
kesejahteraan rakyat, merupakan kristalisasi dan kesungguhan pemerintah dalam
kebijakan KB
Peristiwa peristiwa bersejarah didalam perkembangan di Negara Indonesia adalah
masuknya program KB itu kedalam repelita I. adanya KUHP pasal 283 yang melarang
menyebarluaskan gagasan KB sehingga kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan
secara terbatas.
4. Tahap –Tahap program KB Nasional
Adapun tahap kebijakan pemerintah dalam penyelenggarakan program KB Nasional
di Indonesia adalah
a. Tahun 1970 – 1980 di kenal dengan Manajement For The People
 Pemerintah lebih banyak berinisiatif
 Partisipasi masyarakat rendah sekali
 Terkesan kurang demokratif
 Ada unsure pemaksaan
 Berorientasi pada target
b. Tahun 1980 – 1990 terjadi perubahan pada Manajement With The People
 Pemaksaan di kurangi
 Di mulainya program safari pada awal 1980_an
c. Tahun 1985 – 1988 pemerintah menetapkan program KB Lingkaran Biru, dengan
kebijakan:
 Masyarakat bebas memilih kontrasepsi yang akan dipakainya meskipun masih
tetap dipilhkan jenis kontrasepsinya.
 Dari 5 jenis kontrasepsi di pilihkan salah satu dari jenisnya
d. Tahun 1988 terjadi perkembangan kebijakan, pemerintah menerapkan program Kb
Lingkar Emas yaitu:
 Pilih alat kontrasepsi sepenuhnya diserahkan pada peserta, asal jenis kontrasepsi
sudah terdapat di departemen kesehatan.
 Masyarakat sudah mulai membayar sendiri untuk alat kontrasepsinya.
e. Tahun 1998 terjadi peningkatan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan
pendapatan kelurga ( Income Generating ) pada tanggal 29 juni 1994 presiden Suharto
di sidoarjho melaksanakan plesterisasi / lantainisasi rumah- rumah secara gotong
royong untuk keluarga presejahtera

5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB di Indonesia


a. Sosial Ekonomi
Tinggi rendahnya status sosial dan keadaan ekonomi penduduk Indonesia di
pengaruhi oleh perkembangan dan kemajuan program KB di Indonesia. Kemajuan program
KB tidak bisa lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena berkaitan dengan kemampuan
untuk membeli alat kontrasepsi yang digunakan.
Dengan suksesnya program KB maka perekonomiansuatu negara akan lebih baik
karen dengan anggota keluarga yang sedikit kebutuhan dapat lebih tercukupi dan
kesejahteraan dapat terjamin.
b. Budaya
Sejumlah faktor budaya dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode
kontrasepsi, faktor – faktor ini meliputi salah pengertian dalam masyarakat mengenai
berbagai metode, kepercayaan religius, serta budaya, tingkat pendidikan persepsi mengenai
resiko kehamilan dan status wanita.
c. Pendidikan
Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode kalender lebih banyak di
gunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan. Dihipotesiskan bahwa wanita
berpendidikan menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk
mengambil resiko yang terkait sebagai metode kontrasepsi.
d. Agama
Para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa perdarahan yang tidak teratur  yang
disebabkan sebagian metode hormonal akan sangat menyulitksn mereka selama haid mereka
dilarang bersembahyang. Disebaagian masyarakat, wanita hindu dilarang mempersiapkan
makanan selama haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah.
e. Status Wanita
Status wanita dalam masyarakat dapat mempengaruhi kemampuan mereka
memperoleh dan menggunakan berbagai metode kontrasepsi didaerah daerah yang status
wanitanya meningkat, sebagian wanita memiliki pemasukan yang lebih besar untuk
membayar metode – metode yang lebih mahal serta memiliki lebih banyak suara dalam
mengambil keputusan. Juga di daerah yang wanitanya lebih dihargai, mungkin hanya dapat
sedikit pembatasan dalam memperoleh berbagai metode, misalnya peraturan yang
mengharuskan persetujuan suami sebelum layanan KB dapat diperoleh.
6. Organisasi Organisasi KB di Indonesia
a. Organisasi non pemerintah yaitu PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia)
Pada tahun 1953, sekelompok masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan,
khususnya dari kalangan kesehatan memulai prakarsa kegiatan KB, kegiatan kelompok ini
berkembang hingga berdirilah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia ( PKBI ). Pada
tahun 1957 tepatnya pada tanggal 23 Desember 1957 dengan Dr. R Soeharto sebagai ketua
PKBI adalah pelopor pergerakan keluarga berencana yang membantu masyarakat yang
memerlukan bantuan secara sukarela.
Visi PKBI : Mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui keluarga.
Misi PKBI : Memperjuangkan penerimaan dan praktek keluarga bertanggungjawab
dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan program, pengembangan jaringan dan
kemitraan dengan semua pihak pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara
umum, dan secara khusus di bidang kesehatan reproduksi yang berkesetaraan dan berkeadilan
gender.
Tujuan dari PKBI adalah memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3
macam usaha yaitu :
1) Mengatur kahamialn
2) Mengobati kemandulan
3) Memberi nasehat perkawinan
Pada tahun 1970 LKBN di bubarkan oleh pemerintah dan kemudian di bentuk Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ).

b. Organisasi pemerintah yaitu BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional)
Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk
mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional. Penanggung
jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan dilakukan sehari-hari oleh
Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga
Berencana.

1) Dasar pertimbangan pembentukan BBKBN


a) Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih
memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang tersedia.
b) Program perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat maupun
pemerintah secara maksimal.
c) Program keluarga berencana ini perlu diselenggarakan secara teratur dan
terencana kearah terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
2) Tugas pokok BBKBN
a) Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha
pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh unit-unit
pelaksana.
b) Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan dan
masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana Nasional.
c) Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-pokok
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
d) Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara asing maupun
badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras dengan
kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
e) Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan yang
berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
3) Perkembangan BBKBN dimasa sekarang
a) VISI :  Keluarga berkualitas 2015.
b) MISI : Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya
melalui pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi,
perlindungan, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan
kelembagaan dan jejaring KB.
c) Tugas pokok : Melaksanakan tugas pemerintahan dibidang keluarga berencana
dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
d) Landasan hukum
 TAP MPR No. IV/1999 ttg GBHN
 UU No. 22/1999 ttg OTODA
 UU No. 10/1992 ttg PKPKS
 UU No. 25/2000 ttg PROPENAS
 UU No. 32/2004 ttg PEMERINTAHAN DAERAH
 PP No. 21/1994 ttg PEMBANGUNAN KS
 PP No. 27/1994 ttg PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
 KEPPRES No. 103/2001
 KEPPRES No. 110/2001
 KEPPRES No. 9/2004
 KEPMEN/Ka.BKKBN No. 10/2001
 KEPMEN/Ka.BKKBN No. 70/2001
e) Filosofi BBKBN adalah menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga
berencana.
f) Grand Strategi
 Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB
 Menata kembali pengelolaan program KB
 Memperkuat SDM operasional program KB
 Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB;
 Meningkatkan pembiayaan program KB.
Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi adalah integritas, energik,
profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran, kreatif/ inovatif.
Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan pemberdayaan, pendekatan
desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan kemandirian, pendekatan segmentasi
sasaran, pendekatan pemenuhan hak (rightbased), pendekatan lintas sektor.
g) Strategi
 Re-Establishment adalah mmbangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional
sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.
 Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan
dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat
daerah.
4) Perkembangan BKKBN
Keputusan presiden RI Nomor 8 tahun 1970 tentang BKKBN yaitu Depkes sebagai
unit pelaksanaan program KB. BKKBN yaitu badan resmi pemerintah yang bertanggung
jawab penuh mengenai pelaksanaan program KB di Indonesia. Keuntungan dari BKKBN
adalah
a) Memungkinkan program- program melepaskan diri pendekatan klinis yang
jangkauannya terbatas.
b) Memungkinkan besarnya peranan pakar – pakar non medis dalam mensukseskan
program keluarga berencana di Indonesia melalui pendekatan ke masyarakat.

Sedangkan fungsi BKKBN adalah pengkoordinasi, perencana, perumus kebijakan,


pengawas  pelaksana dan evaluasi. Pada waktu itu tujuan program keluarga berencana
adalah :
a) Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak keluarga dan bangsa.
b) Mengurangi angka kelahiran untuk menaikan taraf hidup rakyat dan bangsa.

Dalam perkembangan selanjutnya BKKBN mengembangkan lagi kegiatannya menjadi


program nasional kependudukan dan KB (KKB) yang pada waktu ini mempunyai 2 tujuan :
a) Tujuan demografis, yaitu mengendalikan tingkat pertumbuhan penduduk berupa
penurunan angka fertilitas dari 44 permil pada tahun 1979 menjadi 22 permil pada
tahun 1990 atau 50 % dari keadaan pada tahun 1971.
b) Tujuan normatif, yaitu dapatdihayati norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera
(NKKBS) yang pada satu waktu akan menjadi falsafah hidup masyarakat dan bangsa
Indonesia.

5) BKKBN pusat
Melalui kepres no. 38 tahun 1978 tentang tugas pokok BKKBN. BKKBN pusat
berfungsi untuk mempersiapakn kebijakan umum dan mengkoordinasi pelaksanaan program
KB nasional dan kependudukan yang mendukungnya, baik ditingkat pusat maupun daerah,
serta mengkoordinasi penyelenggaraan dilapangan.

6) BKKBN Prop. / Kab / Kota


Melalui surat keputusan Kep. BKKBN provinsi dan perwakilan
BKKBN  kabupaten / Kota, BKKBN Provinsi Kabupaten / Kota berfungsi untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi BKKBN di provinsi dan kabupaten / Kota yang
antara lain :
a) Menkoordinir penyelanggaraan KB di tingkat provinsi kabupaten / kota
b) Mengadakan rapat koordinasi melibatkan pihak-pihak terkait.
c) Mengadakan evaluasi pelaksanaan kegiatan program KB
d) Menyusun dan pelaporan KB ke tingkat provinsi maupaun pusat
7) Tingkat Kecamatan
a) BKKBN tingkat kecamatan berfungsi:
b) Mengkoordinasi penyelenggaraan KB tingkat kecamatan.
c) Mengadakan rapat koordinasi melibatkan pihak-pihak terkait.
d) Mengdakan evaluasi pelaksanaan program KB berdasarkan laporan dan cakupan
wilayah.
e) Pelaporan pelaksanaan kegiatan program KB ke tingkat Kabupaten / Kota.
8) Tingkat desa (PPKBD / sub PPKBD)
Fungsi dari PPKBD / sub PPKBD yang berada di tingkat desa antara lain :
a) Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana dan pil KB ulangan pada
peserta KB
b) Membina kelestarian peserta KB
c) Memberi nasehat-nasehat untuk peserta KB akibat efek samping bila perlu
merujuk
d) Pencatatan dan pelaporan sederhana
e) Memotivasi calon peserta KB baru
f) Membantu PLKB di daerahnya
g) Membantu penanggulangan isu-isu yang merugikan gerakan KB bersama
aparat yang berwenang
h) Menerima, menyimpan dan menyalurkan alat kontrasepsi sederhana
c. Tingkat pos pelayanan terpadu (posyandu / pos kesehatan terpadu)
Petugas KB di tingkat posyandu berfungsi antara lain :
1. Membantu petugas KB dalam pendataan peserta KB
2. Membina kelestarian peserta KB dan penanggulangan isu-isu yang merugikan
program KB
3. Melayani kontrasepsi sederhana dan pil ulang
4. Pelayanan rujukan sesuai kemampuan
5. Pencatatan dan pelaporan
6. Membantu pelaksanaan kegiatan integrasi dengan kegiatan KIA, imunisasi,
konseling, upaya PKMD, upaya UPPKS,gizi dan penaggulangan diare

C. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)


1. Logo BKKBN
Logo BKKBN sebagai hasil dari adaptasi dari logo terdahulu bertujuan untuk
mempertegas eksistensi dan peran BKKBN dalam era masa kini yang penuh
perubahan.Sebagai lembaga yang berhubungan langsung dengan masyarakat, BKKBN sudah
selayaknya mempunyai semangat perubahan untuk mengikuti perkembangan masyarakat
yang dinamis dan terus berubah seiring perkembangan jaman.
Perubahan masyarakat yang mengarah pada berkembangnya multi-kulturalisme,
keragaman komunitas dan pola komunikasi yang partisipatif, haruslah menjadi acuan bagi
BKKBN untuk melangkah ke era baru

. Semangat perubahan yang penuh dinamika dan kekompakan ini diwujudkan dalam
logo BKKBN yang menggambarkan keluarga dinamis dan kompak dibawah naungan
matahari biru yang menyiratkan sebuah fajar baru yang cerah dan mengayomi.

2. Simbol Logo
Simbol adalah gambar sebuah keluarga yang terdiri dari bapak, ibu dan 2 orang anak
menyambut fajar baru, yang berarti masa depan yang cerah. Fajar baru disimbolkan berupa
garis lengkung yang melingkar di atasnya.

3. Tipografi Logo
Tipografi BKKBN tersusun dari B, K dan N yang menggunakan huruf kapital.
Sedangkan k dan b menggunakan huruf kecil sebagai penekanan pada kegiatan BKKBN yang
konsisten mengembangkan perencanaan keluarga. Huruf kecil melambangkan egaliterisme,
ramah dan dekat dengan keluarga Indonesia. Huruf besar melambangkan formalitas dan
wibawa dari lembaga ini.

D. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KB SAAT INI


Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Survei data penduduk terakhir di 2010 mengungkapkan,
jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,6 juta jiwa. Angka ini akan mencapai 271,1 juta
jiwa di 2020, dan meningkat kembali menjadi 305,6 juta pada 2035.
Personal Tim Ditdamduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) Heru Susetyo berpendapat, salah satu akar masalah ledakan pendudukan Indonesia
adalah karena belum efektifnya program Keluarga Berencana (KB). Program KB masih
banyak ditentang masyarakat Indonesia.
Ada perbedaan yang signifikan antara sistem program Keluarga Berencana (KB) era
kepemimpinan Soeharto dengan sekarang. Di era Soeharto, program KB sepenuhnya
dipegang oleh pemerintah pusat sehingga efektif menekan lonjakan penduduk.
Di era Soeharto, salah satu program yang mengalami keberhasilan spektakuler adalah
dalam bidang KB. Keberhasilan ini ternyata telah membawa keberhasilan dari sisi ekonomi
dan kemakmuran rakyatnya. Pertumbuhan ekonomi di masa pemerintahan Soeharto rata-rata
6,8% setahun, bahkan sempat menyentuh angka 8,1% pada tahun 1995.
Sementara saat ini, program KB dikendalikan masing-masing pemerintah daerah
(Pemda). Dimana dapat diakui seluruh Pemda memang tidak satu suara tentang program KB.
Masing-masing punya pandangan berbeda soal KB. Sedangkan dari data Indek pembangunan
manusia dimana peringkat Indonesia di tahun 2014 berada pada posisi 108 dari 187 negara di
seluruh Asia Pasifik. Dalam hal ini berarti berjuta-juta penduduk di seluruh wilayah wilayah
Indonesia hidup sedikit di atas garis kemiskinan yang ekstrim.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Program KB adalah Program yang diberlakukan pemerintah untuk menekan laju
pertumbuhan penduduk yang semakin tahun semakin meningkat.
Program KB mempunyai lebih banyak keuntungan daripada kerugiannya, maka
sebaiknya kita juga harus mendukung pemerintah untuk melaksanakan program KB dengan
cara pembicaraan santai kepada para tetangga, ikut berpartisipasi dalam rangka penyuluhan
program KB dari desa ke desa.
Pemerintah harus menyiapkan semua hal yang diperlukan untuk mensukseskan
program KB, seperti pembenahan infrastruktur posyandu di pedesaan,penyuluhan program
KB dll, dan semua hal yang diperlukan setelah program KB ini sukses seperti penyediaan
lapangan pekerjaan, agar bisa menekan angka pengangguran di Indonesia.

B. Saran
1. Mengingat banyaknya keuntungan dan peluang yang timbul dari program KB, kita
sebagai putra bangsa harus turut mensukseskan program ini.
2. Pemerataan kesehatan dan pendidikan harus disiapkan oleh pemerintah agar program
KB ini cepat tercapai.
3. Lapangan pekerjaan pun juga harus dipenuhi untuk menekan angka pengangguran,
agar angka kriminalitas pun berkurang dan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat
yang maju dan bermutu.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Astuti, E. 2014. Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wanita Usia Subur (WUS)
Tidak Menggunakan Alat Kontrasepsi. Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto. Vol.
5 No. 2 Desember 2014. Hlm. 99-108.
BKKBN. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN.
BKKBN. 2012. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.
BKKBN Gorontalo. 2012. Manfaat Utama Keluarga Berencana. Diakses: 22 April 2015.
http://gorontalo.bkkbn.go.id/.
BKKBN Jatim. 2015. Cara-Cara Kontrasepsi Yang Digunakan Dewasa Ini. Diakses: 23
April 2015. http://www.bkkbn-jatim.go.id/.
BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International. 2013. Survei Demografi Kesehatan
Indonesia 2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International.
Budisantoso. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria dalam
Keluarga Berencana di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Tahun 2008. [Tesis
Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro.
Depkes. 1996. Metode Survei Cepat untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya.
Jakarta: Depkes.
Depkes. 2007. Manfaat KB. Diakses: 16 April 2015. http://www.depkes.go.id.
DKK Surakarta. 2014. Rekap Bidang Binkesmas. Surakarta: DKK Surakarta.
Fridalni, N. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Suami tentang KB
dengan Keikutsertaan KB Oleh Pasangan Usia Subur (PUS) di RW III Kelurahan
Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Padang Tahun 2012. [Skripsi
Ilmiah]. Padang: STIKES Mercubaktijaya.
Friedman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai