oleh
Aulia Bella Marinda, S. Kep
NIM 132311101030
Mahasiswa
Mengetahui,
________________________ ________________________
NIP. 19800412 200604 1 002 NIP. 19770505 200212 1 006
ii
DAFTAR ISI
iii
1
A. Konsep Dasar
1. Anatomi dan Fisiologi
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi
terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barrier yang
memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar dan turut berpartisipasi
dalam banyak fungsi tubuh yang vital. Fungsi kulit adalah sebagai perlindungan,
Sensibilitas/sensori, keseimbangan air, pengatur suhu tubuh. Lapisan kulit terdiri atas:
a. Epidermis
Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah :
1) Stratum corneum
2) Stratum lucidum
3) Stratum garanulosum
4) Stratum spinosum/ spongiosum
2
5) Stratum basale
b. Dermis
Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan
struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu :
1) Lapisan papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis merupakan
jaringan fibrous tersusun longgar yang berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
2) Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang menonjol ke
arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut.
c. Subkutan
Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan
adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal
seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang tertimbun
merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
2. Pengertian Combustio
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak
faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang mengelupas,
petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007). Luka bakar adalah
suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia dan petir yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan
kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan
yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif.
3
Metode Lund dan Browder adalah metode yang diperkenalkan untuk kompensasi
besarnya porsi massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk
estimasi besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel
tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus
9’ dan disesuaikan dengan usia:
i. Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso
dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
5
ii. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai
dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
b) Komplikasi
1) Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2) Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke
dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema
akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap
pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
6
2) Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses proliferasi
fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase proliferasi
luka dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen, membentuk jaringan
berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut
granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan
mengisi permukaan luka, tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses
migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses fibroplasia akan
berhenti dan mulailah proses pematangan.
3) Fase maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan
aktivitas seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1
tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari
fase ini berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa
nyeri atau gatal
B. Epidemiologi
Epidemiologi luka bakar menunjukkan bahwa kematian akibat luka bakar jika
lebih tinggi di negara-negara berkembang. Data epidemiologi tentang luka bakar di
Indonesia terbatas. Menurut data dari WHO Global Burden Disease, pada tahun 2017
diperkirakan 180.000 orang meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien berusia
kurang dari 20 tahun. Umumnya korban meninggal berasal dari negara berkembang,
dan 80% terjadi di rumah. Di Indonesia sendiri belum ada data epidemiologi untuk
luka bakar secara resmi, namun unit luka bakar di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo mencatat 275 pasien luka bakar dalam kurun waktu 2011-2012.
C. Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
8
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,
penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
a) Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b) Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.
Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti
solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama
waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang
disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka
bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan,
yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang
disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil.
Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap
serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas
dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi
jalan nafas akibat edema.
9
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sinar matahari dan terapi radiasi.
Pelepasan mediator
nyeri (histamin,
bradikinin,
Merangsang prostaglandin,
serotonin, ion kalium,
nosiseptor
dll
Medulla oblongata
Hipotalamus, sistem
limbik
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Otak
perifer
Nutrisi kurang dari
Persepsi nyeri Kekurangan Volume kebutuhan tubuh
cairan
Nyeri akut
12
F. Penatalaksanaan
Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas
utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan
mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang
menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar
di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka
bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka
bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.
Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal
yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada
pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas „tersembunyi‟. Oleh
karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah
mendiagnosis dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang
mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma
terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit
dahulu, penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.
Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai. Pemeriksaan
radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu
mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.
Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi. Terlepas
dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan transfer
pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan, melepas
dari eskar yang mengkonstriksi.
Tatalaksana resusitasi luka bakar
1. Tatalaksana resusitasi jalan nafas
a) Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan
manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan
sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.
13
b) Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan
menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi.
Krikotiroidotomi memperkecil dead space, memperbesar tidal volume,
lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat
berbicara jika dibanding dengan intubasi.
c) Pemberian oksigen 100%
Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi
jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian
oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga
akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator
sepsis
d) Perawatan jalan nafas
e) Penghisapan sekret (secara berkala)
f) Pemberian terapi inhalasi
Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen
jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan.
Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida
0,9% ditambah dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bias
ditambahkan zat-zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat
(menurunkan produksi sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis
seluler) dan steroid (masih kontroversial)
g) Bilasan bronkoalveolar
h) Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
i) Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki
kompliansi paru
2. Tatalaksana resusitasi cairan
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan
seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia
jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan
agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,
14
anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan melalui infus.
Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam
dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin
grafting” (dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga
tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas.
Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan
lebih dari 3 minggu.
b) Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
c) Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
d) Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang
timbul.
d. Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh
posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.
Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang
terluka lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan
darah (endpoint). Adapun alat-alat yang digunakan dapat bermacam-
macam, yaitu pisau Goulian atau Humbly yang digunakan pada luka bakar
dengan luas permukaan luka yang kecil, sedangkan pisau Watson maupun
mesin yang dapat memotong jaringan kulit perlapis (dermatom) digunakan
untuk luka bakar yang luas.
Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi 25% dari
seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil perdarahan dapat
dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet sebelum dilakukan eksisi
atau pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah yang dieksisi.
Setelah dilakukan hal-hal tersebut, baru dilakukan “skin graft”. Keuntungan
dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan keuntungan
dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan dengan jumlah
yang banyak dan endpointbedah yang sulit ditentukan.
e. Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai
lapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan
17
ketebalan penuh (full thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang
sangat dalam. Alat yang digunakan pada teknik ini adalah pisau scalpel,
mesin pemotong “electrocautery”. Adapun keuntungan dan kerugian dari
teknik ini adalah lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak,
endpoint yang lebih mudah ditentukan. Kerugiannya adalah peningkatan
risiko cedera pada saraf-saraf superficial dan tendon sekitar, edema pada
bagian distal dari eksisi
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode
ini adalah:
a) Menghentikan evaporate heat loss
b) Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c) Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka
bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit
manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun
berasal dari permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh
yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft adalah paha, bokong
dan perut.
Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara
split thickness skin graft atau full thickness skin graft. Bedanya dari teknik –
teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor.
Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor
tersebut dapat direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor
(seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 :
6) dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting. Ketebalan dari kulit
donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan grafting, usia pasien,
keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor
sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin
„dermatome‟ ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian.
18
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi
atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera
inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan
karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan
cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin
menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi
ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
19
A. Pengkajian
4. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal
MRS, dan lain-lain
5. Keluhan utama
Keluhan utama yg dirasakan oleh klien dengan luka bakar ialah rasa nyeri,
sesak nafas. Nyeri bisa disebabakna kerena adanya iritasi terhadap syaraf.
Dalam melakukan suatu pengkajian nyeri harus diperhatikan dari aspek
paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yg timbul beberapa jam /
hari kemudian setelah mengalami luka bakar & disebabkan karena adanya
pelebaran pembuluh darah sehingga timbul adanya penyumbatan saluran
nafas bagian atas, apabila edema paru berakibat sampai pada penurunan
ekspansi paru.
6. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran kondisi klien di mulai dengan awal terjadinya luka bakar, penyabeb
lamanya kontak, pertolongan pertama yg dilakuakan serta keluhan klien
selama menjalan semua perawatan ketika dilakukan pengkajian. Jika dirawat
meliputi beberapa fase : Pada fase emergency (±48 jam pertama terjadi
perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase
rehabilitatif (menjelang klien akan pulang)
7. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit sebelumnya yg pernah diderita oleh klien
sebelum mengalami sebuah luka bakar. Risiko kematian dapat meningkat bila
klien mememiliki riwayat penyakit kardiovaskuler, DM, paru, neurologis, atau
penyalagunaan obat & alkohol
8. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan sebuah gambaran mengenai keadaan kesehatan keluarga &
penyakit yg berhubungan dengan kesehatan klien, yg meliputi : jumlah dari
anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan suatu
21
14. Eliminasi
Tanda: pengeluaran urine mengalami penurunan selama fase darurat; warna
mungkin sedikit hitam kemerahan apabila terjadi mioglobin, menunjukan
adanya kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler & mobilisasi
cairan kedalam sirkulasi).
15. Makanan Atau Cairan
Tanda: Terjadi oedema pada jaringan umum, mengalami anoreksia, merasa
mual/muntah.
16. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Merasakan berbagai nyeri; misalnya luka bakar derajat I secara
eksteren sensitif apabila disentuh, ditekan, & mengalami perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat II sangat amat nyeri; smentara respon pada
luka bakar ketebalan derajat kedua sangat tergantung pada keutuhan dari ujung
syaraf; luka bakar derajat III tidak merasakan nyeri.
17. Pernafasan
Gejala: jika terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
mengalami cedera inhalasi). Tanda: mengalami serak, batuk dan bisa mengii,
ketidakmampuan dalam menelan sekresi oral & sianosis, indikasi cedera
inhalasi.
15. Pemeriksaan fisik
a) keadaan umum
Biasanya penderita datang dalam kondisi kotor mengeluh panas,rasa
nyeri & merasa gelisah dan bisa mengalami penurunan tingkat
kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
b) TTV
Tekanan darah mengalami penurunan, nadi cepat, suhu tubuh dingin.
c) Pemeriksaan kepala dan leher
d) Kepala dan rambut
lihat kesimetrisan bentuk kepala, penyebaran rambut, adanya
perubahan warna rambut setalah terjadi luka bakar, adanya lesi akibat
luka bakar, grade dan luas permukaan luka bakar
23
e) Mata
lihat kesimetrisan kedua mata dan kelengkapan, kelopak mata, apakah
ada lesi serta adanya benda asing yg menyebabkan terjadinya
gangguan penglihatan serta bulu mata yg rontok akibat luka bakar
f) Hidung
lihat kesimetrisan apakah adanya perdarahan, mukosa biasanya kering,
sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok akibat luka bakar.
g) Mulut
Umumnya terjadi sianosis lantaran kurangnya supplay darah ke otak,
bibir kering lantaran intake cairan kurang
h) Telinga
Lihat Kesimetrisan bentuk kedua telinga, apakah mengalami gangguan
pendengaran lantaran adanya benda asing, perdarahan & serumen
i) Leher
raba posisi trakea, denyut nadi karotis terjadi peningkatan sebagai
kompensasi/respon untuk mengataasi masalah kekurangan cairan
j) Pemeriksaan Thorak Atau Dada
Lihat bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yg masuk ke
paru, auskultasi suara ucapan egoponi, apakah ada suara nafas
tambahan ronchi
k) Abdomen
Lihat bentuk perut apakah membuncit lantaran kembung, palpasi
adanya nyeri tekan pada area epigastrium yg mengidentifikasi adanya
gastritis.
l) Muskuloskletal
Lihat jika adanya atropi, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
apakah terjadi penurunan kekuatan otot karena nyeri
m) Pemeriksaan neurologi
24
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, kimia, fisik,
psikologis, dan lingkungan
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan proses
penyakit
3. Risiko infeksi berhubungan dengan terbukanya jaringan tubuh
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan integumen
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan luka bakar
25
3 III Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x24 jam, Infection Control (Kontrol infeksi)
risiko infeksi dapat dicegah, dengan kriteria hasil: 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi
26
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang 3. Batasi pengunjung bila perlu
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
infeksi 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
4. Jumlah leukosit dalam batas normal 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
13. Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
14. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
15. Monitor hitung granulosit, WBC
16. Monitor kerentangan terhadap infeksi
17. Batasi pengunjung
18. Sering pengunjung terhadap penyakit menular
19. Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
20. Pertahankan teknik isolasi k/p
21. Berikan perawatan kulit pada area epidema
22. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
23. Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
24. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
25. Dorong masukan cairan
26. Dorong istirahat
27. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
28. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
29. Ajarkan cara menghindari infeksi
27
5 V Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x24 jam 1. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan pengisian kapiler dan
kekurangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria hasil : kekuatan nadi perifer.
Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan
haluaran urine individu, tanda-tanda vital stabil, membran mengkaji respon kardiovaskuler .
mukosa lembab. 2. Awasi haluaran urine dan berat jenis, observasi warna dan
hemates sesuai indikasi
Rasional : Secara umum penggantian cairan harus difiltrasi untuk
meyakinkan rata-rata haluaran urine 30-50 ml / jam (pada orang
dewasa). Urine bisa tampak merah sampai hitam pada kerusakan
otot massif sehubungan dengan adanya darah dan keluarnya
mioglobin.
3. Perkirakan deranase luka dan kehilangan yang tak tampak
28
D. Discharge Planning
Pendidikan (edukasi, reedukasi, reorientasi) kesehatan yang diharapkan dapat
mengurangi angka kekambuhan dan meningkatkanpengetahuan pasien serta
keluarga.2. Program pulang bertahap.3. Melatih pasien kembali ke lingkungan
dan masyarakat antara lain yang dilakukan pasien di rumah sakit, dan tugas
keluarga. Integrasi pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung
antara perawatan komunitas dengan rumah sakit sehinggadapat mengetahui
perkembangan pasien di rumah, rujukan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3.
Jakarta: EGC
Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR,
Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. 2007. Schwartz‟s principal
surgery. 8th ed. USA: The McGraw-Hill Companies
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC.
Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., dan Swanson, E. 2017. Nursing
Outcomes Classification (NOC), 5th edition.United Kingdom: Mosby.
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC