EMFISEMA PARU
LAPORAN PENDAHULUAN
oleh.
Kurnia Juliarthi
NIM 132310101012
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................i
LAPORAN PENDAHULUAN...........................................................1
A. Definisi Penyakit................................................................1
B. Epidemiologi.....................................................................2
C. Etiologi.............................................................................2
D. Tanda dan Gejala...............................................................3
E. Patofisiologi......................................................................4
F. Komplikasi........................................................................5
G. Pemeriksaan Penunjang.....................................................6
H. Clinical Pathway.................................................................7
I.
Penatalaksanaan Medis......................................................7
J.
Penatalaksanaan Keperawatan...........................................9
1. Pengkajian......................................................................9
2. Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)...........12
3. Perencanaan /Nursing Care Plan dan Evaluasi.................14
4. Discharge Planning........................................................17
K. Daftar Referensi..............................................................18
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Penyakit
Emfisema paru adalah kondisi dimana kantung udara di paru-paru bertahap
hancur, membuat nafas lebih pendek. Emfisema adalah salah satu penyakit
yang secara kolektif dikenal sebagai penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Merokok adalah penyebab utama emfisema.
Emfisema membuat kantung udara yang terdiri dari alveolus menjadi
berlubang di dindingnya. Hal ini bisa menyebabkan penyempitan permukaan
paru-paru dan mengurangi jumlah oksigen dalam darah.
Emfisema juga perlahan-lahan menghancurkan serat-serat elastis yang
membuka saluran udara kecil yang mengarah ke kantung udara. Hal ini
memungkinkan saluran udara tersebut runtuh pada saat ekspirasi, sehingga
udara dalam paru-paru tidak dapat keluar.
Emfisema paru dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :
a. Emfisema sentriolobular
Merupakan tipe yang sering muncul dan memperlihatkan kerusakn
bronkhiolus, biasanya pada daerah paru-paru atas. Inflamasi merambah sampah
bronkhiolus tetapi biasanya kantung alveolus tetap bersisa.
b. Emfisema panlobular (Panacinar)
Merupakan tipe yang merusak ruan udara pada seluruh asinus dan umumnya
juga merusak paru-paru bagian bawah. Tipe ini sering disebut centriacinar
emfisema, sering kali timbul pada perokok. Panacinar timbul pada orang tua
dan pasien dengan defisiensi enzim alpha-antitripsin.
c. Emfisema paraseptal
Merupakan tipe yang merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan
isolasi blebs (udara dalam alveoli) sepanjang perifer paru-paru. Paraseptal
emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumotorak spontan.
B. Epidemiologi
Di Amerika Serikat kurang lebih 2 juta orang menderita emfisema.
Emfisema menduduki peringkat ke-9 diantara penyakit kronis yang dapat
menimbulkan gangguan aktifitas. Kejadian emfisema hamper terjadi pada 65 %
laki-laki dan 15 % wanita. Nawas dkk melakukan penelitian di poliklinik paru
RS Persahabatan Jakarta dan mendapatkan prevalensi PPOK sebanyak 26 %,
kedua terbanyak setelah tuberkulosis paru (65 %), namun di Indonesia belum
ada data mengenai emfisema paru.
C. Etiologi
Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus adalah
gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru. Pada penderita
emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang yang
sehat karena karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru
terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin
adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini. Selain itu emfisema
juga disebabkan oleh:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit emfisema. Faktor genetik
diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinifilia atau
peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper responsive
bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein
alfa 1 anti tripsin.
b. Hipotesis Elastase-Anti Elastase
Di dalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti
elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan.Perubahan keseimbangan
menimbulkan jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan
timbul emfisema.
c. Rokok
Rokok adalah penyebab utama timbulnya emfisema paru. Rokok secara
patologis dapat menyebabkan gangguan pergerakan silia pada jalan nafas,
menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia
kelenjar mukus bronkus dan metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan.
d. Infeksi
Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga
gejalanya lebih berat. Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneumonia,
bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan
nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema. Infeksi
pernapasan bagian atas pasien bronkitis kronik selalu menyebabkan infeksi
paru bagian dalam, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Bakteri
yang di isolasi paling banyak adalah haemophilus influenzae dan streptococcus
pneumoniae.
e. Polusi
Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan
angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang
padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat
menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar.
Sebagai faktor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi
bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi.
f. Faktor Sosial Ekonomi
Emfisema lebih banyak didapat pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan
faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
g. Pengaruh usia
D. Tanda dan Gejala
Adapun gejala dari penyakit emfisema paru-paru diantaranya adalah:
1) Pada awal gejalanya serupa dengan bronkhitis kronis
2) Napas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit
3) Dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, penderita sampai
membungkuk
4) Sianosis/bibir tampak kebiruan
5) Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun
6) Batuk menahun
7) Dispnea
8) Takipnea
9) Inspeksi : barrel chest, penggunaan otot bantu pernapasan
10) Perkusi : hiperresonan, penurunan fremitus pada seluruh bidang paru
11) Auskultasi bunyi napas : crachles, ronchi, perpanjangan ekspirasi
12) Hipoksemia
13) Hiperkapnia
14) Anoreksia
15) Kelemahan
E. Patofisiologi
Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan napas yaitu :
inflamasi dan pembengkakan bronki; produksi lendir yang berlebihan;
kehilangan rekoil elastik jalan napas; dan kolaps bronkiolus serta redistribusi
udara ke alveoli yang berfungsi. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan,
area permukaan alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara
kontinu berkurang, menyebabkan peningkatan ruang rugi (area paru dimana
tidak ada pertukaran gas yang dapat terjadi) dan mengakibatkan kerusakan
difusi oksigen. Kerusakan difusi oksigen mengakibatkan hipoksemia. Pada
tahap akhir penyakit, eliminasi karbondioksida mengalami kerusakan,
mengakibatkan peningkatan tekanan karbondioksida dalam darah arteri
(hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis respiratorius. Karena dinding alveolar
terus mengalami kerusakan, jaring kapiler pulmonal berkurang. Aliran darah
pulmonal meningkat dan ventrikel kanan dipaksa untuk mempertahankan
tekanan darah yang tinggi dalam arteri pulmonal. Dengan demikian, gagal
jantung sebelah kanan (kor pulmonal) adalah salah satu komplikasai emfisema.
Terdapatnya kongesti, edema tungkai, distensi vena leher atau nyeri pada
region hepar menandakan terjadinya gagal jantung.
Sekresi meningkat dan tertahan menyebabkan individu tidak mampu untuk
membangkitkan batuk yang kuat untuk mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan
kronis dengan demikian menetap dalam paru yang mengalami emfisema
memperberat masalah. Individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik
ke aliran masuk dan aliran keluar udara dari paru. Paru-paru dalam keadaan
heperekspansi kronik. Untuk mengalirkan udara kedalam dan keluar paru-paru,
dibutuhkan tekanan negatif selama inspirasi dan tekanan positif dalam tingkat
yang adekuat harus dicapai dan dipertahankan selama ekspirasi.
Daripada menjalani aksi pasif involunter, ekspirasi menjadi aktif dan
membutuhkan upaya otot. Sesak napas pasien terus meningkat, dada menjadi
kaku,dan iga terfiksaksi pada persendiannya. Dada seperti tong (barrel chest)
ini terjadi akibat kehilangan elastisitas paru karena adanya kecenderungan yang
berkelanjutan pada dinding dada untuk mengembang.
F. Komplikasi
1)
2)
3)
4)
5)
6)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksan radiologis
Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan penyakit-penyakit lain. Foto dada pada emfisema paru
terdapat dua bentuk kelainan, yaitu:
a. Gambaran defisiensi arteri
b. Overinflasi, terlihat diafragma yang rendah dan datar,kadang-kadang
terlihat konkaf. Oligoemia, penyempitan pembuluh darah pulmonal dan
penambahan corakan kedistal.
c. Corakan paru yang bertambah, sering terdapat pada kor pulmonal,
emfisema sentrilobular dan blue bloaters. Overinflasi tidak begitu hebat.
2. Pemeriksaan fungsi paru
Pada emfisema paru kapasitas difusi menurun karena permukaan alveoli
untuk difusi berkurang.
3. Analisis Gas Darah Ventilasi, yang hampir adekuat masih sering dapat
dipertahankan oleh pasien emvisema paru. Sehingga PaCO2 rendah atau
normal. Saturasi hemoglobin pasien hampir mencukupi.
4. Pemeriksaan EKG, Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise
jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat defiasi aksis ke kanan
dan P-pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.Voltase QRS rendah.Di V1
rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 rasio R/S kurang dari 1.
a. Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru; mendatarnya
diafragma; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda
vaskularisasi/bula
(emfisema);
peningkatan
tanda
bronkovaskuler
a.
Golongan teofilin
Biasanya di beriakan denagn dosis 10-15mg/kgBB per oral dengan
memperhatikan kadar teofilin dalam darah .konsentrasi dalam darah yang
baik antara 10 15 mg/L .
b. Golongan agonis B2
yang
dinebuliser
menhilangkan
bronkospasme,
Terapi
antimikroba
atautrimetroprim-sulfametoxazol
dengan
tetrasiklin,
(bactrim)
ampisilin,
biasanya
amoksisilin,
diresepkan.Regimen
pengobatan
emfisema.
J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi
Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan,
alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi).
b. Keluhan Utama: pasien dengan emfisema biasanya mengeluh dispnea
dan mempunyai serangan (onset) yang membahayakan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien biasanya dibawa ke rumah sakit
setelah mengeluh sesak napas, batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah
kanan pada saat bernafas. Banyak sekret keluar ketika batuk, berwarna
kuning kental.
d. Riwayat Penyakit Dahulu: Klien pernah menderita penyakit PPOM
sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga: ada faktor herediter yang mempengaruhi
terjadinya emfisema yaitu defisiensi alfa 1-antitripsin.
2. Pemeriksaan Fisik Fokus
a. Inspeksi
Pada klien dengan emfisema terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernafasan serta penggunaan otot bantu nafas. Pada
inspeksi, klien biasanya tampak mempunyai bentuk dada barrel chest
(akibat udara yang terperangkap), penipisan massa otot, dan
pernafasan dengan bibir dirapatkan. Pernafasan abnormal tidak efektif
dan penggunaan otot - otot bantu nafas (sternokleidomastoideus).
Pada tahap lanjut, dipsnea terjadi pada saat aktivitas kehidupan sehari
hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk produktif dengan
sputum purulen disertai demam mengindikasikan adanya tanda
pertama infeksi pernafasan.
b. Palpasi
Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya
menurun.
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menurun.
d. Auskultasi
10
11
12
13
Data
1.
1.
2.
2.
DO :
1. Gas darah arteri
tidak normal
2. pH tidak normal.
3. Ketidaknormalan
frekuensi, irama,
dan
kedalaman
pernapasan.
4. Warna kulit tidak
normal.
5. Sianosis
6. Hiperkapneu
7. Hipoksia
8. Hipoksemia
9. Takikardia
DS :
1. Sakit
kepala
ketika bangun
2. Dyspneu
3. Gangguan
penglihatan
DO :
1. Penurunan
Diagnosa (NANDA)
Intervensi (NIC)
Gangguan
1. Kaji
suara
paru;
frekuensi,
pertukaran
gas
kedalaman, usaha nafas; dan
berhubungan dengan
produksi sputum.
kerusakan membran 2. Pantau saturasi O2 dengan oksimeter
kapiler dan alveolar
nadi.
3. Pantau hasil gas darah arteri.
4. Observasi terhadap sianosis.
5. Auskultasi suara paru dan jantung.
6. Ajarkan pasien teknik bernapas dan
relaksasi
7. Ajarkan batuk efektif.
8. Atur
posisi
pasien
untuk
mengurangi
dispneu
dan
memaksimalkan potensial ventilasi.
9. Kolaborasi dalam pemberian obat
dan
pemasangan
alat
bantu
pernapasan.
Pola
Evaluasi (NOC)
Pasien akan :
1. Menunjukkan
fungsi
paru
dalam batas normal
2. Tidak mengalami nafas dangkal
3. Tidak
menggunakan
otot
aksesoris untuk bernapas.
pernapasan
14
3.
ventilasi.
2. Penurunan
kapasitas vital
3. Nafas dalam
4. Ortopneu
5. Kecepatan
respirasi
6. Penggunaan otot
bantu
asesoris
untuk bernapas
DS :
1. Dyspneu
2. Nafas pendek
DO :
1. Suara
nafas
tambahan (ronki,
krakles,
dan
mengi)
2. Batuk
tidak
efektif.
3. Perubahan pada
irama
dan
frekuensi
pernapasan.
4. Sianosis.
5. Penurusan suara
nafas.
6. Sputum berlebih.
tidak
15
DS :
Dispneu
4.
4.
DO :
1. Frekuensi jantung
atau tekanan
darah tidak
normal sebagai
respon terhadap
aktivitas.
2. Perubahan EKG
yang
menunjukkan
aritmia atau
iskemia.
DS :
1. Melaporkan
secara verbal
adanya kelelahan
atau kelemahan
16
2. Adanya dyspneu
atau
ketidaknyamanan
saat beraktifitas
5.
6.
DO :
1. Bising
usus
hiperaktif
2. Diare
3. Rambut
rontok
yang berlebih
4. Kurang
nafsu
makan
5. Konjugtiva pucat
6. Denyut
nadi
lemah
DS :
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Kejang perut
4. Rasa penuh tibatiba
setelah
makan
DO :
1. Tidak mengikuti
instruksi
yang
diberikan secara
adekuat.
Ketidakseimbangan 1. Identifikasi
factor
yang Pasien akan :
nutrisi: kurang dari
mempengaruhi kehilangan nafsu 1. Melaporkan tingkat energy
kebutuhan
tubuh
makan.
yang adekuat.
berhubungan dengan 2. Kaji dan dokumentasikan derajat 2. Memiliki nilai laboratorium
menurunnya nafsu
kesulitan mengunyah dan menelan.
dalam batas normal
makan
3. Ubah posisi pasien semi-fowler atau 3. Mempertahankan berat badan
fowler
untuk
memudahkan
dan massa tubuh.
menelan; biarkan pasien pada posisi
ini selama 30 menit setelah makan
untuk mencegah aspirasi.
4. Pantau nilai laboratorium
5. Tentukan kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
6. Ajarkan metode untuk perencanaan
makanan.
17
4. Discharge Planning
1.
2.
3.
4.
5.
Kontrol teratur
Makan teratur
Minum obat teratur
Istirahat cukup
Menghindari asap (terutama asap rokok)
18
K. Daftar Referensi
Djojodibroto,R Darmanto.2009.Respirologi (Respiratory Madicine). Jakarta:
EGC
Doengoes, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Jakarta : EGC
Kumar, dkk. 2009. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Pasien Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Patel,Pradip. 2006. Radiologi. Jakarta: Erlangga
Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC.
Somantri, Irman.2009.Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernapasan.Edisi 2.Jakarta:Salemba medika.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35528-Kep%20RespirasiAskep%20Emfisema.html (diakses pada Minggu,17 Mei 2015)
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf (diakses pada
diakses pada Minggu,17 Mei 2015)
http://kamuskesehatan.com/arti/emfisema/
(diakses
pada
diakses
pada