“LUKA BAKAR”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
NAMA :
1. PIRDAYANTI R RAHIM 201801032
2. SUKMAWATY 201801044
3. LUSIANA JUMARLITA 2018010
4. MUTIARA ANNISA 201801046
5. KRESYA GOSAL 2018010
2020/2021
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar belakang................................................................................................
B. Rumusan masalah..........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Anatomi fisiologi...........................................................................................
B. Aspek epidemiologi.......................................................................................
C. Konsep medis.................................................................................................
D. Terapi komplementer.....................................................................................
E. Pencegahan primer,sekunder,tersier..............................................................
F. Konsep keperawatan secara teori...................................................................
G. EBP/ hasil penelitian terkait inrvensi keperawatan.......................................
A. Kesimpulan .................................................................................................
B. Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Luka bakar (Combustio) merupakan suatu kejadian yang paling sering
terjadi di Indonesia maupun negara lainnya. Luka bakar yang terjadi dapat
disebabkan oleh panas, listrik ataupun kimia. Kecelakaan luka bakar ini dapat
saja terjadi dimana-mana seperti di rumah, kantor ataupun tempat umum yang
lainnya (mal, terminal). Brdasarkan hasil dari bbraa kasus yang ditmukan,
skitar 80% kecelakaan yang trjadi menyebabkan luka bakar, kasus yang
banyak trjadi adalah di rumah dan korban yang terbanyak ternyata anak-anak,
baik terkena air panas, tumpahan kuah sayur, api dan lain sebagainya
(komas.com 2011)
Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih
merupakan penyebab utama kematian. Oleh sebab itu penderita luka bakar
memerlukan perawatan secara khusus, karena ada kondisi luka bakar terjadi
pengeluaran air, serum, darah, serta kondisi luka yang terbuka
memungkinkan untuk terjadinya infeksi). Berdasarkan kondisi tersebut,
dimana dalam hal ini peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif. Selain itu, diperlukan kerjasama dengan tim
medis yang lainnya seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi dan bahkan psikiater.
Oleh karena itu penyusun mengangkat masalah ini sebagai tugas mata kuliah
KMB II yang berjudul asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem integumen : luka bakar sebagai makalah kami.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan definisi luka bakar?
2. Menjelaskan etiologi luka bakar?
3. Menjelaskan patofisiologi luka bakar?
4. Menjelaskan menifestasi klinis luka bakar?
5. Menjelaskan klasifikasi luka bakar?
6. Menjelaskan pencegahan luka bakar?
7. Menjelaskan penatalaksanaan luka bakar?
8. Menejelaskan komplikasi luka bakar?
C. TUJUAN
Mahasiswa dapat menyebutkan konsep teori luka bakar yang meliputi :
1. Anatomi fisiologi luka bakar
2. Epidemiologi luka bakar
3. Definisi luka bakar
4. Etiologi luka bakar
5. Patofisiologi luka bakar
6. Pathway luka bakar
7. Manifestasi klinis luka bakar
8. Klasifikasi luka bakar
9. Pencegahan luka bakar
10. Penatalaksanaan luka bakar
11. Komplikasi luka bakar
BAB II
PEMBAHASAN
1. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis trdiri dari antara lain sbagai brikut :
a. Stratum korneum
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng,
kering, tidak berinti, inti selnya sudah mati, dan megandung zat
keratin.
b. Stratum lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel
sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi
jernih sekali dan tembus sinar, Lapisan ini hanya terdapat pada
telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti
suatu pipa yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat
disebut stratum lusidum.
c. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan
inti ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau
gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi benda
asing, kuman dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat
mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. sel-selnya disebut
spinosum karena jika dilihat di bawah mikroskop, sel-selnya terdiri
dari sel yang bentuknya polygonal/banyak sudut dari mempunyai
tanduk (spina). Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan
tekanan dari luar. Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh
yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti
tumit dan pangkal telapak kaki
e. Stratum Basal/Germinativum
Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian
basal/basis, stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di
atasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung)
dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang
halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti
pagar pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu
membran disebut membran basalis, sel-sel basalis dengan membran
basalis merupakan batas terbawah dari pada epidermis dengan
dermis.
2. Lapisan Dermis
Lapisan dermis terdiri dari 2 lapisan antara lain sbagai brikut :
a. Bagian atas, Pars Papilaris (stratum papilar)
b. Bagian bawah, Retikularis (stratum retikularis).
B. Aspek epidemiologi
Berdasarkan WHO Global Burden Disease, pada tahun 2004
diperkirakan 310.000 orang meninggal akibat luka bakar, dan 30% pasien
berusia kurang dari 20 tahun. Luka bakar karena api merupakan penyebab
kematian ke-11 pada anak berusia 1 – 9 tahun. Anak – anak beresiko
tinggi terhadap kematian akibat luka bakar, dengan prevalensi 3,9
kematian per 100.000 populasi. Luka bakar dapat menyebabkan kecacatan
seumur hidup (WHO, 2008). Di Amerika Serikat, luka bakar
menyebabkan 5000 kematian per tahun dan mengakibatkan lebih dari
50.000 pasien di rawat inap (Kumar et al., 2007). Di Indonesia, prevalensi
luka bakar sebesar 0,7% (RISKESDAS, 2013).
Secara global, 96.000 anak–anak yang berusia di bawah usia 20
tahun mengalami kematian akibat luka bakar pada tahun 2004. Frekuensi
kematian lebih tinggi sebelas kali di negara dengan pendapatan rendah dan
menengah dibandingkan dengan negara dengan pendapatan tinggi sebesar
4,3 per 100.000 orang dan 0,4 per 100.000 orang. Kebanyakan kematian
terjadi pada daerah yang miskin, seperti Afrika, Asia Tenggara, dan daerah
Timur Tengah. Frekuensi kematian terendah terjadi pada daerah dengan
pendapatan tinggi, seperti Eropa dan Pasifik Barat (WHO, 2008).
C. Konsep medis
1. Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak seperti suhu
tinggi misalkan api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. (Arief,
2000 : 365)
Luka bakar ialah luka akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok
listrik, atau bahan kimia. (Corwin, 2001: 611).
Luka bakar adalah luka yang diakibatkan oleh perpindahan energi
dari sumber panas ke tubuh.Panas tersebut mungkin dipindahkan
melalui konduksi atau radiasi. (Effendi, 1999 : 4).
Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat
langsung atau peratara dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik,
dan radiasi luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh trauma panas
yang memberikan gejala, tergantung luas, dalam, dan lokasi lukanya.
(Andara & Yessie, 2013).
Inhalasi Asap
Kerusakan
pertukaran gas
Dilatasi sel permeabilitas kapiler menurun
Dehidrasi Jaringan
8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan luka bakar daat dibagi mnjadi dua antara lain :
a. Penatalaksanaan medis
1) Debridemen
a) Debridemen alami, yaitu jaringan mati yang akan
memisahkan diri secara spontan dari jaringan di bawahnya.
b) Debridemen mekanis yaitu dengan penggunaan gunting dan
forcep untuki memisahkan, mengangkat jaringan yang mati.
c) Dengan tindakan bedah yaitu dengan eksisi primer seluruh
tebal kulit atau dengan mengupas kulit yang terbakar secara
bertahap hingga mengenai jaringan yang masih viabel.
2) Graft pada luka bakar
Biasanya dilakukan bila re-epitelisasi spontan tidak mungkin
terjadi :
a) Autograft : dari kulit penderita sendiri.
b) Homograft : kulit dari manusia yang masih hidup/ atau baru
saja meninggal (balutan biologis).
c) Heterograft : kulit berasal dari hewan, biasanya babi
(balutan biologis).
b. Penatalaksaan keperawatan
1) Perawatan luka umum
a) Pembersihan luka
b) Terapi antibiotik local
c) Ganti balutan
d) Perawatan luka tertutup/tidak tertutup
c. Resusitasi cairan
Menurut Sunatrio (2000), pada luka bakar mayor terjadi
perubahan permeabilitas kapiler yang akan diikuti dengan
ekstrapasasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari
intravaskuler ke jaringan interstisial mengakibatkan terjadinya
hipovolemik intravaskuler dan edema interstisial.
Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik terganggu
sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan
gangguan perfusi sel atau jaringan atau organ.
D. Terapi komplementer
Pertumbuhan bakteri patogen seperti escherichia coli, listeria
monocytogenes, dan staphylococcus aureus dapat di hambat oleh
pemberian madu. Pemberian madu pada media tanam yang telah di tanam
bakteri-bakteri tersebut memperlihatkan zona penghambatan. Dari segi
estetika pemakaian madu memiliki kelebihan karena dapat digunakan
umtuk menghaluskan kulit, serta pertumbuhan rambut di bandingkan
pemakaian antibiotik. Selain itu, madu di duga berperan sebagai anti
bakteri dan saat ini sudah di manfaatkan sebagai penanganan korban luka
sudah diketahui banyak manfaatnya.
Hardian (2006) melakukan penelitian pada sampel marmut dan di
dapatkan penyembuhan luka yang di berikan madu (nektar flora) lebih
cepat yaitu 9,67 hari, sedangkan pada kelempok silver sulfadiazine di
dapat 10 hari, dan kelompok control negatif selama 19,67 hari. Selain itu
hasil penelitian penggunaan madu terhadap luka bakar menjadi steril
dalam waktu 2-6 hari untuk kelompok yang di berikan madu, 7 untuk
kelompok silver, 7-10 hari untuk kelompok kontrol.
Terdapat beberpa faktor yang memperkuat efek antibiotik pada
madu, yaitu osmolaritas madu yang tinggi. Pada beberapa madu
kandungan gulanya bisa mencapai 80% yang terdiri dari glukosa,fruktosa,
maltosa, dan sugrosa. Kurang dari 18% komponennya adalah air sehingga
mempunyai osmolaritas yang tinggi. Kandungan hidrogen peroksida yang
berperan sebagai glukosa oksidase yang merupakan salah satu enzim yang
di keluarkan oleh lebah kepada madu. Enzim ini dapat mengubah senyawa
glukosa dan menghasilkan hidrogen peroksida. Madu mempunyai
keasaman yang rendah yaitu ph 3,2-4,5 sehingga mampu untuk
menghambat pertumbuhan bakteri.
E. Pencegahan
1. Primer
Tujuan adalah mencegah pajanan bahan yang menyebebkan sensitisasi
di lingkungan kerja. Penghilangan atau modifikasi resiko dari pajanan
bahan berbahaya sebelum penyakit terjadi.perlu eliminasi dan reduksi
pajanan zat berbahaya dan ditujukan pada timbulnya penyakit:
a. Hindari bahan penyebab
b. Pakai alat pelindung diri
c. Tingkatkan kapasitas pekerja yang dapat meminimalisasi resiko
sebelum sensitisasi terjadi.
2. Sekunder
Tujuan adalah menilai dampak pekerjaan dan temukan penyakit sedini
mungkin dengan identifikasi perubahan preklinik suatu penyakit.
Contoh: pemeriksaan berkala meliputi anamesis, pemeriksaan fisik,
dan oemeriksaan penunjang (radiologis, spirometri dll). Pemeriksaan
berkala dilakukan selang waktu tertentu yang teratur,sifat dan luasnya
resiko yang terjadi, fokus pemeriksaan lebih di tujukan pada organ dan
sistem tubuhyang paling mungkin berpengaruh di tempat kerja.
3. Tersier
Untuk meminimalkan komplikasi, menghindari kecacatan,
meningkatkan kualitas hidup agar dapat menjalani kehidupan secara
normal dan dapat diterima oleh lingkungan.
F. Konsep keperawatan secara teori
Pertolongan pertama pada luka bakar:
1. Basahi luka bakar secara menyeluruh degan air dingin untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut dan lepaskan semua pakaian yang terbakar.
2. Jika memungkinkan, rendamlah area luka bakar dalam air dingin
selama 30 menit untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
3. Jika area luka bakar besar, setelah membasuhnya dengan air dingin,
gunakan kain pembungkus yang bersih pada area tersebut untuk
mencegah kehilangan panas dan hipotermia.
4. Segera kunjungi rumah sakit terdekat.
Pada dasarnya, berikut ini prinsip umum perawatan untuk bekas luka
bakar berdasarkan derajatnya.
1. Luka bakar derajat pertama:
Luka bakar derajat pertama bisa diobati dengan produk perawatan kulit
(skin care) seperti krim lidah buaya dan salep antibiotik. Membalut
area luka bakar dengan perban, bisa membantu melindunginya. Selain
itu, obat acetaminophen bisa digunakan untuk meredakan nyeri akibat
luka bakar ini.
2. Luka bakar derajat kedua:
Luka bakar derajat kedua biasanya diobati dengan krim antibiotik,
maupun krim atau salep dengan resep dokter.
3. Luka bakar derajat ketiga:
Berbeda dari luka bakar derajat pertama dan kedua, luka bakar derajat
ketiga ini membutuhkan tindakan operasi cangkok kulit, atau
"penanaman" kulit sintetis. Luka bakar parah pada area yang luas di
tubuh, akan membutuhkan lebih banyak perawatan intensif, termasuk
infus antibiotik untuk mencegah infeksi. Cairan infus juga diperlukan
untuk menggantikan cairan yang hilang ketika kulit terbakar.
Variabel Mean SD
Berdasarkan tabel 1di atas maka dapat di lihat bahwa rata-rata luas
luka bakar responden dalam penelitian ini adalah 38.67 dengan standar
deviasi 18.368 dan rata-rata waktu pemberian resusitasi adalah 60.13 meit
sengan standar deviasi 26.786.
Nilai rata-rata luas luka bakar yang di tunjukan pada tabel 1 tersebut,
bahwa rata-rata responden dalam penelitian ini mengalami perubahan
respon fisiologi pada sistem kardiovaskuler yang menyebbakan adanya
peningkatan kebutuhan cairan tubu selama fase emergency berlangsung.
dalam landry, etal. (2013) disebutkan bahwa pada luka bakar dengan luas
lebih dari 15-20% dari TLPT akan mengakibatkan perubahan sistem
kardiovaskuler dalam merespon cedera yamg terjadi dengan menurunkan
konraktilitas miokard, peirfer dan fasokonstriksi splanknik yang di
kombinasikan dengan perpindahan cairan dan intravaskular sehinggah
dapat menyebabkan hipoperfusi jaringan dan ketidakstabilan
hemodinamik.
Hasil rata-rata luas luka bakar tersebut juga menunjukan bahwa
responden dalam penelitian ini memeliki prognosis yang cukup baik karea
memeliki nikai kurang dari 50% dari TLPT. Atify, et al . (2012) dalam
penelitiannya pada 5 tahun terakhir menemukan data bahwa 83% kasus
kematian pada luka bakar merupakkan luka bakar dengan luas luka lebih
dari 50% dari TLPT dimana sekitar 69.8% kasus kematian tersebut terjadi
selama fase emergency. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
walaupun rata-rata responden dalam penelitian ini mengalami peningkatan
kebutuhan cairan, tetapi memeiliki prognosis yang cukup baik sekama fase
emergency.