Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

Dosen Pengampu:
Rahma Hidayati,S.Kp.M.Kep,Sp.KMB

Disusun Oleh :

1. Aurelia Imam Shaputri 201011


2. Inggit Canial Ramadanti 211010
3. Laila Napsiyah 211011
4. Nadia Aniska Putri 211015
5. Retno Sulistyowati 211028
6. Rosanita Boru Tarigan 211031
7. Salma Saffanah 211032
8. Sylvia Damayanti 211038
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Pasien Dengan Luka Bakar”.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa bantuan
dari beberapa pihak. Karena itu pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Rahma Hidayati,S.Kp.M.Kep,Sp.KMB selaku dosen pembimbing mata
kuliah KMB
2. Teman-teman yang ikut serta dalam memberi bantuan selama pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik isi maupun susunannya karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini, dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca. Bagi penulis senantiasa untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis dan
bagi pembaca untuk mendapatkan ilmu baru mengenai “Pasien Dengan Luka Bakar”

Jakarta, 20 Maret 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ...................................................................................................................................................... 4
2. Tujuan ..................................................................................................................................................................... 4
a) Umum .............................................................................................................................................................. 4.
b) Khusus .............................................................................................................................................................. 4
3. Metode Penulisan .................................................................................................................................................. 5
4. Sistematika Penulisan ........................................................................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
1. Anatomi Kulit ....................................................................................................................................................... 6
Lapisan Kulit terdiri dari ; ................................................................................................................................... 6
2. Definisi Luka Bakar ........................................................................................................................................... 8
3. Etiologi ................................................................................................................................................................. 9
4. Faaktor predesposisi ......................................................................................................................................... 9
5. Patofisiologi ........................................................................................................................................................ 9
6. Klasifikasi Luka Bakar .................................................................................................................................... 10
7. Penatalaksanaan ............................................................................................................................................... 13
8. Komplikasi ......................................................................................................................................................... 14
BAB III KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian .......................................................................................................................................................... 15
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................................................... 16
3. Intervensi Keperawatan ................................................................................................................................... 17
4. Evaluasi Kperawatan ....................................................................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan ....................................................................................................................................................... 23
2. Saran .................................................................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh

yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat dan ringannya

luka bakar tergantung pada jumlah area permukaan tubuh,derajat kedalaman dan lokasi luka

bakar yang terjadi (Suriadi, 2004). Luka bakar merupakan trauma yang berdampak paling

berat terhadap fisik maupun psikologis,dan mengakibatkan penderitaan sepanjang hidup

seseorang, dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi (Moenajat, 2003).

Luka bakar yang terjadi akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat

mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cidera luka bakar terutama pada luka bakar terutama

pada luka bakar yang dalam dan luas masih merupakan penyebab utama kematian dan

disfungsi berat jangka panjang. Luka bakar adalah penyebab utama keempat trauma dan

penyebab paling umum kecacatan dan kematian diseluruh dunia (Ardabili, dkk, 2016). Di

Indonesia, belum ada angka pasti mengenai kejadian luka bakar, ini disebabkan karena tidak

semua rumah sakit di Indonesia memiliki unit pelayanan luka bakar.

2. Tujuan
a) Umum

Mahasiswa mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien


dengan luka bakar.

b) Khusus
- Untuk mengetahui anatomi kulit.
- Untuk mengetahui definisi luka bakar.
- Untuk mengetahui etiologi luka bakar.
- Untuk mengetahui faktor predisposisi luka bakar
- Untuk mengetahui patofisiologi luka bakar.
- Untuk mengetahui klasifikasi luka bakar.
- Untuk mengetahui penatalaksanaan.
- Untuk mengetahui komplikasi luka bakari.

3. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan teknik penulisan yang bersumber
dari mempelajari buku-buku, browsing internet, dan sumber lain untuk mendapatkan data
dalam pembuatan makalah ini.

4. Sistematika
Penulisan Dalam makalah ini terdiri dari 4 bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan terdiri dari : latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika
penulisan
Bab II : Tinjauan teoritis terdiri dari : anatomi kulit, definisi luka bakar, patofisiologi,
klasifikasi luka bakar, penatalaksanaan, dan komplikasi
Bab III : Asuhan keperawatan luka bakar
Bab IV : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ terbesar tubuh, beratnya kurang lebih 4,5 kg dan menutupi area
seluas 18 kaki persegi (1,67 m) pada laki-laki dengan berat badan 75kg.

Lapisan Kulit terdiri dari ;

1) Epidermis adalah lapisan teratas, atau terluar yang tersusun dari jaringan epitelskuamosa
bertingkat yang mengalami kreatinisasi jarigan ini tidak memiliki pembuluh darah dan
sel-selnya sangat rapat. Bagian epidermis paling tebal dapat ditemukan pada telapak
tangan dan telapak kaki yang mengalami staktifikasi menjadi lima lapisan berikut :
a) Stratum Basalis(Germinativum) adalah lapisan tunggal sel-sel yang melekat pada
jarigan ikat dari lapisan kulit dibawahnya, dermis. Pembelahan sel yang cepat
berlangsung pada lapisan ini, dan sel baru didorong masuk kelapisan berikutnya.
b) Stratum Spinosum adalah laisan sel spina atau tanduk, disebut demikian karena sel-
sel tersebut disatukan oleh tonjolan yang menyerupai spina. Spina adalah bagian
penghubung intraseluler yang disebut desmosome.
c) Stratum Granulosum terdiri dari tiga atau lima lapisan atau barisan sel dengan
granula-granula kreatohialin yang merupakan precursor pembentuk kreatinin.
• Keratin adalah protein keras dan resilien, anti air serta melindungi permukaan
kulit yang terbuka.
• Keratin pada lapisan epidermis merupakan keratin lunak yang berkadar sulfur
rendah, berlawan dengan keratin yang ada pada kuku dan rambut.
• Saat keratohialien dan keratin berakumulasi, maka nukleous sel berdisintegrasi,
menyebabkan kamatian sel.
d) Stratum Lusidum adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-sel gepeng tidak
bernukleous yang mati atau hamper mati dengan ketebalan 4-7 lapisan sel.
e) Stratum kerneum adalah lapisan epidermis teratas, terdiri dari 25-30 lapisan sisik
tidak hidup yang sangat terkeratin isasi dan semakin gepeng saat mendekati
permukaan kulit.
2) Dermis adalah lapisan jaringan ikat bagian bawah. Lapisan ini mengikat epidermis
dengan struktur yang ada dibawahnya. Membrane ini tersusun dari dua lapisan ikat.

1. Lapisan papilar adalah jaringan ikat areolar renggang dengan fibroblast, selmast
dan makrofak. Lapisan ini mengandung banyak pembuluh darah, yang memberi
nutrisi pada epidermis diatasnya.
a) Papilla dermal serupa jari, yang mengandung reseptor sensorik taktil dan
pembuluh darah, menonjol kedalam lapisan epidermis.
b) Pada telapak tangan dan telapak kaki, papilla yang ada sangat banyakdan tinggi,
jumlahnya sekitar 65.000/inci persegi (10.400/cm)
c) Pola tonjolan pada guratan pada telapak tangan dan telapak kaki pada setiap
orang sangat unik dan mencerminkan pengaturan paila dermal. Kegunaan
guratan tangan adalah untuk mempermudah penggenggaman melalui
peningkatan friksi.
2. Lapisan reticular terletak lebih dalam dari lapisan papilar. Lapisan ini terdiri dari
lapisan ikat irregular yang rapat, kolagen dan serat elastic.

3) Lapisan subkutan/hypodermis (fasia superfisial) mengikat kulit secara longgar


dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Lapisan ini mengandung jumlah sel
lemak yang beragam,bergantung ada area tubuh dan nutrisi individu serta berisi banyak
pembuluh darah dan ujung saraf.
Fungsi integument:
• Perlindungan. Kulit melindungi tubuh dari mikroorganisme penarikan atau
kehilangan cairan, dan dari zat iritan kimia maupun mekanik. Pigmen melanin yang
terdapat dalam kulit memberikan perlindungan selanjutnya terhadap sinar
ultraviolet matahari.
• Pengaturan suhu tubuh. Pembuluh darah dan kelenjar keringat dalam kulit
berfungsi untuk mempertahankan dan mengatur suhu tubuh.
• Ekresi. Zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+ diekresikan melalui kelenjar-
kelenjar pada kulit.
• Metabolism.dengan bantua radiasi sinar matahari atau sinar ultraviolet,
prosessistesis vitamin D yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
tulang dimulai dari sebuah molekul precursor (dehidrokolesterol -7) yang
ditemukan dikulit.
• Komunikasi.
a) Stimulus dari lingkungan diterima oleh kulit melalui sejumlah reseptor khusus
yang mendeteksi sensasi yang berkaitan dengan suhu sentuhan tekanan dan
nyeri.
b) Kulit merupakan media ekspresi wajah dan reflek vascular yang penting dalam
komunikasi

Kelanjar pada kulit:

a. Kelenjar keringat (sudorifrus) terbagi mejadi dua jenis berdasarkan struktur


dan lokasinya.
1. Kelenjar keringat ekrim adalah kelenjar tubular simple dan berpilin serta
tidak berhubungan dengan folikel rambu. Kelenjar ini penyebaranya
meluas keseluruh tubuh, terutama pada telapak tangan telapak kaki dan
dahi. Sekresi dari kelenjar ini (keringat) mengandung air dan membantu
pendinginan evaforatif tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh.
2. Kelenjar keringat apokrim adalah kelenjar keringat terspesialisasi yang
besardan bercabang dengan penyebaran terbatas. Kelenjar ini ditemukan
pada aksila, areola payudara dan vegia anogenital.
3. Kelenjar sebasea megeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke folikel
rambut.

Peran kulit dalam termoregulasi. Panas tubuh dihasilkan dari aktifitas metabolic
dan pergerakan otot, panas seperti ini harus dikeluarkan, atau suhu tubuh akan naik
diatas normal : pada lingkungan bersuhu dingin, panas harus dipertahankan, atau suhu
tubuh akan turun dibawah batas normal.

2. Definisi Luka Bakar


Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada
suhu tinggi yang menimbulkan reaksi pada seluruh tubuh sistem metabolisme. Luka bakar
adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia, dan petir yang
mengenai mukosa, dan jaringan yang lebih dalam.
3. Etiologi
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
1) Luka bakar thermal : luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau
kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2) Luka bakar kimia : luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan
kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyak
nya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar
kimia ini dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat- zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan bidang industri, pertanian, dan militer.
Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
3) Luka bakar elektrik : luka bakar elektrik (listrik) disebabkan oleh panas yang
digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringan luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu
sampai mengenai tubuh.
4) Luka bakar radiasi : luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada
industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapautik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah
satu tipe luka bakar.

4. Faktor Predisposisi

Adapun faktor predisposisi pada kejadian luka bakar diantara nya :

1) Kecelakaan kerja
2) Pemakaian kosmetik berbahan kimia berbahaya
3) Kelalaian saat kerja
4) Akibat berjemur

5. Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada
tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi. Luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi luka bakar thermal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi
akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens
penyebab. Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.

6. Klasifikasi Luka Bakar


Fase luka bakar, yaitu :
1) Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan
mengamali ancaman gangguan airway (jalan nafas), btething (mekanisme bernafas),
dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau
beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan
akibat cidera inhalsi dalam 48 -72 jam pasca trauma. Cidera inhalasi adalah penyebab
kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cidera thermal yang berdampak sistemik.

2) Fase Sub Akut


Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atua
kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan :
a. Proses inflamasi dan infeksi
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka tidak berbaju epitel luas
dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme

3) Fase lanjut
Fase lanjut akab berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ – organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi,deformitas dan
kontraktur. Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan
perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka dan
keseriusan luka, yaitu :
1. Berdasarkan Penyebab

a. Luka bakar karena api


b. Luka bakar karena panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)

2. Berdasarkan Kedalaman Luka Bakar

a. Luka bakar derajat I


- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung – ujung syaraf sensorik teririta
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5 – 10 hari

b. Luka bakar derajat II


- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi
- Dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung – ujung syaraf teriritasi
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal.

Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

1. Derajat II dangkal (superficial)

- Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis


- Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10 -14 hari 2.
2. Derajat II dalam (deep)

- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis


- Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa.
- Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.

c. Luka bakar derajat III

- Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermisdan lapisan yang lebih dalam


- Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea mengalami kerusakan.
- Tidak dijumpai bulae
- Kulit yang terbakar berwarna putih hingga merah, coklat atau hitam
- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
esker.
- Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan / kematian.
- Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan
dari dasar luka.

Luas Luka Bakar

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atau rule of wallace yaitu :

• Kepala = 18%
• Masing-masing lengan kanan dan kiri = 9%
• Badan bagian depan = 18%
• Badan bagian belakang = 18%
• Masing-masing kaki= 18%
• Genetalia = 1% Total 100%
7. Penatalaksanaan
Pertolongan petama meliputi :
• Es dan air dingin untuk mengurangi rasa tidak nyaman
• Segera mencari pertolongan medis jika luka bakar ketebalan penuh atau daerah
yang terbakar cukup besar atau yang terkena meliputi wajah, tangan,kaki, atau alat
genetalia.
• Beritahu fasilitas medis bahwa pasien yang luka bakar sedang dalam
perjalanan.
• Beritahukan jika mungkin luasnya luka bakar dan penyebabnya.

Saat berada di fasilitas medis, perawat akan mencakup :

• Pengkajian kerusakan akibat luka bakar


• Pemberian analgesic untuk nyeri
• Penatalaksaan cairan dan elektronik
• Teknik bersih menggunakan topi, scot, masker, dan sarung tangan.
• Selesaikan teknik isolasi reversi pada beberapa kasus
• Pantau pasien akan adanya distress pernafasan, syok dan anemia.
• Bersihkan daerah luka bakar dan angkat semua debris
• Oleskan antibiotika topical
• Beri dukungan emosional

Ada dua metode pendekatan yang digunakan untuk perawatan luka bakar

1. Metode terbuka
Luka bakar dibiarkan terbuka. Teknik steril, yang disebut juga teknik isolasi reverse,
diignakan untuk merawat pasien

2. Metode tertutup
Luka bakar ditutup dengan salep khusus, dibungkus dengan lapisan kasa. Pada
bagian ini harus diperiksa sirkulasi sebelah distal balutan dan pertahankan garis
tubuh yang tepat. Teknik-teknik baru seperti mempertahankan pasien di rendaman
dalam larutan silicon juga digunakan. Setiapetode memiliki keuntungan dan
kerugian.
Terdapat 4 tujuan pengobatan, apapun metode yang dipilih:

1. Mengganti kehilangan cairan dan elektrolit untuk mencegah syock. Perhitungan


kebutuhan cairan pada penderita luka bakar, yaitu :
Cara Baxter : cara yang sederhana dan banyak dipakai. Jumlah cairan hari pertama
dihitung dengan rumus = % luka bakar x BB (kg) x 4cc. Separuh dari jumlah cairan
ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya. Hari
pertama diberikan larutan RL karena terjadi hipotermi. Untuk hari kedua diberikan
setengah dari jumlah hari pertama.
2. Mengurangi rasa nyeri dan cemas
3. Mencegah kontraktur, deformitas dan infeksi. Kontraktur adalah memendeknya otot
yang membatasi gerakan dan menyebabkan deformitas. Operasi plastic mungkin juga
diperlukan.
4. Memberi dukungan emosional dan motivasi.

8. Komplikasi
Komplikasi luka bakar yang mungkin terjadi meliputi :
- Kehilangan fungsi (luka bakar pada wajah,tangan, kai, dan genetalia
- Penyubatan total sirkulasi dalam ekstremitas ( akibat edema karena luka bakar yang
melingkar)
- Obstruksi jalan nafas (luka bakar leher) atau ekspansi respirasi yang terbatas (luka
bakar pada dada)
- Cedera paru (akibat inhalasi asap atau emboli paru)Aritmea jantung (akibat luka
bakar elektrik dan perpindahan cairan )
- Hipotensi yang terjadi sekunder karena syock atau hipovolemik
- Luka bakar yang terinfeksi
- Stroke, serangan jantung, atau emboli paru (akibat pembentukan bekuan darah yang
terjadi karena aliran darah yang melambat)
- Syock luka bakar (akibat perpindahan cairan keluar kompartement vaskuler
yang mungkin menimbulkan kerusakan ginjal dan gagal ginjal).
BAB III
KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya, sehingga dapat diketahui kebutuhan perawatan klien tersebut. Data dasar
pengkajian klien dengan luka bakar (Doengoes, 2000) yang perlu dikaji :
• Aktivitas / istirahat
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan ; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
• Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) : hipotensi (syok); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); pembentukan oedama jaringan (semua luka bakar). Integritas
ego
Gejala : masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan Tanda : ansietas,
menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
• Eliminasi
Tanda : pengeluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
• Makanan/cairan
Tanda : oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah
• Neurosensori
Gejala : area batas; kesemutan
Tanda : perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cidera ekstremitas.
• Nyeri/kenyamanan
Gejala : berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara ektern sensitif untuk
disentuh; ditekan; gerakan udara; dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung syaraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
• Pernafasan
Gejala : terkurung dalam ruangan tertutup; terpajan lama (kemungkinan cidera
inhalasi)
Tanda : serak; batuk mengi; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cidera inhalasi. Pengembangan torak mungkin
terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengi(obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyinafas : gemericik
(oedam paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
• Keamanan
Tanda : kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas b/d keracunan karbonmonoksida inhalasi asap dan obstruksi
saluran nafas atas.
2) Kekurangan volume cairan b/d peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
akibat evaporasi dari daerah luka bakar
3) Nyeri akut b/d cidera jaringan serta syaraf dan dampak emosional
4) Kerusakan integritas kulit b/d mekanik (luka bakar)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi


1 Gangguan Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi
pertukaran gas b/d tindakan keperawatan Observasi:
keracunan selama 2x24 jam • Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen
karbonmonoksida diharapkan membaik • Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
napas
inhalasi asap dan “Pertukaran Gas”
• Monitor adanya sumbatan jalan nafas
obstruksi saluran (L.01003)
Terapeutik
nafas atas. Dengan Kriteria Hasil : • Atur Interval pemantauan respirasi sesuai
1) Dispnea (4) cukup kondisi pasien
menurun Edukasi
2) Pusing (4) cukup
menurun • Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
3) Gelisah(4) cukup • Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
menurun
Terapi Oksigen
4) Pola napas (4) cukup
Observasi:
membaik • Monitor kecepatan aliran oksigen
5) Warna kulit (4) • Monitor posisi alat terapi oksigen
cukup membaik • Monitor tanda-tanda hipoventilasi
• Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
• Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
• Pertahankan kepatenan jalan napas
• Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
• Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di
rumah
Kolaborasi
• Kolaborasi penentuan dosis oksigen

2 Kekurangan Setelah dilakukan Manajemen Cairan


volume cairan b/d tindakan keperawatan Observasi
peningkatan selama 2x24 jam • Monitor status hidrasi (mis: frekuensi nadi,
permeabilitas diharapkan membaik kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler,
kapiler dan “Keseimbangan Cairan” kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
kehilangan cairan (L.03020) • Monitor berat badan harian
akibat evaporasi Dengan Kriteria Hasil : • Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
dari daerah luka 1) Asupan cairan (4) • Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis:
bakar cukup meningkat hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin, BUN)
2) Kelembapan • Monitor status hemodinamik (mis: MAP, CVP,
membran mukosa PAP, PCWP, jika tersedia)
(4) cukup meningkat
3) Edema (4) cukup Terapeutik
menurun • Catat intake-output dan hitung balans cairan 24
4) Turgor kulit (4) jam
cukup membaik • Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
• Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
3 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
cidera jaringan tindakan keperawatan Observasi :
serta syaraf dan selama 2x24 jam • Identifikasi lokasi,karakteristik,
dampak emosional diharapkan membaik durasi,frekuensi, kualitas,intensitas nyeri.
“Tingakat nyeri” • Identifikasi skala nyeri
(L.08066) • IdentifikasI respon nyeri non verbal
Dengan Kriteria Hasil : • Identifikasi faktor yang memperberat dan
1) Keluhan nyeri (4) meringankan nyeri
cukup menurun • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
2) Meringis (4) cukup nyeri
menurun • Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
3) Gelisah (4) cukup nyeri
menurun
• Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
4) Kesulitan tidur (4)
• Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
cukup menurun
sudah diberikan
• Monitor efek sampingpenggunaan analgetik
Terapeutik :
• Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis,akupresur, dll)
• Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
• Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberiananalgetik, jika perlu
4 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan Luka
integritas kulit b/d tindakan keperawatan Observasi
mekanik (luka selama 2x24 jam
bakar) diharapkan membaik • Monitor karakteristik luka (mis: drainase, warna,
" Integritas Kulit dan ukuran , bau)
Jaringan.” (L.14125) • Monitor tanda-tanda infeksi
Dengan Kriteria Hasil :
1) Elastisitas (4) cukup Terapeutik
meningkat • Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2) Hidrasi (4) cukup • Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
meningkat
3) Kerusakan jaringan • Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
(4) cukup menurun nontoksik, sesuai kebutuhan
4) Kerusakan lapisan • Bersihkan jaringan nekrotik
kulit (4) cukup
menurun • Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
5) Nyeri (4) cukup • Pasang balutan sesuai jenis luka
menurun
• Pertahankan Teknik steril saat melakukan
6) Kemerahan (4)
cukup menurun perawatan luka
7) Pigmentasi abnormal • Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
(4) cukup menurun drainase
8) Jaringan parut (4) • Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
cukup menurun sesuai kondisi pasien
9) Nekrosis (4) cukup • Berikan diet dengan kalori 30 – 35
menurun kkal/kgBB/hari dan protein 1,25 – 1,5
10)Tekstur (4) cukup g/kgBB/hari
membaik • Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis:
vitamin A, vitamin C, Zinc, asam amino), sesuai
indikasi
• Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi
• Jelaskan tanda dan gejala infeksi
• Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
• Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
• Kolaborasi prosedur debridement (mis:
enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika
perlu
• Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
4. Evaluasi Keperawatan

Tanggal/jam No. Evaluasi Hasil (SOAP) (Mengacu pada Paraf dan


DX tujuan) nama
jelas
20 Maret S:
2023 - Pasien mengatakan sudah mulai segar
08:00 dan tidak merasa sesak dan mulai enak
bernafas saat menggunakan oksigen.
O:
- Bunyi nafas ronchi diparu kanan dan kiri
- Warna kulit mulai membaik
- TTV : TD : 120/75 mmHg RR : 22x/m
N : 90x/m Sp O2:100%
- PCO2= 26,7 (L)
A:
- Masalah teratasi sebagian
P:
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dan upaya nafas.
- Monitor pola nafas
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Mengatur interval pemantauan respirasi
sesuai dengan kondisi pasien
20 Maret S: Pasien mengatakan merasa nyeri ketika
2023 diberikan perawatan luka bakar.
09:00 O:
- Pasien tampak meringis menahan nyeri
kulit kemerahan, melepuh , presentase
luka bakar 9 % betis kaki kiri, terdapat
bula.
- Luas luka 18 cm x 9 cm = 162 cm2Pasien
tampak gelisah, pasien tampak meringis
menahan sakit.
A : luka bakar
P:
- nyeri skala 6 T
- TD : 156/101 mmhg
- Suhu : 36,9
- RR : 26 x/mn
20 Maret S: Klien mengatakan lukanya telah
2023 dibersihkan
10:00 O: Terpasang verban elastis pada luka post op
ORIF, pada verban elastis nampak basah
A: Gangguan integritas kulit belum teratasi
P:
- Monitor karakteristik luka
- Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik:
- Lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
- Bersihkan dengan cairan NaCl
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
20 Maret S:
2023 - Klien mengatakan nyeri pada luka post op
11:00 ORIF mulai berkurang
- klien mengatakan nyerinya masih bisa
ditoleransi
O :Klien tampak tenang
A : Nyeri belum teratasi
P:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Luka bakar adalah cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan terhadap
sumber panas, kimia, listrik atau radiasi (Joyce M. Black, 2009). Luka bakar merupakan
cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang berat memperlihatkan mobilitas
dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain . Biaya
yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain
karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung
dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga
2. Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang luka bakar, tingkat luka bakar,
tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan
masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA

Azzam Rahman. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Luka Bakar. http://medical bedah-
rahmanazzam. Blogspot.com/2008/02/asuhan keperawatan-klien-lukabakar.html. dibuka
tanggal10 Oktober 2016.

Borley R. Neil dan Grase A. Pierce. 2007. At a glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : Erlangga

Corwin J. Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doenges E. Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta. Edisi 3. Jilid 2. FKUI

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.Jakarta
: Salemba Medika.

Poepuantoro Dwi Poengki. 2008. Askep luka bakar http://www/luka bakar. net/index.php ? View:
Article dan catid. Serba - serbi dan tatalaksana mutakhir. Dibuka tanggal 10 Oktober2016.

Suddarth and Brunner. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Volume.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai