Anda di halaman 1dari 181

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/340088079

BUKU AJAR HISTOLOGI Rinita Amelia

Book · February 2018

CITATIONS READS

0 6,922

1 author:

Rinita Amelia
Universitas Baiturrahmah
14 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Structure Ephytelial View project

Candidate Therapy View project

All content following this page was uploaded by Rinita Amelia on 22 March 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


1
JARINGAN DASAR TUBUH

Histologi Kedokteran

Oleh :

dr. Rinita Amelia MBiomed

PENERBIT UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


2
KATA PENGANTAR

Dosen adalah pendidik yang profesional dan


Ilmuwan dengan tugas utama melaksanakan Tridharma
Perguruan Tinggi. Sesuai UU No 12/2012 Tentang
Pendidikan Tinggi, disebutkan bahwa Dosen Wajib
Menulis Buku Ajar .

Buku ajar Histologi Jaringan Dasar Tubuh ini


merupakan Buku Ajar yang dibuat untuk menunjang
Program Pengajaran Cabang Ilmu Histologi sebagai
pedoman bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Baiturrahmah dalam memahami materi
histologi yang diberikan dan sudah disesuaikan dengan
tuntutan kurikulum berbasis kompetensi ( SKDI Tahun
2012 ). Buku ajar ini memiliki kesesuaian materi dengan
topik dengan memperhatikan aspek moral dan tingkat
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter.

Penulis berharap dengan adanya buku ajar ini akan


mempermudah mahasiswa dalam memahami materi
ajar dan dapat meningkatkan mutu perkuliahan dan
dapat mengakomodir perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Tekhnologi Ilmu Mikroskopik di Bidang
Kedokteran.

Penulis menyadari bahwa yang ada dalam buku ini


masih banyak kekurangan , oleh karena itu kepada
semua pihak kritik dan saran sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan buku ini . Ucapan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Rektor dan
3
Ketua Yayasan Universitas Baiturrahmah dan semua
pihak yang telah membantu terselesainya buku ini.
Dansemoga buku ini bermanfaat dan dapat membantu
mahasiswa dalam memahami dan mempelajari ilmu
jaringan dasar tubuh secara mikroskopis.

Padang, Februari 2018

Penulis

Rinita Amelia

4
DAFTAR ISI
halaman

Kata Pengantar .............................................................. i

Daftar Isi ......................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................ 1

BAB II JARINGAN EPITEL

2.1. Pendahuluan ..................................................... 4


2.2. Sifat Umum ....................................................... 5
2.3. Fungsi ............................................................... 5
2.4. Klasifikasi ........................................................... 6
2.5. Struktur Bangunan Permukaan Epitel ......... 18
2.6. Membran Basalis ............................................... 21
2.7. Penunjang dan Pertautan Antar Sel ............... 21

Latihan Soal

BAB III JARINGAN IKAT

3.1. Pendahuluan ..................................................... 34


3.2. Fungsi ................................................................. 34
3.3. Unsur ....................... .......................................... 34
3.4. Klasifikasi ........................................................... 35

Latihan Soal

5
BAB IV JARINGAN RANGKA ( PENYOKONG )

4.1. Pendahuluan .................................................... 67


4.2. Jaringan Tulang Rawan .................................. 67
4.3. Jaringan Tulang ................................................ 75

Latihan Soal

BAB V JARINGAN HEMOPOITIK

5.1. Pendahuluan .................................................... 88


5.2. Sel Eritrosit ....................................................... 88
5.3. Sel Leukosit ..................................................... 90
5.4. Trombosit ......................................................... 97
5.5. Hemopoesis ..................................................... 98

Latihan Soal

BAB VI JARINGAN LIMFATIK

6.1. Pendahiluan .................................................... 102


6.2. Limfonodus ..................................................... 102
6.3. Tonsil ................................................................ 105
6.4. Limpa ............................................................... 107
6.5. Timus ............................................................... 111

BAB VII JARINGAN OTOT

7.1. Pendahuluan .................................................. 119


7.2. Embriologi Otot ............................................. 120
7.3. Selubung Pembungkus Otot ....................... 120
7.4. Penggolongan Jaringan Otot ...................... 121
7.4.1. Otot Lurik ...................................................... 121
7.4.2. Otot Polos ...................................................... 129

6
7.4.3. Otot Jantung .................................................. 133

BAB VIII JARINGAN SYARAF

8.1. Pendahuluan ................................................ 140


8.2. Sistem Syaraf ................................................ 140
8.3. Macam Bentuk Neuron ............................... 145
8.4. Synaps ............................................................ 147
8.5. Nurotransmiter ............................................. 148
8.6. Neuroglia ....................................................... 148
8.7. Sistim Syaraf Perifer ..................................... 152
8.8. Sistim Syaraf Pusat ....................................... 163
8.9. Selubung Seluler Neuron ............................ 168
8.10. Selubung Jaringan Ikat Nervus .................. 174

Latihan Soal

DAFTAR PUSTAKA

7
BAB I

PENDAHULUAN
Histologi adalah cabang ilmu yang mempelajari
jaringan tubuh secara mikroskopik. Dalam mempelajari
histologi jaringan dasar tubuh memerlukan dasar yang
kuat tentang biologi sel, sehingga dalam mempelajari
histologi , ada yang menggolongkan menjadi tiga
bagian yaitu histologi sel, histologi jaringan dasar, dan
histologi organ. Buku ajar ini membahas tentang
histologi jaringan dasar tubuh dengan penjelasan berupa
empat jaringan dasar dari tubuh yang menekankan
bagaimana sel menjadi terspesialisasi untuk melakukan
fungsi-fungsi khusus dari jaringan tersebut. Empat
jaringan dasar yang dimaksud adalah Jaringan Epitel,
Jaringan Otot, Jaringan Penyambung dan Jaringan
Syaraf.

Perkembangan histologi bergantung pada


penggunaan dan pengembangan mikroskop. Dan
kemajuan dan interaksi dalam ilmu kimia, fisiologi,
imunologi dan patologi , memberi pengetahuan yang
lebih baik mengenai biologi jaringan.Sehingga dari
studi-studi tersebut lahirlah ilmu histokimia,
imunokimia, dan histopatologi yang kesemuanya
memudahkan para mahasiswa untuk mengerti tentang
biologi jaringan

Prosedur paling umum yang dipakai untuk


mengamati jaringan adalah dengan membuat sajian
histologi yang dapat dipelajari dengan bantuan
mikroskop cahaya dan elektron. Sajian ini diiris oleh alat
8
pemotong yang disebut mikrotom dan kemudian
diawetkan dengan zatkimia yang cocok sehingga
jaringan pada sajian tetap memiliki struktur dan
komposisi molekular sama seperti dalam badan.

Ciri-ciri utama dari empat jenis jaringan dasar dapat


digambarkan seperti tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Klasifikasi Jaringan Dasar Tubuh


( Johnson.K.E )
Jaringan Sel Matriks Fungsi
Ekstraselular
Epitel Kumpulan sel- Jumlahnya Melapisi
sel polihedral sedikit permukaan
atau rongga
tubuh,
Kelenjar untuk
sekresi
Otot Sel kontraktil Jumlahnya Pergerakan
yang panjang cukup banyak
Penyambung Beberapa Jumlahnya Ada beberapa
/Jaringan ikat macam sel yang banyak dan bervariasi
menetap dan
mengembara

Syaraf Juluran panjang Tidak ada Transmisi


yang berjalinan impuls syaraf

Jaringan Epitel sel-selnya tersusun rapat dengan


sedikit substansi perekat diantaranya danmerupakan
lembaran yang menutupi atau membatasi permukaan
atau sebagai massa sel dalam kelenjar. Jaringan
penyambung ditandai dengan banyaknya materi intersel
yang dihasilkan oleh sel-selnya, jaringan otot terdiri dari

9
sel-sel otot yang berfungsi kontraksi dan jaringan syaraf
terdiri atas sel dengan juluran panjang keluar dari badan
sel dengan fungsi khusus menerima, membangkitkan
dan meneruskan impuls syaraf .

Organ dibentuk dari jaringan-jaringan tersebut dan


umumnya keempat jaringan dasar itu terdapat dalam
satu organ.

BAB II
10
JARINGAN EPITEL
2.1 PENDAHULUAN
Epitel merupakan lapisan sel-sel yang melapisi
permukaanluar dan dalam tubuh, kulit dan membran
mukosa. Sel-sel epitel terletak diatas suatu membrana
basalis yang memisahkan epitel dari jaringan ikat
dibawahnya. Membran basalis terdiribdari substansi
amorf nonseluler mengandung kolagen tipe IV,
proteoglikan , laminin, dan fibronektin
Epitel yang terdapat pada membran serosa disebut
mesotel dan epitel yang melapisi lumen pembuluh
darah ,pembuluh limfe dan pembatas bagian dalam
jantung disebut endotel. Secara embriologis ektoderm
menumbuhkan epitel permukaan tubuh dan derivatnya,
entoderm menumbuhkan epitel saluran pencernaaan
dan saluran pernapasan dan mesoderm menumbuhkan
epitel saluran kardiovaskuler, saluran urogenital, rongga
dada dan rongga perut.
Klasifikasi jaringan epitel berdasarkan pada bentuk
sel-sel dan jumlah lapisannya, misalnya epitel selapis,
terdiri dari satu lapis sel dan berlapis terdiri dari dua
atau lebih lapis sel diatas membrana basalis. Penamaan
epitel berlapis biasanya didasarkan pada bentuk sel-sel
permukaan tanpa memandang bentuk sel yang terdapat
dibawahnya.

2.2 SIFAT UMUM

11
Sifat umum dari epitel dapat dilihat dari
bentuk selnya agak teratur, tonjolan protoplasma
tidak banyak, sel-sel nya berhubungan erat satu
sama lain oleh komplek sambungan (junction).
Matriks sel mengandung sedikit bahan
ekstraseluler diantara sel-selnya dan matrik ini
terdiri dari asam mukopolisakarida seperti asam
hyaluronat dan asam kondroitin sulfat.

Kebutuhan nutrisi sel dikarenakan Jaringan


epitel tidak mempunyai pembuluh darah dan
limfe maka nutrisi untuk epitel dikirim melalui
proses difusi dari kapiler yang ada dalam jaringan
ikat dibawahnya. Jaringan epitel terikat erat pada
jaringan penyambung yang terletak dibawahnya
oleh membrana basalis. Pada jaringan epitel
terlihat banyak sekali gambaran mitosis, sebagai
petunjuk adanya pembaharuan/ regenerasi sel.

2.3 FUNGSI

Jaringan epitel dengan ciri khasnya sanggup


melaksanakan berbagai fungsi tertentu. Sebagai Proteksi
( pelindung ) Epitel memberikan perlindungan terhadap
trauma mekanis, misalnya mukosa mulut, esofagus,
vagina, anus dan epidermis kulit.
Fungsi Transportasi Epitel bersilia pada saluran
nafas dan saluran kelamin berperan sebagai transportasi
membersihkan mukus dan bahan renik dari permukaan
epitel. Jaringan epitel juga memiliki fungsi Difusi ,yang
mana epitel berperan sebagai sawar selektif terhadap

12
materi yang berdifusi melalui sel-sel epitel. Epitel juga
menghasilkan lendir yang disekresi oleh sel-sel epitel
berfungsi sebagai pelumas bagi permukan epitel
saluran. Adanya sel kuncup kecap , epitel olfaktori dan
organ korti adalah bangunan sel yang berfungsi sebagai
reseptor sensoris. Dalam Menjalankan fungsi Ekskresi ,
Jaringan epitel dapat mengeluarkan bahan metabolit
seperti urin, keringat dan karbon dioksida akan
berdifusi menembus epitel . Ciri epitel juga adalah
kedap air. Dimana Epitel transisional sanggup meregang
dan menyediakan permukaan kedap air yang tidak
dapat dilalui urin
Pada epitel usus, epitel torak yang melapisi
permukaan lumen, epitel berfungsi sebagai absorpsi.
Sedangkan fungsi sekresi terdapat pada epitel kelenjar.
Sebagian kecil sel epitel bersifat kontraktil, misalnya
pada sel mioepitel

2.4 KLASIFIKASI

Berdasarkan Susunan Mikroskopis Epitel dapat


diklasifikasikan sebagai Epitel Membran dan Epitel
Kelenjar

2.4.1. EPITEL MEMBRAN

Berdasarkan susunan lapis sel, Epitel dibagi atas 3


yaitu :

Epitel Selapis, yang terdiri dari satu lapis sel, Epitel


Berlapis, yang susunannya terdiri dari dua atau lebih
13
lapis sel dan Epitel Bertingkat, terdiri dari satu lapis sel
tetapi tinggi sel-sel berbeda dan inti-inti tidak terletak
pada satu baris.

Berdasarkan Bentuk Sel. Epitel dibagi atas Epitel


Gepeng ( Pipih ) , tinggi sel lebih pendek dari lebarnya,
Epitel Kubis, tinggi dan lebar sel sama dan Epitel
Silindris ( Torak ), tinggi sel lebih panjang dari lebarnya

Menurut penggabungan kedua dasar pembagian


diatas maka epitel dapat digolongkan sebagai berikut :

2.4.1.1. EPITEL SELAPIS


Epitel Selapis Gepeng ( Simple Squamous ) adalah Epitel
selapis gepeng terdiri dari satu lapis sel yang berbentuk
pipih/gepeng dan licin pada gambar terlihat dari atas
bentuknya tidak teratur atau poligonal. Batas-batas
poligonal selnya agak bergerigi atau kadang-kadang
licin. Pada irisan , sitoplasmanya hampir tidak tampak
tetapi dapat dilihat pada daerah nukleus yang
menggembung. Contoh epitel selapis gepeng adalah
epitel lapisan parietal kapsula bowman, ansa henle
ginjal, alveoli paru, telinga tengah dan dalam.Endotel
adalah jenis epitel selapis gepeng yang melapisi rongga
jantung, lumen pembuluh darah dan limfe

14
Gambar 2.1 Epitel Selapis Gepeng ( Soebowo )

Epitel Selapis Kubis ( Simple Cuboidal ) terdiri dari sel-


sel berbentuk kubus satu lapis yang lebar dan tingginya
sama. Penampang samping sel-selnya berbentuk kubus,
tetapi dilihat dari permukaan nya atas sel-selnya
berbentuk poligonal. Batas-batas selnya terlihat jelas
karena adanya jala terminal. Nukleus bulat terlihat di
tengah sel. Susunan sel terletak di atas membrana
basalis.
Contoh epitel selapis kubis terdapat pada permukaan
ovarium, duktus koligentes, folikel kelenjar tiroid,
tubulus proksimal ginjal, korpus siliaris, duktus
intralobularis kelenjar liur, pleksus koroideus dan pada
saluran berbegai kelenjar

Gambar 2.2 Epitel Selapis Kubis (Soebowo)

15
Epitel Selapis Silindris ( Simple Columnar )Epitel
selapis silindris ( torak ), terdiri atas selapis sel-sel
berbentuk silinder, berdiri pada membrana basalis .
Pada penampang melintang selnya tinggi, inti lonjong
berderet pada ketinggian yang sama dan terletak agak
basal. Penampang atas epitel selapis silindris tampak
poligonal. Epitel selapis silindris ada yang bersilia dan
tidak bersilia . Contoh epitel selapis silindris adalah
lambung, usus, vasa deferen, saluran prostat, uterus,
tuba uterina, kanalis sentralis medula spinalis, bronkus
kecil intrapulmonar, duktus eferen testis, dan saluran
keluar banyak kelenjar

Gambar 2.3 Epitel Selapis Silindris (Soebowo)

2.4.1.2. EPITEL BERLAPIS

Epitel Berlapis Gepeng terdiri atas beberapa lapis sel.


Lapisan superfisial terdiri atas sel-sel gepeng, lapisan
tengah mengandung sel-sel polihedral dan lapisan
dalam terdiri dari sel-sel silindris berdiri diatas
membrana basalis. Dikenal 2 tipe epitel berlapis gepeng,
yaitu epitel berlapis gepeng bertanduk dan epitel
berlapis gepeng tidak bertanduk.

16
Epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk ( tipe
keratin ), memiliki sel-sel lapisan permukaan tempat inti
dan mengandung keratin

Gambar 2.4. Epitel Berlapis Gepeng Bertanduk ( Soebowo )

Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk (tipe bukan


keratin ). Sel-sel lapisan permukaannya tetap memiliki
inti dan tetap hidup
Contoh Epitel berlapis gepeng bertanduk adalah
Epidermis Kulit. Epitel berlapis gepeng tidak bertanduk
terdapat pada kornea, vagina, anus dan esofagus
Pada epitel berlapis gepeng biasanya terdapat 3-5 lapis
sel-sel. Dari luar kedalam lapisan-lapisan nya adalah
sebagai berikut :
Stratum Korneum, terdiri dari beberapa lapis sel yang
telah mati dan bertanduk
Stratum Lusidum, hanya terdapat pada kulit berambut.
Terdiri dari satu atau dua lapis sel berbentuk gepeng.
Sifatnya tembus cahaya karena mengandung eleidin
Stratum Granulosum, sel-selnya mengandung butir-
butir keratohialin

17
Stratum Spinosum, terdiri dari sel-sel polihedral,
tampak benang-benang seperti duri (tonofibril ) yang
memancar dari desmosom.
Stratum Basale pada bagian basal lapisan ini sering
terlihat gambaran mitosis

Gambar 2.5 Epitel Berlapis Gepeng Tidak Bertanduk


( Soebowo )

Epitel Berlapis Kubis


Epitel berlapis kubis terdiri dari dua lapis atau
lebih sel kubis. Sel-sel lapisan permukaan lebih kecil
dari pada sel lapisan basal. Epitel berlapis kubis
jarang terdapat, contohnya saluran kelenjar keringat,
saluran keluar kelenjar liur, saluran keluar pankreas,
folikel sekunder ovarium
Epitel Berlapis Slindris
Epitel berlapis silindris terdiri dari beberapa lapis
sel. Sel-sel lapis permukaan berbentuk silindris tinggi
sedangkan sel-sel lapisan basal polihedral, kecil dan
pendek. Epitel berlapis silindris relatif jarang
ditemukan, contohnya pada konjungtiva, uretra pars
membranasea, saluran kelenjar parotis, saluran keluar
kelenjar submandibularis dan duktus lakrimalis.

18
Epitel berlapis silindris berbeda dengan epitel
bertingkat silindris, karena adanya lapisan kontinyu
sel-sel kecil bulat dekat membran basalis. Sel-sel
silindris pada lapisan permukaan epitel tidak
mencapai membran basalis . Dan sel-sel lapisan
dalam yang berbentuk polihedral atau heksagonal
bentuk selnya kecil tidak mencapai permukaan epitel

Gambar 2.6. Skema EpitelBerlapis Gepeng, Kubis dan Silindris


( ( Soebowo )

2.4.1.3. EPITEL BERTINGKAT

Epitel bertingkat silindris , tersusun oleh lebih dari


satu jenis sel diatas membran basalis dan tinggi sel-sel
berbeda-beda. Tidak seluruh sel mencapai permukaan
epitel. Inti-inti terletak pada ketinggian yang berbeda
dan terlihatnya beberapa lapis inti ini memberi kesan
gambaran epitel berlapis semu. Semua sel terletak diatas
membran basalis. Sel-sel yang mencapai permukaan
berbentuk silindris atau sebagai sel goblet. Sel-sel yang
tidak mencapai permukaan biasanya pendek berbentuk
19
segitiga dan terletak diantara sel-sel silindris yang lebih
tinggi. Silia dari sel-sel silindris berfungsi menggerakan
lendir bercampur kotoran kearah luar.

Epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet


terdapat pada saluran pernafasan yang besar ( Trakea,
Bronkus ), Nasofaring dan rongga hidung . Epitel
bertingkat silindris juga terdapat pada sebagian besar
uretra pria dan saluran kelamin pria serta saluran keluar
yang besar berbagai kelenjar.
Dalam epitel bertingkat silindris letak nukleus itu ada
beberapa macam, ada pada dasar jaringan kecil dan
gelap, ada yang dekat dengan permukaan, lebih besar
dan pucat. Sitoplasma dari sel[sel epitel bertingkat
kadang-kadang jernih kadang-kadang granuler.
Nukleusnya bulat atau bulat telur sesuai dengan bentuk
sel.

(a)

(b)

Gambar 2.7 Epitel Bertingkat Silindris


( Soebowo )

20
(a) Mikroskopis Epitel Brtingkat Silindris
(b) Skema Epitel Bertingkat Silindris

2.4.1.4. EPITEL TRANSISIONAL

Epitel transisional ( peralihan ), dahulu dianggap


sebagai peralihan antara epitel berlapis gepeng tidak
bertanduk dan epitel berlapis silindris. Gambaran epitel
transisional tergantung pada keadaan kontraksi atau
regangan dinding organnya.
Dalam keadaan relaksasi epitel transisional terdiri atas 5
sampai 6 lapis sel. Sel-sel basal berbentuk polihedral, sel-
sel pada lapisan tengah berbentuh buah pir dan sel-sel
lapisan permukaan lebih besar agak datar berbentuk
kubah disebut Sel Payung.
Pada keadaan teregang sel-sel permukaan menjadi
gepeng dan sel-sel lapisan tengah terdesak diantara sel-
sel yang lebih dalam. Sitoplasma sel payung pada
permukaan bebasnya tampak lebih padat dan berwarna
gelap.
Bila tampak banyak lapis sel-selnya memanjang dan
saling menutupi, semua sel akan berhubungan dengan
membrana basalis melalui penjuluran sitoplasma halus.
Tipe pertautan ini memungkinkan sel-sel
menyususnndiri paralel bila kandung kemih
mengembang. Akibatnya jumlah lapis sel berkurang.
Epitel transisional terdapat pada vesika urinaria, ureter
dan kaliks renalis.
Fungsi epitel transisional adalah sebagai proteksi
dan sanggup meregang serta menyediakan permukaan
kedap air. Karena urin bersifat hipertonik, maka epitel
vesika urinaria merupakan barier terhadap difusi air

21
dari jaringan dibawahnya. Kontras tonofilamen yang
terdapat langsung dibawah permukaan lumen
diperkirakan membantu mencegah proses difusi

(a)

(b)

Gambar 2.8. Epitel Transisional ( Soebowo )


(a) Epitel Transisional
(b) Skema Epitel Transisional

22
Gambar 2. 9. Diagram Penggolongan Epitel
( Leeson. L. Paparo ) )

23
Tabel 2.2 Jenis Epitel Pelapis yang Lazim Dijumpai di
Tubuh Manusia ( Luiz Carlos Junqueira,Jose Carneiro)

Jumlah Bentuk Sel Contoh Distribusi Fungsi Utama


Lapisan Sel

Satu Lapis Gepeng Melapisi Membantu


pembuluh darah pergerakan visera
(endotel). Melapisi (mesotel),transpor
rongga aktif melalui
perikardium, pinositosis (mesotel
Kuboid pleura, dan endotel), sekresi
peritoneum molekul biologis aktif
Silindris (mesotel)
Melapisi, Sekresi
Melapisi ovarium
dan kelenjar tiroid Proteksi, lubrikasi,
Melapisi absorpsi, sekresi
usus,kandung
empedu

Bertingkat Silindris Melapisi trakea, Proteksi, sekresi;


bronkus, rongga transpor yang
hidung diperantarai silia
untuk partikel yang
terperangkap dalam
mukus agar dapat
keluar dari saluran
nafas

Gepeng Epidermis Proteksi; mencegah


Berlapis Bertanduk kehilangan air
(kering)
Gepeng tidak Mulut, Esofagus, Proteksi, sekresi,
bertanduk Laring, Vagina, mencegah kehilangan
(basah) kanal anus air

Kuboid Kelenjar keringat, Proteksi, Sekresi


folikel ovarium
yang sedang
berkembang

24
Transisional Kandung kemih, Proteksi,
ureter, kaliks ginjal Distensibililitas

Silindris Konjungtiva Proteksi

2.4.1.5. ENDOTEL

EndoteL adalah sejenis epitel selapis gepeng yang


melapisi pembuluh darah , pembuluh limfe , jantung
dan sum-sum tulang. Secara embriologis endotel berasal
dari mesoderm.

2.4.1.6. MESOTEL

Mesotel adalah jenis epitel selapis gepeng yang


melapisi membran serosa ( pleura, peritoneum, dan
perikardium ). Mesotel dan Endotel tidak dapat
dibedakan secara morfologis, kecuali karena lokasinya.
Mesotel juga berasal dari mesoderm.

2.5. STRUKTUR BANGUNAN PADA


PERMUKAAN EPITEL

2.5.1. Mikrovili
Mikrovili merupakan tonjolan permukaan apikal sel
yang terdiri dari evaginasi berbentuk tabung membran
plasma yang berisi sitoplasma. Dengan mikroskop
cahaya mikrovili tampak berjalur ( striated ) karena
jumlahnya banyak dan tersusun teratur. Dari gambaran

25
inilah timbul istilah striated border. Pada Mikroskop
Elektron tampak Setiap mikrovili memiliki sitoplasma
dengan daerah sentral terdiri dari filamen halus yang
berisi aktin. Disamping memiliki fungsi absorpsi ,
mikrovili mengandung enzim pemecah disakarida.
Mikrovili terdapat pada sel-sel yang berfungsi absorpsi,
misalnya epitel usus halus dan tubuli renalis proksimal .
Dengan mikroskop elektron mikrovili tampak silindris ,
halus berdiameter 0.1 um dan panjangnya bervariasi.

Gambar 2.10. Mikrovili ( Soebowo )

2.5.2. Stereosilia
Dengan menggunakan mikroskop cahaya stereosilia
tampak sebagai tonjolan-tonjolan halus, kadang-kadang
bercabang dan tidak dapat bergerak. Dengan mikroskop
elektron terlihat stereosilia terdiri atas kelompokan
mikrovili panjang,halus kadang-kadang bercabang.
Stereosilia terdapat pada sebagian saluran kelamin pria
misalnya duktus epididimis , duktus efferen dan
duktus deferen dan sel-sel rambut organ corti.

26
Gambar 2.11 Stereosilia ( Soebowo )

2.5.3. Kinosilia
Kinosilia terdapat pada epitel saluran pernafasan
misalnya trakea, bronkus . Kinosilia berfungsi untuk
menggerakan lendir dan kotoran keluar

Gambar 2. 12 Kinosilia ( Soebowo )

2.5.4. Krusta
Bangunan ini merupakan pemadatan sitoplasma di
dekat permukaan bebas sel epitel misalnya pada epitel
transisional dengan maksud melindungi sel terhadap
pengaruh kimiawi di luarnya

27
2.5.5. Kutikula
Struktur ini merupakan bahan yang disekresikan sel
epitel yang diletakan sebagai kerak diluar sel epitel.
Struktur khusus ini dapat ditemukan sebagai capsula
lentis

2.6. MEMBRAN BASALIS

Membran basalis pada berbagai bentuk sel epitel


mengandung Na-K ATP ase, yaitu suatu sistim enzim
hidrofilik yang berperan dalam transport Natrium dan
Kalium .Lamina basalis yang terdapat pada epitel
umumnya bersifat amorf, mengandung kolagen tipe IV.
Dengan miroskop elektron tampak sebagai lapisan
padat tersususn dari bahan fibril yang halus berdiameter
4 nm, anyaman teratur setebal 30-70 nm. Lamina
basalis menyatu dengan jaringan serat retikuler halus
dan mikrofibril kolagen dan juga dengan beberapa serat
elastis. Lamina basalis , serat retikuler dan substansi
dasar adalah penyusun membrana basalis.

2.7. PENUNJANG DAN PERTAUTAN ANTAR


SEL

2.7.1. Tonofilamen
Merupakan struktur penunjang internal berbagai
bentuk sel epitel, berkaitan dengan struktur , lokasi dan
fungsinya pada pertautan antar sel. Jalinan filamen
sitoplasma terdiri dari tonofilamen. Berkas tonofilamen
disebut tonofibril yang dapat dilihat pada epitel berlapis
gepeng

28
2.7.2. Junctional complex

Terdiri dari 3 bentuk yaitu Desmosom, Zonula Adherens


dan Zonula Okludens
Desmososm ( Makula Adherens ) adalah Pertautan
antar sel pada epitl berlapis gepeng pada statum
spinosum dan epitel lain. Membran plasma yang
berhubungan memiliki pelapis protein tebal pada
permukaan dalamnya, filamen protein halus ( tonofibril
) tertanam didalam pelapis protein itu. Filamen-filamen
juga menjembatani celah diantara kedua membran sel.
Sedangkan Zonula Adherens. bedanya dengan
desmosom, ini tidak memiliki filamen yang
menjembatani kedua membran. Bangunan ini berfungsi
menahan sel-sel contohnya tautan antara puncak epitel.
Pertautan yang ketiga adalah Zonula Okludens

(a)

29
(b)

Gambar 2. 13
(a) (b) Pertautan Sel ( Soebowo )

2.7.3. EPITEL KELENJAR

Jaringan epitel yang berfungsi sebagai kelenjar yaitu


jaringan yang mampu menghasilkan sekret. Kelenjar
terdiri dari satu atau lebih sel epitel yang sanggup
menghasilkan sekret. Semua kelenjar berasal dari
invaginasi epitel permukaan .

Klasifikasi kelenjar umumnya terbagi dua kelompok


besar yaitu kelenjar Eksokrin dan kelenjar Endokrin

30
KELENJAR EKSOKRIN KELENJAR ENDOKRIN
KELENJAR ENDORIN
Gambar 2.14 Skema Epitel Kelenjar ( Soebowo )

Kelenjar Eksokrin adalah kelenjar yang menyalurkan


sekretnya melalui sistim saluran ke permukaan epitel,
dan terdapat sekresi eksternal. Kelenjar initetap
mempertahankan hubungannya dengan permukaan
melalui saluran dan mencurahkan sekretnya pada
permukaan. Klasifikasi kelenjar eksokrin :

Berdasarkan Cara Sekresi kelenjar dibedakan atas :

Kelenjar Apokrin
Sekret intraseluler yang dibungkus oleh selaput akan
berkumpul di kutub apikal. Setelah banyak berkumpul
maka terjadi kontriksi membran plasma samping,

31
sehingga sekret menonjol ke lumen ujung kelenjar.
Kemudian bagian yang menonjol terputus dan lepas
sebagai sekret. Bagian basal sel serta intinya tetap utuh .
Contohnya kelenjar mammae, kelenjar aksila dan
kelenjar sirkum analis

Gambar 2. 15. Kelenjar Apokrin ( Soebowo )

Kelenjar Merokrin
Sekret dilepaskan dari sel tanpa kehilangan sitoplasma
sedikitpun. Sel tetap utuh sewaktu sekret dilepaskan ke
lumen kelenjar, contohnya kelenjar ludah, kelenjar
pankreas, kelenjar sudorifera ( kelenjar keringat )
32
Gambar 2. 16. Kelenjar Merokrin ( Soebowo )

Kelenjar Holokrin
Setelah sel-sel sekretorik membentuk dan menimbun
hasil sekresi didalam sitoplasmanya, sel itu akan mati,
pecah dan dilepaskan dari kelenjar sebagai sekret.
Seluruh sel tua seutuhnya dilepaskan berupa sekret.
Contoh kelenjar sebasea dan kelenjar tarsal

33
Gambar 2.17 Kenjar Holokrin ( Soebowo )

Berdasarkan Sifat Sekret kelenjar dapat dibedakan atas :

Kelenjar Mukosa
Kelenjar mukosa sitoplasmanya pucat, mungkin berbusa
dengan nukleus kecil, gepeng, gelap dan terdesak
kepinggir kearah membrana basalis. Sekretnya agak
kental ( mukus ), berfungsi melindungi epitel
permukaan. Dalam keadaan biasa lumen relatif kecil dan
tidak teratur. Sitoplasma berisi butir-butir musinogen

Kelenjar Serosa
Sel-sel epitelnya memiliki inti bulat ditengah dan pada
kutub bebasnya berkumpul butir-butir sekret ( zimogen
). Sitoplasma gelap, berwarna merah muda atau agak
keunguan pada pulasan HE. Sekretnya cair encer,

34
contohnya kelenjar parotis dan kelenjar pankreas.
Lumen kecil kadang-kadang kurang jelas terlihat dan
membran sel sering tidak jelas.

Kelenjar campur
Kelenjar campur seromukosa terdiri dari sel-sel yang
bersifat serosa dan mukosa. Terdapat sel-sel serosa
tersusun membentuk bangunan bulan sabit menempel
pada alveoli mukosa disebut bulan sabit Gianuzzi.

Berdasarkan Jumlah Sel Kelenjarnya dapat dibedakan


atas :
Kelenjar Uniseluler
Terdiri atas satu sel dan karena letaknya didalam epitel
disebut kelenjar uniseluler intraepitelial. Contohnya sel
goblet pada membran mukosa usus.

Kelenjar Multiseluler
Kelenjar multiseluler terdiri atas banayak sel yang
bersama-sama membentuk kelenjar,contohnya kelenjar
ludah. Berdasarkan bentuknya kelenjar multiseluler
dikenal tiga jenis, yaitu :

Tubuler
Sel sekresi tersusun berupa tabung memanjang dengan
lumen ditengah. Tabung ini bisa lurus ( kelenjar tubuler
lurus sederhana ) misalnya kelenjar usus besar. Tabung
bisa berkelok-kelok ( kelenjar tubuler mengulir
sederhana ) ujung kelenjarnya mengulir atau
menggulung dan alat penyalurnya lurus langsung
bermuara keluar. Contohnya kelenjar keringat pada
kulit.

35
Tabung bisa bercabang ( kelenjar tubuler sederhana
bercabang ). Percabangan ujung kelenjar bersatu
membentuk satu saluran yang bermuara ke lumen.
Contohnya kelenjar lambung.

Asiner
Sel-sel sekresi tersusun berupa kantong membunder,
lumen asinus biaanya sempit dan kecil . Contohnya
kelenjar sebasea pada kulit

Alveolar
Ujung kelenjarnya berbentuk bulat dan leher
penyalurnya sempit keluar, lumenalveolus luas serta
melebar. Sel-sel tersusun sepertilabu siam atau tabung
Erlenmeyer

Berdasarkan Sifat Saluran Keluar kelenjar dibagi atas :

Simpleks
Bagian kelenjar mengeluarkan hasil sekresinya langsung
kedalam satu saluran yang tidak bercabang

Kompleks
Bagian kelenjarnya mengeluarkan sekretnya melalui
saluran keluar yang bercabang-cabang kecil kedalam
saluran keluar utama. Kelenjar eksokrin kompleks
dibedakan atas, tubular kompleks, asiner kompleks dan
tubulo-alveolar kompleks. Sedangkankelenjar eksokrin
simpleks dibedakan atas tubuler, tubuler berkelok,
tubuler bercabang. Asinar dan asinar bercabang.Kelenjar
tubuler kompleks, ujung kelenjar tubuler lurus atau
berkelok, masing-masingbersatu pada cabang saluran
keluar utama Contohnya glandula duodenalis Brunner
36
Kelenjar Endokrin

Adalah kelenjar yang mencurahkan sekretnya


langsung kedalam darah atau pembuluh limfe dan
kedalam cairan serebrospinal tanpa melalui sistim
saluran keluar. Kelenjar ini terputus hubungannya
dengan permukaan karena salurannya lenyap dan
disebut kelenjar buntu. Kelenjar endokrin biasanya
diliputi oleh kapsul jaringan ikat tipis, dan
mempercabangkan sekat yang membaginya menjadi
beberapa lobus. Jaringan ikat utama dibentuk oleh
retikuler halus, diikuti oleh kapiler darah dan banyak
sinusoid. Sel-sel epitel yang manghasilkan hormon
terletak berdekatan dengan kapiler darah. Kelenjar
endokrin digolongkan sebagai tipe deret atau kelompok
dan tipe folikel. Dalam kelenjar endokrin terdapat tiga
susunan utama sel-sel, rumpun ( kelompokan),
folikeldan korda (deretan ). Rumpun dapat tersusun dari
kelompokan kecil atau besar dari sel-sel berbentuk tak
teratur, dan tidak membentuk lumen. Contoh kelenjar
endokrin yang berbentuk rumpun adalah pulau-pulau
langerhans dalam pankreas dan sel-sel interstitial dalam
testis. Bentuk folikel tersusun dari deretan sel-sel
kelenjar yang membungkus suatu lumen berbentuk
bola. Contoh nya kelenjar Tiroid. Sedangkan bentuk
Korda (benang) sel-sel epitel tersusun dalam bentuk
barisan ( deretan ), contohnya korteks adrenal
menunjukan banyak baris sel. Pada masa embrional
kelenjar endokrin mempunyai saluran tetapi pada
individu dewasa tidak terdapat saluran sehingga
disebut kelenjar tak bersaluran ( kelenjar buntu ).
Sekresi kelenjar endokrin dapat ditimbun atau langsung
dibawa ke dalam kapiler darah.
37
Kelenjar Campur Endokrin dan Eksokrin

Kelenjar campur endokrin dan eksokrin, yaitu


mempunyai fungsi endokrin maupun eksokrin. Didalam
kelenjar terdapat bagian sel-sel endokrin dan eksokrin.
Contohnya kelenjar pankreas, testis, ovarium dan hati.

Gambar 2.18. Pulau Langerhans Pankreas (Endokrin)


( Soebowo )

Gambar 2.19 Sel-sel Hepatosit Hati (Eksokrin)


( Soebowo )

38
LATIHAN SOAL

1. Manakah yang benar untuk epitel


A. Zat intersel banyak
B. Melapisi sebagian permukaan tubuh
C. Avaskular
D. Vaskular
E. Susunan sel longgar
2. Endotel melapisi permukaan dalam
A. Pleura
B. Peritoneum
C. Perikondrium
D. Jantung
E. Kulit
3. Mesotel melapisi permukaan
A. Pleura
B. Arteri
C. Vena
D. Jantung
E. Kulit
4. Semua sel terletak diatas membrana basal pada:
A. Epitel berlapis gepeng
B. Epitel berlapis kubis
C. Epitel bertingkat torak
D. Epitel berlapis torak
E. Epitel transisional
5. Sel permukaannya bentuk payung benar pada sel
A. Berlapis Gepeng
B. Berlapis Kubis
C. Berlapis Torak
D. Bertingkat Torak
E. Transisional

39
6. Berfungsi absorpsi benar untuk epitel
A. Selapis silindris
B. Selapis kubis
C. Selapis gepeng
D. Transisional
E. Bertingkat kolumnar
7. Dimanakah terdapat epitel bertingkat torak
bersilia
A. Lensa mata
B. Trakea
C. Usus halus
D. Vagina
E. Ovarium
8. Kelenjar Minyak sebasea termasuk jenis kelenjar
A. Apokrin
B. Merokrin
C. Holokrin
D. Ekrin
E. Seruminosa
9. Yang termasuk Kelenjar campur mukosa dan
serosa
A. Kelenjar Parotis
B. Kelenjar Cervik
C. Kelenjar Submandibularis
D. Kelenjar Sublingualis
E. C dan D benar
10. Yang termasuk kelenjar endokrin
A. Kelenjar Parotis
B. Kelenjar ludah
C. Pulau Langerhans Pankreas
D. Kelenjar Sudorifera
E. Kelenjar Apokrin

40
BAB III

JARINGAN IKAT

3.1. PENDAHULUAN

Secara Embriologis jaringan ikat berasal dari


mesoderm, akan tetapi ektoderm daerah kepala
ikut membentuk jaringan ikat. Jaringan ikat
embrional disebut mesenkim berkembang dari
somit mesoderm dan lapisan bagian lateral
mesoderm somatik dan splanknik. Jadi semua
jaringan ikat dewasaberasal dari mesoderm
embrionalatau mesenkim, yang terdiri atas se;
bercabang-cabang dan bahan intersel amorf.

3.2. FUNGSI

Jaringan ikat mempunyai bermacam-macam fungsi


antara lain adalah Penghubung antar jaringan,
menyokong tubuh, mengatur temperatur tubuh
dan media nutrisi serta berperan dalam mekanisme
pertahanan

3.3. UNSUR
Jaringan ikat mempunyai tiga unsur pokok
yaitu sel, serat dan bahan dasar

41
3.4. KLASIFIKASI

3.4.1. JARINGAN IKAT SEJATI

Jaringan Ikat sejati dapat dibagi atas 2 yaitu jaringan


ikat embrional dan jaringan ikat dewasa

3.4.1.1. JARINGAN IKAT EMBRIONAL

Jaringan ikat embrional terdiri atas dua jenis yaitu


jaringan ikat Mesenkim dan jaringan ikat Embrional.
Jaringan Ikat Mesenkim merupakan jaringan
spongiosa longgar yang terdapat pada awal kehidupan
embrio. Jaringan mesenkim ini terdiri atas sel-sel dan
substansi intersel amorf.

Gambar 3.1 Mikroskopik Jaringan Mesenkim (Soebowo)

42
Gambaran Mikroskopik sel-sel mesenkim adalah
sebagai berikut :

Bentuk sel mesenkim bercabang-cabang tidak


teratur, berbentuk bintang atau kumparan. Sel
mesenkim biasanya mempunyai bentuk seragam.
Sitoplasma agak granular memiliki penjuluran panjang
berupa prosesus yang saling berhubungan satu sama
lain, membentuk jala atau jalinan tiga dimensi. Nukleus
berbentuk oval agak menggelembung terletak sentral
dengan nukleolus berkembang baik dan kromatin
halus.

Sel mesenkim aktif bermitosis dan dapat berkembang


membentuk berbagai macam sel jaringan
penyambung.Disamping itu mesenkim juga
berkembang menjadi jaringan lain seperti pembuluh
darah, epitel, otot dan sebagainya. Matriks sel
mesenkim pada tahap perkembangan awal, belum
menunjukan adanya serat-serat. Bahan intersel amorf
terdapat dalam jumlah banyak

43
Gambar 3.2 Diagram Diferensiasi Sel Mesenkim
( Soebowo )

44
Dan Embrional yang kedua adalah Jaringan Ikat
Gelatinosa ( Mukosa ). Distribusi jaringan ikat
gelatinosaterdapat pada tali pusat dan hipodermis
embrio. Pada hewan dewasa terdapat pada pusat papila
pada plika retikularis dan pada glans penis sapi.
Gambaran mikroskopik menunjukan adanya sel-sel
bercabang-cabang ( fibroblas stelata ) yang membentuk
jala. Ruang antar sel berisi masa berbentuk gel dan
mengandung serat kolagen. Jaringan ikat mukoid (
gelatinosa ) merupakan jaringan ikat embrional,
ditemukan pada tali pusat sebagai Whartends Jelly.
Contoh jaringan ikat mukosa/gelatinosa adalah corpus
vitreus mata dewasa

Gambar 3.3 Jaringan Ikat Gelatinosa ( Soebowo )

3.4.1.2. Jaringan Ikat Dewasa

Jaringan ikat dewasa atau jaringan penyambung


disusun oleh Sel-sel, Serat-serat dan Substansi dasar.
Serat-serat dan sel-sel pada berbagai jaringan ikat
berbeda dalam jenis, jumlah dan susunannya. Dalam
45
sediaan mikroskopis, dikenal ada 3 jenis serat jaringan
ikat yaitu serat kolagen, serat elastis dan serat retikuler.

Serat Kolagen

Serat kolagen dalam keadaan segar tampak putih,


oleh sebab itu sering disebut serat putih. Serat kolagen
pada sediaan histologidengan pewarnaan hematoksilin
eosin tampak berwarna merah muda. Dengan
pewarnaanmetode Van Giesenserat kolagen tampak
berwarna merah, dan berwarna hijau dengan metode
Masson’n trele stain. Sedangkan dengan pewarnaan
metode Mallorytampak berwarna biru. Dalam sediaan
rentangan misalnya mesentrium, serat kolagen tampak
berupa silindris panjang dan berkelok-kelok.Diameter
serat kolagen bervariasi antara 1-20 um. Serat kolagen
terdiri dari fibril-fibril yang tampak sebagai garis-garis
longitudinal.Dengan mikroskop elektron ternyata fibril-
fibril itu dibentuk filamen halus. Fibril kolagen memiliki
garis-garis melintang. Masing-masing fibril kolagen
memperlihatkansuatu susunan pita hitam dan putih.
Garis-garis melintang dari fibrilkolagen ditentukan oleh
tumpang tindih subunit molekul tropokolagen.
Tropokolagen terdiri atas tiga rantai polipeptida
merupakan subunit protein yang membentuk fibril
kolagen.

Beberapa serat kolagen dapat bergabung


membentuk suatu berkas yang lebih besar. Didalam
berkas diantara fibril-fibril terdapat bahan semen amorf
( mukoprotein ) sedikit, yang berperan mengikat dan
mempersatukan fibril-fibril tersebut. Fibril-fibril ini tidak
bercabang tetapi serat dan berkas menunjukan

46
percabangan dan beranastomosis satu sama lain. Serat-
serat kolagen ini biasanya berkelok-kelok, kadang-
kadang lurus.

Serat-serat kolagen merupakan serat yang lunak dan


dapat dilipat, tetapi hampir tidak dapat diregangkan.
Serat kolagen mengandung protein ( albuminosa ) yang
disebut kolagen,

Gambar 3.4 Mikroskopis Serat Kolagen ( Soebowo )

Serat-serat ini biasanya terkumpul dalam berkas-


berkas yang tebalnya berkisar 10-100um. Serat-serat
kolagen ( fiber ) tebalnya berkisar 1-12 um. Dan
tiap=tiap fiber terdiri atas sejumlah fibril dengan
diameter 0,3-0,5um. Masing-masing fibril dengan
mikroskop elektron terlihat dibentuk oleh mikrofibril (
filamen, protofibril ) berdiameter 1.000 angstrom( 0,1
mu ).
Pada mikrofibril ini dapat terlihat garis-garis
melintang yang terdapat pada jarak kira-kira 640
Angstrom. Ini berhubungan dengan keadaan teraturnya

47
rangkaian polipeptida yang panjang yang terdapat pada
mikrofibril tadi. Molekul dasar kolagen disebut
tropokolagen.
Asam-asam amino utama yang menyusun kolagen,
adalah : Glisin 33.5 %, Prolin 12 %Hidroksi-prolin 10 %
dan Hidroksilisin serta asam-asam amino lain.

Kolagen merupakan protein yang terbanyak dalam


tubuh manusia, yakni 30 %dari protein total tubuh. Dan
serat kolagen ini paling banyak ditemukan dalam
jaringan ikat ( didapatkan pada semua jenis jaringan
ikat ).
Pembentukan serat kolagen , dikatakan bahwa sel
fibroblas menghasilkan molekul tropokolagen yang
bergabung dengan mukopolisakarida membentuk serat
kolagen. Distribusi serat kolagen pada hakekatnya
terdapat pada semua jaringan ikat, contohnya tendon,
aponeurosis dan ligamentum
Morfologi serat kolagen, yaitu suatu serat lebar, lurus
tidak bercabang atau agak berkelok dengan tebal sekitar
1-10 um, memiliki garis memanjang berkumpul
membentuk berkas
Tipe-tipe Kolagen
Terdapat 5 tipe kolagen berdasarkan susunan kimianya
, yaitu

Kolagen tipe I
Kolagen tipe I terdapat pada tendon, tulang, gigi,
dermis dan jaringan ikat lainnya. Fibroblas, odontoblas
dan osteoblas berperan dalam mensintesa kolagen tipe I

Kolagen tipe II

48
Terdapat pada matriks tulang rawan dan disintesa oleh
kondroblas

Kolagen tipe III


Terdapat pada kulit, uterus, pembuluh darah dan
saluran cerna dalam jala retikuler. Kolagen tipe III ini
pada kulit disintesa oleh fibroblas, pada organ
lainnya dibentuk oleh sel otot polos

Kolagen tipe IV
Kolagen tipe IV terdapat pada lamina basalis, dan
dibentuk oleh sel epitel dan sel endotel

Kolagen tipe V
Kolagen tipe V susunannya masih diperdebatkan ,
terdapat pada fetus

Serat Elastis

Pada umumnya serat elastis lebih kecil dari pada


serat kolagen. Serat elastis bercabang-cabang dan
beranastomosis secara luas membentuk anyaman. Pada
penampang melintang serat-serat yang kecil terlihat
bulat, sedangkan serat yang lebih besar tampak pipih
atau poligonal. Serat elastis mengandung elastin, dan
mempunyai daya tahan yang besar terhadap berbagai
zat.
Serat elastis dengan pewarnaan orcein akan
berwarna coklat, dan dengan pewarnaan resorcin –
fuchsin berwarna merah. Sereat elastis kurang terwarna
dengan hematoksilin eosin. Serat elastis mudah
dibedakan dengan serat kolagen pada bentangan
49
sediaan jaringan ikat sebab serat elastis lebih tipis ( kecil
) dan tidak mempunyai gurat-gurat longitudinal. Serat
elastis bercabang-cabang dan bergabung satu sama lain
membentuk jala yang tidak teratur.
Serat elastis dalam keadaan segar berwarna kuning
disebut serat kuning. Serat elastis sangat flewksibel (
kenyal ) dan sifat kenyal ini sangat penting pada
pembuluh darah, kulit, ligamentum dan vertebra.
Dengan mikroskop elektron serat elastis terdiri dari
fibril-fibril yang tebalnya 10 um dan satu bagian yang
amorf. Komponen dasar serat elastis adalah suatu
skleroprotein disebut elastin, berarti lebih muda dari
protein kolagen. Serat elastis mampu meregang dua
setengah kali panjang semula, dan mampu kembali lagi
ke bentuk asalnya.
Serat elastis terdapat pada organ tubuh yang
memerlukan daya elastisitas dan daya regang yang
tinggi, seperti pita suara, daun telinga, pulmo, trakea,
kulit, pembuluh arteri dan ligamentum nuchae dan
ligamentum flava. Komponen utama serat elastis adalah
protein elastin yang berupa molekul elastin yang
tersusun mengulir. Komponen lainnya adalah molekul
desmosin dan isodesmosin. Komponen sekunder serat
elastis adalah mikrofibril, berdiameter 11 nm, terdiri
dari glikoprotein yang banyak mengandung sistin.
Fibroblas dan sel otot polos mensintesa elastin sebagai
tropoelastin

50
Gambar 3.5. Mikroskopis Serat Elastis ( Soebowo )

Morfologi serat elastis berupa benang halus, bercabang


dan saling berhubungan antara satu dengan yang
lainnya dan tebalnya sekitar 1-2 um

Serat Retikuler

Serat retikuler tampak sebagai serat-serat kecil (


halus ) yang bercabang-cabang dan biasanya
membentuk jala. Oleh karena halusnya, maka pada
pewarnaan biasa serat-serat retikuler ini tidak tampak.
Pewarnaan khusus serat retikuler dengan pewarnaan
perak Bielchowsky, dimana serat retikuler tampak
berwarna hitam. Maka serat retikuler sering pula
disebut argirofilik. Bahan kimianya disebut retikulin,
tetapi sebenarnya secara kimiawi serat retikuler sama
dengan serat kolagen. Perbedaan antara serat retikuler
dengan serat kolagen adalah serat retikuler lebih halus
dan berbentuk jala. Dengan Impregnasi perak berwarna
hitam dan dengan PAS sensitif kuat.

Distribusi serat retikuler terutama terdapat


disekitar serat otot, pembuluh darah, syaraf,
limfonodus, sum-sum tulang, hati, limpa, paru dan
kelenjar endokrin.

51
Morfologi serat retikuler merupakan serat yang
sangat halus dalam jalinan berbentuk jala dengan tebal
1-2 um. Serat retikuler sering bersamaan dengan serat
kolagen dan terdapat dalam semua bagian dimana serat
kolagen dibentuk. Serat retikuler merupakan bagian
integral dari membrana basalis. Berdasarkan analisa
biokimia serabut retikuler terdiri dari fibril kolagen tipe
III, yang dibalut oleh proteoglikan dan glikoprotein.
Pembalut inilah yang mempunyai afinitas terhadap
perak.

Gambar 3.6 Mikroskopis Serat Retikuler ( Soebowo )

Fungsi Serat Retikuler :

Serat retikuler berfungsi sebagai penunjang


menyediakan matriks dan tempat melekat sel-sel
retikulum dan membentuk jala. Serat retikuler (
retikulin ) merupakan serat kolagen yang sangat halus
membentuk jalinan jala-jala atau sebagai kerangka
peyokong .

Sel- sel Jaringan Ikat yang dapat dilihat pada


sediaan jaringan ikat adalah ; Fibroblas, makrofag, sel
52
plasma, Sel mast, Sel lemak, Sel pigmen, Sel mesenkim
yang belum berdifferensiasi, Sel retikulum, Sel darah (
limfosit, eosinofil, netrofil dan monosit )

Gambar 3.7 Sel-sel Jaringan Ikat


( Gesser. F. )

Fibroblas
Fibroblas merupakan sel yang paling sering ditemukan
didalam jaringan ikat. Fibroblas adalah salah satu sel
yang paling banyak ditemukan pada jaringan ikat
longgar.
Ada beberapa fungsi fibroblas yang diantaranya adalah
untuk mensintesa serat, dan membuat bahan dasar
interseluler amorf
Tipe Fibroblas merupakan sel jaringan ikat Sel muda
sedangkan sel jaringan ikat yang sudah matur disebut
fibrosit. Fibroblas ( sel muda ) mempunyai aktifitas
53
sintesa yang sangat besar . Struktur mikroskopik sel
fibroblas adalah Sitoplasma mempunyai tonjolan yang
banyak dan tidak teratur serta bergranul halus, Nukleus
besar, oval atau lonjong dan terletak di tengah, kromatin
halus, nukleolus jelas, bentuk sel tidak teratur , agak
gepeng dengan banyak cabang. Dari samping tampak
berbentuk fusiform

Organel banyak dan ekstensif dan gelembung sekret


berbutir tampak melepaskan isinya ke dalam ruang
antar sel. Dengan menggunakan radioautograf
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron dapat
dipelajari fungsi fibroblas yaitu mensintesa serat
kolagen dan serat elastis serta glikosaminoglikan dari
bahan intersel amorf

54
Gambar 3.8 Sel Fibroblas
( Gesser. F. )

55
Fibrosit

Struktur mikroskopik sel fibrosit dapat dilihat


berupa : Sitoplasma sedikit, asidofil dan mempunyai
tonjolan yang lebih sedikit, Nukleus : lebih kecil,
berwarna gelap, berbentuk gepeng atau lonjong, bentuk
sel spindle ( kumparan ), cabang-cabang sedikit, ukuran
sel lebih kecil dari fibroblas . Organel pada fibrosit
seperti retikulum endoplasma granuler dan aparatus
golgi kurang berkembang

Pada penyembuhan luka fibrosit dapat mensintesa serat


dan bentuk serta penampilannya kembali seperti
fibroblas

Makrofag
Makrofag ditemukan pada semua jaringan ikat ,
untuk mengindentifikasinya adalah dengan aktivitas
fagositnya. Dapat dilakukan dengan injeksi warna
vitalseperti biru tripan, tinta india dan lithium carmine
pada binatang percobaan. Makrofag akan menelan
bahan warna dan akan berakumulasi didalam
sitoplasmanya dalam bentuk granula yang
tampakdengan mikroskop cahaya.
Dikenal ada 2 macam makrofag , yaitu : Histiosit dan
Makrofag pengembara

Histiosit

Makrofag tetap ( histiosit ), terdapat satu-satu atau


berkelompok kecil. Bentuknya tak tertentu dan dapat
bercabang-cabang. Bentuk sel seperti spindle atau
berbentuk bintang, dan sel besar tetapi tidak teratur.
Sitoplasma sel bercabang, bergranula dan bervakuola
56
serta banyak mengandung lisosom. Nukleus berbentuk
oval atau berlekuk dengan kromatin padat. Jumlahnya
hampir sama dengan fibroblas dalam jaringan ikat
longgar. Intinya lebuh bulat dan lebih kecil dari pada
inti fibroblas, dan warnanya lebih tua

Makrofag Pengembara

Makrofag pengembara memiliki struktur


mikroskopis seperti ; Sitoplasma dalam keadaan inaktif
berwarna pucat dan sukar dibedakan dengan fibroblas.
Dalam keadaan aktif makrofag menjadi lebih besar,
intinya membesar, nukleolus menjadi jelas dan didalam
sitoplasma terdapat granula atau vakuola dari bahan-
bahan yang telah di fagositnya. Bila makrofag menemui
benda asing yang besar, makrofag bergabung
membentuk sel yang besar dengan 100 atau lebih inti
yang disebut sel sinsitium raksasa ( foreign body giant
cell ). Dengan mikroskop elektron terlihat permukaan
makrofag tidak teratur, membrana plasma melipat dan
mengandung tonjolan dan lipatan.

Sel Plasma

Sel plasma dalam keadaan normal jarang ditemukan


dan dalam keadaan patologis banyak sekali
ditemukan. Sel plasma merupakan modifikasi limfosit
besar . Sel plasma banyak terdapat pada tempat-tempat
penetrasi bakteri dan protein asing serta daerah
peradangan kronis. Pada umumnya sel plasma terdapat
pada lapisan mukosa dan submukosausus, omentum,
jaringan limfoid dan pada lamina propria saluran

57
pernafasan dan saluran kelamin wanita. Sel plasma
berkembang dari sel limfosit B yang keluar dari darah.
Susunan mikroskopis sel plasma adalah bentuk sel oval,
bulat telur atau lonjong, sitoplasma basofilik dan sekitar
inti berwarna pucat dan agranular, konfigurasi nukleus
menyerupai roda pedati , yaitu dikenal dengan istilah
nucleus a clock face appearance . Nukleus sferis dengan
kromatin kasar ,kompak, berkeping-keping selang seling
dengan daerah-daerah cerah yang ukurannya hampir
sama. Nukleus terletak eksentris, relatif kecil,
kromatinnya merupakan granula yang tercat gelap dan
melekat pada selaput inti dan letaknya teratur tampak
sebagai jari-jari roda.
Sel plasma mengandung badan Russel, bereaksi
positif dengan imunoglobulin. Dengan mikroskop
elektron bentuk apparatus golgi ekstensif, r ER
berkembang baik , sedikit butir dan materi padat
elektron, ribosom bebas dan mitokondria

Gambar 3.9 Sel Makrofag,Sel plasma,Fibroblas,Granulosit


( Gesser. F.)

58
Sel Mast
Sel Mast banyak terdapat dalam jaringan ikat
longgar pada kulit dan usus , terutama disepanjang
pembuluh darah. Struktur mikroskopik sel Mast adalah
merupakan sel besar berbentuk oval, bulat atau
polimorf, Sitoplasma mengandung granul kasar,
basofilik dan metakromatik. Granula ini dapat diwarnai
dengan teluidin blue, atau bahan-bahan alkalis lainnya.
Dengan pewarnaan Teluidin Blue sel mast berwarna
kemerahan.

Gambar 3.10. Sel Mast


( Gesser. F. )

Nukleus sel mast kecil terletak ditengah, sferis dab


sering ditutupi oleh granula sehingga kadang-kadang
tidak tampak. Nukleus sel mast berwarna pucat. Sel
mast menghasilkan : heparin, histamin dan serotonin ( 5-
hidroksi triotamin ). Dengan mikroskop elektron
granula tampak berselaput, kadang-kadang tampak
59
bentuk kristal, lamel atau butir halus. Sitoplasma juga
mengandung aparatus golgi , sisterna dari r ER,
Ribosom bebas dan mitokondria.

1. Sel Lemak

Sel lemak ( Adiposit ), berbentuk bulat, lonjong,


kadang-kadang poligonal. Sel lemak bisa satu-satu atau
berkelompok dan merupakan komponen jaringan ikat
longgar. Adiposit ( sel lemak ) dewasa berbentuk bulat
atau polihedral berdiameter 120 um. Hampir seluruh
sitoplasma sel ditempati lemak, sehingga sitoplasma
tinggal sedikit dipinggir berupa selaput.Nukleus gepeng
terdesak kepinggir. Memberi gambaran cincin.
Sitoplasma mengandung organel, apparatus golgi kecil,
endoplasmik retikulum, ribosom bebas dan
mitokondria. Sel-sel lemak ini berfungsi sebagai
penyimpanan lemak.

Gambar 3.11 Sel Lemak Unilokuler ( Monovakuola )


( Gesser. F. )

60
Gambar 3.12 Sel Lemak Multilokuler ( Lemak coklat )
( Gesser. F. )

Sel Pigmen
Sel pigmen ( Melanosit ), terdapat di berbagai tempat
misalnya, dermis, koroid mata, iris, meningen dll.
Susunan mikroskopik, sel besar , stelata ( berbentuk
bintang ), bercabang-cabang panjang. Didalam
sitoplasma terdapat granul melanin berwarna hitam. Sel-
sel pigmen jarang ditemukan pada jaringan ikat jarang
dan biasanya ditemukan dalam jaringan ikat padat kulit,
piameter dan sebagainya. Melanosom merupakan
granula halus, berbentuk lonjong, bermembran dan
mengandung pigmen melanin

61
Gambar 3.13 Sel Pigmen Melanin
( Gesser . F.)

Sel Mesenkim Yang Belum Berdifferensiasi

Pada jaringan ikat dewasa terdapat sel-sel yang


berpotensi membentuk berbagai jenis sel jaringan ikat .
Sel mesenkim yang belum berdiferensiasi yang
terdapat pada jaringan ikat disebut sel adventisia (
Adventitial Cells ). Adventisia sel terdapat sepanjang
kapiler darah. Bentuknya mirip sel fibroblas dan
makrofag. Sel ini lebih kecil dari fibroblas , intinya
lonjong dan kromatinnya kasar. Bila terdapat pada
jaringan mieloid dan limfoid disebut sebagai primitive
reticuler cells.

62
Gambar 3.14 Sel Mesenkim
( Gesser. F )

Sel – sel Darah

Sel- sel darah yang sering ditemukan di dalam


jarikan ikat adalah eosinofil, basofil dan netrofil. Sel-sel
ini biasanya pindah dari darah secara kontinyu dan
bertambah pada peradangan.

Sel Retikulum

Sel Retikulum terdapat diantara jala serat retikuler


pada jaringan retikuler seperti pada limpa, limfonodus
dan organ limfoid lainnya. Set retikulum mirip fibroblas
dan fungsinya adalah membentuk serat retikuler’
63
Gambar 3.15 Sel Retikulum
( Gesser. F )

3.4.1.3. BAHAN DASAR JARINGAN IKAT

Substansi dasar mengisi ruangan diantara sel-sel dan


serat-serat jaringan ikat dan bersifat amorf. Substansi
intersel amorf mengandung : Mukopolisakarida, Air,
Elektrolit, Glikoprotein

3.4.1.4. KLASIFIKASI JARINGAN IKAT


DEWASA

Berdasarkan komponen serat yang mengisi substansi


dasarnya, serat kita bagi menjadi 2 bagian : Jaringan Ikat
Longgar dan Jaringan Ikat Padat

Jaringan Ikat Jarang/Longgar,struktur mikroskopis

64
Jaringan ikat longgar, tidak teratur atau areolar
merupakan jenis jaringan yang banyak terdapat didalam
tubuh. Jaringan ini didalam tubuh manusia terdapat
tersebar secara luas. Distribusi jaringan ikat longgar ini
sering terdapat sekitar pembuluh darah, sekitar serat
syaraf, diantara berkas otot, jaringan subkutan, berupa
jaringan submukosa dan subserosa saluran pencernaan.
Jaringan ikat longgar ini juga merupakan fascia
superfisial dan sebagian besar dari fascia profunda dan
sebagian dari stroma berbagai organ. Jaringan ini juga
terdapat di piamater dan arakhnoid.

Gambar 3.16 Jaringan Ikat Jarang/ Longgar


( Eroschensko. V.P. )
65
Jaringan ikat longgar seperti juga semua jaringan ikat
lainnya , terdiri atas : sel-sel, serat-serat dan bahan dasar.
Bahan dasarnya relatif cair sehingga sel-selnya tidak
terfiksasi di dalam bahan dasar. Jaringan ikat longgar
mengandung hampir semua jenis sel dan semua macam
serat . Pada jaringan ikat longgar , sel-sel jaringan ikat
banyak, sedangkan seratnya sedikit ( jarang/longgar).
Sel-sel jaringan ikat longgar dapat dibagi 2 kelompok :
Kelompok sel-sel tetap dan kelompok sel pengembara.
Kelompok sel tetap misalnya : fibroblas, histiosit, sel
plasma, sel lemak sel Mast, Sel Makrofag
Sedangkan kelompok sel pengembara adalah Limfosit,
dan Eosinofil
Serat kolagen dan elastis menjulur ke segala arah
membentuk jalinan secara longgar. Diantara serat-serat
ini terdapat bahan dasar semi cair. Jaringan ikat longgar
atau jarang mengandung 3 macam serat, yaitu kolagen,
elastis dan retikuler dengan susunan serabutnya longgar

Fungsi Jaringan Ikat Longgar


1. Mengikat struktur-struktur agar bersatu
2. Fiksasi dari struktur-struktur tersebut
3. Sebagai tempat lewatnya pembuluh darah dan serat
syaraf
4. Bahan makanan dari kapiler darah ke sel-sel harus
melalui jaringan ikat
5. Tempat lewatnya bahan-bahan metabolik yang
masuk pembuluh darah maupun kapiler limfe
6. Tempat lewatnya cairan interseluler
7. Melokalisir infeksi
8. Berperan dalam proses penyembuhan

66
Jaringan Ikat Padat, pada jaringan ikat padat serat-
serat tersusun rapat , dan bisa ditemukan dalam bentuk
selaput, pita atau tali. Pada umumnya jaringan ikat
padat terutama terdiri atas serat-serat kolagen , kecuali
pada beberapa ligamentum yang terutama terdiri dari
serat –serat elastis.

Jumlah serat dalam jaringan ikat padat jauh lebih


banyak dibandingkan dengan jumlah sel-sel dalam
matriknya. Jaringan ikat padat ini dibagi lagi menjadi 2
kelompok yaitu Jaringan Ikat Padat Teratur dan
Jaringan Ikat Padat Tidak Teratur

Jaringan Ikat Padat Teratur


Jaringan ikat padat teratur memiliki orientasi dan
susunan seratnya teratur. Berdasarkan jenis serabutnya
maka jaringan ikat padat teratur terdapat 2 bentuk yaitu

a. Jaringan Ikat Padat Fibrosa ( Kolagen /Putih )


Pada jaringan ini sebagian besar terdiri atas serat
kolagen
Terdapat pada: Tendon, Ligamentum,
Aponeurosis , perikardium, periostium, kapsul
kelenjar, perineurium

67
Gambar 3.17 Jaringan Ikat Padat Kolagen
( Eroschenko. V.P )

b. Jaringan Ikat Padat Elastis ( Kuning )


Pada jaringan ini terutama terdiri dari serat elastis
Terdapat pada : ligamentum Nukhae, ligamentum
flava, ligamentum suspesorium penis, pita suara,
membran mukosa trakea, membran mukosa
bronkus dan alveoli, tunika media arteri besar
Jaringan ini hampir seluruhnya terdiri dari berkas-
berkas tebal dan paralel serat elastis. Sekitar berkas
serat elastis terdapat sedikit jaringan ikat longgar
dengan fibroblas yang pipih. Serat elastis
berwarna kuning tang tipikal dan secara khas
diwarnai dengan orcein.

68
Gambar 3.18 Jaringan Ikat Padat Elastis
( Soebowo )

Jaringan Ikat Padat Tidak Teratur

Jaringan Ikat padat tidak teratur memiliki orientasi


serat yang tidak teratur. Jaringan ini sebagian besar
berfungsi sebagai pembungkus organ/ kapsul organ
dan sebagian besar terdiri dari serat kolagen.

Gambar 3.19 Jaringan Ikat Padat Tidak Teratur


( Eroschenko. V.P )

69
3.4.1.5. JARINGAN RETIKULER

Jaringan ikat retikuler terdapat pada : Jaringan


limfoid ( limpa, limfonodus, timus ), Jaringan Mieloid,
Paru, Ginjal, Hati
Jaringan retikuler terdiri atas serat retikuler dan sel-sel
retikulum diantaranya. Sel retikulum primitif
mempunyai inti yang besar, kromatin halus dan nukleus
bisa satu atau lebih

Gambar 3.20 Jaringan Ikat Retikuler limfonodus


( Gesser. F )

3.4.1.6. JARINGAN IKAT KHUSUS

Jaringan ikat khusus yang akan dibahas pada buku


ini ada 2 (dua ) yaitu jaringan lemak dan jaringan
pigmen

70
Jaringan Lemak

Didalam semua jaringan ikat longgar bisa terdapat


sel-sel lemak baik tersebar satu-satu maupun
berkelompok. Pada tempat-tempat tertentu sel lemak
ini banyak sekali disebut jaringan lemak.
Ada dua tipe jaringan lemak , yaitu :

Jaringan Lemak Putih ( Uniloculer Adipose Tissue )


Berwarna putih sampai kuning pekat tergantung
pada diet terutama carotenoid. Semua jaringan lemak
pada orang dewasa adalah tipe jaringan lemak
unilokuler. Jaringan lemak putih ini ditemukan hampir
seluruh tubuh kecuali kelopak mata, penis, scrotum,
lobulus aurikula,
Jaringan lemak putih terbagi oleh septum jaringan
ikat longgar menjadi lobulus. Tiap sel lemak dikelilingi
jalinan serat kolagen dan retikuler halus yang
menyokong serat saraf dan kapiler. Ruangan diantara
sel lemak relatif sempit, berisi sedikit matriks,
fibroblas/fibrosit dan sel mast. Struktur histologis sel
lemak putih yakni :
Bentuk sferis apabila tersebar, pada jaringan lemak
berbentuk polihedral, sitoplasma tipis seperti cincin
ditepi sekitar vakuola disebut signet ring cell, Nukleus
gepeng terletak dipinggir sel, didalam sitoplasma sel
lemak terdapat mitokondria, golgi apparatus,
retikulum endoplasma, dan ribosom

Sel lemak dewasa berdiameter 200 um, merupakan


sel besar berbentuk bulat mengandung satu unit lemak.

71
Pada sediaan yang difiksasi secara biasa, lemaknya telah
larut dan bagian tengah sel kosong ( vakuola ) dan
tampak seperti cincin bermata
Pengecatan khusus lemak adalah asam osmium dan
lemak akan menjadi hitam. Pengecatan khas yang lain
untuk lemak adalah Sudan III , berwarna merah.
Fungsi Jaringan Lemak adalah sebagai cadangan
makanan, melindungi bagian-bagian tubuh yang sering
terkena tekanan dari luar dan untuk mempertahankan
suhu tubuh

Jaringan Lemak Coklat

Jaringan lemak coklat ( Multilokular Adipose Tissue


), terdapat pada Rodensia dan mamalia lain yang
mengalami tidur musim dingin ( hibernasi ). Distribusi
jaringan lemak coklat terdapat didaerah ketiak, leher,
mediastinum, mesentrium, inguinal dan sepanjang
aorta.
Struktur mikroskopik sel lemak coklat adalah sel-sel
lemaknya lebih kecil, didalam sitoplasma terdapat unit-
unit kecil lemak banyak tersebar disebut adiposit
multilokuler, pada sediaan biasa sel lemak tampak
mengandung banyak vakuola kecil, bentuk sel
poligonal dengan nukleus terletak ditengah, terdapat
banyak mitokondria besar bentuk sferis, apparatus golgi
dan retikulum endoplasma kurang jelas

Jaringan lemak coklat disuplai oleh kapiler yang


banyak mirip suatu kelenjar enokrin. Jaringan lemak
coklat ini tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan

72
keadaan makanan . Pada hipofisektomi lemak coklat ini
cepat sekali berkurang

Jaringan Pigmen

Sel-sel jaringan ikat berpigmen terdapat pada


koroid dan iris dari mata dan pada orang-orang yang
berkulit hitam. Sitoplasma sel-sel ini mengandung
pigmen coklat atau hitam dan bahannya adalah melanin.

Gambar 3.21 Jaringan pigmen pada koroid mata


( Eroschenko. V.P )

73
BAB 1V

JARINGAN RANGKA
(PENYOKONG)

4.1 Pendahuluan

Jaringan kerangka juga digolongkan pada jaringan


ikat khusus yang memiliki komponen sel, serat dan
substansi dasar. Berbeda dengan jaringan lain unsur
serat dan substansia dasar membentuk substansi
interseluler yang disebut matriks. Pada matriks tulang
rawan substansi dasar yang utama adalah proteoglikan
dengan unsur condroitin sulfat yang terbanyak.
Sedangkan pada tulang, substansia dasar mengandung
garam anorganik terutama kalsium.

4.2 Jaringan Tulang Rawan

Pembentukan tulang stadium permulaan dapat


ditemukan minggu ke-5 kehidupan intra-uterin.
Stadium permulaan ini dimulai bila mesenkim pada
suatu tempat mengalami proliferasi, membesar dan
berdiferensiasi kearah pembentukan kondroblas.
Diantara kondroblas ini timbul matriks tulang rawan,
yang jumlahnya makin lama makin bertambah banyak,
sehingga jarak kondroblas-kondroblas makin berjauhan.
Matriks yang padat dari tulang rawan hialin
mengandung anyaman serat kolagen yang halus. Pada
tulang rawan fibrosa terdapat serat kolagen yang kasar.
74
Dan pada tulang rawan elastis terdapat serat elastis
didalam matriksnya.
Pertumbuhan tulang rawan berlangsung dari dalam
maupun dari tepi. Pertumbuhan intersitiel ini terjadi
karena pembelahan sel-sel tulang rawan dan dari
pembentukan matriks oleh kondroblas. Pertumbuhan ini
terjadi karena mitosis sel-sel pada selubung jaringan ikat
yang meliputinya ( perikondrium ). Sel-sel pada lapisan
perikondrium berubah menjadi kondroblas, dan
membentuk matriks pula, sehingga kondroblas tersebut
terbenam didalam matriks. Dengan meningkatnya
matriks, sel jadi bulat dan dipisah satu dengan yang lain
dengan terbentuknya lakuna. Sel yang berada dalam
lakuna disebut kondrosit. Jadi kondroblas setelah
menghasilkan matriks dan serat maka akan berubah
menjadi kondrosit.
Perikondrium terdiri atas 2 lapis, yaitu :
4.2.1. Lapisan Kondrogenik
Adalah lapisan bagian dalam yang berbatasan
dengan tulang rawan dan mengandung banyak
kondroblas
4.2.2. Lapisan Fibrosa
Merupakan lapisan luar dari perikondrium,
memiliki serat kolagen dengan susunan tidak
teratur dan mengandung fibroblas

Karakteristik tulang rawan dapat digambarkan


secara makroskopis dan mikroskopis yaitu konsistensi
bahan interseluler kaku, permukaan rata dan elastis,
mengandung bahan intersel yang banyak tapi tidak
mempunyai pembuluh limfe dan saraf dan daya
metabolisme rate nya rendah. Oleh karena strukturnya

75
yang avaskuler sehingga nutrisi tulang rawan dilakukan
secara difusi dari kapiler sekitarnya atau dari cairan
sinovial ( cairan sendi )
Struktur Mikroskopis tulang rawan terdiri atas sel
dan matriks . Matriks tulang rawan mengandung unsur
serat dan substansi dasar. Sel-sel tulang rawan terdiri
atas 2 (dua) yaitu kondroblas dan kondrosit. Kondroblas
merupakan sel muda dari tulang rawan sedangkan
kondrosit merupakan sel besar, bulat dengan nukleus
pucat besar. Kondrosit berada dalam lakuna. Didalam
lakuna biasanya terdapat dua buah kondrosit kadang-
kadang tiga,empat atau lebih yang sedang membelah
disebut sel Isogen.
Struktur mikroskopis matriks tulang dibagi atas 2
(dua) bagian yaitu serat dan substansi dasar. Serat
didalam matriks tulang rawan berupa Serat kolagen
halus, serat kolagen kasar ( tebal ) dan serat elastis.
Sedangkan substansi dasar tulang rawan berbentuk
seperti gel, yang terdiri atas kondromukoprotein,
mukopolisakarida, lipid dan asam hialuronat.
Berdasarkan perbedaan jenis dan struktur serat serta
bahan dasar yang ada pada tulang rawan, dikenal tiga
tipe tulang rawan, yaitu : Tulang rawan Hialin, Tulang
rawan Elastis dan Tulang rawan Fibrosa

Tulang Rawan Hialin


Jaringan tulang rawan hialin mempunyai konsistensi
lunak, agak elastis, jernih kebiru-biruan dengan bahan
dasar homogen.
Struktur mikroskopik tulang rawan hialin tampak sel-sel
kondrosit dibawah perikondrium agak kecil berbentuk
pipih, dengan lakuna berbentuk elips dan sumbunya

76
sejajar dengan permukaan. Sel-sel kondrosit yang berada
agak kedalam tulang rawan bentuknya bulat dan lebuh
besar atau polihedral. Pada tepi tulang rawan dan
perikondrium terdapat peralihan antara sel-sel tulang
rawan dan fibroblas.
Sel- sel tulang rawan terletak didalam ruangan yang
disebut lakuna, dan sitoplasmanya memenuhi lakuna
tersebut. Pada sediaan tampak seperti bintang karena sel
mengkerut. Didalam lakuna sering terdapat satu atau
lebih kondrosit. Kelompokan kondrosit didalam satu
lakuna yang berasal dari satu sel induk tulang rawan
disebut “nest cell”atau sel isogen. Kondrosit aktif
memiliki banyak rER dan aparatus golgi jelas
Sitoplasma kondrosit mengandung butir-butir lemak
dan glikogen. Nukleus bulat dan mengandung satu atau
lebih nukleolus. Penjuluran sitoplasma pendek kedalam
bahan dasar. Matriks tulang rawan hialin tampak
homogen,karena indeks bias antara serat kolagen dan
bahan dasar amorf sama. Matriks tulang rawan hialin
tidak mengandung pembuluh darah dan jalinan serat
kolagen halus pada matriks tulang rawan hialin
biasanya tidak tampak
Bahan dasar tulang rawan hialin mengandung :
proteoglikan, kondroitin sulfat, keratan sulfat dan asam
hialuronat.
Distribusi tulang rawan hialin dalam tubuh terdapat
pada tulang rawan iga, tulang rawan saluran
pernapasan ( hidung, trakea dan bronkus ), tulang
rawan sendi, tulang rawan krikoid, tulang rawan tiroid
dan tulang rawan aritenoid bagian bawah

77
Gambar 4.1 Tulang Rawan Hialin ( Soebowo )
Keterangan Gambar : M=Matriks, C=Condrosit,

Tulang Rawan Elastis


Berbeda dengan tulang rawan hialin, tulang rawan
elastis mempunyai sifat lebih elastis dan berwarna
kekuning-kuningan. Tulang rawan elastis dibungkus
oleh perikondrium. Sel-selnya serupadengan tulang
rawan hialin, terdapat tersebar satu-satu atau
berkelompok. Matriks mengandung banyak serat
elastis yang tersebar kesegala arah. Dekat
perikondriumserat elastis berkurang tetapi dalam
kelompok sel isogen membentuk jalinan padat.
Disamping serat elastis yang banyak juga terdapat
serat kolagen.
Distribusi tulang rawan elastis dalam tubuh
dapat ditemukan pada daun telinga, Tuba Auditiva
Eustachii, Meatus akustikus eksternus Epiglotis,
Kartilago kornikulata, Kartilago kuneiformis dan
bagian atas kartilago aritenoid

78
Gambar 4.2 Tulang Rawan Elastis
( Soebowo )

Gambar 4.3 Tulang Rawan Elastis


Keterangan Gambar : C=Condrosit; E=Serat Elastis

79
Kaitan Susunan Mikroskopik dan fungsi
(Histofisiologi ) dari tulang rawan adalah kemampuan
dari tulang rawan untuk melakukan gerakan dengan
lancar , sebagai penunjang dimana sehubungan dengan
sifat elastis dan daya kenyalnya, Juga mampu menahan
tekanan dan tarikan pada sendi

Tulang rawan Fibrosa

Tulang rawan fibrosa ( Fibrokartilago ), jumlahnya


paling sedikit ditemukan dalam tubuh dibandingkan
dengan tulang rawan hialin maupun tulang rawan
elastis. Tulang rawan fibrosa merupakan bentuk
peralihan antara tulang rawan hialin, tendon dan
ligamentum. Selalu berhubungan dengan jaringan ikat
padat dan batas-batas diantara keduanya tidak jelas
tetapi menunjukan peralihan . Fibrokartilago
berkembang dari jaringan ikat padat dengan diferensiasi
fibroblas menjadi kondrosit. Yang menonjol pada tulang
rawan fibrosa adalah matriks nya mengandung serat
kolagen kasar dalam jumlah banyak dan saling
berhubungan. Tulang rawan fibrosa tidak memiliki
perikondrium yang jelas, juga lapisan kondrogenik tidak
ada. Sel-sel fibrokartilago tidak begitu banyak dan
terdapat satu-satu atau berkelompok. Sel-sel tulang
rawan ( kondrosit ) sering tersusun berderet-deret dalam
batang-batang panjang diantara serat-serat kolagennya.
Bahan dasar amorf terutama terdiri atas kondoitin sulfat,
banyak terdapat disekitar sel-selnya. Fibrokartilago
merupakan bentuk antara yang karakteristik diantara
jaringan ikat dan tulang rawan hialin. Kaitan susunan
mikroskopis dan fungsinya ( Histofisiologi ) adalah
menahan pengaruh yang kuat seperti tenaga gesekan
80
dikarenakan serat-serat kolagen yang searah dengan
kekuatan dari luar. Distribusi lokasi tulang rawan
fibrosa dalam tubuh dapat ditemukan pada ; Simpisis
pubis, Diskus artikularis sendi, misalnya artikularis
sternoclavikularis dan mandibularis, Diskus
intervertebralis, dan dalam Miniskus pada sendi lutut
serta pada Origo dan insersi tendon yang melekat pada
tulang

Gambar 4.4 Tulang Rawan Fibrosa


( Soebowo)

81
Gambar 4.5 Tulang Rawan Fibrosa ( Amelia . R. )

Nutrisi Tulang Rawan


Tulang rawan tidak memiliki pembuluh darah,
sehingga nutrisi berlangsung melalui 2 (dua) cara yaitu
melalui proses difusi matriks, dengan memperoleh
bahan makanan yang berasal dari kapiler perikondrium
dan untuk tulang rawan yang berada pada permukaan
sendi, nutrisi dapat diperoleh dari cairan sinovial
dengan membawa makanan untuk tulang rawan sendi
dan diskus artikularis.

4.3 JARINGAN TULANG

Sama juga halnya dengan tulang rawan, secara


mikroskopis unsur jaringan tulang terdiri atas sel-sel
tulang dan bahan Intersel. Sel-sel Tulang terdiri atas 3
sel yaitu osteoblas, osteosit dan osteoklas.

82
Osteoblas mempunyai hubungan penting dengan
pembentukan jaringan tulang. Osteoblas tampak pada
permukaan bebas tulang yang sedang dalam proses
pertumbuhan dan tersusun secara epitelial. Osteoblas
mempunyai diameter 15-20 um. Intinya besar dan
biasanya mempunyai satu nukleolus yang jelas. Letak
inti sering eksentrik. Osteoblas mempunyai tonjolan
sitoplasma yang berhubungan satu dengan yang lain.
Osteoblas berbentuk kuboid atau trapezoid dengan inti
terletak pada salah satu ujungnya. Sitoplasma
bercabang-cabang dan mengandung banyak RNA.
Sedangkan sel tulang osteosit berbentuk gepeng, atau
lonjong terletak didalam lakuna. Osteosit memiliki
nukleus berbentuk lonjong, mengandung banyak
kromatin dan terdapat satu atau dua buah nukleoli.
Didalam sitoplasma osteosit, ia bersifat basa,
mengandung sedikit mitokondria dan apparatus golgi.
Kadang-kadang terdapat butir-butir lemak dan
glikogen. Cabang-cabang sitoplasma menjulur kedalam
kanalikuli dan saling berhubungan dengan tonjolan
yang berasal dari sel-sel yang berdekatan. Osteosit
mempunyai nukleus yang terpulas gelap dengan sedikit
sitoplasma.

Osteoklas tulang adalah suatu sel yang besar ( sel


raksasa ) yang memiliki inti banyak. Sitoplasmanya agak
pucat dan kadang-kadang tampak berbuih dan
bervakuola. Nukleusnya mengandung sedikit kromatin
dengan nukleolus bervariasi. Letak osteoklas dekat
permukaan tulang , sering dalam lakuna Hawship.
Sitoplasmanya tampak granuler dan agak basofilik.
Osteoklas berasal dari monosit sumsum tulang dan
menghasilkan kolagenase dan enzim proteolitik
83
sehingga dapat berperan dalam remodelling tulang
dengan cara resorpsi bagian tulang yang akan dibentuk.
Setelah proses resorpsi selesai , osteoklas menghilang.

Bahan Intersel (Matriks Tulang) mengandung


beberapa unsur organik dan anorganik. Komponen Air
sebesar 20%, Substansi organik ( amorf ) 30-40%, dan
Substansi anorganik ( garam tulang ) 60-70%.

Substansi organik terdiri atas Serat Kolagen dan


Substansia Dasar. Serupa dengan serat kolagen yang
terdapat pada jaringan ikat, pada tulang, serat kolagen
disebut juga dengan Ossein dimana dengan impregnasi
dengan Ag dapat ditunjukan bahwa serat-serat ini
tergabung dalam berkas-berkas setebal 3-5 um.
Sedangkan substansi dasar mengandung kompleks
mukopolisakarida , protein non kolagen dan protein
resisten yang tahan asam.

Substansi anorganik tulang disebut garam-garam


tulang dan jumlahnya 65% dari bahan seluruhnya.
Garam-garam tulang ini dalam bentuk kristal hidroksi
apatit kalsium. Unsur-unsur dari garam tulang adalah
Kalsium fosfat, Kalsium karbonat, Kalsium fluorida,
Magnesium fluorida , Klorida dan sitrat. Bila tulang
dimasak dengan asam kuat, bahan organiknya hilang
dan tulang menjadi lunak.

Serat Sharpey

Serat sharpey adalah serat-serat kolagen yang


menembus periosteum ke sistem lamel-lamel tulang dan
arahnya bermacam-macam. Serat sharpey nya terdapat
pada lamel-lamel interstitiel dan lamel lingkar luar, dan
84
terjadinya karena pengapuran periosteum. Bila tidak
mengalami pengapuran serat-serat ini tampak sebagai
saluran-saluran yang lebar dan tidak teratur. Bila
mengalami pengapuran tampak sebagai garis-garis yang
tidak teratur.

Periosteum

Periosteum merupakan jaringan ikat padat tak teratur


yang menutupi tulang bagian luar. Pada orang dewasa
periosteum ini terdiri atas 2 lapisan, yaitu Lapisan Luar
yang merupakan anyaman dari jaringan ikat padat yang
mengandung pembuluh darah sedangkan lapisan dalam
disebut juga lapisan kambium, melekat pada tulang.
Lapisan dalam terdiri atas serat-serat kolagen yang
tersusun agak kendor. Sebagian serat ini memasuki
tulang sebagai serat sharpey. Lapisan ini juga
mengandung serat-serat elastis. Pembuluh darah dari
lapisan luar menembus lapisan dalam melalui kanal
Volkmann menuju kanal Havers.

4.3.1 Macam- macam Jaringan Tulang


4.3.1.1.Tulang Muda

Jaringan tulang yang pertama terbentuk pada masa


embrional, dan pada saat patah tulang Jaringan tulang
muda terdiri atas : banyak sel-sel dan serat-serat kolagen
dengan sedikit bahan semen dan mineral. Tulang muda
disebut juga tulang berserat kasar. Lakuna tempat
terdapatnya osteosit tidak sepipih pada tulang tua.
Bahan interselnya terdiri atas serat-serat kolagen yang
membentuk berkas dan teranyam tidak teratur.
Kebanyakan tulang muda kelak diganti dengan tulang
85
dewasa. Tulang muda yang terdapat pada masa dewasa,
yaitu pada Semen radiks dentis, Sutura pada kranium,
Tulang labirin, Dekat pada origo dan insersi tendon dan
ligamen pada tulang

4.3.1.2.Tulang Dewasa

Tulang dewasa adalah hasil perombakan dari tulang


muda. Pada tulang dewasa tidak banyak didapatkan sel-
sel dan serat kolagennya halus tersusun teratur dan
membentuk lamel-lamel yang merupakan suatu sistem
havers. Sistem dari Havers atau osteon merupakan
kesatuan ( unit-unit ) dari tulang kompakta. Sistem
Havers berbentuk silindris yang mengadakan
anastomosis satu dengan yang lain. Mempunyai dinding
yang tebal dan lumen yang sempit yang disebut kanal
Havers. Saluran ini mempunyai diameter antara 22-110
um dan dikelilingi oleh lamel-lamel tulang disebut lamel
Havers. Satu sistem Havers mempunyai 4-20 lamel dan
tebal tiap-tiap lamel 3-7 um. Saluran Havers biasanya
berjalan longitudinal, searah dengan panjang tulang.
Diantara lamel-lamel terdapat lakuna-lakuna yang berisi
osteosit dengan kanalikuli yang menghubungkan lakuna
yang satu dengan yang lain, dan selanjutnya
berhubungan dengan saluran Havers. Didalam kanal
Havers terdapat : pembuluh darah kapiler dan vena, dan
jaringan ikat longgar. Kanalikuli sistem Havers adalah
ekstra vaskuler, dan berfungsi untuk memudahkan
difusi dari cairan jaringan ke sel-sel tulang dan bahan
intersel. Pada penampang melintang dari suatu sistem
Havers tampak lamel-lamel yang mengandung serat-
seratyang arahnya longitudinal,bergantian dengan

86
lamel-lamel yang mengandung serat-serat yang arahnya
sirkuler.

Struktur Tulang Dewasa terdiri atas dua bagian,


yaitu tulang kompakta dan tulang spongiosa. Tulang
kompakta tampak sebagai suatu massa padat, keras dan
terdiri atas Lamel Havers, Lamel Interstitiel, Lamel
Lingkar Luar dan Lamel Lingkar Dalam.

Lamel Lingkar luar ( lamel sirkumfrensial luar )


ditutupi oleh periosteum dan Lamel lingkar dalam (
lamel sirkumfrensial dalam ) ditutupi oleh endosteum.
Saluran-saluran yang menghubungkan seluruh Havers
sering berjalan melintang sumbu panjang tulang dan
tidak dikelilingi lamel-lamel. Saluran ini disebut saluran
Volkmann yang juga berisi pembuluh darah.

Tulang Spongiosa terdiri atas silangan-silangan dan


gabungan-gabungan dari pada sekat-sekat tulang yang
tebal dan bentuknya bermacam-macam. Ruangan-
ruangan diantara sekat-sekat tulang itu terisi dengan
sum-sum tulang. Sebagai contoh epifisis tulang terdiri
atas tulang spongiosa dengan korteks yang tipis terdiri
atas tulang kompakta. Susunan histologi tulang
spongiosa dan tulang kompakta sama , hanya
susunannya berbeda.
Endosteum merupakan lapisan jaringan ikat areolar
yang tipis yang melapisi rongga medula. Lapisan ini
adalah sangat vaskular. Endosteum ini mempunyai
potensi osteogenik dan hematopoetik.

87
Gambar 4.6 Sediaan Gosok Tulang ( Soebowo )

4.3.2. Proses Penulangan


Ada tiga macam bentuk proses penulangan , yaitu :
Ossifikasi Primer, Ossifikasi Sekunder dan Ossifikasi
Korpus Mandibula dari Kartilago Meckel. Sel-sel
mesenkim mempunyai potensi untuk menjadi sel-sel
osteoblas. Sel-sel osteoblas ini mengeluarkan sekret
berupa bahan-bahan intersel yang berbentuk mukoid
yang terdiri dari serat-serat kolagen dan bahan-bahan
dasar amorf. Bahan ini disebut bahan osteoid yang
terletak disekitar osteoblas.
Pada bahan osteoid ini kemudian diendapkan garam-
garam kapur yang berasal dari kapiler-kapiler darah
disekitarnya. Dengan demikian terbentuklah bahan
dasar tulang yang didalamnya terdapat osteosit .

88
4.3.2.1. Ossifikasi Primer
Ossifikasi primer disebut juga Pertulangan
Intramembranosa yang ditemui pada pembentukan
tulang pipih atau tulang calvarium.
Pertama-tama beberapa sel mesenkim pada tempat
tertentu mengadakan differensiasi menjadi sel-sel
fibroblas yang membentuk serat-serat kolagen. Jaringan
yang terbentuk merupakan jaringan ikat yang agak
kendor berupa membran. Ossifikasi primer dimulai
ketika kelompok sel-sel mesenkim berdiferensiasi
menjadi sel osteoblas didalam jaringan yang berupa
membran tadi. Tempat dimana kelompok osteoblas ini
timbul disebut pusat Ossifikasi.Dipusat osteoblas ini
menghasilkan bahan osteoid. Bila osteoblas-osteoblas ini
telah dikelilingi oleh bahan osteoid, maka osteoblas –
osteoblas yang terletak didalam lakuna itu akan menjadi
osteosit. Tetapi tidak semua osteoblas menjadi osteosit,
bahkan banyak diantaranya terus mengadakan
proliferasi menjadi osteoblas-osteoblas , menjauhi pusat
osifikasi.
Dengan adanya sekresi fosfatase dan pembentukan
bahan osteoid yang hampir bersamaan waktunya, maka
pengapuran bahan intersel itu terjadi segera setelah
bahan osteoid itu terbentuk. Dengan terjadinya
pengapuran bahan osteoid itu, maka terbentuklah
jaringan tulang muda, yang berbentuk trabekula-
trabekula meluas dari pusat osifikasi kepinggir didalam
jaringan ikat yang berupa membran.

89
Gambar 4.7. Trabekula Tulang ( Amelia,R )

4.3.2.2 Ossifikasi Sekunder


Ossifikasi Sekunder ( Pertulangan Intrakartilaginea )
atau pertulangan Enkondral, biasanya terjadi pada
tulang-tulang panjang, dengan tulang rawan hialin
sebagai jaringan asalnya. Tahap-tahap Ossifikasi
Sekunder adalah Model tulang dari membran dikonversi
menjadi model tulang rawan hialin melalui proses
kondrifikasi. Kemudian sel-sel tulang rawan bertambah
banyak dan bertambah besar ( hipertropi ). Sel-sel tulang
rawan mensekresi fosfatase alkali, dan terjadi
pengapuran tulang rawan selanjutnya sel-sel tulang
rawan mati. Terbentuknya sel-sel osteogenik dari sel-sel
mesenkim dan selanjutnya terbentuk sel-sel osteoblas
dari sel-sel osteogenik. Osteoblas menghasilkan molekul
tropokolagen-fosfatase alkali. Dan terbentuklah serat
kolagen dan kristal hidroksi apatit. Osteoblas yang

90
dikelilingi serat kolagen dan kristal apatit membentuk
lamel-lamel tulang.

Proses penulangan pada ossifikasi sekunder berlanjut


dari bagian tengah ke ujung tulang. Penampang
memanjang epifise pada tulang yang sedang tumbuh
tampak terbagi atas 6 ( enam ) zona yang
menggambarkan proses berlanjutan ossifikasi enkondral
yaitu :
Zona sel tulang rawan Istirahat ( Resting )
Daerah yang terletak berbatasan dengan ruang
sum-sum epifise. Tampak kondrosit kecil-kecil
dan tersebar tidak teratur. Zona istirahat ini
terdiri dari tulang rawan hialin tanpa perubahan
morfologi dalam sel-sel tersebut
Zona Proliferasi
Pada zona proliferasi ini sering tampak sel tulang
rawan bermitosis. Sel-sel tulang rawan agak
membesar berbentuk gepeng, tersusun berderet
sejajar dengan sumbu panjang tulang rawan
Zona Maturasi
Pada zona ini sel-sel dan lakuna membesar
berbentuk kuboid. Sel-selnya tersusun seperti
tiang. Sitoplasma sel-sel mengandung banyak
glikogen dan mulai menghasilkan fosfatase.
Zona Kalsifikasi
Zona kalsifikasi relatif tipis , terdiri dari satu atau
dua lapis sel. Sebagian sel-sel kondrosit
berdegenerasitulang rawan yang mengalami
perkapuran diantara lakuna yang rusak. Matriks
terpulas sangat basofilik, karena adanya
endapan, mineral hidroksiapetit didalamnya.

91
Zona Degenerasi
Pada zona ini sel-sel kondrosit mati dan larut
dan matriks rusak. Lempeng-lempeng matriks
yang lebih tebal tetap utuh. Sum-sum primer
vaskuler masuk ke dalam rongga-rongga yang
terbentuk.
Zona Ossifikasi
Pada zona ini tampak pembentukan osteoblas
dari sel mesenkim jaringan sum-sum, dan
berkumpul pada lempeng tulang rawan
berkapur

Gambar 4.8. Pertulangan Enkhondral ( Amelia,R )

92
4.3.3 Nutrisi Tulang

Pembuluh darah untuk tulang melalui dua (2)


tempat yaitu :

4.3.3.1. Daluran Medular pada pertengahan batang


tulang menuju ke rongga sumsum, dan
bercabang-cabangke saluran havers
4.3.3.2. Arteri dari Periosteum
Arteri ini masuk ke dalam substansi
tulang melalui saluran-saluran volkmann dan
terus ke saluran Havers. Vena-vena
meninggalkan tulang melalui tempat yang
sama, demikian pula serabut syaraf
menyertai pembuluh darah masuk kedalam
saluran havers.
Tulang dipengaruhi oleh beberapa faktor
nutrisional misalnya :

Vitamin C
Vitamin C penting untuk sintesa kolagen oleh
osteoblas dan osteosit. Kekurangan vitamin C
menyebabkan terganggunya pertumbuhan
tulang dan penyembuhan fraktur

Vitamin A
Berhubungan dengan distribusi dan aktivitas
osteoblas dan osteoklas. Vitamin ini penting
dalam pertumbuhan normal tulang. Pada
defisiensi vitamin A osteoblas tidak
mensintesa matriks tulang dengan normal
sehingga tidak mencapai tinggi yang normal.

93
Kelebihan vitamin A menyebabkan ossifikasi
lempeng epifisial, tulang rawan cepat
digantikan dengan tulang dan pertumbuhan
tulang terhenti

Vitamin D
Kekurangan vitamin D mempengaruhi
penyerapan kalsium oleh usus. Disamping
itu vitamin D mempunyai efek langsung
pada ossifikasi , kekurangan vitamin D
menyebabkan kalsifikasi tidak baik, dan
kelebihan vitamin D menyebabkan toksik,
terjadi resorpsi tulang

Calsium
Kekurangan kalsium pada anak-anak
menyebabkan ricket, kalsifikasi matriks
terganggu, pertumbuhan tulang lambat dan
juga mengalami deformitas. Defisiensi
kalium pada orang dewasa, menyebabkan
osteomalasia.

94
BAB V

JARINGAN HEMOPOETIK

5.1. Pendahuluan

Jaringan hemopoetik atau jaringan darah


merupakan jaringan ikat khusus yang terdiri atas sel-sel
darah dan plasma darah. Sel-sel darah dikenal ada 2 (
dua ) yaitu sel darah merah ( Eritrosit )dan sel darah
putih ( Leukosit ). Berdasarkan ada tidaknya granul
dalam sitoplasmanya sel darah putih terdiri dari dua
macam yaitu agranulosit dan granulosit

5.2. Sel Eritrosit

Bentuk eritrosit manusia adalah berbentuk cakram


bikonkaf. Bentuk seperti ini menyebabkan permukaan
menjadi luas dan memberi fasilitas pertukaran gas
menjadi lebih mudah. Eritrosit dapat berubah bentuk
dan menyesuaikan diri dengan bentuk kapiler yang
tidak teratur. Eritrosit juga dapat beradaptasi dengan
diameter kapiler yang kecil.
Diameter eritrosit lebih kurang 7 mikron dan tebalnya
1,9 mikron pada masa sediaan hapus darah kering.
Eritrosit hidupyang tidak mengalami dehidrasi
mempunyai diameter lebih besar yaitu sekitar 8,5
mikron.
Jumlah eritrosit pada laki-laki berkisar 5-5,5 juta
eritrosit tiap milimeter kubik darah. Pada wanita

95
jumlahnya berkisar 4,5-5 juta eritrosit dalam satu
milimeter kubik darah.
Sel darah merah ( eritrosit ) yang matang pada
mamalia tidak memiliki inti, dan organel-organel lain
seperti mitokondria dan ribosom. Eritrosit manusia
dapat hidup dalam sirkulasi darah lebih kurang 120
hari. Eritrosit yang telah mati difagositosis makrofag
hati dan limpa. Pada hati dan limpa hemoglobin dipecah
menjadi hem ( porfirin ) dan globin. Didalam hati hem
dipecah menjadi besi dan bilirubin. Besi disimpan oleh
hati sebagai feritin atau hemosiderin.
Eritrosit dalam larutan hipotonis akan mengalami
hemolisa dan selaput yang telah kosong setelah hb
keluar disebut Ghost Cell dan terdiri dari protein 50-60%
dan lipid 35-40%.

5.2.1 Retikulosit
Adalah sel darah merah ( eritrosit ) yang masih muda
dan mengandung RNA, ribosom dan sisa-sisa nukleus.
Pada pewarnaan supravital dengan biru kresil brilian,
retikulosit memperlihatkan jala-jala ( retikulum ), dalam
sitoplasmanya. Kadang-kadang tampak sisa-sisa inti
retikulosit disebut badan Howell Jelly, yang seringkali
berbentuk sebagai satu atau dua granulkecil. Bila sisa ini
berbentuk filamen yang melingkar disebut cincin Cabot.
Jumlah retikulosit normal sekitar 1% dari jumlah total
sel-sel darah merah yang beredar.

5.2.2 Fungsi Eritrosit


5.2.2.1 Mengangkut bahan makanan dan oksigen ke
berbagai organ atau bagian tubuh
5.2.2.2 Mengangkut bahan sisa metabolik ke ginjal dan
selanjutnya dikeluarkan melalui urine
96
5.3 Sel Leukosit
Leukosit pada sediaan hapus menjadi pipih
sehingga diameternya lebih besar dari pada dalam
keadaan segar. Leukosit mengandung nukleus dan
organel-organel sel lain. Jumlah normal leukosit didalam
darah manusia rata-rata 5.000-9.000 sel dalam milimeter
kubik darah. Leukositosis jika jumlah leukosit lebih dari
12.000 sel sedangkan leukopenia jika jumlah leukosit
kurang dari 5.000 sel dalam satu milimeter kubik darah.

5.3.1 Klasifikasi Leukosit


Berdasarkan ada atau tidaknya granula spesifik
dalam sitoplasma, leukosit dibedakan menjadi dua
golongan :Yaitu Granulosit dan Agranulosit.
Granulosit adalah leukosit yang memiliki granula
spesifik didalam sitoplasmanya. Jumlahnya lebih kurang
60-70% dari jumlah total leukosit . Dan mempunyai
nukleus yang banyak variasi dalam bentuknya. Terdapa
tiga jenis leukosit granuler, yaitu Neutrofil, Eosinofil dan
Basofil. Ketiga jenis leukosit granuler ini dapat
dibedakan dengan afinitas granula terhadap zat warna
netral, basa dan asam.
Neutrofil
Jumlah 60-70% dari jumlah seluruh leukosit
Sususnan Mikroskopik :
Termasuk sel polimorfonuklir dimana bentuk inti nya
bervariasi. Diameter neutrofil dalam keadaan segar 7-9
mikron atau sekitar 8 mikron.
Dalam sediaan hapus kering diameternya lebih besar 10-
12 mikron. Nukleolusnya memiliki 2-5 lobus berbentuk
lonjong yang berhubungan satu sama lain oleh benang
kromatin yang halus. Pada wanita 3% netrofil
mengandung kromosom seks berbentung gendrang
97
yang melekat pada inti. Sitoplasma netrofil mengandung
granulaspesifik yang halus berwarna merah lembayung
( ungu )
Fungsi : Berperan dalam pertahanan tubuh . Granula
spesifiknya bersifat lisosom, mengandung enzim
hidrolitik, disamping lisozim juga terdapat laktoferin
yang berperan merusak bakteri. Granula juga
menghasilkan klorida dan lesitin yang membunuh
mikroorganisma. Granula Azurofilik juga bersifat
lisosom , mengandung asam hidrolitik dan enzim
mieloperoksidase bersifat bakteriosid

Gambar 47. Sel Neutrofil ( Geneser, F )

Eosinofil
Jumlah normal sel ini adalah 2-5% dari jumlah sel
leukosit. Diameternya dalam keadaan segar 9 um, dalam
sediaan hapus darah kering mencapai 12 um (14 um )
Susunan Mikroskopiknya :
Nukleusnya ada 2 lobus berbentuk lonjong saling
berhubungan dengan benang kromatin. Sitoplasma
mengandung granula kasar, berbentuk bola dan
98
ukurannya seragam. Warna granula dengan pewarna
asam merah jambu sampai merah terang.
Fungsi : Granula spesifiknya bersifat lisosomal,
memfagositosis komplek antigen-antibodi. Granula
mengaktifkan histamin dalam mengurangi peradangan

Gambar 5.1. Sel Eosinofil ( Geneser, F )


Basofil
Jumlahnya 0,5 – 1 % dari jumlah seluruh leukosit,
sehingga sukar ditemukan
Susunan Mikroskopik :
Ukurannya hampir sama besar dengan neutrofil,
diameternya 7-9 um dalam keadaan segar, dan pada
sediaan hapus darah kering ukurannya 10-12 um.

99
Nukleus besar berbentuk huruf S . Bentuk inti tidak
teratur dan terdiri dari dua lobus.
Sitoplasma mengandung granula kasar dengan ukuran
berbeda-beda. Granula sering menutupi inti. Dengan
pewarnaan Wright tampak biru. Granula –granula ini
bersifat metakromasi. Granula mengandung histamin,
heparin dan serotonin.
Fungsi Basofil : Granula spesifik basofil mengandung
heparin suatu antikoagulan darah. Dan mengandung
histamin suatu bahan vasodilatasi yang menginduksi
peninggian permeabilitas pembuluh darah

Gambar 5.2. Sel Basofil ( Geneser, F )

100
Sedangkan jenis Agranulosit adalah leukosit yang
tidak memiliki granula spesifik dalam sitoplasmanya.
Sitoplasmanya tampak homogen dan nukleusnya
berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Terdapat dua
jenis leukosit agranular, yaitu Limfosit dan Monosit
Sedangkan Berdasarkan jumlah inti leukosit, dibedakan
atas Polimorfonuklir dan Mononuklir Dan Berdasarkan
tempat pembuatan leukosit, dibedakan atas dua
golongan, yaitu Sel Mieloid dan Sel Limfoid

Limfosit
Jumlah limfosit berkisar 20-25% dari seluruh leukosit
Ukuran limfosit bervariasi , yaitu Limfosit kecil,
memiliki diameter 6-10 um, Limfosit sedang memiliki
diameter 10-12 um dan Limfosit besar memiliki diameter
12-16 um
Susunan Mikroskopik limfosit kecil :
Nukleus relatif besar hampir memenuhi seluruh sel. Inti
berbentuk bulat , dan memiliki lekukan pada satu sisi.
Kromatin inti padat dan berwarna gelap. Nukleoli tidak
tampak. Sitoplasma sangat sedikit berupa gelang tipis
mengelilingi nukleus. Sitoplasma berwarna biru muda
(basofil ) dan homogen
Susunan Mikroskopik limfosit Sedang :
Inti lebihbesar dan eukromatis. Sitoplasma lebih banyak
dan ukuran sel lebih besar.
Susunan Mkroskopik Limfosit Besar
Sitoplasma lebih besar, kelompokan heterokromatin
kasar lebih sedikit, nukleoli lebih jelas, nukleus
vesikuler, mitokondria lebih banyak dan golgi aparatus
lebih besar

101
Fungsi Limfosit T : Berperan dalam reaksi imun seluler
dan memiliki reseptor permukaan yang spesifik untuk
mengenal antigen asing
Fungsi Limfosit B : Berperan memproduksi antibodi (
Humoran Antibody Response )

Gambar 5.3. Sel Limfosit ( Geneser, F )

Monosit
Ukuran monosit merupakan sel besar dengan
diameter 9-12 um. Pada sediaan hapus darah kering
menjadi pipih dan diameternya mencapai 20 um, atau
lebih. Jumlah monosit berkisar 3-8% dari seluruh
leukosit normal darah. Nukleus sering terletak eksentrik.
Inti berbentuk tapal kuda atau ginjal. Inti berbentuk oval

102
dengan lekukan yang dalam, pada satu sisi , nukleusnya
besar. Kromatin kurang padat tersusun sebagai jala-jala
halus sehingga inti berwarna lebih muda dari limfosit.
Nukleolusnya berjumlah 2 atau 3 buah. Sitoplasma lebih
banyak dari pada limfosit dan basofilik. Dengan pulasan
right berwarna biru abu-abu dan sering tampak
bervakuola.
Fungsi : Melaksanakan fagositosis secara aktif , dengan
berinteraksi dengan limfosit dalam sistem kekebalan

Gambar 5.4. Sel Monosit ( Geneser, F )

103
5.3. Trombosit

Trombosit atau keping-keping darah berujud


cakram-cakram kecil protoplasma atau sel tak berinti.
Jumlah trombosit bervariasi, biasanya sekitar 200.000-
300.000 tiap milimeter kubik darah. Diameternya 2-4
um, (2-5 um ). Susunan Mikroskopik trombosit atau
keping-keping darah (platelet), berbentuk bulat atau
lonjong bila direntangkan. Bila dilihat dari samping
berbentuk gelendong atau batang. Trombosit berasal
dari pertunasan sel megakariosit sum-sum tulang.
Trombosit hidup selama 4-5 hari. Dalam sediaan apus
darah ttombosit tampak berkelompok.
Dengan pewarnaan Right sitoplasma berwarna biru.
Trombosit memiliki pusat yang granuler gelap,
kromomer dan suatu daerah pinggir yang terang,
hialomer
Fungsi Trombosit adalah Menghasilkan enzim
tromboplastin yang bertugas dalam pembekuan darah
Trombosit ( platelet ) merupakan kelompok pecahan
sitoplasma kecil dan biasanya tidak dimasukan sebagai
sel-sel darah.

104
Gambar 5.5. Trombosit ( Keping-keping Darah )
dan Eritrosit ( Geneser, F )

5.4. Hemopoesis

Adalah proses pembentukan darah yang terjadi di


dalam jaringan hemopoesis. Sel-sel darah dibagi dalam
dua golongan berdasarkan tempat berkembang dan
berdiferensiasi pada orang dewasa yaitu :
5.4.1. Limfosit dan Monosit
Berkembang di dalam jaringan limfoid
5.4.2. Eritrosit dan granulosit dalam keadaan normal
berkembang atau dibuat didalam sum-sum
tulang ( jaringan mieloid )
Semua sel-sel darah berasal dari satu jenis sel yaitu:
undifferentiated stem cell, yang kemudian dapat
berubah menjadi sel pangkal ( sel blast ) dari masing-
masing seri

105
SOAL LATIHAN

1. Sel darah yang tidak memiliki nucleus adalah :


A. Eritrosit
B. Netrofil
C. Eosinofil
D. Basofil
E. Limfosit
2. Sel lekosit yang nukleusnya berbentuk tapal
kuda adalah :
A. Limfosit
B. Monosit
C. Netrofil
D. Basofil
E. Eosinofil
3. Sel yang berbentuk keeping- keeping / gepeng
terdapat pada
A. Basofil
B. Netrofil
C. Trombosit
D. Eritrosit
E. Eosinofil
4. Warna granul spesifik Salmonpink adalah
terdapat pada sel :
A. Monosit
B. Limfosit
C. Eosinofil
D. Netrofil
E. Basofil
106
5. Pada lobus inti terdapat kromatin sex adalah
pada sel :
A. Basofil
B. Eosinofil
C. Limfosit
D. Monosit
E. Netrofil
6. Warna sitoplasma biru terang terdapat pada sel :
A. Limfosit
B. Monosit
C. Eosinofil
D. Basofil
E. Netrofil
7. Nukleus corak jam benar untuk :
A. Limfosit Kecil
B. Limfosit sedang
C. Limfosit Besar
D. Monosit
E. Basofil
8. Granulosit yang tidak terdapat pada distribusi
normal adalah :
A. Berlobus 2
B. Berlobus 3
C. Berlobus 4
D. Berlobus 5
E. Berlobus 6

107
BAB VI

JARINGAN LIMFATIK
6.1 Pendahuluan

Jaringan limfatik adalah jaringan yang berperan


untuk mengangkut cairan yang berada dalam jaringan.
Cairan ini disebut sebagai cairan lymph. Cairan yang
diangkut dikumpulkan dari jaringan-jaringan untuk
dikembalikan ke dalam sirkulasi darah. Tidak ada unsur
seluler didalam cairan lymph pada pembuluh limph
terkecil. Sel-sel yang terdapat pada pembuluh limfe
besar sebagian besar terdiri dari sel-sel limfosit. Yang
termasuk kedalam jaringan limfatik adalah limfonodus,
tonsil, lien ( limpa ) dan Tymus.

6.2 Limfonodus
Limfonodus atau kelenjar limfe adalah kumpulan
besar dari pada jaringan limfoid yang tersusun sebagai
organ limfoid. Limfonodus berbentuk ginjal atau bulat
dan terdapat cekungan pada salah satu sisinya disebut
hilus. Pembuluh darah masuk kedalam organ limfoid ini
dan keluar dari organ ini melalui hilusnya. Pembuluh
limfe memasuki limfonodus pada berbagai tempat pada
permukaan konveksnya dan keluar meninggalkan
limfonodus hanya pada hilusnya.
Limfonodus merupakan suatu bangunan yang
berbatas jelas dengan diameter sekitar 1-25 mm.
Limfonodus terdiri atas suatu kerangka fibrosa yang
mencangkup kapsul, trabekula dan jaringan retikuler
108
dengan sel-sel limfosit yang banyak diantara serat-
seratnya

Rangka Limfonodus

Rangka limfonodus terdiri kapsul, trabekula dan


anyaman jaringan retikuler.
Kapsul Limfonodus diliputi oleh kapsul yang terdiri atas
jaringan ikat padat yang mengandung serat-serat
kolagen, fibroblas dan serat elastis halus. Pada hilus
kapsul ini sangat menebal.
Pada kapsul menjulur trabekula atau septum ke
dalam organ. Trabekula ini membagi limfonodus ke
dalam bagian-bagian yang tidak sempurna. Trabekula
ini menunjukkan percabangan-percabangan dan pada
akhirnya bergabung dengan jaringan ikat kolagen dari
pada hilus. Didalam kapsul terdapat beberapa serat otot
polos pada tempat-tempat masuk dan keluarnya vasa
afferen dan efferen. Dan juga didalam trabekula terdapat
sedikit otot polos. Kapsul, trabekula dan hilus
merupakan kerangka kolagen daripada limfonodus
Terdapat anyaman Jaringan Retikuler yang terdiri
atas serat , sel retikuler dan makrofag tetap. Di dalam
anyaman jaringan retikuler ini terdapat ruangan-
ruangan membentuk sinus limf. Sinus limf tersebut
adalah sinus subkapsularis dan sinus trabekularis. Di
dalam sinus-sinus dan stroma limfonodus terdapat sel-
sel bebas kebanyakan limfosit-limfosit dalam berbagai
ukuran. Limfonodus terdiri atas dua bagian, yaitu
bagian Korteks dan bagian Medula

109
Korteks Limfonodus

Korteks adalah bagian pinggir organ yang terletak di


bawah kapsul dan tidak terdapat pada hilus. Pada
korteks limfosit-limfosit berkelompok membentuk
bangunan bulat disebut limfonodulus atau folikel.
Bagian tengah limfonodulus berwarna pucat disebut
pusat germinal. Pada pusat germinal limfonodulus
terdapat limfosit-limfosit yang lebih besar (limfoblas),
sel sel ini mudah membelah diri. Zona marginal
(korona) adalah daerah sekitar pusat germinal
merupakan tempat bermukimnya limfosit yang baru
dibentuk.

Sel-sel pada pusat germinal kebanyakan berukuran


sedang dan sebagian kecil limfoblas dan sel plasma.
Limfonoduli atau noduli limfatisi terdiri atas
kelompokan limfosit, makrofag, sel-sel retikuler.

Korteks terdiri atas sinus subkapsularis, sinus peri


trabekularis dan limfonoduli

Medula Limfonodus

Medula menempati bagian tengah dan hilus


limfonodus dan tidak mempunyai batas yang tegas
terhadap korteks. Pada medula limfosit membentuk
deretan-deretan yang disebut korda limfatik atau korda
medular. Korda medula ini bercabang-cabang dan
beranastomose bebas satu sama lain. Dekat pada hilus
korda ini berakhir dengan ujung-ujung bebas dan sering
membentuk lengkungan-lengkungan yang melanjutkan
diri ke korda medular yang lain.

110
Korda medularis ini dikelilingi oleh sinus medularis.
Korda medularis ini mengandung banyak limfosit B dan
sel plasma.

Aliran Limfe Limfonodus

Aliran limfe pada limfonodus melalui pembuluh limfe


aferens, sinus-sinus limfe dan pembuluh limfe eferens.
Pembuluh-pembuluh eferens menembus kapsul pada
permukaan kompeksnya dan bermuara ke dalam sinus
subkapsularis. Dari sini mengalir dalam sinus-sinus
korteks dan medula dan akhirnya ke vasa eferens pada
hilus. Karena aliran limf yang terus-menerus, limfosit-
limfosit terbawa ke dalam vasa eferens dan limfosit baru
memasuki sinus-sinus.

Kaitan Susunan Mikroskopis dan Fungsi Limfonodus

Histofisiologi limfonodus adalah membentuk limfosit,


dimana limposit yang dibentuk berasal dari limfoblas
yang terdapat pada pusat germinal limfonoduli. Fungsi
lainnya adalah menyaring cairan limf untuk
perlindungan terhadap bahan-bahan atau partikel-
partikel yang membahayakan, dengan cara Fagositosis
oleh makrofag dan menghasilkan antibodi oleh limfosit
B

111
Gambar 6.1. Skema Limfonodus ( Soebowo )

6.3. TONSIL

Kumpulan dari pada noduli limfatisi atau


limfonoduli yang terdapat di bawah mukosa disebut
tonsil. Terdapat tiga buah tonsil, yaitu Tonsila faringika,
Tonsila palatine dan Tonsil lingualis

6.3.1. Tonsila Faringika

Tonsil faringika terdapat pada dinding belakang


nasofarings. Pada daerah ini mukosa menunjukkan
lipatan-lipatan, tetapi tidak terdapat kripti-kripti. Epitel
yang melapisi tonsil ini adalah epitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel Goblet. Jaringan limfoid dari pada
tonsil ini dipisahkan dari pada sekitarnya oleh satu
kapsul yang tipis, mengandung serat elastis.

6.3.2. Tonsila Palatina

Tonsil palatine letaknya diantara arkus glosso


palatinus dan arkus faringopalatinus. Kripti-kripti
112
mencapai kapsulnya yang terdiri dari jaringan ikat.
Kadang-kadang kripti ini bercabang-cabang. Limfosit-
limfosit yang menembus epitel didapatkan di dalam
ludah sebagai benda liur. Tonsila palatine sebagian
diliputi oleh kapsul jaringan ikat. Dari kapsul ini
dipercabangkan septa jaringan ikat ke bagian dalam
tonsil.

Gambar 6.2. Skema Tonsila Palatina ( Soebowo )

Permukaan tonsil palatine dilapisi oleh epitel


berlapis gepeng dan terdapat kripti. Kripti ini
merupakan invaginasi lapisan epitel berlapis gepeng
tidak ber tanduk. Jaringan limfoid tersusun membentuk
113
limfonoduli. Pada pusat germinal susunan limfosit
kurang padat. Pada tonsila palatina tidak terdapat vasa
aferen dan sinus-sinus. Pembuluh limf mengelilingi
setiap limfonoduli dan dari nodulilimfatisi keluar vasa
eferens.

6.4. LIMPA

Limpa atau lien mempunyai dua rangka yaitu


Rangka kolagen dan Rangka retikuler.

Rangka kolagen

yaitu Kapsul dan Trabekula. Kapsul dan trabekula


terdiri atas serat kolagen, serat elastis, serat retikuler dan
sedikit serat otot polos. Serat elastis membentuk
anyaman diantara serat kolagen dan serat tertebal
terdapat pada lapisan dalam dari kapsul. Serat retikuler
makin kedalam makin banyak. Permukaan luar kapsul
dilapisi oleh mesotelium dari pada peritonium. Serat
elastis lebih banyak terdapat pada trabekula dari pada
kapsul. Serat-serat otot terdapat dalam kelompokan-
kelompokan kecil, atau dalam berkas-berkas yang
panjang.

Rangka retikuler

Rangka retikuler mengisi ruangan-ruangan antara


kapsul, trabekula dan hilus dan membentuk bersama-
sama sel-sel yang ada jaringan limpa.

Secara Mikroskopis Jaringan limpa terdiri atas dua yaitu


Pulpa merah dan Pulpa putih

114
Pulpa merah

Pulpa merah berwarna merah tua, terdiri dari sinus-


sinus venosus yang berisi berbagai sel darah. Diantara
sinus-sinus ini terdapat jaringan korda limpa atau
Billroth cord. Rangka serat-serat retikuler membentuk
landasan dari pada pulpa merah. Serat-serat dari pulpa
putih tampak melanjutkan diri ke pulpa merah. Serat-
serat kolagen dari pada trabekula melanjutkan diri ke
dalam serat-serat retikuler pulpa merah. Di dalam
ruangan anyaman dari pada rangka didapatkan limfosit,
makrofag bebas dan unsur-unsur darah. Terdapat dalam
jumlah besar limfosit kecil, sedang, dan besar serta
monosit. Bila sinusoid terisi penuh dengan darah, maka
tampak celah-celah diantara sel endotel, memungkinkan
darah keluar dari sinusoid.

Pulpa putih

Pada sediaan dengan pewarnaan HE, terlihat


berwarna kelabu, ungu atau kebiru-biruan, karena
terdiri atas limfosit-limfosit. Sedangkan pulpa merah
terlihat merah terang, karena terdiri atas eritrosit dan
makrofag. Pulpa putih berbentuk bulat, berukuran
sekitar 9,2 – 0,7 mm dan tersebar dalam pulpa merah.
Pulpa putih membentuk suatu selubung sekitar
pembuluh ateri. Stromanya adalah suatu anyaman serat-
serat retikuler. Ruangan anyaman dari pada rangka
terisi dengan limfosit-limfosit, membentuk jaringan
limfoid noduler dapat menjadi difuse atau sebaliknya.

Sel-sel yang terdapat di dalam jaringan limfoid ini


terutama limfosit kecil, tetapi limfosit dengan dan besar
juga ditemukan. Disamping itu terdapat sel plasma dan
115
monosit. Banyaknya jaringan limfoid tidak tetap
tergantung rangsangan.

Nodulus limpa adalah kumpulan limfosit yang lebih


padat sepanjang untaian pulpa putih. Nodulus ini
merupakan nodule limfatisi yang khas, dan mungkin
terdapat pusat germinal. Diantara pulpa putih dan
pulpa merah terdapat zona marginal, mengandung
jaringan limfoid difuse dengan sedikit limfosit dan
banyak makrofag.

Limfosit T terdapat pada selubung periarterial dan


limfosit B terdapat dalam zona marginal dan nodulus.

Gambar 6.3. Sediaan Jaringan limpa ( Soebowo )

116
Pembuluh darah limpa

Arteri lienalis masuk kedalam limpa melalui hilus


kemudian bercabang-cabang menjadi arteri trabekularis
atau interlobularis, yang berjalan sepanjang trabekula.
Arteriole keluar dari trabekula masuk kedalam pulpa
limpa atau parenkim, arteri ini diselubungi oleh selapis
limfosit. Arteri ini disebut arteri sentralis pulpa putih.
Kemudian cabang-cabang arteri ini masuk ke dalam
pulpa merah sebagai arteri penisili.

Pangkal arteri penisili yang mempunyai otot polos


disebut arteri pulpa. Arteri ini makin kecil dan
bercabang lagi menjadi arteri berselubung atau ellipsoid
terisi atas sel-sel retikuler dan makrofag. Arteri ini
disebut arteri Hulsen. Akhirnya arteriol ini bercabang
menjadi dua kapiler, atau lebih. Terdapat beberapa
pendapat mengenai lanjutan kapiler arterial ini, yakni
kapiler arterial yang bermuara langsung ke pulpa
reticular dan darah berangsur-angsur disaring kembali
kedalam sinus venosus ( teori sirkulasi terbuka) dan
aliran kapiler arterial langsung bermuara ke sinus
venosus (teori sirkulasi tertutup). Sinus venosus adalah
suatu system pembuluh yang tidak teratur, dan
beranastomosis di seluruh pulpa merah. Sinus venosus
bermuara ke dalam vena pulpa. Kemudian membentuk
vena trabekularis. Vena trabekula bermuara ke vena
lienalis pada hilus.

Kaitan susunan mikroskopis dan fungsi limpa

Secara mikroskopis, histofisiologi dari limpa adalah


berperan penting dalam fagositosis yang dilaksanakan
oleh makrofag yang terdapat pada korda limpa, pada
117
zona marginal pulpa putih dan dalam ellipsoid, serta sel
endotel sinusoid. Limpa juga memiliki fungsi
Imunologis yang dilaksanakan oleh limfosit B dan T
yang terdapat pada limfonoduli. Peran limpa dalam
Hemopoesis adalah Pembuatan limfosit dan sel-sel
mononukler darah dalam pulpa putih. Dalam keadaan
patologis terjadi metaplasia myeloid misalnya pada
leukemia limpa membentuk granulosit dan eritrosit.
Sedangkan untuk cadangan darah limpa dapat
menyimpan darah karena struktur pulpa merah berupa
spon.

6.5 TIMUS

Timus menunjukkan variasi dalam strukturnya,


tergantung pada umur dan keadaan organisme secara
keseluruhan. Timus terdiri atas dua lobus. Dan tiap-tiap
lobus terbagi dalam beberapa lobuli yang berdiameter
antara 0.5 sampai 2 mm. lobuli-lobuli tersebut
dipisahkan satu dengan yang lain oleh jaringan ikat
interlobular. Masing-masing lobuli terdiri atas korteks
yang berwarna gelap dan medulla berwarna pucat.
Lobus timus dibungkus oleh kapsul jaringan ikat tipis
yang terdiri atas serat-serat kolagen dan sedikit serat
elastic.
Terdapat tiga jenis sel pada timus, yaitu sel-sel retikuler
epithelial, sel Limfosit dan sel Makrofag

Sel-sel reticular epithelial


Sel ini berbentuk bintang, inti besar, lonjong dan
pucat dengan anak inti yang jelas. Kromatin halus dan
sitoplasma bercabang-cabang dihubungkan oleh
118
desmosom sel-sel yang berdekatan. Sitoplasma
mengandung lisosom, vakuol dan granula padat
electron berupa hasil sekresi.
Sel-sel reticular epithelial membentuk lembaran-
lembaran tipis tidak kontinu sepanjang trabekula dan
membungkus pembuluh-pembuluh darah besar di
korteks dan medulla. Didalam medulla sel-sel reticular
epithelial membentuk system lembaran yang beranas-
tomose secara tidak utuh. Pada korteks sel-sel retikuler
epithelial tersusun lebih teratur dengan sel-sel lebih
bercabang.

Limfosit
Limfosit atau timosit mengisi celah-celah anyaman
epithelial korteks. Sebagian besar limfosit ini akan mati
dan sekitar lima persen akan masuk sirkulasi umum dan
tahan hidup lama.

Makrofag
Sekitar jaringan ikat kapsul dan trabekula dan sekitar
pembuluh darah terdapat sel makrofag besar. Makrofag
ini memfagositosis hasil limfolisis dan dibawa ke badan
Hassal, dan mengalami hialinisasi.

Korteks Tymus
Pada daerah korteks terutama terdapat limfosit kecil
yang tidak membentuk nodulus-nodulus. Sel-sel limfosit
tersusun membentuk lapisan kontinu berjalan dari satu
lobus ke lobus lain. Daerah ini sangat aktif membentuk
limfosit. Pada korteks juga terdapat makrofag dan sel-sel
retikuler epithelial yang memiliki tonjolan tipis dan
panjang.

119
Medula Tymus
Didalam medulla banyak terdapat limfosit muda,
lomfoblas dan sel retikuler epithelial. Sedangkan limfosit
kecil jarang dalam keadaan normal. Di dalam medulla
terdapat badan-badan hassal. Badan-badan Hassal
berbentuk bulat besar,dengan diameter sekitar 30
sampai 150 um. Terdiri atas lapisan konsentris dari sel-
sel retikuler epithelial. Lapisan-lapisan sel retikuler
epithelial tersusun mengelilingi masa homogeny
berwarna merah muda dengan HE, yang mengalami
hialinisasi. Sebagian sel-selnya berdegenerasi dan mati
terutama pada bagian dalam.

Gambar 6.4 . Jaringan Timus ( Soebowo )


120
Fungsi Timus sebagai kelenjar endokrin, Timus berperan
pada Perkembangan normal organ-organ limfoid,
Diferensiasi limfosit menjadi limfosit T, Kemampuan
imunologis dalam limfosit dan dapat Merangsang
produksi limfosit pada korteks dan dalam organ-organ
limfoid oleh hormone lImfopoietin. Fungsi lainnya dari
tymus adalah sebagai Limfolisis yaitu mengatasi
antigen baru yang masuk kedalam tubuh, dengan
menghasilkan limfosit T (Imunosit).

Gambar 6.5. Skema sebagian lobus timus ( Soebowo )

121
LATIHAN SOAL

1. Mikroskopis Jaringan Ikat Padat Elastis


A. Serat kolagen tebal
B. Tidak ada fibroblas
C. Terdapat pada Tendon
D. Berbentuk jala
E. Terdapat pada Ligamen Nukhae
2. Secara embriologis, jaringan ikat sejati berasal dari
A. Ektoderm
B. Mesoderm
C. Endoderm
D. Ektoderm dan entoderm
E. Ektoderm, mesoderm dan entoderm
3. Pernyataan yang benar untuk jaringan mukosa adalah
A. Terdapat sel mesenkim
B. Matriks cair dan homogen
C. Terdapat pada talipusat
D. Tonjolan sel yang panjang saling berhubungan
E. Struktur serat kolagen yang basofilik

4. Sel-sel yang tidak ditemukan pada jaringan ikat


longgar adalah
A. Plasmasit
B. Mastosit
C. Eritrosit
D. Limfosit
E. Fibrosit

5.Pernyatan yang benar untuk jaringan Retikuler adalah


A. Selnya disebut fibrosit
B. Terdapat pada ligamen nuchae
C. Berfungsi untuk melokalisir infeksi
122
D. Ditemukan pada organ limfoid
E. Matriks gelatinosa

6. Yang benar untuk jaringan lemak putih adalah


A. Multivakuola
B. Sebagai generator panas
C. Banyak mengandung inti dan mitokondria
D. Terdapat pada subkutan dan organ berongga
E. Inti bulat ditengah

7. Jaringan ikat padat teratur kolagen ditemukan pada


A. Ligamen
B. Tulang rawan
C. Tulang
D. Tendon
E. Limfonodus
8. Jaringan ikat padat teratur elastis ditemukan pada
A. Tendon
B. Hati
C. Lien
D. Ligamen nuchae
E. Limfonodus
9. Yang termasuk jaringan ikat embrional adalah
A. Jaringan pigmen
B. Jaringan retikuler
C. Jaringan mesenkim
D. Jaringan lemak
E. Jaringan padat kolagen

10. Sel-sel yang terdapat pada jaringan ikat longgar

A. Eritrosit
B. Stelata
C. Plasma
123
D. Sel pigmen
E. Sel neuron

11. Jenis jenis sel tulang adalah :

A. Sel progenitor
B. Osteoblast
C. Preosteoblast
D. Osteocyt
E. Osteoclast

12. Osteoblast di tandai :

A. Pada permukaan tulang


B. Bentuk cel kaboid
C. Sitoplasma acidhopil
D. Inti besar
E. Mengadakan enzym alkali posphatase

13. Ciri khas Kartilago Hialin adalah


A. Berwarna kekuningan
B. Mengandung serat kolagen tebal
C. Homogen dan transparan
D. Sangat Lentur
E. Putih dan kaku

14. Tulang rawan Hialin pada orang tua dapat


mengalami
A. Peningkatan jumlah kondrosit
B. Regenerasi
C. Kalsifikasi
D. Pertumbuhan Aposisi
E. Pertumbuhan Interstitiel

124
15. Lokalisasi Tulang rawan Elastis Terdapat pada :
A. Saluran Pernafasan
B. Kerangka fetus
C. Diskus Intervertebra
D. Daun Telinga
E. Tendo

16. Sel manakah yang menjadi sel plasma


A. Netrofil
B. Eosinofil
C. Basofil
D. Limfosit B
E. Monosit

17. Sel manakah yang intinya tapal kuda


A. Netrofil
B. Eosinofil
C. Basofil
D. Limfosit
E. Monosit

125
BAB VII

JARINGAN OTOT

7.1. PENDAHULUAN

Jaringan otot terdiri dari sel-sel yang mempunyai


bentuk khusus yang berhubungan dengan aktivitas
kontraksi. Kekhususan bentuk sel-sel otot ini
memanjang sesuai dengan sumbu kontraksi maka sel-sel
otot sering disebut sebagai serat-serat otot. Serat otot
berbeda dengan serat jaringan ikat, karena serat
jaringan ikat tidak mempunyai inti sedangkan serat otot
mempunyai inti. Serat jaringan ikat bersifat
ekstraseluler, berbeda dengan sel otot.
Jaringan otot memiliki terminologi khusus, yaitu:
protoplasma disebut sarkoplasma, komplek membran
sel disebut sarkolema. Retikulum sarkoplasma adalah
retikulum endoplasma, sarkosom sama dengan
mitokondria. Sarkomer adalah satuan linear miofilamen
dan miofibril adalah elemen-elemen kontaktil.
Sel-sel otot dikhususkan untuk kontraksi, memiliki
protein kontraktil yang dapat berubah panjangnya dan
memungkinkan sel-selnya untuk memendek.

126
Gambar 7.1. Skema Sel Otot
Gambar 58. Skema Otot Penampang Memanjang

7.2. Embriologi Otot

Pada umumnya hampir semua otot berasal


dari mesoderm. Otot-otot yang berasal dari
ektoderm hanya sedikit seperti muskulus ciliaris,
muskulus sfingter pupil dan muskulus dilator
pupil. Sedangkan muskulus erektor pili pada
kulit berasal dari sel-sel mesenkim.

7.3. Selubung Pembungkus Otot


Serat otot biasanya tersusun dalam berkas-
berkas sumbunya sejajar dengan arah kontraksi.
Jaringan otot tidak hanya terdiri atas serat-serat
otot saja, tetapi terdapat jaringan ikat fibrosa
yang mengikat serat-serat otot menjadi satu.
Didalam jaringan ikat pembungkus serat otot ini
terdapat pembuluh darah dan serat syaraf.

127
Selubung jaringan pembungkus otot terdiri atas
3 yaitu ; Epimisium adalah sebuah otot yang
dibentuk oleh beberapa buah fasikulus otot
dibungkus oleh selubung jaringan ikat ,
Perimisium adalah Selubung jaringan ikat yang
membungkus satu fasikulus otot dan
Endomisium adalah selubung jaringan ikat yang
membungkus setiap serat otot

Fungsi Selubung otot adalah :


- Pelindung terhadap trauma
- Memberikan wadah bagi fasikulus dan serat-
serat otot dapat bergerak bebas
- Membantu transmisi energi kontraksi otot

7.4. Penggolongan Jaringan Otot


Secara fungsional jaringan otot dibedakan atas,
jaringan otot yang dibawah kemauan ( Otot Volunter )
dan jaringan otot yang tidak dibawah kemauan kita (
Otot Involunter ). Jaringan otot dengan pewarnaan HE (
Hematoksilin-Eosin ),sarkoplasma bersifat eosinofil.
Pada penampang memanjang tampak sebagai kincir
memanjang. Sedangkan penampang melintang bentuk
poligonal. Dan potongan umum secara acak biasanya
berbentuk lonjong
Berdasarkan Struktur mikrosskopik otot dibedakan atas
tiga jenis : Otot Lurik, Otot Polos dan Otot Jantung

7.4.1. Otot Lurik / Rangka


Otot rangka ( lurik ) atau otot bercorak tersusun dari
sel-sel otot berbentuk silindris atau prisma yang ekstra
panjang. Panjangnya bervariasi dan rata-rata 3 cm.
Panjang otot rangka dari beberapa milimeter sampai
128
lebih dari 30 centimeter pada muskulus sartorius.
Diameter serat otot rangka berkisar antara 0,01 mm – 0,1
mm. Serat-serat otot rangka bersatu dalam kelompok-
kelompok menjadi berkas-berkas yang disebut fasikulus.
Fasikulus-fasikulus otot rangka mempunyai ukuran
yang bervariasi dan tampak seperti butir-butir kasar
pada penampang melintang otot besar.
Otot lurik bila diperiksa dengan cahaya transmisi,
masing-masing serat tampak bergaris-garis melintang
yang jelas dan bergaris-garis memanjang yang halus.
Sehingga terlihat gambaran ita terang dan pita gelap
silih berganti. Satu serat otot rangka tampak memiliki
banyak inti terletak dipinggir, berderet paralel pada
subsarkolema.
Serat-serat otot rangka tersusun bergabung menjadi
fasikulus. Didalam fasikulus sserabut otot dibungkus
dan dipisahkan satu sama lain oleh jaringan
penyambung retikuler halus disebut endomisium.
Endomisium berperan membalut serat otot dan
menunjang jalinan pembuluh darah kapiler dan ujung
serat syaraf terdapat didalamnya.
Masing-masing fasikulus dibungkus oleh jaringan
penyambung dengan serat kolagen padat, disebut
perimisium. Perimisium berperan menyatukan berkas
otot disekitarnya dan sebagai tempat lewat pembuluh
darah dan serat syaraf. Fasikulus-fasikulus otot tersusun
bergabung membentuk otot.
Suatu otot ( badan otot ) yang dibentuk oleh
kumpulan fasikulus seluruhnya dibungkus oleh
epimisium. Epimisium terdiri atas jaringan ikat kolagen
yang relatif padat dan tebal. Jaringan ikat ini saling
berhubungan satu sama lainuntuk menjaga proses

129
kontraksi berjalan lancar dan rapi. Pada kedua ujung
serat otot terdapat tonjolan yang menjorok ke dalam
tendon tempat origo atau insersi. Jaringan ikat
pembungkus otot berobah menjadi padat dan
bergabung ke dalam tendon.
Didalam fasikulus otot terdapat lima sel utama yaitu :
serat otot, sel endotel, fibroblas, perisit dan sel
miosatelit. Sel otot jumlahnya paling banyak dengan inti
sel yang lonjong memanjang. Inti sel endotel dan
fibroblas agak kecil dan berwarna gelap. Jumlahnya 15-
20% dari seluruh inti didalam endomisium.
Sel satelit dan perisit mempunyai inti yang kecil,
berwarna gelap dan bersifat heterokromatik, dan
jumlahnya hanya 5% dari seluruh inti didalam
endomisium. Sel lain yang terdapat dalam endomisium
adalah sel schwan pada serat syarafnya. Didalam
perimisium mungkin dapat ditemukan seluruh sel-sel
jaringan ikat padat.
Susunan mikroskopis serat/sel otot lurik terdiri atas :
Sarkolema, Sarkoplasma dan Nukleus

Gambar 7.2. Skema Penampang Memanjang Otot Lurik


( Soebowo )
130
Gambar 7.3. Mikroskopik Penampang Memanjang Otot
Lurik ( Soebowo )

Sarkolema (membrana sel) ialah membrana plasma


pembalut serat (sel) otot. Sarkolema dari sebelah luar
ditunjang oleh selubung glikoprotein disebut lamina
eksterna, yang diperkuat oleh serat retikuler. Sarkolema
melipat-lipat kedalam sel membentuk sentrotubul.

Sarkoplasma (sitoplasma) sel otot mengandung ;


sarkostil, retikulum sarkoplasma, mitokondria, ribosom.
Disamping itu didalam sarkoplasma terdapat glikogen
dan butir-butir lemak. Sarkoplasma terutama berperan
pada metabolisme sel otot.

Miofibril (sarkostil) merupakan elemen kontraktil


aktif yang terdiri dari protein aktin dan miosin. Sarkostil
didalam sarkoplasma sepanjang sel otot mungkin
tersebar merata, atau mungkin berkelompok. Pada
131
penampang melintang serat otot, kelompokan miofibril
otot yang terdiri dari beberapa miofibril, tampak sebagai
butir-butir atau lapangan-lapangan poligonal disebut
sebagai “lapangan Cohnheim”.

Gambar 7.4. Penampang Melintang Otot Lurik ( Soebowo )

Dengan cahaya polarisasi terlihat garis-garis


melintang gelap dan terang secara bergantian. Garis
(pita) gelap disebut anisotrop atau pita (gurat) A. Dan
garis terang disebut isotrop atau pita (gurat) I.

Pada pertengahan pita I terlihat garis gelap disebut


garis Z (membran Krause). Bagian fibril diantara dua
garis Z disebut satu sarkomer. Pada pertengahan pita A,
terlihat garis terang melintang disebut garis Hensen
(gurat H). Pada pertengahan gurat H terdapat garis
mulus disebut garis M.

Pita A terang dan pita I gelap dibentuk oleh


miofilamen yang tersusun memanjang. Dari kedua sisi
garis Z keluar filamen tipis yang terdiri atas protein
aktin membentuk pita I. Pada pita A terdapat filamen
132
miosin tebal. Pada bagian luar pita A filamen miosin dan
aktin saling bersisipan sehingga tampak lebih gelap.
Pada garis H hanya terdapat filamen miosin dan terlihat
relatif lebih terang. Pada garis M tidak terdapat filamen
aktin maupun filamen miosin.

Gambar 7.5. Susunan Miofilamen Dalam Sarkomer


( Soebowo )

Retikulum sarkoplasma, terdiri dari dua set saluran


sarko (sarcotubule) yang bercabang-cabang mengitari
tiap miofibril. Satu sentrotubul bersama kedua sistem
retikulum yang mengapitnya disebut “triad otot”. Triat
otot ini sanggup mengikat kalsium.

133
Gambar 7.6. Miofilamen dalam sel otot Lurik ( Soebowo )

Sarkomer merupakan interval antara dua garis Z dan


berisi satu pita A dan setengah dari dua pita I.

Mekanisme Kontraksi

Pada waktu kontraksi otot, filamen miosin bergeser


diantara filamen aktin. Selama otot berkontraksi filamen
aktin masuk makin jauh diantara filamen miosin, kepala
molekul miosin tertahan pada filamen aktin dan tidak
dapat bergeser kembali. Sehingga mempertahankan
ketegangan dalam keadaan kontraksi. Penambatan
tonjolan-tonjolan filamen miosin terjadi akibat
pemecahan adenosin trifosfat pada tombol-tombol
134
tersebut yang menghasilkan energi. Peristiwa ini terjadi
dengan adanya ion yang dilepaskan oleh triad otot.

Nukleus

Otot serat lintang mempunyai banyak nukleus


(sekitar 35 buah nukleus per mm panjang serat otot).
Jadi satu sel otot dapat memiliki ratusan nukleus.
Nukleus otot serat lintang melekat pada sarkolema,
berupa dua baris inti yang paralel. Nukleus otot serat
lintang berbentuk bulat telur atau lonjong. Nukleus ini
terletak pada pinggir sel otot. Nukleus yang terletak
ditengah dapat terlihat pada neuromuskular spindle,
otot yang bedegenerasi.

Gambar 7.7. Sel otot Serat lintang/ Lurik ( Amelia,R )

135
7.4.2. Otot Polos

Dengan mikroskop cahaya satu sel otot polos tampak


berbentuk spul pada pandangan samping. Dengan
nukleus terletak ditengah pada bagian terlebar sel.
Panjangnya bervariasi dari kurang lebih 20 um pada otot
pembuluh darah sampai 0,5 mm pada uterus hamil.
Pada otot polos tidak tampak garis-garis melintang. Otot
polos terdapat pada saluran pernapasan, sistem
reproduksi, pembuluh darah, pembuluh limf yang
besar, pada dermis, iris dan korpus siliaris. Pada dermis
otot polos terdapat tersebar satu-satu. Seluruh serat otot
polos membentuk berkas dan terikat kuat oleh jalinan
jaringan ikat fibroelastik halus. Jaringan ikat ini terdiri
dari serat elastis dan retikuler dan mengandung
pembuluh darah dan serat saraf.

Perimisium tidak tampak jelas, karena daya kontraksi


dari berkas otot tidak diteruskan ketendon atau
aponeurosis. Kontraksi otot polos akan merubah ukuran
dan bentuk organ yang merupakan bagian integral.
Berkas-berkas otot polos bergabung menjadi fasikulus
atau berupa lembaran oleh jaringan ikat. Celah diantara
sel-sel otot polos berkisar antara 50 sampai 80 um, dan
mengandung serat retikuler dan serat elastis tanpa
fibroblast. Suatu berkas besar atau lembaran otot polos
dibungkus oleh jaringan ikat fibrosa yang lebih padat
dengan fibroblas, pembuluh darah dan serat saraf. Serat
(sel) otot polos terdiri dari sarkolema, nukleus dan
sarkoplasma.

136
Nukleus

Pada otot polos nukleus pada penampang


melintang berbentuk bulat terletak ditengah. Pada
penampang memanjang nukleus berbentuk lonjong
terletak ditengah pada bagian sel yang melebar.

Gambar 7.8. Sel Otot Polos ( Soebowo )

Masing-masing serat otot polos mempunyai satu


buah nukleus yang berwarna pucat karena kromatin
granuler halus. Gambaran inti pada otot yang
berkontraksi tampak terlipat dan terpilin.

Oleh karena panjangnya serat otot polos maka pada


penampang melintang tidak semua irisan sel otot
tampak memiliki inti. Pada irisan melintang tampak
sebagai lempengan-lempengan sitoplasma dalam
berbagai ukuran. Serat otot yang terpotong pada bagian
tengah mempunyai ukuran diameter lempengan
terbesar dan meliputi inti. Penampang serat otot yang
137
lebih kecil melalui ujung-ujung serat dan tampak tidak
memiliki nukleus. Bentuk serat otot polos dalam
keadaan relaksasi merupakan sel panjang berbentuk
fusiformis (gelendong) dan meruncing pada kedua
ujungnya. Serat otot polos mempunyai bagian tengah
yang lebih lebar tempat letak nukleusnya. Sitoplasma sel
otot polos biasanya tampak asidofil dan homogen.
Kadang-kadang terlihat garis-garis memanjang tetapi
tidak ada garis-garis melintang.

Gambar 7.9. Serat-Serat Otot Polos ( Soebowo )

Garis-garis memanjang pada sediaan otot yang telat


terfiksasi akibat adanya miofibril didalam sarkoplasma.
Sitoplasma sel otot polos lebih kebiru-biruan dari pada
serat kolagen. Kadang-kadang kumpulan beberapa sel
otot tampak lebih gelap dari pada yang lainnya, ini
mungkin karena dalam keadaan kontraksi. Tanda-tanda
khas otot polos pada penampang melintang adalah
lempengan-lempengan serat ukurannya kecil tidak
seragam, bentuk bulat dengan sitoplasma homogen serta

138
inti ditengah. Didalam sarkoplasma terdapat miofibril,
mitokondria, aparatus golgi, retikulum endoplasma dan
ribosom. Didalam sitoplasma kadang-kadang
ditemukan pula glikogen dan butir-butir lemak. Dengan
mikroskop elekteron sitoplasma otot polos tampak
mengandung filamen halus serupa dengan filamen
aktin.

Gambar 7.10. Penampang Melintang Serat-serat Otot Polos


( Soebowo )

Juga terlihat filamen yang lebih tebal menyerupai


miosin otot serat lintang. Terdapat perbedaan aparatus
kontraktil antara otot polos dengan otot serat lintang
dan otot jantung. Pada otot polos tidak tampak adanya
garis-garis melintang. Pada otot polos banyak terdapat
filamen tipis (aktin), sedangkan filamen tebal (miosin)
jarang dan umumnya tidak ada. Susunan aktin (filament
tipis) pada otot polos mengulir mengitari inti. Sarkomer
pada otot polos dapat memendek sampai sepersepuluh
dari keadaan istirahat, hal ini disebabkan pola mengulir
dari pada aktin. Sifat unik otot polos ini dapat dilihat

139
pada vesikula urinaria dan uterus, dimana harus
berkontraksi maksimal sesuai dengan fungsinya.
Kontraksi dan relaksasi otot polos dapat berlangsung
beberapa detik sampai berjam-jam.

Sarkolema

Otot polos mempunyai sarkolema yang sangat halus


dan elastis dan tidak terlihat dengan mikroskop cahaya.
Sarkolema dua sel yang berdekatan melengket dan
membentuk taut rekah pada tempat-tempat tertentu.
Perlengketan ini membantu penghantaran impuls
kontraksi.

7.4.1. Otot Jantung

Keistimewaan otot jantung adalah sanggup


berkontraksi secara ritmis dan secara terus menerus
karena aktivitas otot jantung yang berpautan. Dengan
mikroskop cahaya terlihat bahwa otot jantung terdiri
dari sejumlah sel otot jantung yang ujung-ujungnya
terikat pada duktus interkalaris.

Ujung sel otot jantung sering terbelah dua atau lebih


dan masing-masing cabang melekat pada sel-sel
berdekatan. Diantara serat-serat otot jantung terdapat
jaringan ikat halus endomisium, yang mengandung
pembuluh darah dan pembuluh limfe lebih banyak
dibandingkan dengan jenis otot yang lain.

Batas-batas serat otot jantung tidak begitu jelas


seperti otot rangka kecuali pada diskus interkalaris.
Diskus interkalaris merupakan sifat khas otot jantung
dan terlihat seperti tangga dalam anyaman seratnya.
140
Diskus interkalaris jelas terlihat dengan pewarnaan
perak.

(a)

(b) (c)

Gambar 7.11
(a) (b) (c). Otot jantung ( Soebowo, Amelia,R )

Struktur otot jantung menyerupai otot serat lintang


sedangkan persarafannya dan fungsinya menyerupai

141
otot polos. Otot jantung terdiri dari serat-serat yang
terbentuk oleh sarkolema, sarkoplasma, dan nukleus.

Sarkolema

Otot jantung mempunyai sarkolema yang tipis


serupa sarkolema otot rangka, kecuali tubul T yang
letaknya setinggi garis Z dan bukan pada batas pita A
dan pita I.

Sarkoplasma

Sarkoplasma otot jantung mengandung : miofibri,


mitokondria, aparatus golgi, pigmen lipofuksin dan
glikogen. Miofibril pada otot jantung mirip dengan
miofibril pada otot rangka dalam hal guratan, letak dan
sifat.

Gambar 7.12. Penampang melintang otot jantung


( Soebowo )

Dengan mikroskop cahaya serat-serat otot jantung


tampak terangkai dalam jalinan dengan sitoplasma yang
saling berhubungan (seperti suatu sinsitium). Serat otot
142
jantung mempunyai susunan khusus sesuai dengan
fungsinya sebagai pompa jantung.

Sel otot jantung berbentuk silinder, mempunyai garis


melintang seperti otot rangka, tetapi sel-sel nya
bercabang yang saling mengadakan anastomose dan
bukan berbentuk sinsitium. Sekarang dengan elekteron
mikroskop diketahui sel-sel otot jantung terpisah satu
sama lain dengan diskus interkalaris (sekat interselular
yang halus). Diskus interkalaris meneruskan impuls
kontraksi dari sel yang satu ke sel lainnya. Oleh sebab
itu otot jantung secara fungsionil tetap suatu sisitium.

Pengelompokan miofilamen menjadi miofibril tidak


sempurna. Pada penampang melintang serat otot
jantung tampak miofibril-miofibril tidak dikelilingi
secara sempurna oleh retikulum endoplasma dan
sarkoplasma. Mitokondria otot jantung banyak, besar-
besar dan kristanya rapat.

Nukleus

Setiap serat otot jantung mempunyai satu atau kadang-


kadang dua buah inti. Nukleus otot jantung berbentuk
lonjong panjang. Inti terletak ditengah serat otot jantung
diantara miofibril. Nukleus serat otot jantung biasanya
berwarna pucat.

Duktus interkalaris

Diskus interkalaris berbentuk gaeis melintang yang


merupakan batas diantara serat-serat otot jantung.
Diskus interkalaris dijumpai pada tempat-tempat pita z
dan membentuk suatu sambungan interseluler yang
143
khusus. Diskus interkalaris biasanya melintas serat otot
dalam bentuk tangga dan mempunyai bagian
transversal dan longitudinal. Miofilamen berakhir pada
jaringan-jaringan filamen padat dan terikat pada
membrana plasma. Jaring-jaring filamen padat dengan
membrana plasma yang berhadapan disebut diskus
interkalaris.

Serat purkinye

Serat purkinye merupakan modifikasi dari serat otot


jantung. Serat purkinye ini terletak dilapisan
endokardium ventrikel. Serat ini berasal dari sel-sel otot
jantung

Gambar 7.13. Serat Purkinye ( Amelia, R )

Susunan mikroskopis serat purkinye.

Sel-sel serat purkinye berbentuk oval, ukurannya besar,


sarkoplasma banyak, berwarna jernih. Didalam
sarkoplasma terdapat miofibril yang lebih besar dan

144
terletak di pinggir. Juga terdapat glikogen yang banyak.
Nukleus serat purkinje terletak ditengah serat.

Pada serat purkinje ditemukan diskus interkalaris lebih


sedikit. Serat purkinje berperan dalam mengantarkan
rangsangan pada jantung.

Gambar 7.14. Otot Jantung ( Amelia, R )

Diagnostik Otot Jantungialah adanya diskus interkalaris,


nukleus tunggal terletak ditengah sel, bercorak lemah
dan serat-serat bercabang. Otot jantung mempunyai
sarkolema yang tipis, miofibril pada penampang
melintang berupa titik halus.

145
LATIHAN SOAL

1. Daerah kososng dari huxley disebut


A. Pita H
B. Pita H semu
C. Pita A
D. Pita I
E. Garis M
2. Manakah yang ada pada otot polos
A. Garis H
B. Garis Z
C. Pita A
D. Pita I
E. Miofibril
3. Yang tidak ada pada otot jantung
A. Pita I
B. Gurat A
C. Garis Z
D. Sisterna Terminal
E. Sarkomer
4. Tautan ujung-ujung sel otot jantung
A. Sarkosom
B. Sarkolemma
C. Sarkomer
D. Sarkoplasma
E. Diskus interkalaris
5. Daerah antara 2 garis Z disebut
A. Pita M
B. Pita I
C. Sarkomer
D. Pita H
E. Pita H semu

146
BAB VIII

JARINGAN SARAF
8.1. Pendahuluan
Jaringan syaraf secara embriologis berasal dari
tonjolan ektoderm yang mulai terbentuk pada
minggu ke 3 kehamilan dan berakhir pada hari ke 28.
Jaringan saraf mengandung unsur seluler yaitu sel
syaraf neuron dan sel penyokong syaraf yang
disebut neuroglia. Unsur serabut saraf pada sistim
syaraf ada yang bermielin dan ada yang tidak
bermielin. Mielin ini dibentuk oleh sel glia yang
disebut Oligodendroglia dan sel Schwan. Jaringan
syaraf yang akan dipelajari pada bab ini terdiri atas 2
yaitu sistim syaraf pusat dan sistim saraf perifer

8.2. Sistem Syaraf


Jaringan saraf dibagi dalam dua sistem, yaitu :

8.2.1. Sistem saraf pusat (SSP)


Sistem saraf pusat terdiri atas 3 yaitu
Cerebrum, Cerebelum, Medula spinalis
8.2.2. Sistem Saraf Tepi (SST)
Sistem saraf tepi (perifer) terdiri dari Nervi
kranialis, Nervi spinalis, Ganglia dan Ujung-
ujung saraf perifer

Pada jaringan saraf terdapat jenis-jenis sel berikut :


Sel Neuron, Neuroglia, Ependim dan Sel schwan
147
Sel Neuron

Neuron ( sel saraf ) terdiri atas Perikarion dan Neurit.


Perikarion adalah badan sel saraf (soma), dibentuk oleh
neuroplasma (sitoplasma) dan nukleus. Perikarion
(badan sel) bentuknya bermacam-macam : sferis, oval,
piramid, pipih dan bersudut-sudut. Neuroplasma
(sitoplasma) mengandung Neurofibril, Substansi Nissl,
Mitokondria, Golgi apparatus, Sentriol dan beberapa
inklusi

Substansi Nissl

Substansi nissl (chromidial substance), merupakan


suatu bentukan yang tampak sangat menjolok di dalam
sitoplasma sel saraf. Distribusi dan bentuknya berbeda-
beda pada berbagai macam sel saraf, tetapi pada sediaan
yang diberi warna dasar tampak dalam kelompokan
yang tidak teratur sebagai granula.Granula Nissl (Nisslls
bodies) merupakan kelompokan poliribosom, tampak
sebagai granula basofilik. Badan-badan Nissl ini
terdapat pada dendrit dan tidak terdapat pada akson
dan akson hilok. Bila akson sebuah neuron telah
mengalami kerusakan misalnya karena trauma, maka
granula Nissl untuk sementara lenyap dari stoplasma
(kromatolisis) dan intinya berpindah ke pinggir.
Kromatolisis ialah pecahnya dan menyebarnya granula
Nissl ke seluruh sitoplasma pada waktu terjadi
kerusakan akson. Fungsi granula Nissl ialah untuk
mensintesa protein yang kontinu dari pada sitoplasma.

Pada elekteron mikroskop badan-badan Nissl tampak


dibentuk oleh kumpulan retikulum endoplasma
granuler dengan ribosom dan polisomnya.
148
Gambar 8.1. Sel Neuron ( Soebowo )

Pada neuron motoris yang besar granula Nissl pun


besar pula dan bentukan tersebut tersusun kurang lebih
sejajar satu dengan yang lain. Dalam sitoplasma badan
sel neuron sensorik dari ganglion sensorik) akar dorsal,
substansia Nisslnya sebagai partikel-partikel debu halus
yang tersebar ke seluruh sitoplasma.

149
Neurofibril

Merupakan serabut (fibril) halus yang terdiri atas


mikrotubul (neurotubul) dan mikrofilamen
(neurofilamen). Neurofibril ini meluas sepanjang akson
dan dendrit. Didalam badan sel neuron neurofibril
tersebut pada umumnya tersusun dalam bundel yang
saling berhubungan. Arah dari bundel (jurai) – bundel
ini menentukan pula distribusi dari pada substansia
Nissl, karena granula Nissl ini terletak didalam porus-
porus dari anyaman jurai-jurai tersebut.

Aparatus Golgi

Aparatus golgi menghasilkan butir sekreta dan


gelembung sinaps yang biasanya jelas pada neuron.
Butir sekreta banyak terdapat pada badan sel neuron
tertentu. Lokalisasi golgi aparat ini berbeda-beda pada
beberapa macam neuron, tetapi biasanya mereka
terdapat mengelilingi inti.

Mitokondria

Mitokondria berbentuk sebagai batang, tersebar didalam


badan sel neuron diantara granula Nissl. Juga terdapat
didalam akson dengan bentuk memanjang dan sejajar
dengan poros panjang akson.

Didalam sitoplasma neuron terdapat Tetesan-tetesan


lemak, Glikogen pada sel saraf embrio, dan Granula
pigmen. Granula pigmen terdapat pada neuron berikut :
Pigmen lipofusin terdapat dalam sel berdegenerasi,
Pigmen melanin terdapat pada substansia nigra,
berfungsi untuk mensintesa katekolamin, Pigmen Zn,
150
terdapat pada hipokampus, Pigmen besi, terdapat pada
inti saraf okulomotor dan Pigmen kuning yang memberi
warna biru, terdapat pada lokus coeruleus.

Dendrit

Kebanyakan sel saraf mempunyai banyak dendrit,


dan dendrit biasanya bercabang-cabang luas terutama
pada neuron multipolar. Dendrit bercabang-cabang
primer, sekunder, tersier dan sebagainya.

Dendrit pada umumnya pendek dan mempunyai


duri-duri untuk hubungan sinaps. Beberapa neuron
memiliki penjuluran dendrit (gemmules), berbentuk
kuncup. Dalam penjuluran dendrit terdapat kantong
kecil bersifat pekat elektron yang berperan dalam fungsi
sinaps.

Akson

Akson (axis cylinder) suatu neuron biasanya satu


buah dan berasal dari akson hilok. Akson lebih panjang
dan lebih tipis dari dendrit, serta bercabang-cabang
tegak lurus (kolateral). Membrana plasma akson disebut
aksolema dan sitoplasmanya disebut aksoplasma.

Segmen permulaan dari akson, terletak di distal bukit


akson yang tampak sempit dari bagian akson lainnya.
Daerah ini merupakan nilai ambang terendah untuk
membangkitkan akson potensial pada neuron. Lebih
kearah distal lagi akson dibalut oleh selubung mielin
dengan membentuk interval, disebut Silang Renvier.
Cabang kolateral keluar melalui silang ini. Ujung
terminal akson bercabang-cabang menjadi banyak akson
151
terminal atau telodendria. Ujung cabang telodendria
berakhir pada pelebaran disebut bulous terminalis,
masing-masing mengandung gelembung sinap dan
berperan dalam fungsi sinaps.

Telodendria berakhir sebagai berikut membentuk sinaps


yaitu tautan antar sel neuron dengan neuron lain,
tautan neuromuskular, berhubungan dengan semua
otot, Bertaut (menempel) pada sel kelenjar, Di dalam
jaringan lemak

Fungsi akson : menerima rangsangan dari perikarion


dan meneruskannya ke neuron lain atau ke afektor.
Sedangkan fungsi dendrit ialah menerima impuls dari
neuron lain.

8.3. MACAM-MACAM BENTUK NEURON

8.3.1. Neuron berdasarkan jumlah cabang terdiri atas


Neuron unipolar, Neuron Bipolar dan Neuron
Multipolar.

Neoron Unipolar adalah bentuk neuron yang memiliki


satu cabang sedangkan Neuron bipolar, mempunyai
dua cabang, satu akson dan satu dendrit utama
(mempunyai cabang pada kedua ujung badan sel).
Terdapat pada retina, sel ganglion vestibular dan
koklear. Neuron multipolar, memiliki banyak cabang
(beberapa dendrit), terdapat pada kebanyakan sistem
saraf pusat. Contohnya sel purkinye, sel piramid dan sel
stellata. Ada lagi Neuron pseudounipolar, yaitu neuron
mempunyai cabang sitoplasma seperti huruf T.
contohnya ganglion akar saraf dorsal.

152
8.3.2. Berdasarkan panjang pendeknya akson

Neuron dapat dibedakan atas 2 yaitu Neuron Golgi


tipe I merupakan neuron besar dengan akson panjang,
yang menghubungkan berbagai susunan saraf. Dan
Neuron Golgi tipe II yaitu neuron yang memiliki akson
pendek, terutama berfungsi inhibitor (korteks sebebri,
korteks serebelli dan retina).

Gambar 8.2. Bagan dari tipe neuron ( Soebowo )


8.3.2. Berdasarkan bentuk dan pola percabangan
Berdasarkan ini terdiri atas tiga macam yaitu sel
stelata ,sel piramid dan sel fusiform. Sel stelata
memiliki dendrit terjulur ke segala arah
sedangkan Sel pyramid mempunyai bentuk
seperti piramid atau kerucut dengan dua cabang
basal dan satu cabang apikal. Dan Neuron
Fusiform mempunyai badan sel berbentuk
gelendong, dengan dendrit-dendrit pada kedua
ujungnya.

153
8.3.3. Berdasarkan susunan dan fungsinya

Neuron sensoris

Merupakan neuron aferens, menerima stimulus dari


dalam atau luar organisme dan mengirimkan impuls itu
ke susunan saraf pusat. Dendritnya panjang.

Neuron motoris

Merupakan neuron eferens, membawa impuls ke otot


dan kelenjar serta merangsangnya menjadi aktif.
Dendritnya pendek.

Neuron assosiasi

Berfungsi sebagai mata rantai antara neuron sensoris


dan neuron motorik. Dendritnya pendek.

8.4. SINAPS

Sinaps adalah daerah kontak khusus diantara neuron-


neuron yang berdekatan. Berkaitan dengan tempat
dimana tonjolan-tonjolan neuron memperoleh kontak
fungsional satu sama lain atau dengan otot dan sel-sel
kelenjar. Terdapat jenis-jenis sinaps, sebagai berikut
Aksodendritik, Akso-somatik, Somato-somatik, Akso-
aksonik, Somato-dendritik, Dendro-dendritik, Dendro-
somatik, dan Dendro-aksonik

154
Gambar 8.3 Bagan Bentuk Sinaps ( Soebowo )

8.5. NEUROTRANSMITER

Substansi neurotransmitter terdiri atas : asetilkolin,


katekolamin, seperti noradrenalin dan dopamin,
serotonin, ankefalin, neurotensin dan endorfin. Fungsi
dasar sinaps adalah tempat transmisi transneural suatu
impuls (rangsangan) saraf.

8.6. NEUROGLIA (GLIA)

Neuroglia merupakan sel penyokong saraf yang


dapat dibagi atas dua golongan, yaitu makroglia dan
mikroglia. Makroglia berasal dari ektoderm sedangkan
mikroglia berasal dari mesoderm. Makroglia terdiri atas
dua macam sel yaitu Astrosit dan Oligodendroglia.
Berdasarkan histofisiologinya astrosit dibedakan atas
dua jenis, yaitu astrosit protoplasmatis dan astrosit
fibrosa.
155
8.6.1. Susunan mikroskopis

8.6.1.1. Astrosit protoplasmatis :

Astrosit protoplasmatis mempunyai nukleus bulat,


besar. Nukleolinya pucat dan mengandung kromatin
halus. Sitoplasmanya bercabang-cabang banyak, cabang-
cabangnya pendek, tebal dan simetris. Cabang-
cabangnya kadang-kadang melekat pada pembuluh
darah disebut kaki vaskular. Kalau berdekatan dengan
badan sel neuron disebut perineural satelit. Di dalam
sitoplasma dari astrosit protoplasmatis sering kali
terdapat butir-butir kecil identik dengan mitokondria
dari sel-sel lain. Butir-butir ini disebut sebagai
gliosomes.

Gambar 8.4. Astrosit Protoplasmatis ( Soebowo )

Astrosit protoplasmatis terdapat substansia grisea


otak dan medula spinalis. Fungsi astrosit adalah sebagai
penyokong bagi neuron-neuron, dan sawar antara darah
dan neuron. Juga semacam alat transport metabolik
neuron susunan saraf pusat dengan lingkungannya.
156
8.6.1.2. Astrosit Fibrosa

Astrosit Fibrosa terdapat terutama didalam


substansia alba. Badan sel astrosit ini terletak diantara
serat-serat saraf bermielin dan cabang-cabang
sitoplasmanya mengikat serat-serat saraf itu satu sama
lain. Cabang-cabang protoplasmanya ada yang melekat
pada pembuluh darah sebagai kaki vaskuler. Cabang-
cabang (prosessus) sitoplasma astrosit fibrosa lurus dan
lebih panjang dari prosessus astrosit protoplasmatis.
Astrosit fibrosa tidak bercabang-cabang banyak seperti
halnya astrosit Protoplasmatis. Didalam sitoplasma
astrosit fibrosa terdapat serat-serat.

Gambar 8.5 Astrosit Fibrosa ( Soebowo )


Prosessus protoplasma asatrosit fibrosa panjang dan
langsing dengan sedikit percabangan. Astrosit
menunjang jaringan saraf serta menyerap kelebihan ion
157
kalium dari matriks. Juga merupakan pembatas difusi
sekitar sinaps. Astrosit fibrosa mampu melaksanakan
proliferasi membentuk parutglia pada kerusakan
susunan saraf pusat.

8.6.1.3. Oligodendroglia

Oligodendroglia (oligoglia) terdapat pada substansia


grisea sebagai sel-sel satelit perineural dan pada
substansia alba diantara akson. Oligodendroglia lebih
kecil dari pada astrosit. Oligodendroglia mempunyai
nukleus yang kecil, berwarna gelap, bentuk bulat atau
oval mungkin juga lonjong, kurang teratur dan
heterokromatik. Nukleli mengandung butir-butir
kromatin yang padat. Oligodendroglia mempunyai
cabang-cabang (prosessus) sitoplasma yang pendek dan
jumlahnya sedikit. Oligodendroglia berfungsi
menghasilkan mielin serat saraf SSP. Didalam
substansia gerisea sering terlihat berdekatan dengan
badan sel neuron disebut perineural satelit. Prosessus
sitoplasmanya tidak berakhir (melekat) pada pembuluh
darah sebagai perivaskular feet. Bila berdekayan dengan
pembuluh darah disebut satelit perivaskular.

8.6.1.4. Mikroglia

Mikroglia (mesoglia) terutama terdapat pada


substansia gerisea dekat pembuluh darah. Mikroglia
mempunyai nukleus kecil, bentuk tidak teratur kadang-
kadang memanjang, atau gepeng dan kromatin padat
(gelap). Prosesus sitoplasmanya sedikit dan pendek
serta melingkar-lingkar.

158
Cabang-cabang sitoplasmanya tidak melekat pada
pembuluh darah jadi tidak membentuk kaki vaskuler.
Pada substansia grisea sering berdekatan dengan badan
sel neuron sebagai sel satelit perineural. Atau bila
berdekatan dengan pembuluh darah disebut sel satelit
perivaskuler. Mikroglia berfungsi sebagai fagositosis
membersihkan debris sel, pada kerusakan susunan saraf
pusat. Disamping mikroglia astrosit dan oligodendroglia
dapat pula menjadi fagositik.

8.6.1.5. Sel Ependim

Sel ependim berasal dari ektoderm, melapisi ventrikel


otak dan kanalis sentralis Medula Spinalis. Permukaan
bebas sel ependim memiliki banyak mikrovili dan
banyak silia. Didalam sitoplasma terdapat filamen gila
dan mitokondria. Bentuk sel ependim silindris atau
kubis diperkuat oleh zonula adherens dekat permukaan
bebas. Pada masa embrio sel ini memiliki cabang-cabang
mirip astrosit dan disebut Tanisit.

8.7. SUSUNAN SARAF PERIFER


Sistem saraf periferm terdiri dari saraf kranial
termasuk semua cabang-cabangnya serta ujung-ujung
saraf perifer dan ganglion saraf tersebut. Serabut (tali)
saraf biasanya terdiri sari ribuan akson. Serta saraf
terdiri atas cabang-cabang sel saraf (akson dan dendrit)
dan selubung selubungnya. Serat saraf dibedakan atas
serat bermielin dan serat saraf tidak bermielin.

Semua serat saraf perifer diliputi oleh selubung


neurolemma atau selubung Schwann. Pada beberapa

159
serat saraf terdapat selubung mielin diantara akson dan
selubung Schwann disebut serat saraf bermielin.
Sedangkan serat saraf sistem saraf tepi yang tidak
bermielin hanya ditutupi oleh selubung Schwann saja.
Pada sistem saraf tepi diluar selubung Schwann terdapat
selubung endoneural (selubung Henle) terdiri dari serat
elastis. Selubung myelin dengan mikroskop optik
terlihat sebagai tabung yang homogen berwarna putih,
mengkilat.

Dengan mikroskop elekteron tampak beberapa lamel


mielin yang terdiri dari kompleks lipoprotein. Akson
terbagi dalam beberapa segmen oleh node of Ranvier
dan pada node of Ranvier tidak terdapat mielin.

Pada selubung mielin setiap segmen didapatkan


celah sempit yang berjalan serong disebut incisura (cleft-
schmidt-Lanterman). Celah Schmidt-Lantermann
dikatakan sebagai sisipan sitoplasma sel Schwann
didalam mielin. Celah ini mungkin merupakan saluran
metabolik kedalam lapisan selubung mielin, dan ke serat
saraf. Pada Sistim saraf perifer sel schwan inilah yang
bertanggung jawab dalam pembuatan selubung mielin

8.7.1. Sel Schwann

Sel schwann berbentuk pipih dengan inti yang


heterokromatik, bentuk inti biasanya gepeng atau bulat
panjang terletak di tengah sel. Sitoplasma mengandung
banyak mitokondria, mikrotubul, mikrofilamen, sedikit
retikulum endoplasma granuler, lisosom dan aparat
Golgi yang kecil. Sel schwann membungkus semua
serat saraf dari susunan saraf tepi, dan sel Schwann
tidak terdapat pada susunan saraf pusat. Pada setiap
160
segmen internodal didapatkan satu sel schwann. Fungsi
sel schwann ialah membentuk mielin dan juga penting
untuk regenerasi akson. Disamping itu sel schwann
berperan pula sebagai fagostitik pada kerusakan serat
saraf.

Pada node of Ranvier selubung dari Schwann ini


menipis. Pada susunan saraf tepi serat-serat saraf yang
tidak bermielin dibungkus oleh selubung Schwann
(neurolema). Sedangkan serat saraf bermielin pada
susunan saraf tepi mempunyai selubung mielin dan
selubung Schwann. Mielin terutama terdiri atas lipid
dan melarut pada fiksasi biasa dan tinggal anyaman
bahan protein yang disebut neurokeratin disekeliling
serat saraf. Mielin dapat difiksasi dan terpulas hitam
dengan osmium tetroksida.

Mikroskop elekteron telah menunjukkan bahwa


selubung mielin itu terdiri dari suatu sistem membrane
berlapis konsentris setebal hampir 3 nm. Membrane ini
berasal dari brana sel Schwann, yang membungkus
sekeliling serat saraf.

Serat saraf bermielin menghantarkan impuls-impuls


dengan kecepatan yang lebih tinggi dari pada serat tidak
bermielin. Contohnya refleks somatis lebih cepat dari
pada refleks viseral.

8.7.2. Dendrit

Dendrit merupakan cabang-cabang perikarion suatu


neuron dan mengandung inklusi yang serupa dengan
yang terdapat pada perikarion. Dendrit tidak
mempunyai selubung mielin. Pada mikroskop optik
161
dendrit dapat dibedakan dengan akson yang tidak
mengandung substansi Nissl dan dapat mempunyai
atau tidak mempunyai selubung mielin. Dendrit
mempunyai garis pinggir yang tidak teratur, terdiri dari
tonjolan-tonjolan tajam atau duri-duri, sedangkan akson
licin. Kebanyakan neuron memiliki banyak dendrit
disebut sebagai neuron multipolar. Sifat dendrit yang
menonjol ialah mempunyai neurotubul yag tersusun
dalam pola yang rapi. Pada umumnya sambungan-
sambungan sinapsis antara sel-sel terdapat pada dendrit.

8.7.3. Akson

Akson pada neuron multipolar berasal dari bukit


akson suatu daerah berwarna pucat karena tidak
mengandung substansi Nissl. Didalam akson terdapat
lebih sedikit tubul dan filament dari pada dalam
dendrit. Dengan mikroskop optik sitoplasma aksonnya
sendiri disebut silinder as, yang terisi neurofibril dalam
aksoplasma. Neurofibril terdiri dari neurofilamen dan
mikrotubul. Aksoplasma mengkerut pada preparat rutin
dan tampak sebagai pusat asidofil titpis pada
pewarnaan HE.

Dengan mikroskop elekteron tampak filament-


filamen dan selaput tipis yang meliputi tiap-tiap serat
saraf. Selaput ini berdekatan sekali dengan membrana
sel Schwann dan keduanya membentuk membrana
(aksolema).

8.7.4. Ganglion

Ganglion merupakan kumpulan dari badan sel saraf


dalam jalinan serat saraf. Ada dua macam ganglion,
162
yaitu ganglion sensorik (kraniospinal) dan ganglion
susunan saraf otonom (viseral, motorik)

Ganglion Spinal (ganglion akar dorsal), dikelilingi oleh


kapsul jaringan ikat sebagai lanjutan perineurium dan
epineurium saraf yang bersangkutan. Kapsul ini
bercabang-cabang (trabekula) bersama serat saraf
membungkus neuron sensoris dalam kelompok-
kelompok.

Setiap sel saraf dibungkus oleh simpai bilaminar,


yaitu lapisan luar terdiri dari jaringan ikat, serat-serat
dan fibroblas. Dan lapisan dalam terdiri atas sel-sel
satelit. Ganglion spinalis merupakan ganglion unipolar
dan besar masing sel ganglion tidak sama (sangat
bervariasi) berkisar 15-100 um.

Gambar 8.6. Ganglion Spinalis


( Soebowo )

Ganglion spinalis (sensorik) mempunyai nukleus


yang besar, berwarna pucat, dengan nukleoli yang jelas.
Letak nukleus biasanya sentral. Sel-sel ganglion yang
163
lebih kecil menyerap warna lebih gelap. Ganglion
sensoris mempunyai selubung sel-sel satelit yang
lengkap. Dan nukleus sel satelitnya terikat erat pada
perikarion neuron. Sitoplasma sel neuron sensoris
mengandung mitokondria, substansi Nissl dan pigmen
kuning.

8.7.5. Ganglion Otonom

Ganglion otonom (ganglion simfatis dan


parasimfatis), mempunyai simpai seperti ganglion akar
dorsal. Ganglion otonom meliputi ganglion
paravertebra, ganglion prevertebra dan ganglion
terminalis. Perikarion neuronnya merupakan sel
multipolar. Besar sel neuronnya hampir sama berkisar
25-45 um. Nukleus sel ganglion besar, biasanya
eksentris, berbentuk lonjong atau bulat. Nukleolinya
satu atau lebih yang tampak jelas. Sel Satelit tidak
sepenuhnya mengerumuni perikarion.

Gambar 7.7. Ganglion otonom


( Soebowo

164
8.7.6. Ujung Akhir Serat Saraf

Ujung akhir serat saraf, secara struktur


mikroskopis nya dapat dibedakan atas 2 (dua)
yaitu ujung serat saraf berkapsul dan ujung serat
saraf tidak berkapsul. Ujung serat saraf ini
disebut reseptor. Ujung serat saraf yang
berkapsul juga ada 4 macam yaitu Korpuskulus
Pacini, Korpuskulus Meisner, Korpuskulus
Ruffini dan korpuskulus Krausse seperti yang
akan diterangkan dibawah ini

Korpuskulus Pacini (Vater Pacini)

Vater Pacini terdiri dari ujung akhir serat saraf


yang dikelilingi jaringan ikat sebagai kapsul
yang tebal, tersusun konsentris, warna
keputihan. Selubung mielinnya telah hilang dan
selubung Schwann dan Henle bersatu dengan
jaringan ikat kapsul. Terdapat pada : jantung,
pankreas, konjungtiva, kornea, mesentrium dan
lapisan dalam kulit. Fungsinya untuk rasa tekan.

Gambar 7.8. Korpuskulus Pacini (Vater Pacini)


( Soebowo )

165
Korpuskulus Meissner

Benda Missner berfungsi untuk rasa raba.


Terdapat pada kulit telapak tangan dan kaki,
ujung jari tangan dan kaki. Bentuknya
memanjang dengan akhiran bulat. Terdiri atas
serat-serat saraf bermielin.

Korpuskulum Krause (Golgi Manzoni)

Berfungsi untuk rasa temperatur dingin.


Bentuknya seperti Vater Pacini tetapi lebih kecil
dan sederhana.
Terdiri dari ujung serat saraf yang ujungnya
membulat dan bergranula.

Korpuskulus Ruffini

Benda Ruffini berfungsi untuk rasa temperature


panas.Terdapat pada jaringan ikat subskutan,
terutama telapak kaki. Terdiri dari ujung serat
saraf bercabang-cabang dalam bentukan yang
mengandung granula dan inti.

166
Gambar 8.9. Ujung Serat Saraf Berkapsul
( Soebowo )

Sedangkan Ujung serat saraf tidak berkapsul (


Reseptor Tidak Berkapsul), Berdasarkan
lokasinya dapat dibagi atas 3 ( tiga ) jenis yaitu
ujung serat saraf didalam epitel, ujung serat saraf
dalam jaringan ikat dan ujung serat saraf dalam
jaringan otot

Ujung serat saraf bebas didalam epitel

Terdapat pada kelenjar-kelenjar, sebagai tipe


reseptor atau tipe efektor. Terdiri dari serat saraf
tidak bermielin membentuk anyaman yang rapat
pada permukaan luar membrane basalis.
Menembus membrane basalis dan membentuk
anyaman didalamnya.

167
Ujung bebas saraf didalam jaringan ikat

Terdapat didalam dermis dibawah epitel dan


mesotelium membrane mukosa, membrane
serosa endokardium, sebagai serat serat bermielin
maupun tidak bermielin.

Ujung bebas saraf didalam jaringan otot

Terdiri dari serat serat tidak bermielin, yang


mengadakan kontak dengan permukaan sel otot.
Ujung akhir serat saraf didalam otot lurik
susunannya agak kompleks disebut motor and
plates. Selubung myelin menghilang sedangkan
neurolema dan selubung retzius melekat pada
permukaan sarkolemanya, dan membentuk
motor and plate.

Gambar 8.10 Motor and plate ( Soebowo )

168
8.7.7. Meningen ( Selaput Otak )

Meningen atau selaput otak terdiri dari tiga


lapisan, yaitu duramater, arachnoid dan
piamater. Berdasarkan struktur mikroskopis
dan lokasinya duramater dibagi dua macam
yaitu duramater medula spinalis dan duramater
otak Duramater medulla spinalis, dibentuk
oleh jaringan ikat fibriler padat, terutama terdiri
dari serat kolagen. Permukaan dalamnya
dilapisi oleh epitel selapis gepeng. Sedangkan
Duramater otak terdiri dari jaringan fibriler
jarang, dengan serat kolagen tersusun dalam
jurai-jurai dengan fibroblast yang panjang.
Permukaan luar melekat pada tulang tengkorak.
Dan permukaan dalamnya dilapisi oleh epitel
selapis gepeng(mesotelium).
Lapisan yang kedua adalah lapisan
arakhnoid. Araknoid adalah suatu membrane
tipis,halus,tidak punya pembuluh darah.
Araknoid tersusun oleh serat kolagen, serat
elastic dan serat retikuler. Permukaan araknoid
dilapisi oleh epitel selapis gepeng.
Lapisan yang ke 3 adalah lapisan yang
paling dalam yaitu piameter. Piamater merupan
membrane halus yang membungkus otak,
terdiri atas dua bagian, yatu Epipia dan Glipia.
Epipia merupakan bagian luar yang sangat
vaskuler sedangkan glipia (intima pia) adalah
bagian sebelah dalam yang kurang vaskuler.
Kedua bagian ini (epipia dan glipia) disusun
oleh jaringan ikat yang terdiri dari serat kolagen,

169
serat retikuler, dan serat elastis. Permukaan
piameter dilapisi oleh epitel selapis gepeng (sel
mesotelium).

8.8. SISTIM SYARAF PUSAT


Sistim saraf pusat ( SSP ) terdiri atas 3 (tiga)
yaitu Medula Spinalis, Cerebrum ( Otak Besar )
dan Cerebelum ( Otak Kecil ).

8.8.1. Medula Spinalis


Struktur mikroskopis medulla spinalis
dibedakan atas 2 (dua) yaitu substansia grisea
(kortek) dan substansia alba ( medula).
Substansia grisea terdiri dari perikarion neuron
dengan dendritnya,Serat saraf bermielin dan
beberapa serat tidak bermielin, terdapat sel
neuroglia (astrosit protoplasmatis,
oligodendroglia dan mikroglia), Pembuluh darah
kecil. Perikarion terdapat berkelompok, besarnya
tidak sama. Pada kornu anterior besar, pada
kornu posterior kecil dan pada kornu lateral
sedang. Neuron pada kornu anterior disebut sel
kornu anterior dan merupakan neuron motoris.
Sedangkan gambaran struktur mikroskopis
substansia alba ( medula ) terdiri dari serat saraf
bermielin dan sebagian tidak bermielin, Sel-sel
neuroglia (astrosit fibrosa, oligodendroglia, dan
microglia) juga terdapat pembuluh darah kecil.

170
Gambar 8.11. Medula Spinalis ( Soebowo )

8.8.2. Cerebrum
Seperti halnya medula spinalis, cerebrum
juga terdiri atas 2 yaitu bagian korteks
cerebri dan medula cerebri.

Korteks Cerebri
Korteks cerebri (substansia grisea) terdiri dari
enam lapisan dengan batas-batas yang tidak jelas.
Lapisan-lapisan korteks serebri dari luar ke
dalam adalah
Lapisan molekuler, yakni lapisan korteks cerebri
terdiri atas prosessus sel-sel yang terdapat pada
lapisan dibawahnya, umumnya berjalan sejajar
permukaan. Dan pada lapisan molekuler
terdapat sedikit badan sel saraf kecil. Lapisan
171
kedua adalah lapisan granuler luar yang
mengandung perikarion saraf kecil berbentuk
segitiga,lapisan selanjutnya adalah Lapisan sel-
sel pyramid. Lapisan ini mengandung sel-sel
pyramid sedang, sel pyramid kecil, sel stelata
dan sel fusiform, kemudian diikuti dengan
lapisan sel granuler dalam. Lapisan ini
merupakan lapisan tipis, mengandung sel stelata
dan sedikit sel pyramid serta kelompok serat
tersusun horizontal dikenal sebagai pita
beillarger luar. Lapisan yang ke 5 adalah lapisan
ganglioner ( lapisan piramid dalam). Lapisan ini
mengandung sel pyramid yang paling besar (sel
betz) sel stelata, sel pyramid sedang, serat-serat
saraf serta pita beillarger dalam. Lapisan yang
terdalam adalah lapisan multiformis. Pada
lapisan ini tampak sel-sel polimorf atau
multiform. Disini juga tampak sel-sel yang
bentuknya bermacam-macam, seperti modifikasi
sel stelata,sel fusiformis dan sel multipolar kecil.

Medula Cerebri (Substansi Alba)


Substansi alba serebrum terdiri dari serat
serat-serat saraf bermielin yang berjalan kesegala
jurusan. Serat-serat ini meliputi serat-serat saraf
asosiasi, serat-serat saraf proyeksi, dan serat-
serat saraf komisura.
Terdapat neuroglia sebagai penunjang serat-serat
saraf tersebut

172
Gambar 8.12. Lapisan Corteks Cerebri ( Soebowo )

8.8.3. Cerebelum

Bagian-bagian serebellum terdiri dari :


1. Korteks (Substansia Grisea)
Substansia grisea serebellum terdiri dari tiga
lapisan dengan batas-batas yang agak jelas, yaitu
- Lapisan molekuler
Merupakan lapisan sebelah luar,
mengandung serat-serat saraf tidak bermielin
dalam jumlah yang banyak. Sedangkan sel-
sel saraf kecil jumlahnya sedikit.
173
- Deretan sel-sel purkinye
Lapisan ini merupakan lapisan bagian tengah,
disini terdapat sel-sel purkinye yang tersusun
berderet. Sel purkinye mempunyai ukuran
yang besar berbentuk piala.
Cabang-cabang banyak seperti kipas.
Cabang-cabang sel purkinye masuk kedalam
lapisan molekuler ke permukaan. Sedangkan
aksonnya masuk kedalam lapisan granuler
terus ke substansia alba.
- Lapisan granuler
Merupakan lapisan sebelah dalam,
mengandung sel saraf kecil dengan dendrite
pendek. Neuron golgi, terdapat pada zona
superficial lapisan granuler. Sedangkan sel
granula terdapat menempati bagian utama
lapisan granular

Gambar 8.13. Korteks Serebelli ( Cerebelum )

174
2. Substansia alba
Substansia alba (medulla) mengandung serat-
serat saraf, yaitu :
- Serat-serat saraf aferens terdiri dari serat naik
dan serat mossy.
- Serat eferens atau serat proyeksi
Merupakan akson sel purkinye yang menuju
ke nucleus bagian dalam.

8.9. Selubung Seluler Neuron

Akson dan badan sel neuron pada susunan saraf


perifer dikelilingi oleh selubung-selubung sel dan
jaringan ikat. Sel-sel yang membungkus badan sel saraf
disebut sel-sel satelit. Dan sel-sel yang mengelilingi
akson disebut sel-sel Schwann. Akson karena
panjangnya, tertutup oleh sederetan sel-sel Schwann.

8.10. Selubung Jaringan Ikat Nervus

Nervus (serabut saraf) keseluruhannya dibungkus


oleh jaringan ikat (selubung) yang terdiri dari serat
kollagen dan serat elastis dengan fibroblas, histiosit.
Selubung jaringan ikat yang membungkus nervus(tali
saraf) ini disebut epineurium. Didalam badan saraf
(nervus) ini terdapat fasikulus-fasikulus serat saraf, dan
masing-masing fasikulus serat saraf dibungkus oleh
jaringan ikat yang disebut perineurium. Jaringan ikat
perineurium ini terdiri atas serat collage halus dan
fibroblas.

Fasikulus saraf dibentuk oleh serat-serat saraf, dan


masing-masing serat saraf ini dibungkus oleh jaringan
175
ikat yang disebut endoneurium. Endoneurium terdiri
dari jaringan ikat ipis dengan serat kolagen dan
fibroblas. Didalam selubung jaringan ikat epineurium
dan selubung jaringan ikat perineurium berjalan
pembuluh darah.

Gambar 8.14. Skema Selubung Syaraf ( Soebowo )


Latihan Soal

1. Sel satelit terdapat mengelilingi sel : :


A. Ganglion Spinalis
B. Cerebrum
C. Cerebelum
D. Medula Spinalis
E. Dinding Akson

2. Sel piramid terdapat pada :


A. Ganglion Spinalis
B. Cerebrum
C. Cerebelum
D. Medula Spinalis
176
E. Dinding Akson

3. Sel Purkinye terdapat pada :


A. Ganglion Spinalis
B. Cerebrum
C. Cerebelum
D. Medula Spinalis
E. Dinding Akson

4. Sel neuron motorik terdapat pada ::


A. Ganglion Spinalis
B. Cerebrum
C. Cerebelum
D. Medula Spinalis
E. Dinding Akson

5. Sel Schwann ditemukan pada :


A. Ganglion Spinalis
B. Cerebrum
C. Cerebelum
D. Medula Spinalis
E. Dinding Akson

6. Ciri Mikroskopis Ganglion Spinalis


A. Multipolar
B. Ukuran Sangat Beragam
C. Nukleus Eksentrik
D. Sel Satelit Tidak Lengkap
E. Sel tidak Berkelompok

7. Sel Merkel terdapat pada :


A. Korneum

177
B. Spinosum
C. Lusidum
D. Basale
E. Granulosum

8. Mielinisasi SSP dilaksanakan oleh sel :


A. Oligodendria Perivaskular
B. Oligodendrosit Perineural
C. Oligodendroglia Interfasikular
D. Mikroglia
E. Astrosit Fibrosa

9. Terdapat dalam stratum papilare kulit benar


untuk :
A. Badan Pacini
B. Benda Rufini
C. Badan Meisner
D. Sel Merkel
E. Pental Krause
10. Sel Manakah yang memiliki Granula Nissl
A. Neuron
B. Astrosit Fibrosa
C. Oligodendrosit
D. Ependim
E. Mikroglia

178
DAFTAR PUSTAKA

1. Amelia. R. 2017. Penuntun Praktikum


Histologi.Departemen Histologi FK Unbrah
2. Eroschenko Victor P.2003. di Fiore’s Atlas of
Histology with Functional Correlations, Ed 9th,,EGC,
3. Genesser ,F. 2007 Color Atlas Histology. Binarupa
Aksara
4. Gartner Leslie P, Hiatt .James L.2012. Ed 5 . Atlas
Berwarna Histologi . Binarupa Aksara
5. Gartner Leslie P , Hiatt J. L.. ,2007, Color Text
Book of Histology, International 3rd Edition.
Saunders Elsevier
6. Johnson K. E. , 2011, Quick Review Histologi dan
Biologi Sel. Binarupa Aksara
7. Junqueira L.Carlos, Carneiro Jose, Kelley Robert
O.1995, Histologi Dasar,Ed 8th, EGC
8. Junqueira.L C, Carneiro J.2007 Basic Histology
Text and Atlas, Ed 10 th , EGC
9. Mariano S.H.di Fiore.1992. Atlas De Histologia
Normal, Ed th, EGC
10. Rolland Leeson C, Thomas S.Leeson, Paparo
Anthony. 1996, Text Book of Histology, Ed 5th, EGC
11. Soebowo, et all. 2011 Pedoman Kuliah Mahasiswa
Anatomi Histology, FK Undip
12. Eroschenko. V.P. 2003. Atlas Histologi dengan
Korelasi Fungsional, Ed 9 EGC

179
180

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai