Dosen Pengampu
Ns. Lukmanulhakim, S.Kep.,M.Kep
Disusun Oleh :
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang kami beri judul
“Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dan Penetalaksanaan Pada Pasien Trauma
Luka Bakar” dengan tepat waktu.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada bapak Ns. Lukmanulhakim,
S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing mata kulih Keperawatan Gadar yang
telah membimbing, mengarahkan serta memotivasi sehingga kami dapat
menambah wawasan.Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini sehigga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyadari makalah yang kami buat ini
masih memerlukan penyempurnan, terutama bagian isi. Maka dari itu kami
menerima segala bentuk kritikan dan saran dari para pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dengan
keterbatasan yang ada, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi penulis dan teman-teman.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan Penulis.............................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
REVIEW ANATAMOI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN (KULIT) DAN
KONSEP LUKA BAKAR.......................................................................................6
A. Review Anatomi Fisiologi...........................................................................6
B. Konsep Luka bakar....................................................................................7
BAB III..................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................17
A. Ilustrasi Kasus...........................................................................................17
B. Analisa Data...............................................................................................23
C. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.....................................25
D. Rencana Keperawatan..............................................................................26
E. Evidance Based Practice ( EBP ) terkait.................................................30
BAB IV..................................................................................................................31
KESIMPULAN......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Combustio atau luka bakar adalah kondisi dimana kulit mengalami
kerusakan karena terkena panas yang berlebihan atau bahan kimia (Pardina &
Setyowatie, 2020). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan/atau
kehilangan jaringan yang disebabkan oleh paparan panas tinggi dan sumber
panas (seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi) atau suhu rendah
yang ekstrem. Ketika kerusakan jaringan terjadi, banyak masalah kompleks
muncul yang membuat luka bakar menjadi bentuk cedera serius dengan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Moenadjat, 2009). Komplikasi yang
sering terjadi pada pasien luka bakar salah satunya resiko infeksi. Luka bakar
mengakibatkan hilangnya barrier pertahanan kulit sehingga mudah timbulnya
koloni bakteri atau jamur pada daerah luka. Infeksi pada luka akan
menyebabkan proses penyembuhan lama. Apabila dalam proses penyembuhan
luka tidak dapat ditangani dengan baik bisa menimbulkan bekas luka dari bekas
luka tersebut apabila lukanya terdapat ditempattempat yang terlihat maka akan
menimbulkan diagnosa baru contohnya harga diri rendah
Menurut WHO (World Heath Organization), luka bakar menyebabkan
195.000 kematian per tahun diseluh dunia terutama di Negara miskin
berkembang Wanita di ASEAN memiliki tingkat terkena luka bakar tinggi dari
wilayah lainnya, dimana 27% nya berkontribusi menyebabkan kematian
diseluruh dunia dan hampir 70%nya merupakan penyebab kematian di Asia
Tenggara. Luka bakar sering terjadi dirumah dan tempat kerja yang seharusnya
bisa dicegah sebelum terjadi (Kristanto, 2011).The National Institute of Burn
Medicine yang mengumpulkan datadata statistic dari berbagai pusat luka bakar
di seluruh AS mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban
dari perbuatan mereka sendiri. Penelitian di belanda menunjukkan 70%
kejadian luka bakar terjadi dilingkungan rumah tangga, 25% tempat industry
dan kira-kira 15% akibat kecelakaan lalu lintas ( Nugroho, 2012).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut mungkin konduksi atau radiasi elektromagnetik. Luka
bakar dikategorikan sebagai luka termal, radiasi, dan luka bakar kimiawi. Kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada bagian epidermis, dermis,
maupun jaringan sub kutan tergantung factor penyebab dan lamanya kulit
kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan
mempengaruhi kerusakan atau gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel.
Akibat hal itu bisa mengakibatkan terjadinya infeksi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dan Penetalaksanaan Pada
Pasien Trauma Luka Bakar combustion ?
C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui definisi dari luka bakar combustio
2. Dermis
Dermis terhubung ke epidermis pada tingkat membran basal dan terdiri
dari dua lapisan, jaringan ikat, lapisan papiler dan retikuler yang
menyatu tanpa batas yang jelas. Lapisan papiler merupakan lapisan
atas, lebih tipis, tersusun atas jaringan ikat longgar dan kontak dengan
epidermis. Lapisan retikuler adalah lapisan yang lebih dalam, lebih
tebal, kurang seluler, dan terdiri dari jaringan ikat padat/berkas serat
kolagen. Dermis menampung kelenjar keringat, rambut, folikel
rambut, otot, neuron sensorik, dan pembuluh darah.
3. Hipodermis
Hipodermis berada jauh di dalam dermis dan juga disebut fasia
subkutan. Ini adalah lapisan kulit terdalam dan mengandung lobulus
adiposa bersama dengan beberapa pelengkap kulit seperti folikel
rambut, neuron sensorik, dan pembuluh darah.
b. Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan (proteksi), sebagai mengontrol suhu tubuh
(termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis seperti gaya gesekan, tekanan, tarikan, gangguan
infeksi luar terutama bakteri maupun jamur, zat-zat kimia yang
bersifat iritan seperti lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya,
serta adanya pigmen melanin gelap yang dapat melindungi sel
dari radiasi ultraviolet.
2. Fungsi Absorpsi
Kulit sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi lebih mudah menyerap pada cairan yang mudah menguap.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan ini dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.
Penyerapan lebih banyak melalui sel-sel epidermis daripada
melalui muara kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
Kulit berfungsi untuk pengeluaran keringat.
4. Fungsi Persepsi
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik karena
mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis.Rangsang panas diperankan oleh badan ruffini di
dermis dan subkutis. Badan krause di dermis berperan terhadap
rangsang dingin. Rangsang raba diperankan oleh badan meissner
di papila dermis.
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit. Temperatur yang meningkat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh
melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia
yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Sedangkan
temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan
vasokontriksi untuk mempertahankan panas.
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) ini terletak dilapisan basal.
Jumlah melanosit dan besarnya butiran pigmen (melanosomes)
menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan
sinarmatahari mempengaruhi produksi melanosom.
7. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit dapat membuat vitamin D dari bahan 7-dihidroksi
kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
B. Konsep Luka bakar
1. Definisi
Combustio atau luka bakar adalah kondisi dimana kulit mengalami
kerusakan karena terkena panas yang berlebihan atau bahan kimia
(Pardina & Setyowatie, 2020). Luka bakar adalah suatu bentuk
kerusakan dan/atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh paparan
panas tinggi dan sumber panas (seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi) atau suhu rendah yang ekstrem. Ketika kerusakan
jaringan terjadi, banyak masalah kompleks muncul yang membuat luka
bakar menjadi bentuk cedera serius dengan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi (Moenadjat, 2009)
Luka bakar adalah jenis luka yang disebabkan oleh zat panas pada
kulit yang menyebabkan kerusakan anatomis dan fisiologis kulit,
bahkan dapat menyebabkan hilangnya jaringan yang lebih dalam. Luka
bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak kulit dengan sumber
panas. Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab,
antara lain kebakaran, air panas, bahan kimia, listrik, petir, radiasi,
sengatan matahari, tungku panas/udara panas, dan ledakan bom (Klein,
1997).
2. Klasifikasi
1. Luka Bakar Berdasarkan Kedalaman Menurut . (Moenadjat, 2001)
1. Luka Bakar Derajat I :
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)
Kulit kering
hiperemik berupa eritema
Tidak dijumpai bula
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10
hari.
Gambar.Derajat I (superficial)
2. Luka Bakar Derajat II:
Luka bakar pada drajat ini dibagi menjadi 2 :
a. Derajat II Dangkal (Superficial) :
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan
sebagian lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi.
Dijumpai bula
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
5. Patofisiologi
Luka bakar dapat terjadi karena adanya perpindahan sumber panas ke
dalam tubuh. Combustio atau luka bakar merupakan kondisi adanya
luka pada kulit yang mengenai epidermis, dermis hingga subkutan
(Kumar et al., 2022). Adanya luka atau kerusakan pada integritas
kulit meningkatkan risiko masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh
bahkan dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh karena peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang
menyebabkan kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein
plasma. Hilangnya cairan tubuh yang berlangsung lama akan
meningkatkan risiko terjadinya syok hipovolemik.
Luka bakar dengan luas lebih dari 30% dari total luas permukaan
tubuh dapat meningkatkan resiko hipovolemia dan pelepasan mediator
inflamasi sehingga terjadi penurunan ekskresi urin pada pasien luka
bakar. Hipovelemia yang terjadi pada pasien juga dapat meningkatkan
resiko terjadinya penurunan curah jantung karena perubahan
hemodinamik tubuh. Selain itu, disfungsi sistem kardiovaskular juga
dapat terjadi terutama luka bakar akibat sengatan listrik (Wojciech,
2023).
6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala berasarkan klasifikasinya :
a. Luka Bakar Derajat I :
Kulit kering
hiperemik berupa eritema
Tidak dijumpai bula
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
b. Luka Bakar Derajat II
Superfisial (permukaan) :
Dijumpai bula
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Deep (Dalam)
Dasar luka berwarna merah lebih gelap
Kering
Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal
Pembentukan scar
c. Luka Bakar Drajat III (Full Thickness Burn):
Tidak dijumpai bula
Apendises kulit rusak
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena
ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan / kematian.
7. Pathway
Bahan kimia Termis, Api, Air panas Radiasi dan sinar UV Listrik petir
Luka bakar
9. Penatalaksanaan
a. Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)
1. Jauhkan penderita dari sumber Luka bakar
Padamkan pakaian yang terbakar
Hilangkan zat kimia penyebab Luka bakar
Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat
kimia
Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan
menggunakan objek yang kering
2. Kaji ABC (airway, breathing, circulation):
Perhatikan jalan nafas (airway)
Pastikan pernafasan (breathibg) adekuat
Kaji sirkulasi
3. Kaji trauma yang lain
4. Pertahankan panas tubuh
5. Perhatikan kebutuhan cairan
6. Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)
A. Ilustrasi Kasus
PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
Nama : Tn. T
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 31 Maret 2024
Usia : 28 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMP
2. Pengkajian Primer
1) Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah
(-), muntahan (-), suara napas tidak ngorok.
2) Breathing : kedua dinding thorak tampak normal, napas
spotan, rochi (-), whezhing (-). Napas cepat dangkal ,
irreguler, RR 29x/menit.
3) Circulation : pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR
110x/menit reguler.
4) Disability : GCS : eye 3 verbal 4 movement 6 = 13
5) Eksposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna
mengurangi pajanan berkelanjutan serta menilai luas dan
derajat luka bakar.
6) Folley Chateter : -
7) Gastric Tube : -
3. Pengkajian Sekunder
1) Tanda – Tanda Vital
Tekanan darah :100/70 mmHg
Nadi :110x/mnt, regular
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg
3) Anamnesik K-O-M-P-A-K
Keluhan Utama : Klien merintih kesakitan dan sesak napas
karena luka bakar 3 jam sebelum MRS.
Hasil laboratorium
HB : 14,5g/dl
Lekosit ; 29.600/mm3
Trombosit : 213.000/mm3
Ht : 30%
Ureum : 39mg/dl
Kretinin : 1,3mgdl
Na : 133 mmol/L
K : 3,68mmol/L
Cl : 112 mmol/L
Status luka bakar :
8 jam ke 3 : 1890
12. Terapy
Therapy obat :
1. Inj. Cefotaxin 1gr/12 jam : anti infeksi
2. Inj. Keterolac 1gr/8jam : anti nyeri
3. Tab. tramadol 50mg/8jam : anti nyeri
4. Mebo salep.
5. Supratul
B. Analisa Data
D. Rencana Keperawatan
Dx. Kep Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri Observasi
kerusakan kulit intervensi keperawatan Identifikasi lokasi
dan jaringan d.d selama 3x24 jam maka karakteristik,durasi
klien mengeluh tingkat nyeri menurun ,frekuensi,kualitas,
panas dan sakit , dengan keriteria hasil: intensitas nyeri
TTV: Kelehuan nyeri Identiviksi sekala
TD100/70mmHg, menurun nyeri
Nadi: 110x/mnt, S: Meringis menurun Identivikasi faktor
37,8ᵒC, RR: Kesulitan tidur yang memperberat
29x/menit. Pasien menurun dan memperingan
nampak meringis Prekuensi nadi rasa nyeri
kesakitan sambil membaik Identivikasi
memegang dada pengaruh nyeri
yang sakit. P: Pola nafas membaik pada kualitas hidup
trauma luka bakar, Pola tidur membaik Monitor
Q : terasa panas, efeksamping
R : sisi penggunaan
trauma/cidera yang analgetik
sakit, S : Skala Terapeuteik
nyeri 7, T: Hilang Berikan teknik
timbul dan nonfarmakologi
meningkat jika s untuk
adanya aktivitas, menurunkan
Mendapatkan anti rasa nyeri
nyeri: - Inj. Fasilitasi
Keterolac 1gr/8jam istirahat dan
: anti nyeri. Tab. tidur
tramadol Pertimbangkan
50mg/8jam : anti jenis dan
nyeri. sumber nyeri
dalam
pemeliharaan
strategi
Edukasi
Jelaskan
penyebab priode
dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
nyeri
Lanjutkan
penggunaan
analgetik secara
tepat
Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Observasi
banyaknya intervensi keperawatan hipovolemia periksa tanda dn
penguapan/cairan selama 3x24 jam Status gejala
tubuh yang keluar cairan membaik dengan hipovolemia
d.d Klien merasa keriteria hasil: (frekuensi nadi
lemas. Turgor kulit Kekuatan nadi meningkat)
menurun ≥ 2 detik. meningkat monitor intek
Mukosa kering. turgor kulit dan out put
TTV : TD 100/70 meningkat cairan
mmHg, frekuensi nadi terapeutik
Nadi :110x/mnt, membaik hitung
regular, Suhu : intek cairan membaik kebutuhan
37,8ºC, Pernapasan cairan
: 29x/m, Rumus edukasi
baxter : (% luka anjurkan
bakar)x (BB)x(4cc) memperbanyak
31,5%x60x 4= asupan cairan
7560/24jam, 8 jam anjurkan
pertama : 3780 cc, menghindari
8 jam kedua : posisi mendadak
1890cc, 8 jam ke kolaborasi
3 : 1890, Luas luka kolaborasi
bakar = 31,5% pemberian
dengan derajat cairan IV
kedalaman 2-3. isotonis
(NaCL,RL)
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Menejemen jalan Observasi
efektif b.d intervensi keperawatan napas Monitor pola
hambatan upaya 3x24 jam maka pola napas
nafas d.d Pasien napas membaik dengan (frekuensi,kedal
mengeluh sesak, kriteria hasil : aman,usaha
Tampak kesulitan dyspnea menurun napas)
bernafas/sesak, frekuensi napas Terapeutik
Terdengar suara membaik Pertahankan
tambahan takipnea, kedalaman napas kepatenan jalan napas
Terdapat cuping membaik dengan head-lif dan
hidung, Pola napas chin-lif ( jaw-thrust
cepat dan dangkal, jika curiga trauma
irregular, TTV : servikal)
RR: 29x/menit. Berikan minum
hhangat
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Berikan oksigen jika
perlu
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
Gangguan Setelah dilakukan Perawatan luka Observasi
integritas intervensi keperawatan Identifikasi penyebab
kulit/jaringan b.d selama 3x24 jam maka luka bakar
kerusakan kulit integritas kulit/jaringan Monitor kondisi luka
dan jaringan yang meningkat dengan (prsentasi ukuran
terkena luka keriteria hasil : luka,pendarahan,
bakar Kerusakan jaringan warna dan luka)
menurun Terapeutik
Kerusakan lapisan Gunakan teknik
kulit menurun aseptic selama
Nyeri menurun perawatan luka
Kemerahan Redan dengan air
menurun steril jika balutan
lengket pada luka
Hematom menurun Bersihkan luka
Suhu kulit membaik dengan cairan steril
Sensasi membaik (NaCL 0.9% cairan
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak de
ngan sumber panas seperti api,air panas,bahan kimia,listrik, dan radiasi. Luka bak
ar dapat terjadi pada setiap orang dengan berbagai faktor penyebab seperti panas,s
engatan listrik,zat kimia maupun radiasi. Penderita luka bakar memerlukan penan
ganan yang serius secara holistik/menyeluruh dari berbagai aspek. Pada penderita
luka bakar yang luas dan dalam memerlukan perawatan luka bakar yang lama dan
mahal serta mempunyai efek resiko kematian yang tinggi.
Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan masalah fisik,psikis dan so
sial bagi pasien dan keluarganya. Perawat sebagai tim yang paling banyak berhub
ungan dengan pasien dituntut untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keteram
pilannya sehingga mampu merawat pasien luka bakar secara kompherensif dan op
timal.
Prinsip-prinsip penanganan pasien luka bakar selama perawatan dirumah sakit ter
masuk :
1. Pemberian terapi cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Pencegahan infeksi
3. Penanganan/penyembuahn luka
4. Pencegahan kontraktur/deformitas
5. Rehabilitasi lanjut
Tingkat keberhasilan perawatan penderita luka bakar saangat dipengaruhi oleh car
a penanganan, kerjasama dan kecekatan tim kesehatan yang merawat disamping fa
ktor-faktor lain (usia penderita, riwayat kesehatan, penyebab luka bakar, cedera lai
n yang menyertai dan kebiasaan hidup) Dengan makin berkembangnya ilmu peng
etahuan dan tehnologi maka makin berkembang pula tehnik/ cara penanganan luk
a bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita l
uka bakar.
DAFTAR PUSTAKA
Perdanakusuma, D. S. (2007). Anatomi fisiologi kulit dan penyembuhan
luka. From caring to curing, pause before you use gauze” JW Marriot
Hotel Surabaya Universitas Airlangga.
Yousef.H, Alhajj.M & Sharma.S.(2022). Anatomi, Kulit (Integumen), Epidermis.
National Liblary Of Medicine.
Moenadjat, Y. (2017). Luka Bakar: Pengetahuan untuk awam. Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pardina, N. A., & Setyowatie, L. (2020). Tinjauan Literatur: Peran Astaxanthin
Pada Luka Bakar. Majalah Kesehatan, 7(4), 273-284.
Moenadjat, Y. (2009). Luka bakar: masalah dan tatalaksana. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Kristanto, E. G., & Kalangi, S. J. (2013). Penentuan Derajat Luka Dalam Visum
Et Repertum Pada Kasus Luka Bakar. Jurnal Biomedik: JBM, 5(3).
Rahayu, T. (2012). Penatalaksanaan luka bakar (combustio). Profesi (Profesional
Islam): Media Publikasi Penelitian, 8.
Nugroho, T. (2012). Mengungkap Tentang Luka Bakar dan Artristis
Reumatoid. Yogyakarta: Nuh Medika, 72.
Hamdana, S. K., Amin, A. N., Alfira, N., & Amirullah, S. K. (2023). Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Sistem Integumen Luka Bakar.
Nas Media Pustaka.