Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DAN PENATALAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA LUKA
BAKAR COMBUSTIO

Dosen Pengampu
Ns. Lukmanulhakim, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Siti khunayah (1021031196)


2. Siti vina aryanti (1021031201)
3. Suaibah (1021031206)
4. TB M Abdul Farij (1021031211)
5. Yuyun Yunita (1021031231)
6. Erni Kartika Putri (1021031066)
7. Umeyra Salsabilla R (1021312308)
8. TB M Abdul Farij (1021031211)
9. Siti Rosmiyati (1021031236)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2023 - 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang kami beri judul
“Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dan Penetalaksanaan Pada Pasien Trauma
Luka Bakar” dengan tepat waktu.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada bapak Ns. Lukmanulhakim,
S.Kep.,M.Kep selaku dosen pembimbing mata kulih Keperawatan Gadar yang
telah membimbing, mengarahkan serta memotivasi sehingga kami dapat
menambah wawasan.Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini sehigga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyadari makalah yang kami buat ini
masih memerlukan penyempurnan, terutama bagian isi. Maka dari itu kami
menerima segala bentuk kritikan dan saran dari para pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terimakasih, dengan
keterbatasan yang ada, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya bagi penulis dan teman-teman.

Serang, 05 April 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan Penulis.............................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
REVIEW ANATAMOI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN (KULIT) DAN
KONSEP LUKA BAKAR.......................................................................................6
A. Review Anatomi Fisiologi...........................................................................6
B. Konsep Luka bakar....................................................................................7
BAB III..................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................17
A. Ilustrasi Kasus...........................................................................................17
B. Analisa Data...............................................................................................23
C. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul.....................................25
D. Rencana Keperawatan..............................................................................26
E. Evidance Based Practice ( EBP ) terkait.................................................30
BAB IV..................................................................................................................31
KESIMPULAN......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Combustio atau luka bakar adalah kondisi dimana kulit mengalami
kerusakan karena terkena panas yang berlebihan atau bahan kimia (Pardina &
Setyowatie, 2020). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan dan/atau
kehilangan jaringan yang disebabkan oleh paparan panas tinggi dan sumber
panas (seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi) atau suhu rendah
yang ekstrem. Ketika kerusakan jaringan terjadi, banyak masalah kompleks
muncul yang membuat luka bakar menjadi bentuk cedera serius dengan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Moenadjat, 2009). Komplikasi yang
sering terjadi pada pasien luka bakar salah satunya resiko infeksi. Luka bakar
mengakibatkan hilangnya barrier pertahanan kulit sehingga mudah timbulnya
koloni bakteri atau jamur pada daerah luka. Infeksi pada luka akan
menyebabkan proses penyembuhan lama. Apabila dalam proses penyembuhan
luka tidak dapat ditangani dengan baik bisa menimbulkan bekas luka dari bekas
luka tersebut apabila lukanya terdapat ditempattempat yang terlihat maka akan
menimbulkan diagnosa baru contohnya harga diri rendah
Menurut WHO (World Heath Organization), luka bakar menyebabkan
195.000 kematian per tahun diseluh dunia terutama di Negara miskin
berkembang Wanita di ASEAN memiliki tingkat terkena luka bakar tinggi dari
wilayah lainnya, dimana 27% nya berkontribusi menyebabkan kematian
diseluruh dunia dan hampir 70%nya merupakan penyebab kematian di Asia
Tenggara. Luka bakar sering terjadi dirumah dan tempat kerja yang seharusnya
bisa dicegah sebelum terjadi (Kristanto, 2011).The National Institute of Burn
Medicine yang mengumpulkan datadata statistic dari berbagai pusat luka bakar
di seluruh AS mencatat bahwa sebagian besar pasien (75%) merupakan korban
dari perbuatan mereka sendiri. Penelitian di belanda menunjukkan 70%
kejadian luka bakar terjadi dilingkungan rumah tangga, 25% tempat industry
dan kira-kira 15% akibat kecelakaan lalu lintas ( Nugroho, 2012).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut mungkin konduksi atau radiasi elektromagnetik. Luka
bakar dikategorikan sebagai luka termal, radiasi, dan luka bakar kimiawi. Kulit
dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada bagian epidermis, dermis,
maupun jaringan sub kutan tergantung factor penyebab dan lamanya kulit
kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Dalamnya luka bakar akan
mempengaruhi kerusakan atau gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel.
Akibat hal itu bisa mengakibatkan terjadinya infeksi.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dan Penetalaksanaan Pada
Pasien Trauma Luka Bakar combustion ?

C. Tujuan Penulis
1. Mengetahui definisi dari luka bakar combustio

2. Mengetahui etiologi dari luka bakar combustio

3. Mengetahui manifestasi klinis pada luka bakar combustio

4. Mengetahui patofisiologi dari luka bakar combustio

5. Mengetahui pathway dari luka bakar combustio

6. Mengetahui masalah penunjang luka bakar combustio

7. Mengetahui penatalaksanaan luka bakar combustio

8. Mengetahui konsep asuhan keparawatan luka bakar combustio


BAB II
REVIEW ANATAMOI FISIOLOGI SISTEM INTEGUMEN (KULIT)
DAN KONSEP LUKA BAKAR

A. Review Anatomi Fisiologi


Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh dan menutupi seluruh
permukaan luar tubuh. Ini terdiri dari tiga lapisan, epidermis, dermis, dan
hipodermis, ketiganya sangat bervariasi dalam anatomi dan fungsinya.
a. Anatomi Kulit
1. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis meliputi stratum basale (bagian terdalam dari
epidermis), stratum spinosum, stratum granulosum, stratum
lucidum, dan stratum korneum (bagian paling dangkal dari
epidermis).
 Stratum basale, disebut juga stratum germinativum, merupakan
lapisan terdalam yang dipisahkan dari dermis oleh membran
basal (basal lamina) dan menempel pada membran basal oleh
hemidesmosom. Sel-sel yang ditemukan pada lapisan ini adalah
sel induk yang aktif secara mitosis berbentuk kuboid hingga
kolumnar yang terus-menerus memproduksi keratinosit.
Lapisan ini juga mengandung melanosit.
 Stratum spinosum, 8-10 lapisan sel, juga dikenal sebagai
lapisan sel duri, mengandung sel polihedral yang tidak
beraturan dengan proses sitoplasma, kadang-kadang disebut
“duri”, yang memanjang ke luar dan menghubungi sel tetangga
melalui desmosom. Sel dendritik dapat ditemukan pada lapisan
ini.
 Stratum granulosum, 3-5 lapisan sel, mengandung sel
berbentuk berlian dengan butiran keratohyalin dan butiran
pipih. Butiran keratohyalin mengandung prekursor keratin yang
akhirnya beragregasi, berikatan silang, dan membentuk bundel.
Butiran pipih mengandung glikolipid yang disekresikan ke
permukaan sel dan berfungsi sebagai perekat, menjaga sel tetap
menempel.
 Stratum lucidum, 2-3 lapisan sel, terdapat pada kulit lebih
tebal yang terdapat di telapak tangan dan telapak kaki,
merupakan lapisan tipis bening yang terdiri dari eleidin yang
merupakan produk transformasi keratohyalin.
 Stratum korneum, 20-30 lapisan sel, merupakan lapisan paling
atas, terdiri dari keratin dan sisik tanduk yang terdiri dari
keratinosit mati, yang dikenal sebagai sel skuamosa anukleat.
Ini adalah lapisan yang ketebalannya paling bervariasi,
terutama pada kulit kapalan. Di dalam lapisan ini, keratinosit
mati mengeluarkan defensin yang merupakan bagian dari
pertahanan kekebalan pertama kita.

2. Dermis
Dermis terhubung ke epidermis pada tingkat membran basal dan terdiri
dari dua lapisan, jaringan ikat, lapisan papiler dan retikuler yang
menyatu tanpa batas yang jelas. Lapisan papiler merupakan lapisan
atas, lebih tipis, tersusun atas jaringan ikat longgar dan kontak dengan
epidermis. Lapisan retikuler adalah lapisan yang lebih dalam, lebih
tebal, kurang seluler, dan terdiri dari jaringan ikat padat/berkas serat
kolagen. Dermis menampung kelenjar keringat, rambut, folikel
rambut, otot, neuron sensorik, dan pembuluh darah.
3. Hipodermis
Hipodermis berada jauh di dalam dermis dan juga disebut fasia
subkutan. Ini adalah lapisan kulit terdalam dan mengandung lobulus
adiposa bersama dengan beberapa pelengkap kulit seperti folikel
rambut, neuron sensorik, dan pembuluh darah.

b. Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan (proteksi), sebagai mengontrol suhu tubuh
(termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis seperti gaya gesekan, tekanan, tarikan, gangguan
infeksi luar terutama bakteri maupun jamur, zat-zat kimia yang
bersifat iritan seperti lisol, karbol, asam, dan alkali kuat lainnya,
serta adanya pigmen melanin gelap yang dapat melindungi sel
dari radiasi ultraviolet.
2. Fungsi Absorpsi
Kulit sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi lebih mudah menyerap pada cairan yang mudah menguap.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan ini dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit,
hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum.
Penyerapan lebih banyak melalui sel-sel epidermis daripada
melalui muara kelenjar.
3. Fungsi Ekskresi
Kulit berfungsi untuk pengeluaran keringat.
4. Fungsi Persepsi
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik karena
mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis.Rangsang panas diperankan oleh badan ruffini di
dermis dan subkutis. Badan krause di dermis berperan terhadap
rangsang dingin. Rangsang raba diperankan oleh badan meissner
di papila dermis.
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh
Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit. Temperatur yang meningkat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh
melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia
yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Sedangkan
temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan
vasokontriksi untuk mempertahankan panas.
6. Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) ini terletak dilapisan basal.
Jumlah melanosit dan besarnya butiran pigmen (melanosomes)
menentukan warna kulit ras maupun individu. Pajanan
sinarmatahari mempengaruhi produksi melanosom.
7. Fungsi Pembentukan Vitamin D
Kulit dapat membuat vitamin D dari bahan 7-dihidroksi
kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
B. Konsep Luka bakar
1. Definisi
Combustio atau luka bakar adalah kondisi dimana kulit mengalami
kerusakan karena terkena panas yang berlebihan atau bahan kimia
(Pardina & Setyowatie, 2020). Luka bakar adalah suatu bentuk
kerusakan dan/atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh paparan
panas tinggi dan sumber panas (seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi) atau suhu rendah yang ekstrem. Ketika kerusakan
jaringan terjadi, banyak masalah kompleks muncul yang membuat luka
bakar menjadi bentuk cedera serius dengan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi (Moenadjat, 2009)
Luka bakar adalah jenis luka yang disebabkan oleh zat panas pada
kulit yang menyebabkan kerusakan anatomis dan fisiologis kulit,
bahkan dapat menyebabkan hilangnya jaringan yang lebih dalam. Luka
bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak kulit dengan sumber
panas. Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab,
antara lain kebakaran, air panas, bahan kimia, listrik, petir, radiasi,
sengatan matahari, tungku panas/udara panas, dan ledakan bom (Klein,
1997).

2. Klasifikasi
1. Luka Bakar Berdasarkan Kedalaman Menurut . (Moenadjat, 2001)
1. Luka Bakar Derajat I :
 Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)
 Kulit kering
 hiperemik berupa eritema
 Tidak dijumpai bula
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10
hari.

Gambar.Derajat I (superficial)
2. Luka Bakar Derajat II:
Luka bakar pada drajat ini dibagi menjadi 2 :
a. Derajat II Dangkal (Superficial) :
 Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan
sebagian lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi.
 Dijumpai bula
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

Gambar derajat II Superfisial

1. Derajat II Dalam (Deep) :


 Lapisan epidermis hilang kemudian mengenai lapisan
dalam dermis
 Dasar luka berwarna merah lebih gelap
 Kering
 Nyeri tidak sehebat luka bakar superfisial
 Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal
 Peyebuhan spontan biasanya terjadi ala kurun waktu 21-30
hari.

Gambar derajat II Dalam (Deep)


3. Luka Bakar Drajat III (Full Thickness Burn):
 Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang
lebih dalam.
 Tidak dijumpai bula
 Apendises kulit rusak
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena
kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar.
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi,oleh karena
ujung-ujung saraf sensorik mengalami
 kerusakan / kematian.

Gambar derajat III

a) Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Luasnya


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang
terkenal dengan namarule of nine atau rule of wallace yaitu:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai
 Dewasa masing-masing 18% : 36%
 Anak masing-masing 14% : 28%
e. Genetalia/perineum : 1%
4. Etiologi
Penyebab Combustio atau luka bakar antara lain seperti terkena api,
cipratan air panas, tersengat listrik, bahan kimia maupun kontak
dengan sumber panas secara langsung (Kemenkes RI, 2020).
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, (Moenadjat,
2005).diantaranya adalah:
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas
(scald), jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan
akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya
(logam panas, dan lain-lain)
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau
alkali yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun
bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah
tangga.
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api
dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada
pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan
gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio
aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga
dapat menyebabkan luka bakar radiasi.

5. Patofisiologi
Luka bakar dapat terjadi karena adanya perpindahan sumber panas ke
dalam tubuh. Combustio atau luka bakar merupakan kondisi adanya
luka pada kulit yang mengenai epidermis, dermis hingga subkutan
(Kumar et al., 2022). Adanya luka atau kerusakan pada integritas
kulit meningkatkan risiko masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh
bahkan dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalam tubuh karena peningkatan permeabilitas pembuluh darah yang
menyebabkan kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein
plasma. Hilangnya cairan tubuh yang berlangsung lama akan
meningkatkan risiko terjadinya syok hipovolemik.
Luka bakar dengan luas lebih dari 30% dari total luas permukaan
tubuh dapat meningkatkan resiko hipovolemia dan pelepasan mediator
inflamasi sehingga terjadi penurunan ekskresi urin pada pasien luka
bakar. Hipovelemia yang terjadi pada pasien juga dapat meningkatkan
resiko terjadinya penurunan curah jantung karena perubahan
hemodinamik tubuh. Selain itu, disfungsi sistem kardiovaskular juga
dapat terjadi terutama luka bakar akibat sengatan listrik (Wojciech,
2023).

6. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala berasarkan klasifikasinya :
a. Luka Bakar Derajat I :
 Kulit kering
 hiperemik berupa eritema
 Tidak dijumpai bula
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
b. Luka Bakar Derajat II
Superfisial (permukaan) :
 Dijumpai bula
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
Deep (Dalam)
 Dasar luka berwarna merah lebih gelap
 Kering
 Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal
 Pembentukan scar
c. Luka Bakar Drajat III (Full Thickness Burn):
 Tidak dijumpai bula
 Apendises kulit rusak
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat
 letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar.
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena
ujung-ujung saraf sensorik mengalami
 kerusakan / kematian.
7. Pathway

Bahan kimia Termis, Api, Air panas Radiasi dan sinar UV Listrik petir

Luka bakar

Inhalasi asap, Kulit rusak


uap,iritan lainya Mengenai bagian Luka terbuka
ekstermitas Gangguan
Kerusakan mukosa integritas
Penguapan berlebih kulit
Intoleransi aktivitas
Edema Laring
Kehilangan cairan

Takipnea, sesak, cuping


Mengenai Hilangnya lapisan Dehirasi
hidung, stridor
ujung syaraf pelindung kulit
nyeri
Jalan nafas Penurunan turgor
tiak efektif Masuknya kulit, penurunan julah
Nyeri akut mikroorganise urine, an kulit kering

Resiko infeksi Hipovolemia

8. Pemeriksaan Dignostik / Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien luka bakar
antara lain (Setyowati Tutik, 2024) :
a. Pemeriksaan Hemoglobin, Hematokrit, dan Trombosit dilakukan
untuk mengevaluasi kehilangan darah akibat luka bakar, serta
untuk menilai kemungkinan terjadinya anemia dan gangguan
pembekuan darah yang dapat terjadi pada kasus trauma luka
bakar.
b. Pemeriksaan albumin penting karena albumin merupakan protein
dalam darah yang mempertahankan tekanan osmotik plasma dan
membantu dalam proses penyembuhan luka. Pada kondisi luka
bakar, kadar albumin seringkali menurun, yang dapat
mengindikasikan kerusakan jaringan dan perlu untuk menilai
status gizi dan respons terhadap perawatan.
c. Pemeriksaan ureum dan kreatinin dilakukan untuk mengevaluasi
fungsi ginjal. Cedera luka bakar yang parah dapat menyebabkan
kerusakan ginjal karena perubahan sirkulasi dan kehilangan cairan
yang signifikan. Pemeriksaan ini penting untuk mengidentifikasi
komplikasi ginjal dan memandu manajemen cairan yang tepat.
d. Pemeriksaan elektrolit diperlukan karena luka bakar dapat
mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh, terutama akibat
kehilangan cairan dan perubahan permeabilitas membran sel.
Penilaian elektrolit seperti natrium, kalium, dan klorida penting
untuk mencegah komplikasi serius seperti aritmia jantung dan
gangguan neurologis.
e. Pemeriksaan gula darah dilakukan karena stres dari luka bakar
dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Pengukuran gula darah
membantu dalam pemantauan kontrol glikemik dan deteksi
potensial terjadinya diabetes stres atau intoleransi glukosa.
f. Tes fungsi hati penting untuk mengevaluasi kemungkinan
kerusakan hati yang terkait dengan luka bakar. Kerusakan hati
dapat terjadi akibat perubahan sirkulasi dan produksi sitokin yang
berlebihan sebagai respons terhadap trauma. Pemeriksaan ini
membantu dalam memantau fungsi hati dan mengidentifikasi
komplikasi seperti sirosis hati.

9. Penatalaksanaan
a. Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)
1. Jauhkan penderita dari sumber Luka bakar
 Padamkan pakaian yang terbakar
 Hilangkan zat kimia penyebab Luka bakar
 Siram dengan air sebanyak-banyaknya bila karena zat
kimia
 Matikan listrik atau buang sumber listrik dengan
menggunakan objek yang kering
2. Kaji ABC (airway, breathing, circulation):
 Perhatikan jalan nafas (airway)
 Pastikan pernafasan (breathibg) adekuat
 Kaji sirkulasi
3. Kaji trauma yang lain
4. Pertahankan panas tubuh
5. Perhatikan kebutuhan cairan
6. Transportasi (segera kirim klien ka rumah sakit)

b. Penanganan dibagian emergensi

Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan dari


tindakan yang telah diberikan pada waktu kejadian. Jika
pengkajian dan atau penanganan yang dilakukan tidak
adekuat, maka pre hospital care di berikan di bagian
emergensi.

1. Penanganan Luka Bakar Ringan


 Managemen nyeri dilakukan dengan pemberian dosis
ringan morphine atau meperidine.
 Perawatan luka terdiri dari membersihkan luka (cleansing)
yaitu debridemen jaringan yang mati; membuang zat-zat
yang merusak (zat kimia, tar,dll) danpemberian/penggunaan
krim atau salep antimikroba topikal dan balutan secara steril.
 Kompres dingin dan steril untuk mengatasi nyeri
2. Penanganan Luka Bakar Berat
 Reevaluasi jalan nafas, menilai kembali keadaan jalan nafas,
kondisi pernafasan, dan melakukan pengkajian ada tidaknya
trauma lain yang menyertai cedera luka bakar seperti patah
tulang, adanya perdarahan dan lain-lain.
 Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang)
Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan dan
kemudian dilanjutkan dengan resusitasi cairan.
 Pemasangan kateter urine
Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur
produksi urine setiap jam. Output urine merupakan indikator
yang reliable untuk menentukan keadekuatan dari resusitasi
cairan.
 Management nyeri dilakukan dengan pemberian obat
narcotik intravena, seperti morphine.
 Perawatan luka terdiri dari membersihkan luka (cleansing)
yaitu debridemen jaringan yang mati; membuang zat-zat
yang merusak (zat kimia, tar,dll) danpemberian/penggunaan
krim atau salep antimikroba topikal dan balutan secara steril.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Ilustrasi Kasus
PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
Nama : Tn. T
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tanggal masuk : 31 Maret 2024
Usia : 28 tahun
Status perkawinan : Menikah
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : Tamat SMP

2. Pengkajian Primary dan Secondary


1. Keadaan Umum : Tampak sakit berat
1) Tingkat Kesadaran : Apatis
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah :100/70 mmHg
Nadi :110x/mnt, regular
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 29x/menit
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 60 kg

2. Pengkajian Primer
1) Airway : tidak tampak adanya sumbatan jalan napas , darah
(-), muntahan (-), suara napas tidak ngorok.
2) Breathing : kedua dinding thorak tampak normal, napas
spotan, rochi (-), whezhing (-). Napas cepat dangkal ,
irreguler, RR 29x/menit.
3) Circulation : pasien tidak tampak pucat, sianosis (-), HR
110x/menit reguler.
4) Disability : GCS : eye 3 verbal 4 movement 6 = 13
5) Eksposure : pakaian pasien segera dievakuasi guna
mengurangi pajanan berkelanjutan serta menilai luas dan
derajat luka bakar.
6) Folley Chateter : -
7) Gastric Tube : -
3. Pengkajian Sekunder
1) Tanda – Tanda Vital
 Tekanan darah :100/70 mmHg
 Nadi :110x/mnt, regular
 Suhu : 37,8oC
 Pernapasan : 29x/menit
 Tinggi badan : 165 cm
 Berat badan : 60 kg

2) Pemeriksaan Fisik head to toe / Fokus


 Kepala
Ekspresi wajah : menyeringai, menahan sakit
Rambut : hitam
Simetri muka : simetris tidak ada lebam.
 Mata
Lapang pandang normal.
Pupil : isokor
Sklera :tidak ikterik
Konjungtiva :tidak anemis
Kelopak mata : tidak udema.
Reflek : cahaya langsung +/+
 Telinga
Tidak tampak kelainan.
 Mulut
Bentuk : normal
Mukosa bibir : kering
 Leher
Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan ukuran
10x2 cm warna kulit merah pucat.
Tekanan vena Jugularis (JVP) : 2-5 cmH2O
Kelenjar Tiroid : tidak teraba membesar
Kelenjar Limfe : tidak taraba membesar
 Dada
Bentuk : simetris
Pembuluh darah : tidak tampak
Retraksi sela Iga : (+)
Paru – paru
Inspeksi : pergerakan paru simetris, tampak retaksi dinding
dada ringan. Pasien tampak sesak.
Palpasi : bentuk normal. Tugor kulit menurun ≥ 2 detik
Perkusi : sonor
Auskultasi : ronchi (-) whezhing (-)
 Jantung
Inspeksi : tidak tampak iktus kordis
Auskultasi : BJ I-II regular , murmur (-) , gallop (-)
Lain – lain normal.
 Perut
Inspeksi : datar, tidak ada ascites, tampak luka bakar bagian
bawah memanjang ukuran 15x3 cm ( derajat 3 )
Palpasi : supel, hati tidak membesar
Perkusi : shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+)normal.
 Punggung
Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian punggung
(18%). Warnanya merah, keabu-abuan, sedikit tampak
cairan.

3) Anamnesik K-O-M-P-A-K
Keluhan Utama : Klien merintih kesakitan dan sesak napas
karena luka bakar 3 jam sebelum MRS.

(K) Riwayat Penyakit Sekarang : 3 jam sebelum masuk


RSUA, Tn. S menderita luka bakar karena terkena ledakan
tabung gas elpiji. Kesadaran composmentis, TD: 100/70
mmHg, Nadi: 110x/mnt, S: 37,6o C, RR: 29x/menit, TB:
165 cm, BB: 60 kg pasien mengeluh sesak dan nyeri di
daerah yang terbakar.

(O) Riwayat Penyakit Dahulu : Tn.T mengatakan belum


pernah mempunyai riwayat masuk rumah sakit/operasi di
RS sebelumnya. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada dan
Hipertensi tidak ada.

(M) Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada riwayat DM,


hipertensi, asma, TBC

(P) Pola aktivitas dan latihan : sebelum sakit pasien dapat


melakukan aktivitas sehari – ahri seperti makan ,minum,
toileting, berpakaina dan bekerja secara mandiri.
Sedangkan selama sakit aktivitas seperti makan atau
minum, toileting dan mobilisasi dibantu oleh keluarga atau
perawat.
(A) Pola istirahat tidur : sebelum sakit pasien mengatakan
setiap hari tidur selama 6-7 jam, dan jarang tidur siang
karena bekerja. Sedangkan selama sakit, pasien mengatakan
tidur 5-6 jam dimalam hari dan 1-2 jam disiang hari.

(K) Pola kognitif presepsi : pasien mengatakan tidak


mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran juga
penciuman juga fungsinya. Selama sakit pasien
mengatakan mengalami gangguan nyeri pada daerah leher,
perut dan punggung sehingga sulit beratifitas. Karakteristik
nyeri yang dirasakan sebagai berikut:

 P: nyeri akibat trauma luka bakar


 Q : nyeri terasa panas
 R : rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan punggung.
 S : Skala nyeri 7 dari 10
 T: Hilang timbul dan meningkat jika danya aktivitas, dan
saat tertekan lama untuk daerah punggung.
Pasien juga mengatakan masih merasa sesak saat bernapas.

10. Data Penunjang / Diagnostik

Hasil laboratorium

 HB : 14,5g/dl
 Lekosit ; 29.600/mm3
 Trombosit : 213.000/mm3
 Ht : 30%
 Ureum : 39mg/dl
 Kretinin : 1,3mgdl
 Na : 133 mmol/L
 K : 3,68mmol/L
 Cl : 112 mmol/L
Status luka bakar :

 tampak luka bakar di perut bagian bawah memanjang


ukuran 15x3 cm ( derajat 3 ) = 9% derajat 2
 Terdapat luka bakar menyeluruh pada bagian
punggung . Warnanya merah, keabu-abuan, sedikit
tampak cairan. = 18% derajat 3
 Tampak luka bakar pada leher sebelah kiri dengan
ukuran 10x2 cm warna kulit merah pucat. = 4,5%
derajat 2
Luas luka bakar = 31,5% dengan derajat kedalaman 2-3

11. Penatalaksanaan medis

 Rumus baxter : (% luka bakar)x (BB)x(4cc)


31,5%x60x 4= 7560/24jam

8 jam pertama : 3780 cc

8 jam kedua : 1890cc

8 jam ke 3 : 1890

 Mendapat O2 2liter permenit nasal kanul

12. Terapy

Therapy obat :
1. Inj. Cefotaxin 1gr/12 jam : anti infeksi
2. Inj. Keterolac 1gr/8jam : anti nyeri
3. Tab. tramadol 50mg/8jam : anti nyeri
4. Mebo salep.
5. Supratul
B. Analisa Data

Sign & Symptom Etiologi Masalah


DS: klien mengeluh panas Bahan kimia, Termis air Nyeri akut
dan sakit panas, radiasi dan sinar UV
DO: ↓
 TTV: Luka bakar
TD100/70mmHg ↓
, Kulit rusak
Nadi: 110x/mnt, ↓
S: 37,8ᵒC, Luka terbuka

RR: 29x/menit
Mengenai ujung syaraf
 Pasien nampak
nyeri
meringis kesakitan

sambil memegang
Nyeri Akut
dada yang sakit.
 P: trauma luka bakar
 Q : terasa panas
 R : sisi trauma/cidera
yang sakit
 S : Skala nyeri 7
 T: Hilang timbul dan
meningkat jika adanya
aktivitas
 Mendapatkan anti
nyeri: - Inj. Keterolac
1gr/8jam : anti nyeri.
-Tab. tramadol
50mg/8jam : anti
nyeri.
DS: Klien merasa lemas Bahan kimia, Termis air Hipovolemia
DO: panas, radiasi dan sinar UV
 Turgor kulit menurun ↓
≥ 2 detik. Luka bakar
 Mukosa kering ↓
 TTV : TD 100/70 Kulit rusak
mmHg, Nadi ↓
:110x/mnt, regular, Luka terbuka

Suhu : 37,8ºC
Penguapan berlebih
Pernapasan : 29x/m

 Rumus baxter : (%
Kehilangan cairan
luka bakar)x

(BB)x(4cc)
Dehidrasi
31,5%x60x 4=

7560/24jam
Penurunan turgor kulit,
8 jam pertama : 3780
penurunan jumlah urine,
cc
dan kulit kering
8 jam kedua : 1890cc

8 jam ke 3 : 1890
Hipovolemia
Luas luka bakar = 31,5%
dengan derajat kedalaman 2-3
DS: Pasien mengeluh Bahan kimia, Termis air Pola nafas tidak
efektif
sesak panas, radiasi dan sinar UV
DO: ↓
 Tampak kesulitan Luka bakar
bernafas/sesak ↓
 Terdengar suara Inhalasi asap,uap dan
tambahan takipnea lainnya
 Terdapat cuping ↓
hidung Kerusakan mukosa

 Pola napas cepat dan ↓


dangkal, irregular Edema laring
 TTV : RR: 29x/menit ↓
Takipnea, sesak, cuping
hidung, stridor

Pola nafas tidak efektif

DS: pasien mengeluh Bahan kimia, Termis air Gangguan


integritas
perih, sakit panas, radiasi dan sinar UV
kulit/jaringan
DO: ↓
 Kulit kemerahan Luka bakar
hingga nekrosis ↓
 Luas luka bakar = Kulit rusak
31,5% dengan derajat ↓
kedalaman 2-3. Gangguan integritas
kulit/jaringan
 Kulit tidak utuh
 Akral dingin, lembab
 Suhu 37,8ºC
Peningkatan leukosit
(26.900mm3 )

C. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


 Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan d.d klien mengeluh panas
dan sakit, TTV: TD100/70mmHg, Nadi: 110x/mnt, S: 37,8ᵒC, RR:
29x/menit. Pasien nampak meringis kesakitan sambil memegang dada
yang sakit. P: trauma luka bakar, Q : terasa panas, R : sisi trauma/cidera
yang sakit, S : Skala nyeri 7, T: Hilang timbul dan meningkat jika
adanya aktivitas, Mendapatkan anti nyeri: - Inj. Keterolac 1gr/8jam :
anti nyeri. Tab. tramadol 50mg/8jam : anti nyeri.
 Hipovolemia b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh yang keluar d.d
Klien merasa lemas. Turgor kulit menurun ≥ 2 detik. Mukosa kering.
TTV : TD 100/70 mmHg, Nadi :110x/mnt, regular, Suhu : 37,8ºC,
Pernapasan : 29x/m, Rumus baxter : (% luka bakar)x (BB)x(4cc)
31,5%x60x 4= 7560/24jam, 8 jam pertama : 3780 cc, 8 jam kedua :
1890cc, 8 jam ke 3 : 1890, Luas luka bakar = 31,5% dengan derajat
kedalaman 2-3.
 Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d Pasien mengeluh
sesak, Tampak kesulitan bernafas/sesak, Terdengar suara tambahan
takipnea, Terdapat cuping hidung, Pola napas cepat dan dangkal,
irregular, TTV : RR: 29x/menit.
 Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kerusakan kulit dan jaringan
yang terkena luka bakar d.d pasien mengeluh perih, sakit, Kulit
kemerahan hingga nekrosi, Luas luka bakar = 31,5% dengan derajat
kedalaman 2-3. Kulit tidak utuh, Akral dingin, lembab, Suhu 37,8ºC,
Peningkatan leukosit (26.900mm3 )

D. Rencana Keperawatan
Dx. Kep Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri Observasi
kerusakan kulit intervensi keperawatan  Identifikasi lokasi
dan jaringan d.d selama 3x24 jam maka karakteristik,durasi
klien mengeluh tingkat nyeri menurun ,frekuensi,kualitas,
panas dan sakit , dengan keriteria hasil: intensitas nyeri
TTV:  Kelehuan nyeri  Identiviksi sekala
TD100/70mmHg, menurun nyeri
Nadi: 110x/mnt, S:  Meringis menurun  Identivikasi faktor
37,8ᵒC, RR:  Kesulitan tidur yang memperberat
29x/menit. Pasien menurun dan memperingan
nampak meringis  Prekuensi nadi rasa nyeri
kesakitan sambil membaik  Identivikasi
memegang dada pengaruh nyeri
yang sakit. P:  Pola nafas membaik pada kualitas hidup
trauma luka bakar,  Pola tidur membaik  Monitor
Q : terasa panas, efeksamping
R : sisi penggunaan
trauma/cidera yang analgetik
sakit, S : Skala Terapeuteik
nyeri 7, T: Hilang  Berikan teknik
timbul dan nonfarmakologi
meningkat jika s untuk
adanya aktivitas, menurunkan
Mendapatkan anti rasa nyeri
nyeri: - Inj.  Fasilitasi
Keterolac 1gr/8jam istirahat dan
: anti nyeri. Tab. tidur
tramadol  Pertimbangkan
50mg/8jam : anti jenis dan
nyeri. sumber nyeri
dalam
pemeliharaan
strategi
Edukasi
 Jelaskan
penyebab priode
dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
nyeri
 Lanjutkan
penggunaan
analgetik secara
tepat
Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Observasi
banyaknya intervensi keperawatan hipovolemia  periksa tanda dn
penguapan/cairan selama 3x24 jam Status gejala
tubuh yang keluar cairan membaik dengan hipovolemia
d.d Klien merasa keriteria hasil: (frekuensi nadi
lemas. Turgor kulit  Kekuatan nadi meningkat)
menurun ≥ 2 detik. meningkat  monitor intek
Mukosa kering.  turgor kulit dan out put
TTV : TD 100/70 meningkat cairan
mmHg,  frekuensi nadi terapeutik
Nadi :110x/mnt, membaik  hitung
regular, Suhu :  intek cairan membaik kebutuhan
37,8ºC, Pernapasan cairan
: 29x/m, Rumus edukasi
baxter : (% luka  anjurkan
bakar)x (BB)x(4cc) memperbanyak
31,5%x60x 4= asupan cairan
7560/24jam, 8 jam  anjurkan
pertama : 3780 cc, menghindari
8 jam kedua : posisi mendadak
1890cc, 8 jam ke kolaborasi
3 : 1890, Luas luka  kolaborasi
bakar = 31,5% pemberian
dengan derajat cairan IV
kedalaman 2-3. isotonis
(NaCL,RL)
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Menejemen jalan Observasi
efektif b.d intervensi keperawatan napas  Monitor pola
hambatan upaya 3x24 jam maka pola napas
nafas d.d Pasien napas membaik dengan (frekuensi,kedal
mengeluh sesak, kriteria hasil : aman,usaha
Tampak kesulitan  dyspnea menurun napas)
bernafas/sesak,  frekuensi napas Terapeutik
Terdengar suara membaik  Pertahankan
tambahan takipnea,  kedalaman napas kepatenan jalan napas
Terdapat cuping membaik dengan head-lif dan
hidung, Pola napas chin-lif ( jaw-thrust
cepat dan dangkal, jika curiga trauma
irregular, TTV : servikal)
RR: 29x/menit.  Berikan minum
hhangat
 Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
 Berikan oksigen jika
perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
Gangguan Setelah dilakukan Perawatan luka Observasi
integritas intervensi keperawatan  Identifikasi penyebab
kulit/jaringan b.d selama 3x24 jam maka luka bakar
kerusakan kulit integritas kulit/jaringan  Monitor kondisi luka
dan jaringan yang meningkat dengan (prsentasi ukuran
terkena luka keriteria hasil : luka,pendarahan,
bakar  Kerusakan jaringan warna dan luka)
menurun Terapeutik
 Kerusakan lapisan  Gunakan teknik
kulit menurun aseptic selama
 Nyeri menurun perawatan luka
 Kemerahan  Redan dengan air
menurun steril jika balutan
lengket pada luka
 Hematom menurun  Bersihkan luka
 Suhu kulit membaik dengan cairan steril
 Sensasi membaik (NaCL 0.9% cairan

 Tekstur membaik antiseptic )


 Lakukan terapi
relaksasi untuk
mengurangi nyeri
 Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(vitamin A,vitamin
C,Zinc, asam amino),
sesuai indikasi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Anjurkan
mengonsumi
makanan tinggi kalori
dan protein
Kaloborasi
 Kaloborasi pemberian
anribiotik jika peru

E. Evidance Based Practice ( EBP ) terkait


Dibawah ini adalah Evidance based Practice yang ditemukan terkait dalam
menunjang penanganan dan pengelolaan pada kasus pneumonia :

No SUB EBP Deskripsi


BAB IV
KESIMPULAN

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak de
ngan sumber panas seperti api,air panas,bahan kimia,listrik, dan radiasi. Luka bak
ar dapat terjadi pada setiap orang dengan berbagai faktor penyebab seperti panas,s
engatan listrik,zat kimia maupun radiasi. Penderita luka bakar memerlukan penan
ganan yang serius secara holistik/menyeluruh dari berbagai aspek. Pada penderita
luka bakar yang luas dan dalam memerlukan perawatan luka bakar yang lama dan
mahal serta mempunyai efek resiko kematian yang tinggi.
Dampak luka bakar bagi penderita dapat menimbulkan masalah fisik,psikis dan so
sial bagi pasien dan keluarganya. Perawat sebagai tim yang paling banyak berhub
ungan dengan pasien dituntut untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keteram
pilannya sehingga mampu merawat pasien luka bakar secara kompherensif dan op
timal.
Prinsip-prinsip penanganan pasien luka bakar selama perawatan dirumah sakit ter
masuk :
1. Pemberian terapi cairan dan nutrisi yang adekuat
2. Pencegahan infeksi
3. Penanganan/penyembuahn luka
4. Pencegahan kontraktur/deformitas
5. Rehabilitasi lanjut
Tingkat keberhasilan perawatan penderita luka bakar saangat dipengaruhi oleh car
a penanganan, kerjasama dan kecekatan tim kesehatan yang merawat disamping fa
ktor-faktor lain (usia penderita, riwayat kesehatan, penyebab luka bakar, cedera lai
n yang menyertai dan kebiasaan hidup) Dengan makin berkembangnya ilmu peng
etahuan dan tehnologi maka makin berkembang pula tehnik/ cara penanganan luk
a bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita l
uka bakar.
DAFTAR PUSTAKA
Perdanakusuma, D. S. (2007). Anatomi fisiologi kulit dan penyembuhan
luka. From caring to curing, pause before you use gauze” JW Marriot
Hotel Surabaya Universitas Airlangga.
Yousef.H, Alhajj.M & Sharma.S.(2022). Anatomi, Kulit (Integumen), Epidermis.
National Liblary Of Medicine.
Moenadjat, Y. (2017). Luka Bakar: Pengetahuan untuk awam. Departemen Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Pardina, N. A., & Setyowatie, L. (2020). Tinjauan Literatur: Peran Astaxanthin
Pada Luka Bakar. Majalah Kesehatan, 7(4), 273-284.
Moenadjat, Y. (2009). Luka bakar: masalah dan tatalaksana. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Kristanto, E. G., & Kalangi, S. J. (2013). Penentuan Derajat Luka Dalam Visum
Et Repertum Pada Kasus Luka Bakar. Jurnal Biomedik: JBM, 5(3).
Rahayu, T. (2012). Penatalaksanaan luka bakar (combustio). Profesi (Profesional
Islam): Media Publikasi Penelitian, 8.
Nugroho, T. (2012). Mengungkap Tentang Luka Bakar dan Artristis
Reumatoid. Yogyakarta: Nuh Medika, 72.
Hamdana, S. K., Amin, A. N., Alfira, N., & Amirullah, S. K. (2023). Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Sistem Integumen Luka Bakar.
Nas Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai