Anda di halaman 1dari 18

FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN

Disusun Oleh :

Gina Atus Sarifa (P3.73.24.1.22.011)

Nazwa Ghefira Rahmah (P3.73.24.1.22.023)

Sagita Rishtia Wiritanaya Iskandar (P3.73.24.1.22.035)

Vidya Amalia Subiyantoro (P3.73.24.1.22.047)

Dosen Pebimbing :

Gulshan Fahmi El Bayani, S.Gz, M.Biomed

KELOMPOK 11

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-
Nya yang diberikan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Fisiologi Sistem Integumen dan Muskuloskeletal” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi oleh bapak Gulshan
Fahmi El Bayani, S.Gz, M.Biomed.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Gulshan selaku dosen pembimbing


mata kuliah Fisiologi atas bimbingannya dan telah memberikan tugas makalah ini sehingga
kami bisa menambah pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
berterimakasih kepada semua pihak yang membantu dengan membagi ilmu dan
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, tapi kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jumat, 5 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I ....................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan penulisan .......................................................................................................... 2
BAB II...................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
2.1 Struktur Lapisan dan Fungsi Kulit ................................................................................. 3
2.2 Apa itu reseptor-reseptor sensorik pada kulit? .............................................................. 5
2.3 Turunan atau Derivate Kulit (Kuku, Rambut, Kelenjar)? .............................................. 6
2.4 Fungsi Skeletal dan Sendi .............................................................................................. 7
2.5 Struktur Otot Rangka ..................................................................................................... 8
2.6 Apa Hubungan antara skeletal dengan sendi? ................................................................ 9
2.7 Kontraksi otot ................................................................................................................. 9
2.8 Struktur Tulang Panjang dan Tulang Pipih .................................................................. 10
2.9 Proses Remodeling Pada Tulang .................................................................................. 11
2.10 Perubahan Sistem Rangka Pada Masa Kehamilan ..................................................... 13
BAB III .................................................................................................................................. 14
PENUTUP.............................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................... 14
3.2 Saran ............................................................................................................................. 14
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang berperan dalam menunjang, melindungi dan
menggerakan tubuh. Rangka merupakan bingkai bagi struktur tubuh dan melindungi organ
internal yang rentan dari kerusakan. Otot dengan bantuan sendi, ligament dan tendon
memungkinkan tulang bergerak. Otot dengan bantuan sendi, ligamen, dan tendon
memungkinkan tulang rangka bergerak.

Sistem integumen terdiri atas kulit, organ terluas pada tubuh, dan turunannya. Kulit
melakukan sejumlah fungsi penting, yaitu membentuk perlindungan melawan serangan
eksternal seperti mikroorganisme, dan melindungi struktur internal dari cedera. Kulit tersusun
atas reseptor indera yang memberikan informasi mengenai lingkungan eksternal kepada
sistem saraf, dan juga berperan dalam proses termoregulasi. Karena kulit mudah rusak akibat
kontak dengan lingkungan eksternal, permukaan terluar kulit akan terus menerus
memperbaruinya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja struktur lapisan dan fungsi kulit?

2. Apa saja reseptor-reseptor sensorik pada kulit?

3. Bagaimana Turunan/derivate kulit (kuku, rambut, kelenjar)?

4. Apa fungsi skeletal dan sendi?

5. Apa saja struktur otot rangka?

6. Bagaimana hubungan skeletal dan sendi?

7. Bagaimana proses kontraksi otot (excitation contraction coupling dan power stroke)?

8. Apa saja struktur tulang panjang dan tulang pipih?

9. Bagaimana proses remodeling pada tulang (deposisi dan resorpsi tulang)?

10. Bagaimana perubahan sistem rangka dalam kehamilan?


1
1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui struktur lapisan dan kulit

2. Untuk mengetahui reseptor reseptor pada kulit

3. Untuk mengetahui turunan atau derivate dari kulit.

4. Untuk mengetahui fungsi skeletal dan sendi

5. Untuk mengetahui struktur otot rangka

6. Untuk mengetahui hubungan skeletal dan sendi

7. Untuk mengetahui proses kontraksi otot

8. Untuk mengetahui struktur tulang panjang dan tulang pipih

9. Untuk mengetahui proses remodeling pada tulang

10. Untuk mengetahui perubahan sistem angka pada kehamilan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Lapisan dan Fungsi Kulit

2.1.1 Struktur Lapisan Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang terletak paling luar yang melindungi tubuh
dari pengaruh lingkungn hidup manusia dan merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
ukurannya, yaitu kira-kira 15% dari berat tubuh dan luas kulit orang dewasa 1,5m2. Kulit
sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta sangat bervariasi pad keadaan iklim, umur, seks,
ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh serta memiliki variasi mengenai lembut, tipis, dan
tebalnya. Lapisan kulit dibagi menjadi 3 yaitu :

A. Epidermis

Epidermis adalah lapisan kulit paling luar (superfisial) yang tersusun atas epitel skuamosa
bertingkat. Ketebalan epidermis beragam di berbagai area tubuh, ber gantung pada derajat
kerusakan Empat jenis sel utama yang membentuk epidermis:

➔ Keratinosit, yang menghasilkan keratin untuk memperkeras dan membuat kulit


menjadi kedap air. Keratinosit menyusun 90% sel epidermal.
➔ Melanosit, yang menghasilkan pigmen melanin, dan membawanya ke keratinosit. Di
sini melanin selanjut nya memberi warna pada kulit dan melindungi nukleus (serta
dna) dari cahaya ultraviolet.
➔ Sel Langerhans, yang dihasilkan dalam sumsum tulang dan berpindah ke kulit ketika
membantu respons imun.
➔ Sel Merkel, berperan dalam sensasi sentuhan.

B. Dermis

Dermis terbentuk dari jaringan ikat yang mengandung serabut kolagen dan serabut elastik.
Seperti epidermis, ketebalannya bervariasi pada tubuh. Pada dermis, terdapat folikel rambut,
saraf, kelenjar, dan pembuluh darah. Serabut kolagen berfungsi memperkuat kulit, sementara
ada nya serabut elastik memungkinkan kulit meregang dalam derajat tertentu, termasuk
kemampuan mengendur kembali ketika tidak meregang. Papila dalam dermis menimbulkan
penonjolan sepanjang epidermis, yang menciptakan kerutan permukaan alami seperti sidik
jari. Kerutan tersebut berfungsi untuk meningkatkan friksi sehingga meningkatkan
genggaman. Dermis terdiri atas stratum papilaris dan stratum retikularis, batas antara kedua
lapisan tidak tegas, serat antaranya saling menjalin.

3
C. Hipodermis

Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut hipodermis. Ia berupa jaringan
ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus terorientasi terutama sejajar terhadap
permukaan kulit, dengan beberapa di antaranya menyatu dengan yang dari dermis. Pada
daerah tertentu, seperti punggung tangan, lapis ini memungkinkan gerakan kulit di atas
struktur di bawahnya. Di daerah lain, serat-serat yang masuk ke dermis lebih banyak dan kulit
relatif sukar digerakkan. Sel-sel lemak lebih banyak daripada dalam dermis. Jumlahnya
tergantung jenis kelamin dan keadaan gizinya. Lemak subkutan cenderung mengumpul di
daerah tertentu. Tidak ada atau sedikit lemak ditemukan dalam jaringan subkutan kelopak
mata atau penis, namun di abdomen , paha, dan bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau
lebih. Lapisan lemak ini disebut pannikulus adiposus.

2.1.2 Fungsi Kulit

● Sebagai organ termoregulasi

Sebagai organ ekskresi, kulit berfungsi untuk mengeluarkan lemak dan keringat, di mana
keduanya mengandung air, garam, urea, serta ion-ion seperti Na⁺. Keringat sendiri diproduksi
oleh kelenjar keringat yang terdapat pada lapisan dermis kulit dan dikeluarkan melalui saluran
keringat, kemudian keluar melalui pori-pori kulit. Pada dasarnya, keringat diproduksi dan
dilepaskan bukan tanpa alasan.

Keringat di dalam tubuh dikeluarkan salah satunya untuk membantu tubuh menurunkan suhu
tubuh. Ketika keringat keluar melalui kulit, maka akan terjadi proses penguapan, di mana
suhu tubuh juga akan mengalami penguapan bersama keringat.

Dengan kata lain, proses termoregulasi yang terdapat pada kulit bertujuan untuk menurunkan
dan menyesuaikan suhu tubuh. Sebaliknya, apabila kondisi tubuh berada di lingkungan
dingin, maka keringat tidak akan diproduksi. Saat kondisi dingin berlangsung, tubuh akan
memecah lemak yang ada dalam lapisan kulit. Kemudian, lemak akan diubah menjadi energi
panas.

● Sebagai Pelindung

Kulit merupakan sawar fisik terhadap berbagai macam trauma, termasuk gelombang cahaya
yang merusak, mikroorganisme, dan kehilangan cairan tubuh.

● Sebagai Penginderaan

Kulit mengandung banyak ujung saraf yang menyampaikan informasi tentang lingkungan
eksternal ke sistem saraf.

4
2.2 Apa itu reseptor-reseptor sensorik pada kulit?

Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali
rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Sedangkan reseptor
sensoris menurut Campbell, Jane and Lawrence (2004), umumnya adalah neuron atau sel sel
epitelium yang termodifikasi yang mendeteksi stimulus lingkungan dan merespon dengan
suatu perubahan elektrokimiawi dalam membrannya. Reseptor sensorik sendiri dibagi
menjadi 2, yaitu:

A. Reseptor Sensorik Umum

Reseptor sensorik umum ini dapat dimiliki oleh anggota tubuh selain pancra indra. Berikut
beberapa reseptor sensorik umum

1. Mekanoreseptor yaitu reseptor yang berfungsi menerima rangsangan atau stimulus


berupa sentuhan atau tekanan
2. Termoreseptor yaitu reseptor yangberfungsi menerima rangsangan berupa suhu di
lingkungan
3. Nosiseptor atau reseptor nyeri yaitu berfungsi menerima rangsangan berupa rasa sakit
atau nyeri.

B. Reseptor Sensorik Khusus

Reseptor yang hanya dimiliki oleh panca indra saja. Berikut beberapa Reseptor sensorik
khusus.

1. Fotoreseptor yaitu reseptor yang menerima rangsangan atau stimulus berupa cahaya,
dan organ yang berfungsi sebagai fotoreseptor adalah mata
2. Fonoreseptor yaitu reseptor yang menerima rangsangan berupa bunyi atau suara
sehingga organ yang berfungsi sebagai fonoreseptor adalah telinga
3. Kemoreseptor yaitu reseptor yang berfungsi menerima rangsangan berupa zat kimia
sehingga diperlukan organ yang sangat sensitif dalam menerima rangsangan ini
supaya lebih mudah mendeteksi rangsangan yang didaptakan agar tidak merusak
bagian internal tubuh. Pada kemoreseptor ini organ yang berfungsi adalah lidah.

Dapat disimpulkan bahwa reseptor sensorik pada kulit tergolong pada reseptor sensorik umum
dimana kulit menerima rangsangan berupa sentuhan, rangsangan berupa suhu, dan
rangsangan berupa rasa nyeri. Dalam setiap rangsangan yang diterima oleh kulit, memiliki
saraf penerima yang berbeda pula, yaitu:

a) Reseptor crausse, berfungsi menerima rangsangan dingin


b) Reseptor ruffini berfungsi menerima rangsangan panas
c) Reseptor meisser, berfungsi menerima rangsangan nyeri
d) Reseptor paccini, berfungsi menerima rangsangan tekanan kuat.

5
Semua reseptor sensorik yang ada di kulit itu terdapat pada lapisan dermis yaitu lapisan kedua
dari kulit yang mana didalamnya juga memiliki sel sel atau bagian kulit lainnya.

2.3 Turunan atau Derivate Kulit (Kuku, Rambut, Kelenjar)?

Sistem integumen dan derivatnya adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasikan kepada makhluk hidup terhadap lingkungannya. Sistem
ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut,
bul, dll. Berikut adalah beberapa derivate kulit yang ada pada manusia.

1. Rambut

Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit hewan, terutama mamalia. Rambut
muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut yang berada jauh di
bawah dermis. Rambut berfungsi mengatur suhu tubuh (isolator) dan sebagai organ indera
misalnya pada vibrissae atau rambut sinus. Susunan rambut terdiri atas shaft, akar rambut,
folikel, papilla, dan 3 lapisan epitel, yaitu:

 Kelenjar minyak

 Otot berekor, membuat rambut bisa berdiri.

 Pembuluh

 Saraf

2. Kuku

Kuku adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku tumbuh
dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai tumbuh
dari ujung jari. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat
saraf, serta mempertinggi daya sentuh. Kuku terdiri dari sel tanduk yang mengalami modifikasi
yang bersatu dengan kuat. Pada bagian proksimal kuku terbentuk dalam matriks kulit. Dasar
kuku terdiri dari sel Prickle yang mengalami modifikasi dimana kuku melekat dengan kuat.
Kuku sebagian memperoleh warna dari darah dan sebagian dari pigmen dalam epidermis,
terutama melanin.

3. Kelenjar

Kelenjar adalah alat tubuh yang menghasilkan getah atau sekret tertentu. Kelenjar yang berada
pada kulit adalah kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.

a) Kelenjar keringat

berupa saluran melingkar dan bermuara pada kulit ari dan berbentuk pori-pori halus. Fungsi
kelenjar keringat selain sebagai alat sekeresi juga berperan sebagai alat pengatur suhu
(thermoregulasi).

6
 Kelenjar Ekrin ; terdapat disemua kulit.

 Kelenjar Apokrin ; terdapat di aksil, anus, skrotum, labia mayora, dan bermuara pada folkel
rambut

 Kelenjar mammae; hanya dimiliki oleh mammalia. Kelenjar ini merupakan modifikasi
kelenjar keringat.

b) Kelenjar Sebasea

Kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk mencegah kekeringan. berfungsi mengontrol


sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi
rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.

 Kelenjar bau (scanet gland), terdapat pada cucurut, biasanya terdapat pada sekitar anus/
perineal, peranan biologisnya mempunya hubungan dengan kehidupan kelamin.

 Kelenjar Meibom, terdapat pada kelopak mata.

 Kelenjar Lakrimal, juga pada kelopak mata

2.4 Fungsi Skeletal dan Sendi

● Fungsi Skeletal

Sistem Skeletal atau yang bisa disebut sebagai Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri
dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi. Tulang sebagai alat gerak
pasif karena hanya mengikuti kendali otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan
penting karena gerak tidak akan terjadi tanpa tulang. Tubuh kita memiliki 206 tulang yang
membentuk rangka. Salah satu bagian terpenting dari sistem rangka adalah tulang belakang.
Fungsi dari sistem skeletal/rangka adalah:

a. Penyangga berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen- ligamen, otot, jaringan


lunak dan organ. Membentuk kerangka yang berfungsi untuk menyangga tubuh dan
otot-otot yang melekat pada tulang.
b. Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow) atau
hemopoesis.
c. Produksi sel darah (red marrow).
d. Pelindung yaitu membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak, serta
memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
e. Penggerak yaitu dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak karena
adanya persendian.

7
● Fungsi Sendi

Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat bergerak, diperlukan struktur
khusus yang disebut sendi. Dengan adanya sendi, membantu mempermudah gerakan. Sendi
yang menyusun kerangka manusia terdapat di beberapa tempat. Terdapat tiga jenis hubungan
antar tulang, yaitu sinartrosis, amfiartosis, dan diartosis.

a) Sinartrosis (Suture) disebut juga dengan sendi mati, yaitu hubungan antara dua tulang yang
tidak dapat digerakkan sama sekali, strukturnya terdiri atas fibrosa. Artikulasi ini tidak
memiliki celah sendi dan dihubungkan dengan jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan
tulang pada tulang-tulang tengkorak yang disebut sutura/suture.

b) Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku, yaitu hubungan antara dua tulang yang dapat
digerakkan secara terbatas. Artikulasi ini dihubungkan dengan kartilago. Dijumpai pada
hubungan ruas-ruas tulang belakang, tulang rusuk dengan tulang belakang.

c) Diartosis disebut juga dengan sendi hidup, yaitu hubungan antara dua tulang yang dapat
digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas, terdiri dari struktur synovial. Untuk melindungi
bagian ujung-ujung tulang sendi, di daerah persendian terdapat rongga yang berisi minyak
sendi/cairan synovial yang berfungsi sebagai pelumas sendi. Contohnya yaitu sendi peluru
(tangan dengan bahu), sendi engsel (siku), sendi putar (kepala dan leher), dan sendi pelana
(jempol/ibu jari).

2.5 Struktur Otot Rangka

➔ Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Karakteristik
otot rangka sebagai berikut :

a) Serabut otot sangat panjang, sampai 30 cm, berbentuk silindris dengan lebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.

b) Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.

c) Kontraksinya sangat cepat dan kuat.

➔ Struktur mikroskopis otot rangka adalah sebagai berikut.

a) Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-serabut
berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber/serabut otot.

b) Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak
nukleus di tepinya.

c) Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-
macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut dengan
myofibril.

8
d) Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda ukurannya,
yaitu yang kasar terdiri dari protein myosin yang halus terdiri dari protein aktin/actin.

2.6 Apa Hubungan antara skeletal dengan sendi?

Skeletal merupakan bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan kartilago atau tulang
rawan. Karena sendi masih merupakan bagian dari skeletal maka antara skeletal dengan sendi
masih ada hubungannya. Skeletal dan sendi juga memiliki fungsi masing – masing yang mana
kedua fungsinya tersebut saling berhubungan. Skeletal merupakan rangka dari tubuh yang
berfungsi sebagai tempat melekatnya otot dan menahan bentuk tubuh. Meski pada dasarnya
tubuh ini bergerak karna kerja otot dan saraf tapi kerangka atau tulang ini adalah sebagai
media efektor dari otot dan saraf. Lalu dari kerangka – kerangka tersebut pasti memiliki
penghubung diantar tulangnya, penghubung itulah yang disebut dengan sendi. Berdsarkan
jenis persambungannya, sendi dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Sinartosis

Sendi ini sering juga disebut sendi mati karena sendi ini tidak bisa digerakkan. Sendi ini
menghubungkan dua tulang dengan tulang kuat. Contoh sendi sinartrosis adalah sendi yang
terdapat pada tulang tengkorak dan sendi pada tulang rawan yang melindugi jantung.

b. Amfiartosis

Sendi Amfiartosis adalah sendi yang bisa digerakkan, namun gerakannya terbatas. Contoh
sendi amfiartrosis adalah sendi yang menghubungkan ruas-ruas tulang belakang, sendi pada
tulang rusuk, dan sendi pada tulang panggul.

c. Diartosis

Sendi Diartosis adalah sendi yang menghubungkan antartulang dan memungkinkan terjadinya
gerak, baik gerak satu arah, dua arah, maupun ke segala arah sehinnga sendi diartosis ini
memungkinkan untuk digerakanke segala arah. Pada sendi diartrosis, bagian ujung tulang
yang terhubung dilapisi oleh tulang rawan. Tulang rawan ini berfungsi mencegah benturan
antar tulang yang saling terhubung. Sendi diartrosis juga mengandung cairan sinovial yang
berfungsi sebagai pelumas sendi.

Contoh sendi diartrosis adalah sendi yang terdapat pada pergelangan tangan, pergelangan
tangan, siku lengan dan lutut kaki.

2.7 Kontraksi otot

Secara mekanisme kontraksi otot adalah terjadinya sliding filamen, sedangkan


rangkaian proses kontraksi secara sederhana merupakan (1) adanya rangsangan dari otak
melalui akson neuron motorik keserabut otot, (2) asetilkolin yang berada disynaptic gutter

9
akan berikatan dengan reseptornyapada sarkolema, sehingga terjadi depolarisasi membran
dan menimbulkan potensial aksi sel otot rangkaserta menyebabkan ion natrium dan kalium
keluar, dan (3) potensial aksi yang disebarkan dari membran sel akan diteruskan melalui
tubulus T, selanjutnya merangsang terminal sisterna sarkoplasmik retikulumuntuk
melepaskan ion kalsium. Ion kalsium akan berikatan dengan troponin Cpada filamen aktin
dan mendorong filamen tropomiosin menutup celah-celah aktivesite filamen aktin, sehingga
aktivesite terbuka.

Otot merupakan jaringan peka yang dapat dirangsang untuk menimbulkan suatu
potensial aksi. Otot rangka melekat pada tulang dan berperan sebagai sistem perototan yang
menggerakan tubuh. Aktivitas otot diatur oleh susunan saraf melalui persarafan motorik. Otot
rangka tersusun dari serat-serat yang merupakan balok penyusun (building bloks) sistem otot.
40% dari berat badan manusia terdiri dari otot rangka dan 10% terdiri dari otot polos dan
jantung. Mekanisme kontraktil otot rangka tergantung dari protein miosin, aktin, troponin dan
tropomiosin. Ciri filamen miosin tebal, sedangkan filamen aktin tipis. Sebagian saling
berkaitan sehingga menyebabkan myofibril secara bergantian menunjukan pita terang dan
gelap. Pita ini saling tumpang tindih dan terjadi penonjolan dari sisi filamen miosin.
Penonjolan ini dinamakan jembatan penyeberangan (cross bridge).

Kontraksi otot terjadi saat otot memendek dan menebal. Pada kedaan ini akan terbetuk
aktomiosin yaitu berikatannya aktin (filamen tipis) dan miosin (filamen tebal) pada unit otot
(sarkomer). Adapun relaksasi otot terjadi saat otot kembali ke keadaan semula dan
mengendur. Kontraksi dapat disebabkan oleh hal-hal di luar penyakit yang mendasari.
Contohnya meliputi kehamilan normal, proses melahirkan normal, orgasme, atau menstruasi.

2.8 Struktur Tulang Panjang dan Tulang Pipih

a. Tulang Panjang

Pada tulang ini, panjangnya lebih besar daripada lebarnya. Tulang ini mempunyai corpus
berbentuk tubular, diafisis, dan biasanya dijumpai epifisis pada ujung-ujungnya. Selama masa
pertumbuhan, diafisis dipisahkan dari epifisis oleh kartilago epifisis. Bagian diafisis yang
terletak berdekatan dengan kartilago epifisis disebut metafisis. Corpus mempunyai cavitas
medullaris di bagian tengah yang berisi sumsum tulang. Bagian luar corpus terdiri atas tulang
kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu periosteum. Ujung-ujung tulang
panjang terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selapis tipis tulang kompakta.

10
Facies artikularis ujung-ujung tulang diliputi oleh kartilago hialin. Tulang-tulang panjang
yang ditemukan pada ekstremitas antara lain tulang humerus, femur, ossa metacarpi, ossa
metatarsal dan phalanges.

b. Tulang Pipih

Bagian dalam dan luar tulang ini terdiri atas lapisan tipis tulang kompakta, disebut tabula,
yang dipisahkan oleh selaput tipis tulang spongiosa, disebut diploe. Scapula termasuk di
dalam kelompok tulang ini walaupun bentuknya iregular. Selain itu tulang pipih ditemukan
pada tempurung kepala seperti os frontale dan os parietale.

2.9 Proses Remodeling Pada Tulang

Siklus remodeling terjadi dengan cara yang sangat diatur dan stereotipik dengan lima langkah
tumpang tindih aktivasi, resorpsi, pembalikan, pembentukan dan penghentian yang terjadi
selama 120-200 hari di tulang kortikal dan trabekular, masing-masing. Osteosit mengatur
remodeling tulang dengan mengatur diferensiasi osteoklas dan osteoblas dan dengan
demikian resorpsi dan pembentukan tulang.

● Pengaktifan

Sel-sel prekursor osteoklas direkrut dari sirkulasi dan diaktifkan; permukaan tulang
tersingkap saat sel-sel pelapis terpisah dari tulang di bawahnya dan membentuk kanopi yang
terangkat di atas tempat yang akan diresorbsi. Sel-sel mononuklear multipel menyatu untuk
membentuk preosteoklas berinti banyak yang mengikat matriks tulang untuk membentuk
zona penyegelan di sekitar kompartemen resorbsi tulang, sehingga mengisolasi lubang
resorpsi dari tulang di sekitarnya.

Inisiasi remodeling tulang adalah langkah penting pertama yang memastikan bahwa, dalam
kesehatan, remodeling hanya terjadi bila diperlukan. Dalam remodelling yang ditargetkan,
yang mengacu pada penghilangan area spesifik tulang yang rusak atau tua, sinyal awal berasal
dari osteosit yang menggunakan jaringan proses dendritiknya yang luas untuk memberi sinyal
ke sel lain. Apoptosis osteosit, diinduksi misalnya oleh gangguan kanalikuli osteosit yang
disebabkan oleh kerusakan mikro matriks tulang, menyebabkan pelepasan faktor parakrin
yang meningkatkan angiogenesis lokal dan perekrutan prekursor osteoklas dan osteoblas.
Sebaliknya, remodeling non-target mengacu pada remodeling sebagai respons terhadap
perubahan sistemik hormon seperti hormon paratiroid (PTH), sehingga memungkinkan akses
ke toko kalsium tulang dan tidak diarahkan ke situs tertentu.

● Resorpsi (durasi sekitar dua minggu)

Diferensiasi dan aktivasi osteoklas juga diatur oleh osteosit. Penataan ulang dari sitoskeleton
osteoklas menghasilkan perlekatan pada permukaan tulang, pembentukan zona penyegelan
dan pembentukan ruffled border yang menyediakan area permukaan sekretorik yang sangat

11
ditingkatkan. Awalnya, osteoklas memompa proton, yang dihasilkan oleh Carbonic
Anhydrase II, ke dalam kompartemen resorbsi untuk melarutkan mineral tulang. Secara
khusus, H+-ATPase memompa H+ ke dalam kekosongan; ini digabungkan dengan transpor
Cl− melalui saluran klorida sehingga mempertahankan elektroneutralitas. Selanjutnya,
matriks tulang yang kaya kolagen didegradasi oleh protease seperti cathepsin K dan matriks
metaloproteinase. Fase resorpsi diakhiri oleh kematian sel terprogram osteoklas, memastikan
bahwa resorpsi berlebih tidak terjadi.

● Pembalikan / reversal (durasi sekitar empat hingga lima minggu)

Fase pembalikan, di mana resorpsi tulang beralih ke pembentukan, masih belum dipahami
dengan baik. Namun, diperkirakan ada dua peristiwa penting yang terjadi. Pertama,
permukaan tulang yang baru diserap disiapkan untuk deposisi matriks tulang baru dan sinyal
lebih lanjut terjadi bahwa pasangan resorpsi ke pembentukan, memastikan bahwa tidak ada
kehilangan tulang bersih. Persiapan permukaan tulang dilakukan oleh sel-sel osteoblastik
garis keturunan yang menghilangkan col yang tidak termineralisasi matriks agen, dan matriks
mineralisasi non-kolagen 'garis semen' kemudian diendapkan untuk meningkatkan perlekatan
osteoblastik.

Sinyal yang tepat bahwa pasangan resorpsi tulang untuk pembentukan berikutnya belum
sepenuhnya dipahami. Namun, kemungkinan sel-sel fase pembalikan terlibat dalam mengirim
atau menerima sinyal-sinyal ini.

Telah dipostulasikan bahwa osteoklas mungkin menjadi sumber faktor kopling, baik
mensekresi sitokin seperti interleukin 6 (IL-6), atau melalui reseptor pengatur pada
permukaannya seperti keluarga reseptor Ephrin dan ligan terikat membrannya, Ephrins, hadir
pada osteoblas. Jalur pensinyalan lain mungkin termasuk faktor turunan matriks seperti BMP-
2, transforming growth factor dan insulin-like growth factor.

● Formasi (durasi sekitar empat bulan)

Pembentukan tulang baru dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, osteoblas mensintesis
dan mensekresi matriks osteoid kaya kolagen tipe 1. Kedua, osteoblas berperan dalam
mengatur mineralisasi osteoid.

Proses mineralisasi tulang, di mana kristal hidroksiapatit disimpan di antara fibril kolagen,
adalah kompleks dan regulasinya tidak sepenuhnya dipahami. Kontrol diberikan oleh regulasi
sistemik konsentrasi kalsium dan fosfat, konsentrasi lokal kalsium dan fosfat dalam vesikel
matriks ekstraseluler dan oleh inhibitor lokal mineralisasi, termasuk pirofosfat dan protein
non-kolagen seperti osteopontin. Rasio pirofosfat anorganik terhadap fosfat adalah pengatur
penting mineralisasi, dan aktivitas relatif jaringan non-spesifik alkali fosfatase dan
pirofosfatase ektonukleotida adalah penentu utama rasio ini.

12
● Penghentian

Setelah mineralisasi selesai, osteoblas mengalami apoptosis, berubah menjadi sel-sel pelapis
tulang atau menjadi terkubur di dalam matriks tulang dan akhirnya berdiferensiasi menjadi
osteosit. Osteosit memainkan peran kunci dalam menandakan akhir remodeling melalui
sekresi antagonis terhadap osteogenesis.

2.10 Perubahan Sistem Rangka Pada Masa Kehamilan

Selama kehamilan, relaksin dan progesteron bekerja pada kartilago dan jaringan ikat pada
banyak sendi, yang memungkinkannya bergerak lebih leluasa (Russell & Reynolds, 1997).
Hormon ini bermanfaat pada panggul karena efeknya dapat sedikit melebarkan diameter lahir
janin (Symonds & Symonds, 1998), namun keduanya juga dapat menimbul kan
ketidaknyamanan (nyeri) pada ibu hamil, terutama pada akhir kehamilan ketika kadar hormon
tersebut melonjak tajam. Efek relaksin dan progesteron juga dapat menyebabkan perubahan
gaya berjalan yang dapat diamati pada banyak ibu, namun hal ini juga disebabkan oleh
perubahan pada pusat keseimbangan tubuhnya. jalan

Sakit punggung dapat disebabkan oleh relaksasi sendi sakroiliaka, dan di perburuk dengan
perubahan postur (Parsons, 1994). Bidan dapat memberi saran pada ibu hamil untuk memakai
sepatu berhak pendek dan membatasi aktivitas fisiknya untuk meminimalkan nyeri ini. Akan
tetapi, diagnosis lain seperti infeksi saluran kemih juga harus dipertimbangkan ketika ibu
mengeluh nyeri punggung.

Nyeri hebat saat olahraga fisik dapat mengindikasikan keterlibatan simfisis pubis. Relaksasi
sendi sakro koksigeal dapat menyebabkan koksiks menekuk ke belakang selama pelahiran,
sehingga janin dapat lebih siap melewati panggul.

Otot abdomen menjadi semakin teregang selama hamil. Akibatnya, otot rektus abdomininalis
terpisah pada trimester ketiga. Hal ini dapat mem perburuk sakit punggung dan postur buruk
bila uterus miring ke depan, suatu kondisi yang dikenal dengan abdomen pendulosa.
Abdomen pendulosa dapat memicu janin selama pe lahiran. Penggunaan korset maternitas
yang pas dapat meminimalkan ketidak nyamanan akibat kondisi tersebut, dan saat pascanatal,
latihan dapat diajarkan oleh fisioterapis untuk mengoreksi masalah (Sheppard, 1996).

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antara sistem otot, sistem kerangka, dan sistem integumen memiliki fungsi yang
saling berhubungan dalam sistem gerak dengan artian tidak bisa bekerja apabila salah satu
sistemnya ada yang memiliki kelainan, kalaupun sistem gerak tubuhnya masih bisa bekerja
kemungkinan kerja yang terjadi itu tidak normal daripada gerak tubuh yang dilakukan oleh
orang normal. Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang membantu melindungi organ
dalam terutama dalam konteks ini yaitu otot dan kerangka. Otot dan kerangka saling bekerja
sama supaya sistem gerak tubuh bisa berjalan dengan baik sehingga ketika tubuh banyak
melakukan pergerakan dan melakukan ekskresi berupa keringat, sistem integumen juga dapat
membantu mengeluarkan keringat tersebut melalui folikel – folikel yang berada di kulit.

3.2 Saran

Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang kesehatan diperlukan sumber


informasi yang baik, dan hal ini dapat dicapai dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan bagi masyarakat merupakan kewajiban dan tanggung jawab dari
Puskesmas sesuai dengan wilayah kerja masing-masing.

14
Daftar Pustaka

Wylie Linda. 2010. Esensial Anatomi Dan Fisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0004563218759371

https://poltekanika.ac.id/journal/index.php/inf/article/download/133/121

https://pyfahealth.com/blog/jelaskan-fungsi-kulit-sebagai-organ-ekskresi-dan-
termoregulasi/

15

Anda mungkin juga menyukai