Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI

SISTEM INTEGUMEN PADA MANUSIA

DOSEN PENGAJAR

Arifin Hidayat, SST, M.Kes

Disusun Oleh:

Achmad Rosyid Al-Adha (NIM: P07220217001)

Firnadia Afra Afifah (NIM: P07220217014)

Jesinta Alri Meisy Putri (NIM: P07220217016)

Nina Nurul Chasanah (NIM: P07220217023)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM INTEGUMEN PADA MANUSIA

DOSEN PENGAJAR

Arifin Hidayat, SST, M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 5

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh

rangkaian kegiatan sejak awal hingga tersusunnya makalah dengan

pembahasan mengenai Integumen untuk memenuhi penugasan yang diberikan

oleh dosen pengajar dalam mata kuliah Anatomi Fisiologi Keperawatan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini

dapat diselesaikan karena adanya bantuan baik moral maupun material serta

kerja sama terutama dari teman-teman, dosen pembimbing, dan berbagai

pihak. Untuk itulah, penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan

penghargaan dan terima kasih kepada pembimbing dalam bimbingan

pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis menerima secara terbuka saran dan kritik atas

segala kekurangan dalam makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat

meningkatkan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan dan masyarakat luas.

Samarinda, 10 September 2017

Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman Cover....................................................................................................1

Halaman Judul.....................................................................................................2

Kata Pengantar....................................................................................................3

Daftar Isi...............................................................................................................4

BAB I Pendahuluan..............................................................................................6

A. Latar Belakang..........................................................................................6
B. Rumusan Masalah....................................................................................6
C. Tujuan Penulisan......................................................................................7
D. Sistematika Penulisan...............................................................................7

BAB II Tinjauan Teori...........................................................................................9

A. Anatomi Kulit.............................................................................................9
1. Lapisan Epidermis...............................................................................9
2. Lapisan Dermis....................................................................................9
3. Kantong Rambut................................................................................11
4. Lapisan Hipodermis...........................................................................12
5. Ujung Saraf........................................................................................13
6. Kelenjar Keringat...............................................................................13
7. Kelenjar Minyak.................................................................................14
8. Jaringan Lemak Kulit.........................................................................14
B. Fungsi Kulit.............................................................................................14
1. Fungsi proteksi..................................................................................15
2. Fungsi absorpsi.................................................................................16
3. Fungsi ekskresi..................................................................................17
4. Fungsi persepsi.................................................................................18
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi).................................21
6. Fungsi pembentukan pigmen............................................................25
7. Fungsi kreatinisasi.............................................................................26
8. Fungsi sintesis vitamin D...................................................................27
C. Mekanisme Kerja Fungsi Kulit.................................................................28
D. Mekanisme Kerja Fungsi Kelenjar..........................................................30
E. Mekanisme Kerja Fungsi Rambut...........................................................30
1. Struktur Rambut.................................................................................30
2. Fungsi Rambut..................................................................................31
F. Mekanisme Kerja Fungsi Kuku...............................................................32
1. Struktur Kuku....................................................................................32
2. Fungsi Kuku......................................................................................33

BAB III Penutup.................................................................................................35

A. Kesimpulan.............................................................................................35
B. Saran.......................................................................................................35

Daftar Pustaka...................................................................................................37
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Polusi udara belakangan ini begitu mengkhawatirkan. Mulai dari
emisi bahan bakar bermesin hingga pabrik-pabrik yang dengan sengaja
membuang limbahnya ke alam bebas. Bentuk hasil dari polusi tersebut
dapat pula berupa karbon monoksida yang dapat mengancam lapisan
ozon pada atmosfer bumi. Polusi-polusi baik yang diudara, tanah,
maupun perairan dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi organ tubuh
manusia. Bahkan akibat dari penipisan lapisan ozon dapat juga merusak
sel-sel pada lapisan kulit manusia akibat dari sinar ultraviolet (UV) yang
langsung menembus atmosfer bumi, bahkan parahnya dapat
menyebabkan kanker kulit.
Terjaganya jaringan dan sistem organ pada manusia tidak
terlepas dari peranan sistem integumen yang saling berkontribusi dalam
kinerja metabolisme tubuh manusia. Definisi dari sistem integumen
sendiri adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan manusia terhadap lingkungan
sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang
terbesar yang mencakup kulit, rambut, kuku, kelenjar keringat dan
produknya (keringat atau lendir).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bagian-bagian dari anatomi Kulit?
2. Apa saja fungsi dari Kulit pada Manusia?
3. Bagaimana mekanisme kerja fungsi Kulit pada Manusia?
4. Bagaimana mekanisme kerja fungsi Kelenjar pada Manusia?
5. Bagaimana mekanisme kerja fungsi Rambut pada Manusia?
6. Bagaimana mekanisme kerja fungsi Kuku pada Manusia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagian-bagian dari anatomi Kulit.
2. Mengetahui fungsi dari Kulit pada Manusia.
3. Mengetahui mekanisme kerja fungsi Kulit pada Manusia.
4. Mengetahui mekanisme kerja fungsi Kelenjar pada Manusia.
5. Mengetahui mekanisme kerja fungsi Rambut pada Manusia.
6. Mengetahui mekanisme kerja fungsi Kuku pada Manusia.

D. Sistematika Penulisan
Pembahasan mengenai lapisan permukaan manusia pada
makalah yang membahas tentang integumen ini terdiri atas tiga bab
pembahasan secara garis besar, yang terdiri atas Bab I membahas
mengenai pendahuluan yang terdiri atas beberapa sub Bab pembahasan
berupa latar belakang yang memaparkan secara luas permasalahan
dalam lingkungan kesehatan yang berdampak pada manusia dalam
sistem integumen, yang kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah
yang ditinjau berdasarkan isi dari RPS mata kuliah Anatomi Fisiologi
untuk mempermudah dalam menentukan objek yang ditinjau. Dalam
rumusan masalah yang berupa pertanyaan-pertanyaan kemudian
dilanjutkan sekaligus dijawab dalam tujuan penulisan makalah yang
memaparkan mengenai tujuan penulisan agar tidak terjadi pembiasan
pembahasan kedepannya. Selain itu juga terdapat sistematika penulisan
yang menjelaskan teknik penyusunan dan pemaparan dalam pembuatan
makalah ini.
Dalam pembahasan selanjutnya, yaitu pada Bab II dengan judul
Tinjauan Teori memaparkan mengenai sistem integumen secara
mendetail dan lengkap yang dimulai dengan sub Bab anatomi kulit pada
manusia hingga pada sub Bab yang berjudul fungsi kuku pada manusia
sehingga memberikan kejelasan objek pembahasan sesuai dengan
pemilihan sub tema dalam tujuan penulisan makalah dengan judul
Sistem Integumen ini.
Pada Bab terakhir, yakni Bab III yang membahas mengenai
Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran. Kesimpulan pada Bab
ini berfungsi sebagai ringkasan pembahasan yang dipaparkan secara
mendetail pada Bab II Tinjauan Teori. Sedangkan saran berfungsi
sebagai saran yang ditujukan kepada para pembaca makalah ini yang
dikhususkan pada tenaga kesehatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Kulit

Gambar: Anatomi Kulit

1. Lapisan Epidermis
Epidermis merupakan lapisan kulit yang terluar, terdiri dari
lapisan sel yang telah mati yang disebut juga lapisan tanduk.
Epidermis dapat dibagi menjadi 5 lapisan :
a. Stratum corneum (lapisan tanduk): Stratum corneum
merupakan lapisan kulit yang paling luar. Stratum korneum
paling tebal pada telapak kaki dan paling tipis pada pelupuk
mata, pipi dan dahi. Lapisan ini tersusun atas sel-sel mati
yang mudah mengelupas.
b. Stratum lucidum (daerah rintangan): Lapisan ini berwarna
terang dan hanya nampak pada lapisan kulit yang tebal.
Hanya terlihat pada telapak kaki dan telapak tangan.
c. Stratum granulosum (lapisan seperti butir): Lapisan ini
menggandung sel-sel bergranula yang menghambar
pengeluaran air berlebih. Stratum granulosum berpartisipasi
aktif dalam proses keratinisasi, hanya mekanismenya
belum diketahui jelas.
d. Stratum spinosum (lapisan sel duri): Stratum spinosum
(stratum malpighi) terdiri dari beberapa lapis sel yang
berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena
adanya proses mitosis. Lapisan ini adalah lapisan paling
tebal di epidermis.
e. Stratum germinativum (lapisan sel basal): Lapisan ini selalu
tumbuh dan membelah, lapisan ini banyak ditemukan sel
melanosit yang menghasilkan pigmen melanin yang
menentukan warna kulit seseorang.

2. Lapisan Dermis
Dermis memiliki ketebalan 3-5 mm, merupakan anyaman
serabut kolagen dan elastin yang bertanggung jawab untuk sifat-sifat
penting dari kulit. Dermis mengandung pembuluh darah, pembuluh
limfe, gelembung rambut, kelenjar lemak (sebasea), kelenjar keringat,
otot dan serabut saraf.
a. Kelenjar Keringat (Glandula Sudorifera): Kelenjar ini
berfungsi mengeluarkan keringat melalui saluran keringat
yang bermuara di pori-pori kulit.
b. Kelenjar Minyak ( Glandula Sebasea): Kelenjar minyak
berfungsi menghasilkan minyak (sebum). Minyak yang
dikeluarkan berfungsi untuk melumasi kulit dan membuat
rambut tidak kering.
3. Kantong Rambut

Di dalam kantong rambut terdapat akar rambut dan batang


rambut. Kantong rambut dilengkapi dengan otot penegak rambut.
Pada saat udara dingin, otot rambut berkontraksi yang menyebabkan
tegaknya batang rambut.
a. Pembuluh Kapiler Darah: Pembuluh kapiler darah berfungsi
mengedarkan zat-zat makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan rambut dan sel-sel kulit.
b. Ujung-Ujung Saraf Penerima Rangsang: Ujung-Ujung saraf
penerima rangsang meliputi Pacini (Tekanan), Ruffini (Panas),
Krause (dingin), dan Meissener (sentuhan).
4. Lapisan Hipodermis

Lapisan Hipodermis adalah jaringan ikat bawah kulit terletak di


bawah kulit jangat. Di dalam lapisan ini terdapat sebagai cadangan
makanan, menahan panas tubuh, melindungi tubuh bagian dalam
terhadap benturan dari luar.

5. Ujung Saraf
Ujung saraf merupakan salah satu bagian sel saraf yang
mengirimkan informasi dari lingkungan luar. Di dalamnya terdapat
berbagai reseptor (penerima rangsangan), seperti reseptor sentuhan,
reseptor tekanan, reseptor sakit, dan reseptor suhu.

6. Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat kulit memiliki bentuk pipa tergulung yang
tumbuh memanjang dari epidermis hingga dermis. Pada pangkal
kelenjarnya banyak dikelilingi oleh kapiler darah dan serabut saraf
simpatik. Dari darah pada kapiler, keringat dikeluarkan melewati
saluran keringat dan pori-pori pada permukaan kulit. Keringat yang
dikeluarkan mengandung sebagian besar air dalam bentuk larutan
garam anorganik (misalnya sodium klorida) dan sejumlah kecil materi
organik seperti urea. Karena keringat mengandung sisa metabolisme,
seperti urea, maka kulit tersebut disebut juga organ ekskresi.

7. Kelenjar Minyak
Kelenjar minyak berada di samping kantung rambut. Kelenjar
ini menghasilkan minyak yang disebut sebum. Sebum menahan air
masuk ke dalam rambut dan epidermis. Selain menahan air, kelenjar
minyak juga menjaga kelenturan epidermis dan melindunginya dari
bakteri.

8. Jaringan Lemak Kulit


Di bawah dermis terdapat lapisan yang tersusun dari sel
adiposa (jaringan adiposa) yang menyimpan lemak. Lemak
digunakan sebagai lapisan pelindung. Karenanya, jaringan adiposa
juga dikenal sebagai tempat penyimpanan lemak dan jaringan
pelindung.

B. Fungsi Kulit

Fungsi utama kulit adalah sebagai pelindung dari berbagai


macam gangguan dan rangsangan dari luar. Fungsi perlindungan ini
terjadi melalui mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk
secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah
mati), pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit sinar radiasi
ultraviolet, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap
infeksi dari luar.
Kulit juga mencegah dehidrasi, menjaga kelembaban kulit,
pengaturan suhu, serta memiliki sifat penyembuhan diri. Kulit
mempunyai ikatan yang kuat terhadap air. Apabila kulit mengalami luka
atau retak, daya ikat terhadap air akan berkurang. Kulit menjaga suhu
tubuh agar tetap normal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh
terasa panas. Keringat tersebut menguap sehingga tubuh terasa dingin.
Ketika seseorang merasa kedinginan, pembuluh darah dalam kulit akan
menyempit.
Kulit melindungi bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik
maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan dan tarikan, gangguan
kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan, serta gangguan panas atau dingin.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan
lemak subkutan, ketebalan lapisan kulit, serta serabut penunjang pada
kulit. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan
kulit yang berasal dari kelenjar kulit yang mempunyai pH 5,0 hingga 6,5.

1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau
mekanik (tarikan, gesekan, dan tekanan), gangguan kimia (zat-zat
kimia yang iritan), dan gagguan bersifat panas (radiasi, sinar
ultraviolet), dan gangguan infeksi luar.
Kulit merupakan bagian luar tubuh yang menutupi organ-organ
tubuh manusia. Berdasarkan lokasinya, ketebalan kulit berbeda-
beda, sesuai dengan fungsinya. Misalnya, kulit telapak kaki
merupakan kulit yang tebal, sedangkan kulit bibir, dada, dan paha
kulit tampak lebih tipis. Kadang-kadang di bagian kulit yang tipis,
secara transparan, tampak pembuluh darah.
Telapak kaki berfungsi menahan beban tubuh. Karenanya
harus memiliki lapisan selaput tanduk yang tebal. Kulit bagian
punggung lebih tebal dibandingkan dengan kulit dada. Kulit tangan
yang sering terpajan(terpapar) sabun, minyak, dan sebagainya juga
mengalami penebalan. Contohnya kulit telapak tangan. Bagian kulit
yang sering tertekan atau digaruk akan menebal (kapalan) setempat.
Hal ini terjadi akibat sifat atau fungsi proteksi kulit.
Fungsi Proteksi terjadi karena beberapa hal :
a. Kehadiran selaput tanduk yang bersifat waterproof atau kedap
air, sehingga manusia tidak menggelembung ketika berenang.
b. Keasaman (ph) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum)
menahan dan menekan bakteri dan jamur yang berkeliaran di
sekitar kulit.
c. jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi
organ tubuh dari benturan.

2. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda
padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap,
begitupun yang larut lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2
dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya
kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
Kulit bayi dan anak lebih tipis dibandingkan dengan kulit orang
dewasa. Kulit orang dewasa, sesuai dengan fungsi proteksi,
berkembang menjadi pelindung yang sempurna. Setelah menjadi tua,
kulit kembali menipis. Namun, tipisnya berbeda dengan kulit bayi atau
anak. Kulit orang tua yang menipis diikuti oleh menipisnya lapisan
epidermis (kulit ari) dan dermis (kulit jangat). Karena keduanya
menipis, kulit menjadi kering dan keriput. Sedangkan kulit bayi dan
anak, tipisnya kedua jaringan tersebut karena belum tumbuh secara
optimal. Kulit luarnya saia yang tipis, itu pun hanya di bagian selaput
tanduk-nya (selaput paling luar kulit ari), tetapi lapisan dalam
epidermis dan lapisan jangatnya normal. Akibatnya, kulit bayi dan
anak-anak lebih elastis, lembut, dan enak dipandang.
Akibat tipisnya lapisan kulit, penyerapan pada orang tua dan
anak-anak lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa. Dari itu,
pemberian obat oles untuk kulit bayi dan orang tua harus dilakukan
dengan hati-hati. Pemakaian yang semborono akan menimbulkan
efek samping yang merugikan.
Di sisi lain, akibat terjadinya penyerapan oleh kulit, pengobatan
yang dibubuhkan atau dioleskan ke kulit dapat diteruskan oleh pori-
pori ke tempat yang sakit, Walaupun daya serap obat melalui kulit
lebih kecil dampaknya dibandingkan dengan cara diminum atau
disuntikkan.

3. Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat,
dan amonia. Keringat yang dikeluarkan melalui manusia merupakan
salah satu cara ekskresi hasil metabolisme tubuh pada manusia.
Keringat diproduksi oleh kelenjar keringat yang ada pada lapisan
dermis kulit. Produksi dan hal yang mempengaruhi produksi keringat
akan diuraikan sebagai berikut.

a. Produksi Keringat
Keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat yang tersebar di
seluruh permukaan kulit. Ada dua jenis kelenjar keringat, yaitu
kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar Ekrin (Eccrine) adalah jenis
kelenjar keringat ini ada disemua bagian tubuh, khususnya
banyak ditemukan pada telapak tangan dan kaki serta pada
dahi. Keringat yang dihasilkan tidak mengandung protein dan
lemak.
Sedangkan kelenjar Apokrin (Apoccrine) adalah jenis
kelenjar ini hanya ada bagian tertentu dan mulai aktif saat
memasuki masa pubertas. Letaknya ada di sekitar ketiak, alat
reproduksi wanita dan alat reproduksi pria terluar. Keringat
yang dihasilkan mengandung protein dan lemak.
Keringat diproduksi karena rangsangan yang didapat dari
aktivitas fisik, kondisi emosional, cuaca yang panas, atau
rangsangan dari saraf. Saat rangsangan diterima, maka
kelenjar akan mengeluarkan keringat primer yang mirip dengan
plasma. Cairan keringat berasal dari cairan diantara sel sel
yang diambil dari kapiler darah. Pada suhu rendah, aliran
keringat melambat memungkinkan sel sel menyerap kembali
air, natrium dan klorida.
Hasilnya keringat yang dihasilkan lebih sedikit dan
mengandung sedikit natrium dan klorida. Sedangkan saat suhu
tinggi, biasanya saat melakukan aktivitas fisik, aliran keringat
lebih cepat. Akibatnya penyerapan air dan mineral terganggu.
Keringat yang dihasilkan juga jumlahnya lebih banyak. Pada
kelenjar keringat apokrin, cairan keringat juga tercampur
dengan protein dan lemak. Akibatnya keringat yang dihasilkan
lebih pekat dan berwarna kekuningan. Ini menjelaskan kondisi
pakaian yang menguning di daerah ketiak.

b. Fungsi Keringat
Seperti yang telah dijelaskan, keringat adalah salah satu
cara ekskresi pada manusia. Kulit membantu menyeimbangkan
tubuh dengan membuang zat zat sisa dan bersifat racun keluar
tubuh melalui keringat. Zat sisa metabolisme dalam tubuh
beredar dalam tubuh melalui sistem sirkulasi pada manusia.
Kelenjar keringat mengambil zat zat sisa seperti urea,
amoniak, dan zat lain yang beredar di dalam darah kemudian
mengeluarkannya beserta keringat. Hal ini juga terjadi saat
manusia mengonsumsi minuman beralkohol. Saat kandungan
alkohol melewati kapiler darah, kapiler melebar dan
memungkinkan alkohol diserap oleh kelenjar keringat. Secara
umum fungsi keringat yaitu:
 Membuang zat sisa metabolisme
 Mengeluarkan zat racun dari tubuh
 Mengatur suhu tubuh
 Menjaga homeostasis tubuh

c. Keringat Berlebih
Keringat berlebih (hiperhidrosis) merupakan kondisi
dimana seseorang mengeluarkan keringat dalam jumlah lebih
banyak dari normal dan bukan disebabkan oleh kondisi
emosional atau aktivitas fisik.
Kondisi ini dapat berkaitan dengan hormon dan faktor
genetik yang dimiliki namun juga bisa menjadi tanda adanya
gangguan pada organ tubuh seperti kelainan pada hati, ginjal,
maupun kelenjar hormon pada tubuh. Faktor penyebab
keringat berlebih antara lain:
 Kelainan kulit  Hormon biasanya kondisi ini terjadi saat
hormon tidak seimbang, misalnya saat pubertas,
menopause, atau menjelang datang bulan.
 Aktivitas kelenjar tiroid yang berfungsi mensekresikan
hormon tiroid, yang mengatur metabolisme tubuh. Apabila
aktivitas kelenjar meningkat maka aktivitas metabolisme
juga semakin tinggi.
 Kafein  kandungan kafein dapat mempercepat cara
kerja jantung, akibatnya metabolisme tubuh juga semakin
cepat.
 Aktivitas saraf simpatik  aktivitas abnormal dari saraf
simpatik, yang merangsang pengeluran keringat,
mempengaruhi jumlah keringat yang dikeluarkan.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang
diberikan. Rangsangan panas diperankan oleh badan ruffini di dermis
dan subkutis, rangsangan dingin diperankan oleh badan krause yang
terletak di dermis, rangsangan rabaan diperankan oleh badan
meissner yang terletak di papila dermis, dan rangsangan tekanan
diperankan oleh badan paccini di epidermis.
Termoreseptor adalah sel saraf khusus yang mampu
mendeteksi perbedaan suhu. Suhu adalah ukuran relatif panas hadir
di lingkungan. Termoreseptor dapat mendeteksi panas dan dingin,
dan ditemukan di seluruh kulit untuk memungkinkan penerimaan
sensorik ke seluruh tubuh. Lokasi dan jumlah termoreseptor akan
menentukan sensitivitas kulit terhadap perubahan suhu.
Pertama, reseptor panas lebih dekat ke permukaan kulit,
sementara reseptor dingin ditemukan lebih dalam dermis. Ini berarti
bahwa kepekaan terhadap suhu panas akan lebih tinggi dari suhu
yang lebih rendah berdasarkan lokasi. Selain itu, bagian yang
berbeda dari kulit akan memiliki lebih banyak reseptor daripada yang
lain. Tangan, misalnya, memiliki lebih termoreseptor dari paha atau
tulang kering, yang berarti akan lebih sensitif terhadap perubahan
suhu.
Termoreseptor penting untuk proses homeostasis, yang
merupakan kecenderungan tubuh untuk menjaga kondisi internal
stabil. Manusia berdarah panas, yang berarti mereka harus
mempertahankan suhu tubuh normal untuk bertahan hidup. Oleh
karena itu, manusia harus mampu beradaptasi, atau menyesuaikan,
perubahan suhu di lingkungan sehingga suhu internal mereka tidak
terpengaruh.
Termoreseptor penting untuk mendeteksi suhu sehingga tubuh
dapat memperbaiki setiap perubahan besar. Jika kulit mendeteksi
peningkatan panas, maka ini akan menyebabkan berkeringat, yang
akan mendinginkan tubuh. Demikian juga, jika kulit mendeteksi suhu
dingin, maka tubuh akan menggigil, yang meningkatkan panas.
Dalam kedua tanggapan, perubahan suhu harus terdeteksi pertama
di kulit sebagai sensasi kulit sebelum tubuh dapat menyesuaikan diri.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)


Kulit melakukan fungsi ini dengan cara mengekskresikan
keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.
Di waktu suhu dingin, peredaran darah di kulit berkurang guna
mempertahankan suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran
darah di kulit meningkat dan terjadi penguapan keringat dari kelenjar
keringat sehingga suhu tubuh dapat dijaga tidak terlalu panas.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena
panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung
ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang
mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus
arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit
menjadi sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator
panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh.
Lapisan kulit yang mengelilingi tubuh dimana terjadi pertukaran
panas antara tubuh dan lingkungan luar. Dalam usaha memelihara
kekonstanan suhu pusat tubuh, kapasitas insulatif dan suhu kulit
dapat di atur ke berbagai gradient suhu antara kulit dan lingkungan
eksterna, dengan cara demikian mempengaruhi tingkat kehilangan
panas.
Kapasitas insulatif kulit dapat di ubah-ubah dengan mengontrol
jumlah darah yang mengalir melalui kulit. Darah yang mengalir ke
kulit melayani 2 fungsi. Pertama, menyediakan pasok makanan ke
kulit. Kedua, karena darah di pompa ke kulit dari jantung, maka darah
membawa panas dari pusat tubuh ke kulit. Aliran darah ke kulit
terutama berfungsi meregulasi suhu. Pada suhu kamar yang normal,
20-30 lebih darah mengalir melaluikulit untuk keperluan nutrisi.
Pada proses termoregulasi, aliran darah kulit dapat sangat
berubah-ubah, dari 400 ml sampaI 2.500 ml/menit. Lebih banyak
darah mencapai kulit dari pusat tubuh yang panas, maka suhu kulit
lebih dekat ke suhu pusat. Pembuluh darah kutaneus menghadapi
keefektivan kulit sebagai suatu insulator dengan membawa panas ke
permukaan, dimana suhu ini dapat hilang dari tubuh melalui radiasi
dan konduksi – konveksi. Jadi, vasodilatasi pembuluh darah kulit,
yang memungkinkan peningkatan peningkatan aliran darah panas ke
kulit, akan meningkatkan kehilangan panas.
Sebaliknya vasokontriksi pembuluh darah kulit mengurangi
aliran darah ke kulit, dengan demikian menjaga suhu pusat tubuh
konstan,dimana darah diinsulasi dari lingkungan eksternal, jadi
menurunkan kehilangan panas.
Bagaimanapun, kulit bukan merupakan insulator yang
sempurna, bahkan dengan vasokonstriksi yang maksimum. Meskipun
aliran darah ke kulit minimal, sebagian panas tetap di transfer melalui
konduksi dari organ lebih dalam ke permukaan kulit dan kemudian di
lepaskan dari kulit ke lingkungan.
Respon-respon vasomotor kulit ini dikoordinasi oleh
hipotalamus melalui jalur system saraf simpatik. Aktifitas simpatik
yang di tingkatkan ke pembuluh kutaneus menghasilkan
penghematan panas vasokonstiksi untuk merespon suhu
dingin,sedangkan penurunan aktivitas simpatetik menghasilkan
kehilangan panas vasodilatasi pembuluh darah kulit sebagai respon
terhadap suhu panas.
Kulit sebagai orga pengatur panas. Suhu tubuh seseorang
adalah tetap, meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini
dipertahankan karena penyusaian antara panas yang hilang dan
panas yang dihasilkan, yang diatur oleh pusat pengatur panas. Pusat
ini segera menyadari bila ada perubahan pada panas tubuh, karena
suhu darah yang mengalir melalui medulla oblongata. Suhu normal
(sebelah dalam) tubuh, yaiti suhu visera dan otak adalah 36-37C.
Suhu kulit sedikit lebih rendah.
Persyarafan vaso-motortik mengendalikan anterior kutan
dengan 2 cara, yaitu vaso-dilatasi dan vaso-kontriksi. Pada vas -
dilatasi anteriol memekar, kulit menjadi lebih panas, dan kelebihan
panas cepat terpancar dan hilang, dan juga hilang karena kelenjar
keringat bertambah aktif, dan karena itu terjadi penguapan cairan dari
permukaan tubuh. Pada vaso-kontriksi pembuluh darah dalam kulit
mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, keringat hampir dihentikan,
dan hilangnya panas dibatasi.
Dengan pengendalian ini pelepasan panas ditambah atau
dikurangi sesuai kebutuhan tubuh. Kulit adalah organ utama yang
berurusan dengan.
Panas dilepas oleh kulit dengan berbagai cara yaitu:
a. Dengan penguapan, jumlah keringat yang dibuat tergantung
dari banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah
kulit.
b. dengan pemancaran, panas yang dilepas ke udara sekitarnya.
c. dengan konduksi, panas dialihkan ke benda yang disentuh,
seperti pakaian.
d. dengan konveksi ( pengaliran ) karena mengalirnya udara yang
telah panas, maka udara yang menyentuh permukaan tubuh
diganti dengan udara yang lebih dingin.
Cara mendinginkan tubuh yang terlampau panas, baik dengan
membiarkan udara mengalir menyentuh kulit dengan cara mengipas,
mengusap badan, atau merendam kedalam air dingin.
6. Fungsi pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan
sel ini berasal dari rigi saraf. Jumlah melanosit danjumlah serta
besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras
maupun individu.
Kelompok sel ini “mengecat” sel-sel kulit dan rambut dengan
pigmen yang dihasilkannya. Jumlah pigmen melanin yang terdapat
pada kulit akan menentukan warna kulit tersebut. Semakin banyak
pigmen itu semakin gelap pula warna kulit. Melanin berfungsi
menyerap sinar ultraungu matahari yang mengenai kulit. Hal ini
bertujuan untuk melindungi set-set kulit dan bahaya radiasi yang
ditimbulkan oleh sinar bergelombang pendek ini.
Pigmen melanin yang berfungsi untuk melindungi kulit efek dari
sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit
melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini
bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga
materi genetik dapat tersimpan dengan baik.
Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka
dapat timbul keganasan. Pigmen melanin merupakan lapisan kulit
yang berfungsi sebagai pemberi dan perubahan warna kulit. Untuk itu
pakailah Hand Body Lotion untuk mencegah kulit dari pancaran sinar
matahari, karena pigmen kulit mudah sekali berubah.
Dalam jumlah yang tepat, sinar ultra ungu bermanfaat bagi kulit
untuk mengubah sejenis lemak yang terdapat pada kulit menjadi
vitamin D. akan tetapi, dalam jumlah yang berlebihan, sinar ultraungu
dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar ultraungu yang berlebihan
merangsang melanosit untuk menghasilkan pigmen lebih banyak dari
biasanya untuk tujuan perlindungan. Itu sebabnya kulit bertambah
gelap setelah terjemur di terik matahari. Pigmen melanin menyerap
sinar menyerap sinar ultraungu yang mengenai kulit sehingga
mengurangi bahaya yang mengancam sel-sel kulit.
Pigmen lain yang juga menentukan warna kulit adalah pigmen
karotin. Pigmen ini berwarna kuning-orange. Pigmen inilah yang
membuat kulit berwarna kuning langsat. Secara keseluruhan warna
kulit ditentukan oleh gabungan pengaruh kedua pigmen ini. Dengan
kata lain, mana yang jumlahnya lebih banyak akan lebih menentukan
warna kulit.

7. Fungsi kreatinisasi
Fungsi ini memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara
mekanis fisiologik. Peneliti di AS mengatakan bahwa sel lemak kulit,
dikenal sebagai adipocytes memproduksi peptida atau proten yang
melindungi tubuh dari penularan bakteri. Tidak semua lemak
memberikan dampak buruk bagi tubuh, sebuah studi baru
menemukan sel-sel lemak yang terdapat di bawah permukaan kulit
memberi perlindungan mencegah infeksi bakteri.
Peneliti di AS mengatakan bahwa sel lemak kulit, dikenal
sebagai adipocytes memproduksi peptida atau proten yang
melindungi tubuh dari penularan bakteri. Menurut para pelaku studi,
adipocytes memberikan perlindungan langsung melawan bakteri
dengan memproduksi antimikroba, yang memicu pembentukan sel
putih yang kemudian berfungsi memberi kekebalan.
Salah satu jenis infeksi pada kulit yang umum disebabkan oleh
Staphylococcus aureus. Para peneliti di Fakultas Kedokteran
Universitas California San Diego melaporkan bahwa pada tikus putih
dengan infeksi kulit, jumlah dan ukuran sel lemak bertambah. Dalam
hitungan jam setelah terinfeksi, sel-sel lemak tersebut memproduksi
peptida antimikroba yang disebut CAMP dalam level tinggi.
Para ilmuwan mengatakan bahwa orang dengan level CAMP
yang rendah, rentan terhadap infeksi Staph dan juga virus. Tapi
peptida dalam jumlah berlebihan juga dapat menyebabkan penyakit
yang menyerang sistem kekebalan tubuh, seperti lupus dan psoriasis.
8. Fungsi sintesis vitamin D
Fungsi ini memberikan manfaat berupa pembentukan maupun
sintesis dari vitamin D. Maka dari itu, manusia disarankan untuk
menikmati sinar mentari pagi dan sore hari untuk memenuhi
kebutuhan sintesis vitamin D tersebut.
Sinar matahari membawa berbagai macam sinar dan radiasi.
Hanya saja warna putih cerah yang mampu ditangkap oleh mata. Jika
dibiaskan melalui prisma saja bisa menjadi warna-warna pelangi.
Oleh karena itu sinar matahari juga ada yang berjenis ultraviolet B.
Ultraviolet B inilah yang akan diserap oleh kulit yang mengandung
kolesterol. Kemudian kolesterol itulah yang mengandung provitamin
D dan akan diubah menjadi vitamin D. Dengan cara memaparkan
tubuh terkena sinar matahari selama 5 sampai 15 menit. Tentu ada
resiko jika terpapar sinar matahari terlalu lama. Dan ada baiknya
terpapar sinar matahari mengandung UV B ini sebelum jam 9 pagi
khusus untuk pembentukan vitamin D pada tubuh.
Paparan sinar matahari yang dibutuhkan tubuh jelas antara jam
6 pagi sampai jam 9 pagi. Itulah waktu yang tepat untuk proses
olahraga. Jika tidak bisa dipagi hari, ada baiknya setelah jam 3 sore.
Biasanya lebih dipilih oleh orang banyak adalah olah raga sore.
Walaupun alternatif masih mendapatkan sinar matahari, namun
kondisi udara sore cenderung kotor oleh asap kendaraaan bermotor.
Kebutuhan paparan sinar matahari ini bisa di cukupkan sebanyak 4
kali seminggu dengan durasi sekitar 15 menit. Lebih tidak masalah
asal tidak berlebihan berada di luar rumah. Baik mengenai warna kulit
berperan dalam penyerapan paparan sinar matahari akan dibahas
selanjutnya. Terpenting adalah untuk tetap menjaga dari sinar
matahari terlalu lama namun tetap mempertahankan diri untuk
terkena sinar matahari dalam proses pembentukan vitamin D dalam
tubuh. Bagaimana dengan bayi yang baru lahir?
Untuk bayi yang baru lahir, biasanya di jemur di matahari pagi
sebelum jam 9. Biasanya ini dilakukan oleh rumah sakit yang ada.
Sehingga sunshine vitamin ini mampu memicu pembentukan vitamin
D untuk tubuh. Fungsinya tentu sebagai proses penguatan tulang
bagi anak-anak nantinya dan mencegah terjadinya masalah dengan
tulang. Untuk itu bagi Anda yang memiliki anak, jangan larang
bermain diluar rumah untuk terpapar sinar matahari. Namun cukup
membatasinya saja.

C. Mekanisme Kerja Fungsi Kulit


Dalam mekanisme sistem fungsi kulit diantaranya adalah kulit
sebagai pelindung tubuh yang mana kulit sebagai pelindung tubuh ini
memiliki sebum (minyak) dan lendir yang dapat diekskresikannya bila
ada kuman atau kotoran yang masuk sehinggah kuman dan kotoran
tersebut dapat terperangkap dan tidak jadi masuk ke dalam tubuh. Kulit
dengan sel epitelnya juga dapat menjaga tubuh bagian bawahnya dari
kerusakan fisik misalnya gesekan.
Selain itu juga ada mekanisme kinerja fungsi kulit sebagai
penerima rangsang. Dalam fungsinya sebagai penerima rangsang, kulit
dilengkapi dengan berbagai reseptor-reseptor untuk menerima rasa.
reseptor tersebut antara lain : Korpuskula Paccii (reseptor tekanan kuat),
Ujung saraf sekeliling rambut (reseptor peraba), Korpuskula Ruffini
(reseptor peraba), Ujung saraf krause (reseptor dingin), Korpuskula
Meissner ( reseptor peraba), Ujung saraf tanpa selaput (reseptor nyeri),
dan Lempeng Markel (perasa sentuhan dan tekanan ringan)
Kulit sebagai pengatur suhu tubuh dimana kulit sebagai pengatur
suhu tubuh ini bertanggung jawab terhadap mekanisme pengeluaran
keringat. Pengaturan pengeluaran keringa ini terjadi di hipotalamus. Jika
pusat pengatur suhu memperoleh rangsangan, rangsangan tersebut
akan diteruskan oleh saraf simpatik ke kelenjar keringat. selanjutnya
kelenjar keringat akan menyerap air dan garam dan sedikit urea
kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam bentuk keringat.
Keringat akan menguap dan menyerapa panas tubuh sehingga suhu
tubuh dapat kembali normal.

D. Mekanisme Kerja Fungsi Kelenjar


Kelenjar minyak atau sebaceous glands adalah kelenjar
mikroskopik yang berada tepat di bawah kulit yang mengeluarkan
minyak yang disebut sebum. Berlawanan dengan apa yang dikhayalkan
evolusionis, kelenjar minyak bukan tak berfungsi dan berlebih, bahkan,
jaringan yang sangat penting bagi tubuh.
Sebagaimana kita ketahui, kelenjar keringat ditemukan bersama
dengan kelenjar minyak di kulit. Keringat melembabkan kulit. Namun,
tanpa campuran apapun, keringat cepat menguap, mengakibatkan
pengeringan kulit yang lebih parah. Untuk mencegahnya, zat lain
dibutuhkan. Karena minyak menyebabkan air dapat dipertahankan di
kulit. Dengan cara ini, kelenjar keringat dan minyak bekerja sama
melembabkan kulit. Karena itu kedua kelenjar ini harus ada bersamaan
agar kulit tetap halus dan elastis. Fungsi kelenjar minyak, yang
mengeluarkan pelumas dan lemak lainnya, penting bagi kesehatan kulit.
Setiap harinya manusia dewasa mengeluarkan keringat kira-kira
225 ml. Semua keringat yang dihasilkan berasal dari sekitar 2 juta
kelenjar keringat yang tersebar pada seluruh lapisan dermis. Proses
pengeluaran keringat tersebut dipengaruhi oleh hipotalamus.
Hipotalamus merupakan sistem saraf pusat pengatur suhu badan yang
menghasilkan enzim bradikinin.
Enzim bradikinin mempengaruhi kerja kelenjar keringat untuk
mengeluarkan keringat. Selain dipengaruhi hipotalamus, kerja kelenjar
keringat juga dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan
pembuluh darah. Suhu pembuluh darah yang tinggi (karena suhu
lingkungan tinggi) akan memberikan rangsangan terhadap hipotalamus.
Oleh rangsangan tersebut, hipotalamus segera mempengaruhi kelenjar
keringat untuk menyerap air, garam, urea, dan berbagai zat sisa
metabolisme dari pembuluh kapiler darah.
Berbagai zat ini dikeluarkan melalui saluran keringat dan pori-pori
kelenjar keringat ke permukaan kulit dalam bentuk keringat. Keringat
segera menguap dan suhu tubuh turun sehingga normal kembali.
Apabila keringat yang keluar terlalu berlebihan, kadar garam yang
berada dalam darah bisa berkurang. Akibatnya, otot bisa mengalami
kekejangan atau mungkin bisa pula pingsan. Selain itu karena pembuluh
darah pada lapisan dermis mengembang, kulit wajah bisa menjadi
merah. Keadaan ini dapat terjadi saat kita melakukan aktivitas fisik yang
berat. Namun, sebaliknya kulit kita dapat memucat bila pembuluh darah
pada dermis menyempit, misalnya saja saat merasa ketakutan.

E. Mekanisme Kerja Fungsi Rambut

1. Struktur Rambut
a. medula: merupakan bagian tengah rambut yang longgar terdiri
atas 2-3 lapis sel kubis mengerut sama lain dipisahkan oleh ruang
berisi udara dan bulu halus pendek jenis bulu roma. Sebagai
rambut kepala dan rambut pirang tidak mempunyai medula, sel-
selnya sering mengandung pigmen, keratin sel-sel medula
termasuk keratin lunak.
b. Korteks: merupakan bagian utama rambut yang terdiri atas
beberapa lapis sel gepeng dan panjang berbentuk gelondong
membentuk keratin keras. Fibril keratin tersusun sejajar,
sedangkan granula pigmen terdapat di dalam dan diantara sel-
selnya. Rambut hitam mengandung pigmen teroksidasi udara
yang terkumpul di dalam ruang antara sel korteks dan mengubah
warna rambut.
c. Kutikula: terdapat pada permukaan selapis sel tipis dan jernih.
Kutikula tidak berinti kecuali yang terdapat pada akar rambut, sel-
selnya tersusun seperti genteng atap dengan ujung menghadap
ke atas. Penampang melintang rambut beragam sesuai dengan
ras, rambut lurus bangsa mongol, eskimo, dan indian amerika
tampak bundar pada potongan melintang, rambut berombak pada
beberapa bangsa kaukasia, afrika dan irian penampangnya
lonjong.

2. Fungsi Rambut
Rambut dalam proses pertumbuhannya memerlukan waktu
sekitar 1 bulan untuk dapat tumbuh sepanjang 1,2 cm. Sebagai
pelindung, pada muara lubang telinga/hidung terhadap benda-benda
yang masuk serta melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet dan
panas. Mengatur suhu, yakni pengaturan panas dengan cara bulu
badan menyimpan panas. Pembuangan keringat dan air, karena
permukaan yang lebih luas, rambut akan membantu penguapan
keringat. Dan pengaturan emosi, apabila mengalami ketakutan bulu
tengkuk berdiri. Serta sebagai alat perasa, rambut membesar
rangsangan sentuhan terhadap kulit.
F. Mekanisme Kerja Fungsi Kuku
1. Struktur Kuku
Alat kuku berproliferasi membentuk matriks kuku. Epidermis
yang tepat di bawahya menjadi dasar kuku yang berbentuk U bila
dilihat dari atas, diapit oleh lapisan kulit yang merupakan dinding
kuku. Dasar kuku yang mengandung lapisan-lapisan epidermis dan
dermis, di bawahnya mempunyai rabung memanjang. Di sini
terdapat kelenjar keringat dan folikel. Sel-selnya banyak
mengandung fibril sitoplasma yang hilang pada tahap akhir setelah
menjadi homogen (berstruktur sama) lalu menjadi zat tanduk, dan
menyatu dengan lempeng kuku. Tidak pernah dijumpai granula
keratohialin di dalam sel matriks dan keratin kuku. Pada lapisan kuku
mengandung melanosit sehingga lempeng kuku mungkin berpigmen
pada ras hitam
Lempeng kuku terdiri atas sisik epidermis yang menyatu erat
dan tidak mengelupas, badan kuku berwarna bening sehingga
kelihatan kemerahan karena ada pembuluh kapiler darah di dalam
dasar kuku. Sel-sel stratum korneum meluas dari dinding kuku ke
permukaan lempeng kuku sebagai epikondrium atau kutikula.
Dengan bertambahnya sel-sel baru dalam akar kuku
menghasilkan geseran lambat lempeng kuku di atas dasar kuku.
Laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5 mm per minggu. Pertumbuhan
ini lebih pesat pada jari tangan daripada jari kaki dan bila lempeng
kuku dicabut paksa asalkan matriksnya tidak rusak kuku akan
tumbuh kembali.
3. Fungsi Kuku

Kuku adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh


di ujung jari. Kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati,
mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh dari ujung
jari.Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari kotoran.
Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan
penuh urat saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia,
kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk dari keratin
protein yang kaya akan sulfur.
Sejak dulu, sudah ada teknik mendiagnosis penyakit lewat
kuku. Selain lewat kuku, penyakit juga dapat dideteksi lewat mata,
lidah, pemeriksaan darah, feses dan air seni. Penafsiran penyakit
lewat kuku ini sebenarnya sudah dilakukan orang sejak zaman
Hippocrates.
Berikut beberapa kejanggalan kuku yang dapat membantu
doktermendiagnosis suatu penyakit, yaitu:
a. warna kebiruan pada pangkal kuku menandakan kurang
beresnya sirkulasi darah dan merupakan gejala penyakit
jantung,
b. bila separuh bagian dekat ujung kuku berwarna merah
muda atau coklat sementara kulit ari berwarna putih, itu
merupakan gejala penyakit gagal ginjal kronis.
c. Bila timbul kerutan horizontal dan kuku tampak kusam, itu
menandakan kurang gizi atau gejala suatu penyakit seperti
campak, cacar air, gondok, jantung serta kondisi seperti
sindrom Reynaud (kejang pada urat jari tangan dan kaki
akibat sangat kedinginan).
d. Lapisan merah membujur pada kuku, menandakan
perdarahan pada pembuluh kapiler. Garis-garis ganda
merupakan gejala penyakit darah tinggi (hipertensi).
e. Bila pertumbuhan kuku tampak lambat, tebal dan
mengeras serta kekuning-kuningan, menandakan
gangguan getah bening atau penyakit pencernaan kronis.
f. Timbulnya bintik-bintik tak beraturan pada kuku,
menandakan adanya penyakit psoriasis (penyakit kulit
kronis).
g. Bila ada lengkungan berlebihan pada pangkal kuku dan
sekitar ujung kuku, itu menandakan gejala penyakit TBC,
emfisema (gangguan pada paru-paru), penyakit
kardiovaskuler atau hati.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem integumen adalah suatu sistem organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan manusia terhadap
lingkungan sekitarnya. Komponen dari Sistem ini merupakan bagian
sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, merupakan lapisan
terluar pada tubuh manusia. Terdiri dari dua bagian, yaitu kulit tipis dan
kulit tebal. Ada pula Rambut yang merupakan organ seperti benang yang
tumbuh di permukaan kulit. Selain itu ada Kuku yang merupakan bagian
tubuh yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku tumbuh dari sel
mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat
mulai tumbuh dari ujung jari. Adapun, kelenjar keringat yang berupa
saluran melingkar dan bermuara pada kulit ari dan berbentuk pori-pori
halus.
Sistem Integument memiliki fungsi antara lain sebagai pelindung
dari kekeringan, invasi mikroorganisme, sinar ultraviolet, & mekanik,
kimia, atau suhu, Penerima sensasi berupa sentuhan, tekanan, nyeri,
dan suhu; Pengatur suhu dengan menurunkan kehilangan panas saat
suhu dingin dan meningkatkan kehilangan panas saat suhu panas.
Sedangkan dalam fungsi metabolik berfungsi dalam menyimpan energi
melelui cadangan lemak dan sintesis vitamin D, serta membantu dalam
kegiatan ekskresi dan absorpsi.

B. Saran

Dalam makalah ini diharapkan para pembaca bisa memahami


fungsi tentang Sistem Integument. Mengingat betapa pentingnya
mengetahui tentang anatomi kulit, fungsi kulit, dan mekanisme kerja
fungsi kulit, kelenjar, rambut, dan kuku. Sebagai seorang calon perawat
mengetahui dan mengingat hal-hal yang berkaitan dengan sistem
integument merupakan hal yang sangat penting.
DAFTAR PUSTAKA

Aswika, Tisna. 2010, Anatomi Fisiologi Sistem Integumen: Akademi


Keperawatan Muhammadiyah Makassar. Makassar.
Kuswanti, Nur. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah Pertama/
Madrasah Tsanawiyah Kelas IX: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sudibyo, Elok 2008. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Sukis, Wariyono; Yani, Muharomah. 2008. Mari belajar ilmu alam sekitar 3:
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Syarifuddin. 2009. anatomi tubuh manusia: salemba medika. Jakarta.
Asshofi, Agil. 2010. Fungsi Absorbsi Pada Kulit. Berbagi Pengetahuan dan
Berita: Jakarta. Diakses dari http://agil-asshofie.blogspot.co.id/2011/04/
fungsi-absorbsi-penyerapan-pada-kulit.html pada tanggal 25 September
2017 pada pukul 19.23 WITA.
Asshofi, Agil. 2010. Fungsi Proteksi Pada Kulit. Berbagi Pengetahuan dan
Berita: Jakarta. Diakses dari http://agil-asshofie.blogspot .co.id/2011/04/
fungsi-proteksi-pada-kulit.html pada tanggal 25 September 2017 pada
pukul 19.22 WITA.
Fafaz, Alfin. 2016. Pengertian, Fungsi, Mekanisme Kerja Hormon Pada
Manusia. Bhiya: Jakarta. Diakses dari http://www.lahiya.com/pengertian-
fungsi mekanisme-kerja-hormon-pada-manusia/ pada tanggal 15
September 2017 pada pukul 19.46 WITA.
Kliksma. 2015. Fungsi Pigmen Melamin Pada Kulit. Kliksma.com: Jakarta.
Diakses dari http://kliksma.com/2015/03/fungsi-pigmen-melanin-kulit.html
pada tanggal 25 September 2017 pada pukul 19.57 WITA.
Marista, ramadhiyanti. 2013. Fungsi Sistem Ekskresi. Tata Site’s: Jakarta.
Diakses dari https://maristaramadhiyanti.wordpress.com/ipa-3/sistem-
ekskresi/c-fungsi-sistem-ekskresi/ pada tanggal 25 September 2017 pada
pukul 19.29 WITA.
Mulya, Adheya. 2012. Sistem Ekskresi: Biologi. Jakarta. diakses dari
http://adheymly.blogspot.co.id/ pada tanggal 15 September 2017 pada
pukul 19.05 WITA.
No Name. 2013. Definisi Sistem Integumen. Wikipedia Indonesia: Jakarta.
diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_integumen pada tanggal
15 September 2017 pada pukul 19.31 WITA.
No Name. 2014. Fungsi Kulit Untuk Pengatur Suhu Tubuh. Bio Edukasi:
Jakarta. Diakses dari http://www.biologiedukasi.com/2014/11/kulit-
sebagai-pengatur-suhu-tubuh.html pada tanggal 25 September 2017 pada
pukul 19.06 WITA.
No Name. 2014. Kulit Sebagai Organ Ekskresi. Zona Biologi :Jakarta. Diakses
dari http://www.zonabiokita.web.id/2013/09/kulit-sebagai-organ-
ekskresi.html pada tanggal 15 September 2017 pada pukul 19.27 WITA.
No Name. 2015. Sel Lemak Lindungi Anda Dari Infeksi Bakteri. Ilmu Kesehatan:
Jakarta. Diakses dari https://www.voaindonesia.com/a/sel-lemak-lindungi-
anda-dari-infeksi-bakteri/2583616.html pada tanggal 27 September 2017
pada pukul 21.45 WITA.
No Name. 2016. Fungsi Kulit Manusia. Dermatix Ultra: Jakarta. Diakses dari
http://www.dermatixultra.org/fungsi-kulit-manusia/ pada tanggal 25
September 2017 pada pukul 19.43 WITA.
No Name. 2016. Sistem Ekskresi Pada Manusia. Dosen Biologi: Jakarta.
Diakses dari https://dosenbiologi. com/manusia /sistem-ekskresi-pada-kulit
pada tanggal 25 September 2017 pada pukul 19.41 WITA.
No Name. 2017. Bagian-bagian Kulit Manusia beserta fungsinya. Biologi Studi:
Jakarta. Diakses dari http://www.pelajaran.co.id/2017/18/bagian-bagian-
lapisan-kulit-beserta-fungsinya-terlengkap.html pada tanggal 27
September 2017 pada pukul 21.03 WITA.
Salsabila, Raiqoh. 2013. Cara kerja kulit pada Manusia. Blogspot :Surabaya.
Diakses dari http://roiqohsalsabila.blogspot.co.id/2013/09/cara-kerja-kulit-
pada-manusia.html pada tanggal 15 September 2017 pada pukul 19.23
WITA.
Sridianti. 2013. Pengertian Fungsi Termoreseptor. Sridianti.com: Jakarta.
Diakses dari http://www.sridianti.com/pengertian-fungsi-termoreseptor.html
pada tanggal 25 September 2017 pada pukul 19.48 WITA.
Yanti, Widi. 2017. Fungsi dan Mekanisme Kerja Hormon. Kesehatan dalam
Bidang Kebidanan: Jakarta. Diakses dari http://widi993.blogspot.co.id
/2017/04/fungsi-dan-mekanisme-kerja-hormon.html pada tanggal 15
September 2017 pada pukul 19.40 WITA.

Anda mungkin juga menyukai