Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

DEMENSI SOSIAL WANITA DAN PERMASALAHANNYA

DISUSUN OLEH

INDAH PERMATA SARI

(13103084106024)

PRODI DIII KEBIDANAN

STIKES PERINTIS PADANG

T.A

2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara biologis wanita dan pria memang tidak sama, akan tetapi sebagai makhluk
jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal budi. Kedua macam insan itu mempunyai
persamaan yang hakiki. Keduanya adalah pribadi yang mempunyai hak sama untuk
berkembang.
Dalam masa transisi menuju kemasyarakat industrial terdapat perubahan system nilai.
Hal ini erat hubungannya dengan pembangunan yang mendatangkan tekhnologi barat
bersama dengan nasihat-nasihatnya. Dari tekhnologi barat ini manfaat yang diambil cukup
besar, tetapi disamping itu terdapat pula dampaknya, berupa benturan-benturan antara
kebudayaan tradisional dan barat.
Pertemuan antara kebudayaan secara mendadak itu menimbulkan permasalahan social
yang erat hubungannya dengan moralitas. Partisipasi wanita dalam menangani masalah ini
sangat diharapkan karena hal ini sesuai dengan ketentuan tentang peranan wanita dalam
GBHN 1988. Ketentuan itu menerangkan bahwa peran wanita adalah mewujudkan dan
mengembangkan keluarga sehat, sejahterah dan bahagia, termasuk pengembangan generasi
muda, terutama anak dan remaja dalam rangka pembangunan wanita seutuhnya.
Di era westernisasi seperti sekarang ini, Perempuan sering dijadikan komoditas bahkan
dilecehkan dan menjadi korban dalam berbagai masalah kehidupan. Hal tersebut yang
mendasari bahwa wanita adalah rendah, lemah dan paling sering mengalami permasalahan
yang berkaitan dengan status kehidupannya dalam dimensi sosial di masyarakat yang disini
fokus pada pemerkosaan.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini Secara terperinci, penulis
merumuskannya sebagai berikut:
1. Apakah Dimensi sosial wanita?
2. Apa saja Status Wanita?
3. Apa saja permasalahan dalam dimensi sosial wanita?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui dimensi sosial wanita dan
permasalahannya dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi. Adapun tujuan khususnya
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Dimensi sosial wanita
2. Untuk mengetahui Status Wanita
3. Untuk mengetahui apa saja permasalahan permasalahan dalam dimensi sosial wanita

D. Manfaat penelitian
Secara teoritis, manfaat penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan penulis
mengenai dimensi sosial wanita dan permasalahannya. Secara praktisnya, bahwa dimensi
sosial wanita dan permasalahannya dalam aktivitas hidup kita sehari-hari sangat penting
diketahui dan dipahami oleh diri kita sebagai wanita dan calon bidan. Kedua unsur standar
kompetensi tersebut dititik beratkan  pada permasalahan sosial wanita khususnya perkosaan,
dalam hal ini motivasi perkosaan, pencegahan, penanganan dan yang berkaitan dengan
masalah perkosaan. Oleh karena itu, hasil penelitian kajian kasus ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam proses kegiatan pembelajaran bidang kesehatan khususnya di akademi
ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Sosial Wanita


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, 2001 status adalah keadaan atau kedudukan
orang/badan dan sebagainya dalam hubungannya dengan masyarakat. Status social wanita
berarti kedudukan wanita dalam masyarakat.
Menurut Soekanto Soerjono, 1990 status sosial atau kedudukan sosial adalah tempat
seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang lain dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestisenya dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.

Status wanita mencakup dua aspek yaitu :


1. Aspek otonomi wanita.
Aspek ini mendeskripsikan sejauh mana wanita dapat mengontrol ekonomi atas dirinya
disbanding dengan pria.
2. Aspek kekuasaan sosial
Aspek ini menggambarkan seberapa berpengaruhnya wanita terhadapa orang lain diluar
rumah tangganya.
Status wanita meliputi:
a. Status reproduksi, yaitu wanita sebagai pelestarian keturunan. Hal ini mengisyaratkan
bila seorang wanita tidak mampu melahirkan, maka status sosialnya dianggap rendah
disbanding wanita yang bis mempunyai anak.
b. Status produksi, yaitu sebagai pencari nafkah dan bekerja diluar rumah. Santrock
(2002) mengatakan bahwa wanita yang bekerja akan meningkatkan harga diri. Wanita
yang bekerja mempunyai status yang lebih tinggi disbanding dengan wanita yang
tidak ikut kerja.

B. Nilai Wanita
            Menurut kamus besar bahasa Indonesia 2001, nilai berarti harga, mutu, kadar, sifat-
sifat yang penting yang berguna bagi kemanusiaan.
            Sejak zaman dulu perempuan sering diberlakukan nista diseluruh penjuru dunia dalam
sejarah. Perempuan dianggap sebagai setengah manusia, mahluk pelengkap, konco
wingking  dan sejenisnya dimana hak dan kewajiban, terlebih lagi peradabannya diatur dan
ditentukan oleh laki-laki. Pada peradaban Nasrani Kuno abad ke-5 M, merelka menyatakan
bahwa perempuan tidak memiliki ruh suci. Pada abad ke-6 masehi perempuan tercipta hanya
untuk melayani laki-laki semata-mata.
            Di zaman peradaban Zunani Kuna pada kalangan kerajaan, mereka menempatkan
perempuan sebagai mahluk yang terkurung dalam istana. Kalangan dibawahnya menjadikan
perempuan bebas diperdagangkan. Saat perempuan sudah menikah, suami berhak melakukan
apa saja terhadap istrinya. Pada peradaban Romawi perempuan kedudukannya dibawah
kekuasaan sang ayah, dimana setelah menikah berpihak kepada suami. Kekuasaan yang
dimiliki sangat mutlak, sehingga berhak menjual, mengusir, menganiaya bahkan sampai
membunuh.
            Pada abad ke-7 masehi, perempuan sering menjadi barang sesajen bagi para dewa
oleh masyarakat Hindu Kuno. Hak hidup bagi perempuan yang bersuami tergantung hidup
mati suaminya. Jika suaminya meninggal, maka istri harus dibakar hidup-hidup bersama
mayat suaminya dibakar.
            Gambaran ilustrasi peradaban diatas menyiratkan bagi kita, nilai perempuan yang
sangat rendah dibanding laki-laki. Pada zaman sekarang nilai wanita juga masih dianggap
rendah, tidak setinggi nilai laki-laki dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Dalam
keluarga anak lebih takut atau lebih patuh pada ayah disbanding pada ibu. Dikehidupan
masyarakat, laki-laki lebih diutamakan daripada perempuan.

C. Peran Wanita
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2001peran berarti tingkah laku
yang diharapkan yang dimiliki wanita sehubungan dengan kedudukan dimasyarakat.
            Menurut Soekanto Soerjono, 1990 peranan (role) merupakan dinamis kehidupan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya
maka dia menjalankan suatu peranan.
Menurut Kartono Kartini, 1992 peran wanita sebagai berikut:
1. Peran Wanita Berkaitan Dengan Kedudukannya Dalam Keluarga
a. Ibu rumah tangga penerus generasi. Perempuan berperan aktif dalam peningkatan
kualitas generasi penerus sejak dalam kandungan.
b. Istri dan teman hidup patner sex. Sikap istri mendampingi suami merupakan relasi
dalam hubungan yang setara sehingga dapat tercapai kasih saying dan
kelanggengan perkawinan.
c. Pendidik anak. Anak memperoleh pendidikan sejak dalam kandungan.
Memberikan contoh berperilaku yang baik karena anak belajar berperilaku dari
keluarga. Ibu dapat memberikan pendidikan akhlak, budi pekerti, pendidikan
masalah reproduksi.
d. Pengatur  rumah tangga. Perempuan menjaga, memelihara, mengatur rumah
tangga, menciptakan ketenangan keluarga. Istri mengatur ekonomi keluarga,
pemelihara kesehatan keluarga, menyiapkan makanan bergizi tiap hari,
menumbuhkan rasa memiliki dan bertangggung jawab terhadap sanitasi rumah
tangga juga menciptakan pola hidup sehat jasmani, rohani dan sosial.
2. Peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakat sebagai mahluk
sosial yang berpartisipasi aktif.
            Wanita berpatisipasi aktiv dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Wanita
berperan aktiF dalam pembangunan dalam berbagai bidang seperti dalam pendidikan,
kesehatan, politik, ekonomi, sosial, budaya untuk memajukan bangsa dan Negara.
D. PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN
UPAYA MENGATASINYA
1. PERKOSAAN
Pengertian perkosaan:
a. Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau alat
lain ke dalam vagina /alat tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya.
b. Dikatakan suatu tindak perkosaan tidak hanya bila seorang, perempuan
disiksa, dipukuli sampai pinsan, atau ketika perempuan meronta, melawan,
berupaya melarikan setiap diri atau korban hendak bunuh diri, akan tetapi
meskipun perempuan tidak melawan, apapun yang dilakukan perempuan, bila
perbuatan tersebut bukan pilihan keinginan perempuan berarti termasuk tindak
perkosaan. bukan kesalahan wanita.
c. Dalam rumah tangga, hubungan seksual yang tidak diinginkan istril
termasuk tindakan kekerasan, merupakan tindakan yang salah.

1) Motivasi Perkosaan
a. Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan untuk menguasai korban
dengan cara mengancam (dengan senjata secara, fisik menyakiti perempuan,
verbal dengan mengertak) dan dengan penetrasi sebagai simbol kemenangan.
b. Sebagai cara meluapkan rasa march, penghinaan, balas dendam, menghancurkan
lawan baik masalah individu maupun masalah kelompok tertentu, sedangkan
unsur rasa cinta ataupun kepuasan seksual tidak penting.
c. Luapan perilaku sadis, pelaku merasa puas telah membuat penderitaan bagi orang
lain.

2) Jenis-Jenis Perkosaan
a. Perkosaan oleh orang yang dikenal.
 Perkosaan oleh suami/bekas suami.
 Perkosaan oleh pacar/dating rape.
 Perkosaan oleh teman kerja/atasan.
 Pelecehan seksual pada anak. b. Perkosaan oleh orang yang t1dak dikenal.

3) Perempuan Rentan Terhadap Korban Pemerkosaan


a. Kekurangan fisik dan mental, adanya suatu penyakit atau permasalahan yang
berkaitan dengan fisik sehingga perempuan duduk diatas kursi roda, bisu, tuli,
buta atau keterbelakangan mental. Mereka tidak mampu mengadakan perlawanan.
b. Pengungsi, imigran, tidak mempunyai rumah, anak jalanan/gelandangan, di daerah
peperangan.
c. Korban tindak kekerasan suami/pacar.
4) Pencegahan Pemerkosaan :
a. Berpakaian santun, berperilaku, bersolek tidak mengundang perhatian pria.
b. Melakukan aktifitas secara bersamaan dalam kelompok dengan banyak teman,
tidak berduaan.
c. Di tempat keda bersama teman/berkelompok, tidak berduaan dengan sesama
pegawai atau atasan.
d. Tidak menerima tamu laki-laki ke rumah, bila di rumah seorang diri.
e. Berjalan - jalan bersama banyak teman, terlebih di waktu malam hari.
f. Bila merasa diikuti orang, ambil jalan kearah yang berlainan, atau berbalik dan
bertanya ke orang tersebut dengan nada keras, dan tegas. apa maksud dia.
g. Membawa alat yang bersuara keras seperti peluit, atau alat bela diri seperti parfum
spray, bubuk cabe/merica yang bisa ditiupkan ke mata.
h. Berteriak sekencang mungkin bila diserang.
i. Jangan ragu mencegah dengan mengatakan 'tidak', walaupun pada atasan yang
punya kekuasaan atau pada pacar yang sangat dicintai.
j. Ketika bepergian, hindari sendirian, tidak menginap, bila orang tersebut merayu
tegaskan bahwa perkataan dan sentuhannya membuat anda merasa risih, tidak
nyaman, dan cepatlah meninggalkannya.
k. Jangan abaikan kata hati. Ketika tidak nyaman dengan suatu tindakan yang
mengarah seperti dipegang, diraba, dicium, diajak ke tempat sepi.
l. Waspada terhadap berbagai cara pemerkosaan seperti: hipnotis. obat-obatan
dalarn rninuman, pemen, snack atau hidangan makanan.
m. Saat ditempat baru, jangan terlihat bingung. Bertanya pada polisi. hansip atau
instapsi.
n. Menjaga jarak/space interpersonal derigan. lawan jenis. Di eropa space
interpersonal dengan jarak 1 meter.
5) Sikap terhadap korban perkosaan:
a. Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan kesalahannya.
b. Menumbuhkan gairah hidup.
c. Mengliargai kemauannya untuk menjaga privasi dan keamanannya.
d. Mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi.
6) Resiko kesehatan pada korban perkosaan:
a. Kehamilan. Dapat dicegah dengan minum kontrasepsi darurat pada 24 jam
pertama.
b. Tejangkit Infeksi menular seksual.
c. Cidera robek dan sayatan, cekikan, memar bahkan sampai ancaman jiwa.
d. Hubungan seksual dengan suarni mengalami gangguan, memerlukan waktu
terbebas dari trauma ataupun merasa diri telah tenoda.
e. Gejala psik-ologis ringan hingga gangguan psikologi berat. Pada waktu singkat
perempuan korban perkosaan menyaiahkan diri send iri, sebab merasa dirinya
yang menyebabkan perkosaan terjadi, terlebih pandangan budaya biasanya selalu
menyalahkan perempuan. Selain itu juga terjadi insomma/gangguan tidur,
ancreksia/tidak nafsu makan,kecemasan mendalam, perasaan males untuk
bersosialisasi. Gejala psikologi tersebut dapat berkembang bila penanganan tidak
adekuat seiring dengan makin bertambah, waktu yaitu perasaan tidak punya daya
upaya, marah yang mernbara, merasa diri tidak berharga, timbul gejala
psikosomatis seperti: mual, mutah, sakit kepala, badan sakit. Selain itu dapat
timbul ketakutan yang luar biasa/fobia, mengurung diri. Gejala psikologi ini tiap
perempuan berbeda tergantung dari tipe kepribadian terbuka atau tertut,dukungan
dari keluarga dan lingkungan, persepsi diri dengan apa yang dialami, pengalaman
dalam menghadapi stress, koping mekanisme/telcnik mengatasi masalah
sebelumnya.
7) Tindakan pada saat serangan seksual:
a. Hindari menangis atau minta belas kasihan.
b. Hindari kepanikan, tetap waspada, bertindak saat pelaku lengah.
c. Berjuang untuk pernbela diri seperti: menendang, teriak, menawar, melakukan
strategi perlawanan.
d. Amati ciri khusus pelaku.
e. Manfaatkan evaluasi situasi yang terbaik.
8) Penanganan
Tugas tenaga kesehatan dalam kasus tindak perkosaan:
a. Bersikap dengan baik, penuh perhatian dan empati.
b. Memberikan asuhan untuk menangani gangguan kesehatannya, misalnya
mengobati cidera, pemberian kontrasepsi darurat
c. Mendokumentasikan basil pemeriksaan dan apa yang sebenarnya terjadi.
d. Memberikan asuhan pemenuhan kebutuhan psikologis
e. Memberikan konseling dalam membuat keputusan.
f. Membantu memberitahukan pada keluarga.
9) Upaya promotif :
a. Meningkatkan keterarnpilan bagi tenaga kesehatan pada pertolongan tindak
perkosaan untuk mengatasi masalah kesehatan dan dalam memberi dukungan bila
ingin melapor ke polisi.
b. Penguasaan seni atau keterampilan bela diri bagi para wanita.
c. Penyelenggaraan pendidikan seksual untuk remaja.
d. Sosialisasi hukum yang terkait.
10) Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindak perkosaan:
a. Pasal 281-283 KUHP tentang Kejahatan terhadap Kesopanan.
b. Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan.
c. Pasal 506 KUHP tentang Mucikari.
d. Undang-undang Perlindungan Anak (UUPA) no 23 tahun 2003.
e. Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT)

2. KEKERASAN
Pengertian kekerasan:
Pasal 89 KUHP : Melakukan kekerasan adalah pempergunakan tenaga atau kekuatan
jasmani tidak kecil secara yang tidak sah misalnya memukul dengan tangan atau dengan
segala macam senjata, menepak, menendang dsb.
1) Bentuk- Bentuk Kekerasan
a. Kekerasan psikis.
Misalnya: mencemooh, mencerca, men&na, memaki, mengancam, melarang
berhubungan dengan keluarga atau kawan dekat / raasyarakat, intimidasi, isolasi,
melarang istri bekerja.
b. Kekerasan fisik.
Misalnya memukul, membakar, menendang, melempar sesuatu, menarik rambut,
mencekik, dll.
c. Kekerasan ekonomi.
Misalnya: Tidak memberi nafkah, memaksa pasangan untuk prostitusi, memaksa
anak untuk mengemis,mengetatkan istri dalam keuangan rumah tangga, dan lain-
lain.
d. Kekerasan seksual.
Misalnya: perkosaan, pencabulan, pemaksaan kehendak atau melakukan
penyerangan seksual, berhubungan seksual dengan istri tetapi istri tidak
menginginkannya.

Banyak kasus terjadi kekerasan psikis berupa makian, hinaan (ungkapan verbal )
Bering berkembang menjadi kekerasan fisik. Pada awalnya mungkin belum terjadi, tetapi
ketidaksengajaan pria kemudian berlanjut pada tindakan kekerasan fisilk secara nyata.
2) Penyebab terjadinya kekerasan adalah
a. Perselisihan tentaing ekonomi.
b. Cemburu pada pasangan.
c. Pasangan mempunyai selingkuhan.
d. Adanya problema seksual (misalnya: impotensi, frigid, hiperceks).
e. Pengaruh kebiasaan minum alkohol, drugs abused.
f. Permasalahan dengan anak.
g. Kehilangan pekerjaan/PHK/menganggur/belum mempunyai pekerjaan.
h. Istri ingin melanj utkan studi/ingin bekerja.
i. Kehamilan tidak diinginkan atau infertilitas.

3) Alasan Tindak Kekerasan Oleh Pria


a. Tindakan kekerasan dapat mencapai suatu tujuan.
 Bila terjadi adi konflik, tanpa harus musyawarah kekerasan merupakan cara cepat
penyelesaian masalah.
 Dengan melakukan perbuatan kekerasan, prig merasa hidup lebih berarti karena
dengan berkelahi ma ka pria merasa menjadi lebih digdaya.
 Pada saat melakukan kekerasan pria merasa memperoleh `kemenangan' dan
mendapatkan apa yang dia harapkan, maka korban akan menghindari pada konflik
berikutnya karena untuk menghindari rasa sakit.
b. Pria merasa berkuasa atas wanita.
Bila pria merasa mempunyai istri ‘kuat' maka dia berusaha untuk melemahkan wanita
agar merasa tergantung padanya atau membutuhkannya.
c. Ketidaktahuan pria.
Bila latar belakang pria dari keluarga yang selalu mengandalakan kekerasan sebagai
satu-satunyajclan menyelesaikan masalah dan tidak mengerti cara lain maka
kekerasan merupakan jalan pertama dan ut-aina baginya sebagai cara yang jitu setiap
ada kesulitan atau tertekan karena memang dia tidak pernah belajar cara lain untuk
bersikap.
4) Akilbat Tindakan Kekerasan
a. Kurang bersemangat atau kurang percaya diri.
b. Gangguan psikologi sampai timbul gagguan system dalam tubuh(psikosomatik),
seperti: cemas, tertekan, st-I-ess, anoreksia (kurang nafsu makan), insomnia (susah
tidur, Bering mimpibtwik,jantw-igterasa berdebar-debar, keringat dingin, rnual,
gastritis, nyeri perut, posing, nyeri kepala.
c. Cidera ringan sampai berat, seperti: lecet, memar, luka terkena benda tajam, patah
tulang, luka bakar.
d. Masalah seksual, ketakutan hubungan seksual, nyeri saat hubungan seksual, tidak ada
hasrat seksual, frigid.
e. Bila perempuan korban kekerasan sedang hamil dapat terjadi abortus/ keguguran.

3. PELECEHAN SEKSUAL
Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku maupun perkataan bermakna seksual
yang berefek merendahkan martabat orang yang menjadi sasaran.
1) Bentuk-bentuk pelecehan seksual
a. Mengucapkan kata-kata jorok tentang tubuh wanita.
b. Main mata, siulan nakal, isyarat jorok, sentuhan, rabaan, remasan, usapan, elusan,
colekan, pelukan, ciuman pada bagian tubuh wanita.
c. Menggoda, kearah hubungan seksual.
d. Laki-laki memperlihatkan alat kelaminnya atau onani di depan perempuan.
2) Akibat pelecehan seksual
a. Gangguan psikologis: marah, mengumpat, tersinggung dipermalukan, terhina,
trauma sehingga takut keluar rumah.
b. Kehilangan gairah kerja /belajar, malas.
3) Pasal dalam undang-undang yang berkaitan dengan tindak pelecehan seksual:
a. Pasal 281-283 KUHP tentang Kejahatan terhadap Kesopanan.
b. Pasal 289-298 KUHP tentang Pencabulan.
c. Pasal 506 KUHP tentang Mucikari.
d. Undang-undang Perlindu-nganAnak (UUPA) no 23 tahun 2003.
e. Undang-undang no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam.Rumah
Tangga(KDRT).

4. SINGLE PARENT
Single parent adalah keluarga yang mana, hanya ada satu orang tua tunggal, hanya ayah
atau ibu saja. Keluarga yang terbentuk bisa tedadi pada keluarga sah secara hukum maupun
keluarga yang belum sah secara hukum, baik hukum agama maupun hukum pemerintah.
Sebab-sebab terjadinya single parent:
1) Pada keluarga sah.
a. Perceraian. Adanya, ketidakharmonisan dalam keluarga yang disebabkan adanya
perbedaan persepsi atau perselisihan yang tidak mungkin ada jalan keluar,
masalah ekonomi/pekerjaan, salah satu pasangan selingkuh, kematangan
emosional yang kurang, perbedaan agama,aktifita.ssuan-iiistri yang tinggi di luar
rumah sehigga kurang komunikasi, problem seksual dapat merupakan faktor
timbulnya perceraian.
b. Orang tua meninggal. Takdir hidup clan coati manusia di tangan Tuhan. Manusia
hanya bisa berdoa dan berupaya. Adapun sebab kematian ada berbagai macam.
Antara lain karma kecelakaan, bunuh diri, pembunuhan, musibah bencana alam,
kecelakaan kerja, keracunan, penyakit dan lain-lain.
c. Orang tua masuk penjara. Sebab masuk penjara antara lain karena melakukan
tindak kriminal seperti perampokan, pembunuhan, penciarian, pengedar narkoba
atau thicial, perdata seperti hutang, jual beli, atau karma tidak pidana korupsi
sehingga sekian lama tidak berkumpul dengan keluarga.
d. Study ke pulau lain atau ke negara lain. Tuntutan profesi orang tua untuk
melanjutkan study sebagai peserta tugas belajar mengakibatkan harus, berpisah
dengan keluarga untuk sementara waktu, atau bisa terjadi seorang anak yang
meneruskan pendidikan di pulau lain atau luar negeri dan hanya bersama ibu saja
sehingga menyebabkan anak untuk sekian lama tidak didampingi otch ayahnya
yang hams tetap kerja di negara atau pulau atau kota kelahiran.
e. Kerja di luar daerah atau luar negeri. Cita-cita untuk mewujudkan kehidupan yang
lebih baik lagi menyebabkan salah satu orang tua meninggalkan daerah, terkadang
ke luar negeri.
Dampak Single Parent :
1) Dampak Negative
a. Perubahan perilaku anak. Bagi seorang anak yang tidak siap, ditinggalkan orang
tuanya bisa menjadi mengakibatkan perubahan tingkah laku. Menjadi pemarah,
berkata kasar, suka melamun, agresif, suka memukul, menendang, menyakiti
temannya. Anak juga tidak berkesempatan untuk belaiar perilaku yang baik
sebagaimana, perilaku keluarga yang harmonis. Dampak yang paling berbahaya
biia anak mencari pelarian di luar rumah, seperti menjadi anak jalanan,
terpengaruh penggunaaa narkoba untuk melenyapkan segala kegelisahan dalam
hatinya, terutama anak yang kurang kasih sayang, kurang perhatian orang tuanya.
b. Perempuan merasa terkucil. Terlebih lagi pada perempuan yang sebagai janda
atau yang tidak dinikahi, di masyarakat terkadang mendapatkan cemooh dan
ejekan.
c. Psikologi anak terganggu. Anak Bering mendapat ejekan diri Leman sepermainan
sehingga anak menjadi murung, sedih. Hai ini dapat mengakibatkan anak menj adi
kurang percaya diri dan kurang kreatif.
2) Dampak Positif
a. Anak terhindar dari komunikasi yang kontradiktif dari orang tua, tidak akan
terjadi komunikasi yang berlawanan dari orang tua, i-nisaInya ibunya mengijinkan
teLapi ayahnya melarangnya. Nilai yang diajarkan oleh ibu atau ayah d iterima
penuh karena tidak terjadi pertentangan.
b. Ibu berperan penuh dalam pengambilan keputusan clan tegar.
c. Anak lebih mandiri dan berkepribadian kuat, karena terbiasa tidak selalu hal
didampingi, terbiasa menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
3) Penanganan Single Parent
a. Memberikan kegiatan yang positif. Berbagai macam kegiatan yang dapat
mendukung anak untuk lebih bisa mengah, ualisasikan diri secara positif antara
lain dengan penyaluran. hobi, kursus sehingga menghindarkan anak melakukan
hal-hal yang negatif.
b. Memberi peluang anak belajar berperilaku baik. Bertandang pada keluarga,
lain yang harmonis memberikan kesempatan bagi anak untuk meneladani figur
orang tua yang tidak diperoleh dalam lingkungan keluarga sendiri.
c. Dukungan komunitas. Bergabung dalam club sesama keluarga dengan orang tua
tunggal dapat memberikan dukungan karena anak mempunyai banyak teman yang
bemasib sama sehingga tidak merasa sendirian.

4) Upaya Pencegahan Single Parent Dan Pencegahan Dampak Negatif Single


Parent.
a. Pencegahan terjadinya kehamilan di luar nikah.
b. Pencegahan perceraian dengan mempersiapkan perkawinan dengan baik dalam
segi psikologis, ke-aangan, spiritual.
c. Menjaga kommikasi dengan berbagai sarana teknologi informasi.
d. Menciptakan kebersamaan antar anggota keluarga.
e. Peningkatan spiritual dalam keluarga.

5. PERKAWINAN USIA MUDA DAN TUA


Perkawinan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk  keluarga/ rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasar Ketuhanan Yang Maha
Esa (UU Perkawinan No 1 Thahun 1974)
1) Perawinan Usia Muda
Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diij inkan bila
laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun pemerintah mempunyai
kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992
yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan upaya penyelenggaraan
Keluarga Berencana. Banyaknya resiko kehamilan kurang dari perkawinan diij inkan bila
laki-laki berumur 21 tahun dan perempi mn berumur 19 tahun. Sehingga perkawinan usia
muda adalah perkawinan yang dilakukan bila pria kurang dari 21 tahun dan perempuan
kurang dari 19 tahun.
2) Perkawinan Usia Tua
Adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
3) Kelebihan perkawinan usia muda
a. Terhindar dari perilaku seks bebas, karena kebutuhan seksual terpenuhi.
b. Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.
4) Kelebihan perkawinan usia tua
Kematangan fisik, psikologis, sosial, financial sehingga harapan membentuk keluarga
sejahtera berkualitas terbentang.
5) Kekurangan pernikahan usia muda
a. Meningkatkan angka kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk semakin meningkat.
b. Ditinjau dari segi kesehatan, perkawinan usia muda meningkatkan angka kematian
bayi dan ibu, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Selain itu bagi
perempuan meningkatkan risiko cacerviks karena hubungan seksual dilakukan pada
saat secara anatorni sel-sel cerviks belum matur. Bagi bayi risiko terjadinya kesakitan
dan kematian meningkat.
c. Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesakitan
mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi.
d. Ditinjau dari segi sosial, dengan perkawinan mengurangi kebebasan pengembangan
diri, mengurangi kesempatan melanjutka pendidikan jenjang tinggi.
e. Adanya konflik dalam keluarga membuka peluang untuk mencari pelarian pergaulan
di luar rumah sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum alkohol, narkoba dan
seks bebas.
f. Tingkat peceraian tinggi. Kegagalan kehiarga dalam melewati berbagai macam
permasalahan meningkatkan risiko perceraian.
6) Kekurangan pernikahan usia tua
a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Kemu-igkinan/risiko
tejadi Ca mammae meningkat.
b. Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan, misalnya terjadi
kromosom non disjunction yaitu kelainan proses meiosis basil konsepsi (fetus)
sehingga menghasilkan kromosom sejumlah 47. Aneuploidy, yaitu ketika
kromosom basil konsepsi tidak tepat 23 pasang. Contohnya: trisomi 21 (down
syndrome), trisomi 13 (patau syndrome) dan trisomi 18 (edwards syndrome).
7) Penanganan Perkawinan Usia Muda
a. Pendewasaan usia kehamilan dengan penggunaan kontrasepsi
sehingga kehamilan pada waktu usia reproduksi sehat.
b. Bimbingan psikologis. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pasangan dalam
menghadapi persoalan-persoalan agar mempunyai cara pandang dengan
pertimbangan kedewasaan, tidak mengedepankan emosi.
c. Dukungan keluarga. Peran keluarga sangat banyak mernbantu kell 1,grga muda
baik clukungan berupa material maupun non material untuk kelanggengan
keluarga, sehingga lebih tahan terhadap hambatanhambatan yang ada.
d. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi
bagi istri yang mengalami kurang gizi.
8) Penanganan Perkawinan Usia Tua
a. Pengawasan kesehatan: ANC secara rutin pada tenaga kesehatan.
b. Peningkatan kesehatan dengan peningkatan pengetahuan kesehatan, perbaikan gizi
bagi istri yang mengalami kurang gizi.
Pencegahan:
a. Penyuluhan kesehatan untuk menikah pada usia reprodulcsi sehat.
b. Merubah cara pandang budaya atau cara pandang diri yang tidak mendukung.
c. Meningkatkan kegiatan sosialisasi.

6. WANITA DI TEMPAT KERJA


Alasan wanita bekerja :
a. Aktualisasi diri.
Wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari lingkungan  karena produktifitas
dan kreatifitas yang telah dihasilkan.
b. Mata pencaharian. Penghasilan yang diperoleh dalam rangka mencukupi kebutuhan
sehari-hari agar meningkat kualitas hidup keluarga, baik untuk memenuhi kebutuhan
primer seperti pangan, sandang, papan, atau kebutuhan sekunder seperti perabot
rumah tangga, mobil, jaminan kesehatan, dll.
c. Relasi positif dalam keluarga. Pengetahuan yang luas dan pengalaman rnengambil
keputusan saat bekerja dalam memecahkan suatu masalah ditempat kerja, pola pikir
terbuka memungkinkan jalinan saling mendukung dalam keluarga.
d. Pemenuhan kebutuhan sosial. Wanita bekerja akan menjumpai banyak relasi, Leman
sehingga dapat memperkaya wawasan bagi wanita.
e. Peningkaan keterampilan/kompetensi. Dengan bekerja wanita terns terpacu untuk
selalu meningkatkan keterampilan atau kompetensi sehingga dapat meningkatkan rasa
percaya diri dan prestasi yang lebih sebagai karyawan.
f. Pengaruh lingkungan. Lingkungan mayoritas wanita banyak yang bekerja akan
memberikan motivasi bagi wanita lain untuk bekerja.
g.
Dampak wanita bekerja :
a. Terpapar zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan dan infertilitas. Asap rokok,
bahan radiologi, bahan organik, bahan organo fosfat dan organo Morin untuk racun
hewan perusak.
b. Resiko pelecehan seksual. Pelaku pelecehan seksual bisa Leman sejawat, supervisor,
manager atau atasan. Adaptor wanita terkadang tidak kuasa menolak karena ketakutan
atau ancaman di PHK.
c. Penundaan usia nikah. Wanita yang sibuk mengejar prestasi kariemya menyebabkan
tidak mempunyai banyak waktu Luang untuk memperhatikan pernikahannya.
d. Keharnionisan rumah tangga terpengaruh. Kesibukan aktifitas yang berlebilian
memungkinkan wanita tidak mempunyai banyak waktu untuk keluarga karena pusat
perhatiannya pada kesuksesan kanernya, sehingga bisa menelantarkan peran sebagai
istri dan sebagai ibu.
1) Upaya Pemecahan
a. Bekerja menggunakan proteksi, seperti masker, sarung Langan, baju khusus untuk
proteksi radiasi.
b. Cek kesehatan secara berkala.
c. Melakukan aktifitas bekerja tidak hanya dengan satu pria misalnya bila lembur,
dinas luar.
d. Tidak nebeng kendaraan tanpa ditemani orang lain, sekalipun ditawari oleh atasan.
e. Jangan ragu mengatakan 'tidak' walaupun pada atasan. Tidak perlu takut pada
ancaman di pecat.
f. Menetapkan target menikah.
g. Menjaga komunikasi dengan keluarga. Mencurahkan perhatian khusus pada
keluarga pada hari libur dengan kualitas yang maksimal, mengagendakan kegiatan
bersarna keluarga, memenuhi hak-hak suami dan anak, berbagi peran dengan
suami dan selalu menghargai suami.
 
7. INCEST
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Anggota
keluarga yang dimaksud adalah anggota keluarga yang mempunyai hubungan pertalian darah.
Batas pertalian darah paling atas adalah kakek, paling bawah adalah cucu, batas kesamping
adalah keponakan. Keluarga diluar itu bukan termasuk incest. Pelaku biasanya adalah orang
yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak adalah anak-anak. Sering terjadi
pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh mertua, cucu oleh kakeknya.
Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga terjadi akibat
paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan, namun ada juga yang sengaja
dilakukan dalam ikatan perkawinan. Diluar negri, perkawinan incest diperbolehkan,
sedangkan di Indonesia perkawinan incest tidak dibenarkan menurut hukum. Perkawinan di
Indonesia dinyatakan sah dilakukan menurut agama. Sedangkan pencatatannya, bila agama
Islam di Kantor Urusan Agama (KUA) dan selain agama Islam di Kantor Pencatatan Sipil.
Sah tidaknya perkawinan di Indonesia berdasarkan ajaran agama masing-masing. Semua
agama di Indonesia melarang perkawinan incest. Bila diketahui ada pertalian darah (muhrim
dalam agama islam) sedangkan perkawinan telah dilakukan dan walaupun sudah mempunyai
anak, maka perkawinan harus dibatalkan.
1) Gambaran Incest Di Luar Ikatan Perkawinan
a. Pelaku kebanyakan orang yang kerap berinteraksi dengan korban, tinggal dalam
satu rumah.
b. Korban mayoritas anak-anak sehingga tidak kuasa melakukan perlawanan diri.
Biasanya dibawah tekanan karena ancaman pelakusehingga ketakutan atau diberi
imbalan atau dengan bujuk rayu misalnya diberi uang atau makanan.
c. Sering berakibat trauma fisik dan psikis.
2) Perlindungan Hukum
Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA) pasal 81-82 UUPKDRT, KUHP pasal
285, KUHP pasal 98, KUH Perdata pasal 1365.
3) Upaya Mengatasi
a. Waspada dalam mengasuh anak. Tidak membiasakan anak dirumah sendirian
dengan anggota keluarga yang berlainan jenis.
b. Tidak mengabaikan kata hati tiap ada gelagat yang menjurus pada tindakan
pelecehan dalam keluarga.
c. Memisahkan tempat tidur anak mulai umur 3 tahun dari ayah atau saudara baik
sesama jenis kelamin maupun berlainan jenis kelamin.
d. Perlu juga melibatkan orang lain diluar lingkungan keluarga.
e. Lapor pada petugas penegak hukum walaupun dibawah ancaman pelaku
8. HOME LESS
1) Definisi
Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup dalam keadaan
tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal
yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum. Home less banyak terdapat di kota-
kota besar. Kedatangan mereka ke kota besar tanpa didukung oleh pendidikan dan
ketrampilan yang memadai. Biasanya mereka tinggal di empeeran toko, kolong jembatan,
kolong jalan layang, gerobak tempat barang bekas, sekitar rel kereta api, di taman, di tempat
umum lainnya. Pekerjaan mereka sebagai pengamen, pengemis, pemulung sampah.
2) Penyebab Home Less
a. Kemiskinan
Hal ini merupakan faktor utama. Kemiskinan menyebabkan mereka tidak mampu
memenuhi kebutuhan papan, sehingga mereka bertempat tinggal di tempat umum.
Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya pendidikan sehingga tidak mempunyai
ketrampilan dan keahlian untuk bekerja. Hal ini berefek pada anak-anak mereka. Mereka
tidak mampu membiayai anak-anaknya sekolah sehingga anak-anak mereka juga ikut jadi
gelandangan.
b. Bencana Alam
Bencana alam akhir-akhir ini banyak menimpa negara kita. Mereka tinggal di
pengungsian, kehilangan pekerjaan mereka.
c. Yatim Piatu
Anak yang tidak mempunyai orangtua, saudara tidak mempunyai tempat tinggal sehingga
mereka mencari tempat berteduh di tempat-tempat umum.
d. Kurang Kasih Sayang
Berbagai penyebab sehingga anak merasa kurang diperhatikan, kurang kasih sayang
orang tuanya, maka ia turun ke jalan untuk mencari komunitas yang mau menerima dia apa
adanya.
e. Tinggal di Daerah Konflik
Penduduk yang tinggal di daerah konflik, dimana mereka merasa keamanannya kurang
terjaga mengakibatkan mereka pindah ke daerah lain yang mereka anggap lebih aman,
apalagi kalau rumah mereka hancur karena perang. Banyak tindak kekerasan di wilayah
konflik, termasuk pelecehan seksual, perkosaan, pembunuhan sehingga mereka memaksa
meninggalkan daerahnya.
3) Dampak Home Less
a. Kebersihan dan Kesehatan
Rumah mereka seadanya, sangat jauh dari kriteria rumah sehat. Perilaku hidup bersih
sehat sangat kurang. Tempat tinggal mereka kotor, ventilasi, pernerangan kurang, keperluan
untuk mandi, cuci dan masak tidak memenuhi kesehatan, dll sehingga muncul masalah
kesehatan. Mereka tidak memperhatikan hal ini karena untuk makan saja mereka hampir
tidak bisa terpenuhi. Mereka tidak mempunyai cukup dana untuk pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan.
b. Pengguna Narkoba
Banyak diantara mereka menggunakan narkoba. Pengaruh lingkungan mereka sangat
berpengaruh. Mereka rawan terkena HIV AIDS dengan penggunaan jarum suntik secara
bergantian.
c. Gizi Kurang
Ketidakmampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan pangan, akibat rendahnya daya
beli makanan, apalagi membeli makanan bergizi mengakibatkan mereka mengalami gizi
buruk, termasuk ibu hamil dan anak balita. Mereka makan sekedar kenyang.
d. Tindak Kekerasan Sesama Home Less
Perebutan atau persaingan lahan pencari makan menyebabkan mereka saling terjadi
konflik.
e. Dimanfaatkan
Anak-anak kecil banyak dimanfaatkan untuk mengemis dan menyetorkan sejumlah
uang setiap harinya agar terhindar dari tindak kekerasan oleh pihak lain yang lebih kuat atau
oleh orang dewasa yang tidak bertanggungjawab.
f. Pelecehan Seksual
Orang dewasa yang tidak bertanggungjawab melakukan sodomi, pelecehan
seksual dengan imbalan uang, atau dibawah ancaman mereka untuk melampiaskan nafsu
mereka.
4) Penanggulangan
Penyuluhan dan konseling mengenai pembinaan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan penyuluhan dan konseling mengenai  pendidikan pelatihan
keterampilan, pengawasan serta pembinaan lanjut,penertiban oleh aparat pemerintah,
penampungan dipanti asuhan, panti sosial dan panti jompo, rehabilitasi, pembangunan
perumahan sangat sederhana, pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan
pendidikan, dan transmigrasi.
5) Penghentian / Peniadaan
a. Penertiban oleh aparat pemerintah.
b. Penampungan.
c. Pelimpahan.
6) Rehabilitasi
a. Pembangunan perumahan sangat sederhana.
b. Pengadaan rumah singgah dan diberikan berbagai pelatihan dan pendidikan.
c. Transmigrasi.

9. WANITA DI PUSAT REHABILITASI


Pusat rehabilitasi wanita meliputi :
a. Maslah sosial, contohnya PSK.
b. Masalah psikologis, misalnya trauma pada korban kekerasan.
c. Masalah drug abuse.
Rehabilitasi bagi para PSK dilakukan :
a. Di luar panti ditempat lokalisasi.
b. Di dalam panti.
Upaya rehabilitasi yang dilakukan meliputi :
a. Bimbingan agama.
b. Bimbingan sosial.
c. Latihan keterampilan.
d. Pendidikan kesehatan.
e. Pendidikan dan kesejahteraan pribadi.

Rehabilitasi wanita korban kekerasan, trauma psikologis


            Upaya yang dilakukan dengan membangkan dan membangkitkan rasa percaya diri.
Salah satu cara dengan therapy psikologis. Mereka membutuhkan pendampingan agar bisa
kembali pada keadaan semula. Upaya rehabilitasi korban kekerasan tercantum dalam
UUPKDRT.

10. PEKERJA SEKS KOMERSIAL


Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan
menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Akibatnya semakin
banyak ditemukan penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks komersial dengan
penyakit menular seksual merupakan satu lingkaran setan. Biasanya penyakit menular
seksual ini diidap oleh PSK, dimana dalam menjajakan dirinya terhadap pasangan kencan
yang berganti-ganti tanpa menggunakan pengaman sseperti kondom.
Faktor-faktor penyebab adanya PSK
a. Kemiskinan
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia untuk mencari
sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan namun kadang dari beberapa mereka
harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
b. Kekerasan Seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK diantaranya
kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung, paman, guru, dan sebagainya.
c. Penipuan
Faktor lain yaitu penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur kerja. Kasus
penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiripun kerap ditemui.
d. Pornografi
Menurut definisi Undang-Undang Anti Pornografi, pornografi adalah bentuk ekspresi
visual berupa gambar, lukisan, tulisan, foto, film atau yang dipersamakan dengan film, video,
tayangan atau media komunikasi lainnya yang sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara
terang-terangan atau tersamar kepada publik alat vital dan bagian-bagian tubuh serta gerakan-
gerakan erotis yang menonjolkan sensualitas dan/atau seksualitas, serta segala bentuk
perilaku seksual dan hubungan seks manusia yang patut diduga menimbulkan rangsangan
nafsu birahi pada orang lain.

Persoalan-persoalan psikologis
a. Akibat gaya hidup modern
Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan barang-barang
yang dikenakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang terpojok karena masalah
keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka mereka mengambil jalan akhir dengan
menjadi PSK untuk pemuasan dirinya.
b. Broken Home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seorang remaja untuk
melakukan hal-hal yang kurang baik diluar rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang yang
tidak bertanggungjawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.
c. Kenangan masa kecil yang buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang perempuan bahkan adanya
perkosaan pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.

Dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK


a. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang
perempuan.
b. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan selalu
mencemooh dirinya.
c. Memberikan citra buruk bagi keluarga.
d. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti gonore, klamidia,
herpes kelamin, sifilis, hepatitis B, HIV/AIDS.
Penanganan masalah PSK
1) Keluarga
 Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan seks
secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
 Meningkatkan bimbingan agama sesuai tameng agar terhindar dari perbuatan
dosa.
2) Masyarakat
 Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan
PSK.
3) Pemerintah
 Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
 Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
 Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK untuk
dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.

Aspek kesehaan reproduksi


Diantara remaja putri berusia 11-15 tahun,  yang diteliti, ada yang mengidap penyakit
menular seksual Trikhomonas dan Human Papilloma Virus. Ini mengisyaratkan bahwa
remaja putri dalam usia yang sangat masih muda sudah melakukan huungan seks dengan
laki-laki, bahkan tertular penyakit. Yang lebih menarik lagi adalah penelitian ini dilakukan
diklinik spesialis swasta. Ini menunjukkan bahwa mereka yang datang kesana adalah
kalangan menengah keatas. Kembali hendak dikemukakan disini bahwa, bukan masalah
ekonomi yang mendorong remaja putri menjadi PSK, tetapi lebih pengaruh selera hedonistik.
Dampak perilaku seksual yang sudah merambah dalam usia yang masih sangat muda ini akan
mempengaruhi kesehatan reproduksi mereka dikemudian. Akibatnya bisa terjadi kemandulan
atau beberapa penyakit saluran reproduksi lainnya, terutama mereka yang sudah pernah
terinfeksi oleh HPV (Human Papilloma Virus).

11. DRUG ABUSE


Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk tujuan 
mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari atau mencapai
kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
Dari segi hukum obat-obat yangs ering disalah gunakan dapat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu: narkotika atau obat bius dan bahan psikotropika. Untuk mencegah
penyalahgunaan obat, pemerintah baru-baru ini telah mengesahkan dua Undang-Undang
penting yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tanggal 11 Maret 1997 tentang
Psikotropika.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997 tanggal 1 September 1997
tentang Narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Contohnya adalah opium, morphine, cocaine, ganja/marihuana, dan
sebagainya.
1) Narkotika dibedakan menjadi :
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan psikotropika adalah bahan/obat
yang mempengaruhi jiwa atau keadaan jiwa, yaitu :
a. Keadaan kejiwaan diubah menjadi lebih tenang, ada perasaan nyaman sampai tidur.
b. Dalam hal inni pemakai menjadi gembira, hilang rasa susah/sedih, capek/depresi.
c. Bahan memberi halusinasi, yaitu si pemakai melihat/merasakan segala sesuatu lebih
indah dari yang sebenarnya dihadapi.
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan
digolongkan menjadi :
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan an dapat
digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
poensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiatpengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
d. Psikotropika golongan IV psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau  untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.

2) Cara Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Obat Terlarang


Penggunaan obat terlarang tersebut sudah melanggar hukum, agar generasi  muda tidak
semakin terjerumus maka perlu adanya pencegahan. Upaya-upaya yang dapat ditempuh antar
lain:
a. Melakukan kerjasama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan
penyuluhan tentang bahaya narkoba. Misalnya dengan mengadakan seminar,
maupun temu wicara antara gerakan anti narkobadengan para pelajar, penyuluhan
kepada masyarakat umum maupun sekolah-sekolah mengnai bahaya narkoba.
b. Mengadakan razia mendadak secara rutin. Razia ini perlu dilakukan agar para
pengedar, pengguna dapat terjaring disaat tanpa mereka ketahui (saat transaksi
jual beli  obat terlarang). Razia dapat dilakukan di sekolah, diskotik, club malam,
cafe, maupun tempat-tempat sunyi yang diduga sebagai tempat transaksi.
c. Pendampingan dari orangtua siswa itu senadiridengan memberikan perhatian dan
kasih sayang. Salah satu penyebab banyaknya remaja terjerumus dalam
pemakaian obat terlarang adalah kurang kasih sayang dari keluarga, sebab mereka
berpikir tidak perlu lagi ada beban pikiran keluarga ketika mereka memakai obat
tersebut.
d. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak
didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi)  narkoba sering terjadi disekitar
lingkingan sekolah.
e. Pendidikan moral keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa, karena salah
satu penyebab terjerumusnya anak-anak kedalam lingkaran setan ini adalah
kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap, sehingga
perbuatan tercela seperti inipun akhirnya mereka jalani.

3) Solusi Atau Cara Mengatasi Tindak Penyalahgunaan Obat Terlarang.


a. Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi untuk mendapatkan
penanganan yang memadai.
b. Pembinaan kehidupan beragama, baik disekolah, keluarga dan lingkungan.
c. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru serta
lingkungannya.
d. Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam penyaluran
energi remaja yang tinggi seperti berolahraga.
e. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di sekolah
maupun dirumah dan lingkungan sekitar.
f. Mengetahui secraa pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal pengaruh
atau bujukan memakai obat terlarang.
g. Saling menghargain sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga.
h. Penyelaesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar serta positif dan
konstruktif.
12. PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek dan objek
dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga merupakan proses sadar dan
sistematis disekolah, keluarga, dan masyarakat untuk menyaqmpaikan suatu maksud dari
suatu konsep yang sudah diterapkan. Tujuan pendidikan yaitu diharapkan individu
mempunyai kemampuan dan ketrampilan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup
lahir batin dan meningkatkan perannyasebagai pribadi, pegawai/karyawan, warga
masyarakat, warga negara, dan makhlik Tuhan dalam mengisi pembangunan.
Tingkat kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu bangsa pada hakekatnya
ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperoleh. Pendidikan yang baik dan berkualitas
saat melhirkan individu yang baik dan berkualitas pula. Sebaliknya apabila pendidikan yang
diperoleh tidak baik dan tidak berkualitas, maka hal ini akan berdampak terhadap kualitas
SDM yang dibangun. Peningkatan pendidikan bagi kaum perempuan merupakan keharusan
yang tidak dapat dielakkan demi mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Analisis  gender
dalam pembangunan pendidikan ditingkat nasional menemukan adanya kesenjangan gender
dalam pelaksanaan pendidikan terutama di tingkat SMK dan perguruan tinggi, namun lebih
seimbang peda tingkat SD, SMP, dan SMU. Kecenderungan adalah semakin tinggi jenjang
pendidikan, maka makin meningkat kesenjangan gendernya.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena pendidikan yang
tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang menyangkut
masalah kesehatan mereka sendiri. Seorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan
lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berperilaku hidupn sehat bila dibandingkan
dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang
wanita maka ia semakin mampu mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka
sendiri.

13. UPAH
Fenomena perempuan bekerja bukanlah barang baru ditengah masyarakat kita.
Sebenarnya tidak ada perempuan yang benar-benar menganggur, biasanya para perempuan
juga memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya entah itu dengan
mengelola sawah, membuka warung dirumah, mengkreditkan pakaian dan lain sebagainya.
Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa perempuan dengan
pekerjaaan diatas bukan termasuk kategori perempuan bekerja. Hal ini karena perempuan
bekerja identik dengan wanita karir atau wanita kantoran, padahal dimanapun dan kapanpun
perempuan itu bekerja seharusnya tetap dihargai pekerjaannya.
Kaitannya dengan  dimensni sosial yakni “perempuan itu diberi upah lebih kecil dari
laki-laki. Contohnya:  banyak wanita yang menjadi buruh.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dimensi sosial wanita Adalah suatu fenomena gambaran yang terjadi pada saat
sekarang ini. Kenyataannya adalah diskriminasi/ketidakadilan  seperti : Marginalisasi,
Subordinasi, Pandangan Steriotip, Kekerasan terhadap perempuan, beban kerja.
Permasalahan yang berkaitan dengan dimensi sosial wanita yaitu kekerasan, pemerkosaan,
pelecehan seksual, wanita di tempat kerja, pendidikan, upah, icest, home less dan drug abuse.
Perkosaan adalah setiap tindakan laki-laki memasukkan penis, jari atau alat lain ke
dalam vagina/alat tubuh seorang perempuan tanpa persetujuannya.
Pelecehan seksual adalah segala bentuk perilaku maupun perkataan bermakna seksual
yang berefek merendahkan martabat orang yang menjadi sasaran.
Wanita Di Tempat Kerja adalah wanita yang bekerja akan memperoleh pengakuan dari
lingkungan karena produktifitas dan kreatifitas yang telah dihasilkan.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena pendidikan yang
tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang menyangkut
masalah kesehatan mereka sendiri.
Perempuan bekerja identik dengan wanita karir atau wanita kantoran, padahal
dimanapun dan kapanpun perempuan itu bekerja seharusnya tetap dihargai pekerjaannya.
Sehingga sering terjadi permasalahan upah
Incest atau inses dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah hubungan seksual antara
orang-orang yang bersaudara dekat yang dianggap melanggar adat, hokum dan agama.
Home less atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup dalam keadaan
tidak sesuai dengan norma di masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal
yang tetap diwilayah tertentu dan hidup ditempat umum.
Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk
tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari atau
mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
B. SARAN
Kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti, Yani, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi.  Jakarta: Fitramaya

Pinem, Saroha. 2002. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media

http://warungbidan.blogspot.com/2016/07/makalah-dimensi-sosial-wanita-dan.html

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/dimensi-sosial-wanita-dan.html

Anda mungkin juga menyukai