Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR
“PENGAMATAN SEL PROKARIOTIK DAN EUKARIOTIK”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Biologi Dasar

Disusun oleh:
Nama : Fadli Setio Pramesti
NIM : 4442190088
Kelas :IC
Kelompok : 6 (Enam)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
semua limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum tentang “Pengamatan Sel Prokariotik dan Eukariotik” ini tepat
pada waktunya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sulastri Isminingsih, S.P., M.Si dan
Ibu Eltis Panca Ningsih, S.P., M.Si selaku dosen mata kuliah Biologi Dasar
Agroekoteknologi. Dan tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada
asisten labolatorium saudari Yuniar Puji Lestari dan juga saudari Suryani Robiah
Adawiyah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan juga pengalaman.
Saya menyadari, laporan yang saya tulis ini jauh dari kata sempurna, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penulis. Maka dari itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan guna penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan serta pengetahuan
tentang pengamatan sel prokariotik dan eukariotik ini.

Serang, September 2019

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2. Tujuan ........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1. Pengertian dan Teori Sel............................................................................3
2.2. Struktur Sel ................................................................................................3
2.3. Organel-organel Sel ...................................................................................7
BAB III METODE PRAKTIKUM .....................................................................14
3.1. Tempat dan Waktu...................................................................................14
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................14
3.3. Cara Kerja ................................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................15
4.1. Hasil ........................................................................................................15
4.2. Pembahasan ..............................................................................................16
BAB V PENUTUP ................................................................................................20
5.1. Simpulan ..................................................................................................20
5.2. Saran ........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................22
LAMPIRAN .........................................................................................................23

DAFTAR TABEL

ii
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik ................................15

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 (a) Sel prokariotik dan (b) sel eukariotik. Perbandingan ukuran sel
prokariotik dan sel eukariotik..................................................................................4
Gambar 2 Organel-organel yang terdapat pada sel tumbuhan .................................5
Gambar 3 Organel-organel yang terdapat pada sel hewan.......................................6
Gambar 4 Ilustrasi penampang membrane sel .........................................................7
Gambar 5 Sebuah inti sel. Terdapat sistem membrane inti sel yang bersatu dengan
membran retikulum endoplasma ..............................................................................8
Gambar 6 RE beserta ribosom. Ribosom menempel pada retikulum endoplasma ..9
Gambar 7 Sebuah badan golgi .................................................................................9
Gambar 8 Sebuah struktur mitokondria pada sel ...................................................10
Gambar 9 Sentrio terdiri dari 9 triplet mikrotubulus .............................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam praktikum kali ini, praktikan dituntun untuk mengetahui bagian terkecil
dari unit organisme yaitu sel. Biologi dasar mempelajari ilmu pengetahuan tentang
sel kali ini bertujuan untuk mempelajari dan mengidentifikasi ciri-ciri sel atau
organisme yang tergolong prokariotik maupun eukariotik. Semua makhluk hidup
atau organisme tersusun atas sel atau beberapa sel. Sel merupakan unit structural
dan fungsional terkecil pada suatu mahkluk hidup. Sel memiliki semua perangkat
dan kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan proses hidup yaitu bergerak
memperbanyak diri, beradaptasi atau merespon terhadap perubahan lingkungan.
Proses hidup tersebutlah yang menunjang berlangsungnya kehidupan pada makhluk
hidup yang disusun oleh sel tersebut. Dengan demikian, semua aspek dari sistem
kehidupan bisa dipelajari dengan mengkaji proses hidup yang terjadi pada tingkat
sel. Sel berada pada skala di bawah 10 μm, sedangkan komponen penyusun sel yaitu
atom dan molekul berada pada skala nanometer. Proses hidup yang terjadi di dalam
sel pada hakekatnya merupakan serangkaian reaksi kimia yang sangat kompleks
dan saling terintegrasi. Reaksi kimia yang terjadi merupakan interaksi diantara
molekul, senyawa, atau atom pada skala nano. Reaksi kimia skala nano ini hanya
mungkin terjadi pada ruang yang berskala nano yaitu sel. Dalam ruang skala
sentimeter, reaksi skala nano sangat sulit terjadi, karena probabilitas bertemu antar
molekul, senyawa, atau atom sangat kecil. Dengan demikian pembahasan proses
hidup pada tingkat sel menjadi cerminan proses hidup yang terjadi pada level
organisme (Sumitro, 2017).
Semua makhluk hidup yang terkecil sampai yang terbesar tersusun dari sel.
Makhluk hidup ada yang hanya terdiri satu sel, ada pula tersusun dari banyak sel.
Sel dapat dikatakan sebagai unit atau kesatuan dasar kehidupan. Apabila kita
menelusuri secara menyeluruh, tampak bahwa sekelompok sel yang sama bentuk
dan fungsinya akan berbentuk jaringan, sekelompok jaringan membentuk organ,
dan kelompok organ menyusun makhluk hidup. Sel-sel dapat berbeda dalam
bentuk, ukuran, dan fungsi, tetapi secara struktur semua sel sama (Kimbal, 1991).

1
Ilmu yang mempelajari sel secara keseluruhan adalah sitologi. Pada penjelasan
sebelumnya pun semua itu bedasarkan keilmuan dibidang sitologi yang membahas
secara keseluruhan penjelasan tentang sel. Sitologi mempelajari semua sel dalam
makhluk hidup baik yang bersel satu maupun yang bersel banyak. Sel-sel tersebut
berkumpul dan berkoordinasi membentuk suatu jaringan yang telah mengalami
spesialisasi. Sel adalah suatu suatu satuan yang dinamis oleh karena itu selalu
mengalami perubahan. Perubahan sel dapat berupa pertambahan volume karena
adanya proses pertumbuhan maupun perubahan fungsi misalnya karena proses
deferensial. Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dalam makhluk
hidup. Sel dapat digolongkan menjadi dua, sel prokariotik dan eukariotik. Sel
prokariotik adalah sel yang belum mempunyai inti, sedangkan eukariotik yang telah
memiliki inti. Sel pada makhluk hidup dapat dibedakan antara sel hewan dengan
sel tumbuhan yang mana pada makhluk hidup ini mempunyai ciri-ciri masing-
masing baik dari segi bentuk sel maupun Organel sel yang menyusun sel. Istilah
prokariotik berasal dari bahasa Yunani. Pro artinya sebelum dan karyon artinya biji
atau inti, dalam hal ini mengacu pada membran inti. Sel prokariotik memiliki materi
genetik (DNA) yang terkonsentrasi di daerah yang disebut nucleoid. Namun, daerah
tersebut tidak memiliki membrane pemisah dengan bagian dalam sel lainnya.
Sedangkan, eukariotik berasal dari bahasa Yunani, eu artinya nyata, dan karyon
berarti inti. Sel eukariotik memiliki inti sel (nukleus) nyata yang dibatasi oleh
membran inti. Secara umum, sel eukariotik lebih kompleks dan lebih besar
dibandingkang sel prokariotik (Fictor Ferdinand P., 2009)

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum pengenalan alat-alat labolatorium yaitu :
1. Agar mahasiswa memepelajari dan mengidentifikasi ciri-ciri sel atau
organisme yang tergolong prokariotik.
2. Agar mahasiswa mempelajari dan mengidentifikasi ciri-ciri sel atau
organisme yang tergolong eukariotik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Pengertian dan Teori Sel
Istilah “sel” disebutkan kali pertama oleh Robert Hooke pada tahun 1665. Istilah
tersebut muncul ketika ia melihat struktur ruang-ruang kecil yang menyusun sebuah
gabus kayu dengan menggunakan mikroskop sederhana yang dibuatnya (Campbell,
1998). Dalam ilmu biologi, menurut (Kusnadi, 2015) sel berasal dari bahasa latin,
yaitu cella yang berarti ruangan kecil. Sel merupakan kumpulan materi paling
sederhana yang dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup.
Sel mampu melakukan semua aktivitas kehidupan sebagian besar reaksi kimia
untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel (Soloane, 2003).
Penemuan mikroskop oleh Antonie van Leeuwenhoek membantu para ahli
dalam kegiatan pengamatannya. Setelah adanya mikroskop tersebut, munculah
berbagai teori mengenai sel yang berasal dari hasil pengamatan beberapa ahli
biologi (Widayati, 2009).
Karena beberapa hasil penelitian telah meyakinkan akan kebenaran teori sel,
pada tahun 1861 lahirlah batasan tentang sel yang dikemukakan oleh Max Schultze
bahwa sel adalah protoplasma beserts nukleus, dan protoplasma merupakan dasar
fisik dari kehidupan. Apa yang dikemukakannya selain merupakan definisi sel, juga
merupakan defisini dari teori protoplasma (Sutrian, 2004).

2.2 Struktur Sel


Dari tahun 1665, ketika Robert Hooke mengamati sel, hingga pertengahan abad
20, ilmuwan biologi hanya memiliki mikroskop cahaya untuk mengamati sel.
Meskipun demikian, mereka banyak menemukan hal- hal penting, seperti makhluk
hidup satu sel, sel-sel penyusun hewan dan tumbuhan, serta struktur sel. Hasil yang
mereka dapat pada akhirnya menghasilkan suatu teori yang disebut teori sel, yaitu
sebagai berikut.
1. Sel merupakan dasar penyusun makhluk hidup. Oleh karena itu, semua makhluk
hidup tersusun atas sel.
2. Sel merupakan dasar penyusun fungsional dari makhluk hidup.
3. Semua sel berasal dari sel melalui proses pembelahan sel.

3
Pengetahuan mengenai struktur sel mengalami kemajuan yang pesat ketika para
ilmuwan mulai menggunakan mikroskop elektron. Semua pengamatan sel
menggunakan mikroskop elektron semakin memperkuat teori sel (Guttman, 1999).

Gambar 1. (a) Sel prokariotik dan (b) sel eukariotik. Perbandingan ukuran sel
prokariotik dan sel eukariotik

Berdasarkan ada dan tidaknya membran inti sel, sel dikelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik. Sel prokariotik hanya ditemukan
pada kingdom Monera, yaitu bakteri. Sementara itu, empat kingdom lainnya
(Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia) memiliki sel eukariotik (Fictor Ferdinand
P., 2009).
Istilah prokariotik berasal dari bahasa Yunani. Pro artinya sebelum dan karyon
artinya biji atau inti, dalam hal ini mengacu pada membran inti. Sel prokariotik
memiliki materi genetik (DNA) yang terkonsentrasi di daerah yang disebut
nukleoid. Namun, daerah tersebut tidak memiliki membran pemisah dengan bagian
dalam sel lainnya. Istilah eukariotik berasal dari bahasa Yunani, eu artinya nyata
dan karyon artinya inti. Sel eukariotik memiliki inti sel (nukleus) nyata yang
dibatasi oleh membran inti. Secara umum, sel eukariotik lebih kompleks dan lebih
besar dibandingkan sel prokariotik (Gambar 2.1) (Fictor Ferdinand P., 2009)
Bagian dalam sel secara umum disebut protoplasma. Protoplasma pada
dasarnya merupakan larutan yang mengandung banyak materi organik dan
anorganik. Jika melihat sebuah sel di bawah mikroskop, akan terlihat bahwa
protoplasma sel terdiri atas dua bagian, yaitu nukleus dan sitoplasma. Sitoplasma

4
merupakan bagian terbesar dari sel. Pada sitoplasma terjadi berbagai reaksi penting,
seperti sintesis (pembentukan) protein, respirasi, dan ekskresi (Kurnadi, 1992).
Di dalam sitoplasma terdapat organel-organel dan matriks semi-cairan yang
disebut sitosol. Organel (organ kecil) merupakan komponen sel yang memiliki
struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Fungsi organel ini sangat spesifik dan
menunjang aktivitas sel. Contoh organel, antara lain mitokondria, badan Golgi,
retikulum endoplasma, dan ribosom (Kurnadi, 1992).
Sel eukariotik memiliki organel yang lebih kompleks dibandingkan sel
prokariotik. Sel eukariotik pada sel tumbuhan dan sel hewan berbeda. Perhatikan
Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

Gambar 2. Organel-organel yang terdapat pada sel tumbuhan.

5
Gambar 3. Organel-organel yang terdapat pada sel hewan.

Di luar inti dan sitoplasma, terdapat membran sel. Membran sel menjadi sangat
penting karena membranlah yang membatasi sel dengan lingkungan luar, menjaga
aktivitas sel tetap berlangsung, dan menyeleksi benda atau zat yang dapat masuk ke
dalam sel. Membran sel atau plasma membran adalah bagian sel yang membatasi
sitoplasma. Membran sel tidak dapat dilihat menggunakan mikroskop biasa.
Membran sel sangat tipis dan hanya terdiri atas dua lapis fosfolipid. Bagian kepala
(fosfat) yang bersifat hidrofilik (senang air) berada di bagian luar membran sel.
Adapun bagian ekor (lipid) berada di bagian dalam membran sel dan bersifat
hidrofobik (tidak senang air). Jadi, satu sisi menghadap ke bagian luar sel,
sedangkan sisi lainnya menghadap ke bagian dalam sel. Hal tersebut mencegah
sitoplasma larut dengan lingkungan sekitarnya dan mencegah zat-zat asing di
sekitar sel masuk ke dalam sel (Gambar 2.4) (Salisbury, 1995).

6
Gambar 4. Ilustrasi penampang membran sel.

Di antara molekul-molekul fosfolipid terdapat molekul-molekul protein yang


berperan dalam pengenalan dan pemindahan zat-zat yang dibutuhkan dari
lingkungan ke dalam sel. Lapisan membran sel tidak hanya menutupi bagian luar
sel, tetapi juga berlekuk-lekuk dan melipat ke dalam sedemikian rupa sehingga
membentuk sebuah sistem membran di dalam sitoplasma (Salisbury, 1995).
Fungsi sel sangat berhubungan dengan fungsi dasar sel sebagai makhluk hidup.
Sel menjadi individu yang melakukan semua kegiatan sebagai makhluk hidup
utuh pada makhluk hidup satu sel (uniseluler). Selain itu, sel juga dapat menjadi
bagian dari organisasi sel yang terspesialisasi dan saling melengkapi dalam
makhluk hidup banyak sel (multiseluler). Sel yang terspesialisasi pada makhluk
hidup banyak sel, memiliki jenis dan banyak organel yang bergantung pada fungsi
sel (Salisbury, 1995).

2.3 Organel-organel Sel


Sebagian besar organel sel diselubungi oleh lapisan membran dengan struktur
yang sama dengan lapisan membran sel. Di dalam sel terdapat banyak struktur kecil
yang disebut organel (Dewi, 2013). Fungsi dari sel bergantung pada jumlah dan
jenis organel yang dimiliki. Berikut akan dijelaskan organel-organel pada sel.
1. Nukleus (Inti Sel)

7
Gambar 5. Sebuah inti sel. Terdapat sistem membran inti sel yang bersatu dengan
membran retikulum endoplasma.

Inti sel merupakan bagian yang penting dari sel. Inti sel terdiri atas beberapa
bagian, yaitu membran, kromatin, anak inti (nukleolus), dan cairan inti (nuclear
sap) (Gambar 2.5). Cairan inti merupakan cairan yang di dalamnya terdapat
nukleolus dan kromatin. Kromatin mengandung materi genetik berupa DNA serta
protein. Ketika sel membelah, kromosom dapat terlihat sebagai bentuk tebal dan
memanjang. Kromosom adalah cetak-biru (blue print) sel. Kromosom mengatur
kapan dan bagaimana sel membelah diri, menghasilkan protein-protein tertentu,
serta berdiferensiasi (Dewi, 2013).
2. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma, sering disingkat RE merupakan sebuah sistem
membran yang berlipat-lipat. Dilihat secara tiga dimensi, sistem membran pada
retikulum endoplasma bersatu dengan membran sel dan membran inti. Retikulum
endoplasma ada yang tampak kasar (RE kasar) dan ada pula yang tampak halus (RE
halus). Pada permukaan membran RE kasar terdapat ribosom yang menempel.
Ribosom yang menempel membuat RE terlihat kasar (Gambar 2.6). RE kasar
berperan dalam pembentukan membran dan protein. Adapun RE halus berperan
dalam pembentukan lemak, menetralisir racun, dan penyimpanan kalsium yang
berguna pada kontraksi sel otot (Dewi, 2013).

8
Gambar 6. RE beserta ribosom. Ribosom menempel pada retikulum endoplasma

3. Ribosom
Pada permukaan dalam membran retikulum endoplasma sel eukariotik tersebar
organel-organel. Salah satu organel tersebut adalah ribosom. Ribosom berperan
penting dalam proses pembentukan protein. Pada sel yang aktif, terdapat ribosom
dalam yang banyak. Selain di RE, ribosom banyak terdapat juga di anak inti
(nukleolus). Perhatikan (Gambar 2.6) (Dewi, 2013).
4. Badan Golgi

Gambar 7. Sebuah badan golgi

Badan Golgi disebut juga Aparatus Golgi. Badan Golgi berbentuk seperti
kantung yang pipih, dibatasi oleh membran. Beberapa badan Golgi sering terlihat
berdekatan dan membentuk kantung-kantung yang bertumpuk (Fictor Ferdinand
P., 2009).

9
Badan Golgi diduga sebagai salah satu bentuk dari sistem membran pada RE.
Badan Golgi kadang terlihat berada berdekatan dengan RE. Fungsi badan Golgi
terutama dalam pengolahan protein yang baru disintesis. Badan Golgi memotong
protein berukuran besar yang dihasilkan ribosom menjadi protein-protein
berukuran kecil seperti hormon dan neurotransmiter (bahan penerus informasi
pada sistem saraf). Badan Golgi juga berfungsi menambahkan molekul glukosa
ketika proses sintesis glikoprotein. Pada sel-sel kelenjar, jumlah badan Golgi
lebih melimpah dibandingkan sel-sel lain. Hal ini berhubungan dengan
pembentukan sekresi mukus berupa mukopolisakarida yang melibatkan badan
Golgi (Lebowo, 2009).
5. Mitokondria

Gambar 8. Sebuah struktur mitokondria pada sel

Mitokondria adalah organel berbentuk lonjong yang berada di sitoplasma.


Mitokondria memiliki dua lapis membran yang terpisah dengan membran inti,
membran sel, dan RE. Membran bagian dalam membentuk lipatan-lipatan. Struktur
ini disebut krista (Gambar 2.8). Pada krista, terdapat berbagai enzim yang berperan
dalam respirasi aerobik (Lebowo, 2009).
Mitokondria berperan dalam proses respirasi aerobik. Banyaknya jumlah
mitokondria dalam sel, bergantung pada seberapa aktif sel-sel tersebut. Misalnya,
pada sel otot, memiliki mitokondria lebih banyak dibandingkan sel yang pasif.
Semakin banyak mitokondria, semakin tinggi frekuensi proses respirasi (Lebowo,
2009).

10
Organel-organel yang telah diuraikan sebelumnya adalah organel- organel yang
dimiliki oleh sel hewan dan sel tumbuhan. Beberapa organel berikutnya, hanya
ditemukan pada sel hewan atau sel tumbuhan saja (Lebowo, 2009).
6. Lisosom
Lisosom adalah organel yang hanya ditemukan pada sel-sel hewan. Lisosom
berbentuk kantung yang dibatasi oleh membran. Di dalam lisosom terdapat enzim
yang berperan dalam dekomposisi atau penguraian sebagian besar sel. Lisosom
digunakan oleh sel untuk mencerna molekul-molekul besar. Pada makhluk hidup
satu sel, seperti Amoeba, vakuola makanan bersama lisosom bersatu. Kemudian,
enzim yang terdapat dalam lisosom mencerna makanan tersebut. Pada saat sel mati,
membran yang menutupi kantung lisosom akan terdegradasi sehingga enzimnya
akan keluar dan menguraikan bagian-bagian sel. Oleh karena itu, lisosom juga
sering disebut sebagai “kantung bunuh diri” (suicide pack) (Lebowo, 2009).
7. Sentriol

Gambar 9. Sentriol terdiri dari 9 triplet mikrotubulus

Sentriol terdapat pada sel hewan dan jamur. Sel-sel tumbuhan tinggi tidak
memiliki sentriol. Sentriol adalah dua buah organel yang berperan dalam
pembelahan sel. Setiap sentriol terdiri atas sembilan triplet mikrotubulus yang
susunannya membentuk cincin (Gambar 2.9). Mikrotubulus merupakan serabut
berbentuk silindris yang berperan dalam pembelahan sel, pergerakan kromosom,
dan pergerakan organel. Sentriol mulai terlihat pada tahap profase (salah satu tahap
pada pembelahan sel). Sentriol bergerak ke arah kutub-kutub yang berlawanan,
kemudian dua anak sel akan terbentuk (Lebowo, 2009).

11
8. Plastida
Salah satu organel yang khas pada tumbuhan adalah plastida. Plastida
merupakan organel menyerupai kantung yang dibatasi oleh dua lapis membran.
Plastida terdapat beberapa macam, yaitu kloroplas, kromoplas, dan leukoplas.
Ketiganya dibedakan berdasarkan pigmen yang dikandungnya (Sumadi, 2007).
Kloroplas memiliki pigmen-pigmen fotosintesis, di antaranya klorofil (zat hijau
daun) dan karotenoid (zat warna kuning atau oranye). Pigmen- pigmen tersebut
berperan penting dalam proses fotosintesis, yaitu sebagai penangkap gelombang
cahaya (Sumadi, 2007).
Klorofil beserta enzim-enzim yang berperan dalam reaksi terang (satu dari dua
reaksi pada fotosintesis) berada di dalam struktur membran yang disebut grana
(tunggal: granum). Granum terbentuk dari tilakoid, yang merupakan kantung-
kantung pipih yang bertumpuk. Sementara itu, stroma adalah matriks cairan di
bagian luar sistem membran grana. Pada stroma terdapat enzim-enzim yang
berperan dalam reaksi gelap pada fotosintesis (Sumadi, 2007).
Kromoplas merupakan plastida yang mengandung pigmen warna selain hijau.
Biasanya kromoplas berwarna kuning, merah, oranye, atau cokelat. Sejauh ini,
belum ditemukan fungsi yang pasti dari kromoplas, terutama pada tanaman tinggi.
Diperkirakan, kromoplas yang banyak terdapat di bunga dapat menarik serangga
untuk mendatangi bunga dan menyerbukinya. Sementara itu pada tumbuhan
rendah, seperti alga, pigmen pada kromoplas berfungsi sebagai pigmen fotosintetik
(Sumadi, 2007).
Leukoplas merupakan plastida yang tidak memiliki zat warna. Berbeda dengan
dua tipe plastida yang lain, leukoplas tidak menyimpan pigmen, tetapi menyimpan
bahan-bahan makanan cadangan. Umumnya, berupa pati (karbohidrat) atau
minyak. Leukoplas banyak terdapat di bagian tumbuhan yang tidak terkena cahaya,
seperti akar dan umbi (Sumadi, 2007).
9. Vakuola
Vakuola merupakan organel yang terdapat di tumbuhan. Vakuola berisi air yang
terlarut di dalamnya berbagai mineral, gula, asam-asam organik dan bahan-bahan
lain. Sel-sel muda memiliki beberapa vakuola yang berukuran kecil. Namun, pada

12
sel dewasa satu vakuola yang berukuran besar terkadang mendominasi sel
(Hendriyan, 2015).
Pada umumnya, sel-sel hewan tidak memiliki vakuola. Akan tetapi, protozoa
dapat membentuk vakuola makanan, tempat makanan diperoleh dan dicerna. Sisa
makanan ditampung dalam vakuola kontraktil untuk dibuang (Hendriyan, 2015).
10. Dinding Sel
Salah satu struktur lagi yang hanya dimiliki oleh sel tumbuhan adalah dinding
sel. Dinding sel berada di bagian luar membran sel. Ketika sel menyerap air, dinding
sel berfungsi mencegah sel menggembung melewati batas maksimum. Dinding sel
biasanya terbuat dari selulosa. Tidak seperti membran sel, dinding sel memiliki pori
yang dapat melewatkan hampir berbagai jenis zat. Pada beberapa jenis tumbuhan
dewasa, selnya membentuk dinding sekunder (Guttman, 1999).

BAB III

13
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengamatan Sel Prakariotik dan Eukariotik dilaksanakan pada hari
Senin, 23 September 2019, Pukul 09.20-11.20 WIB. Bertempat di Laboratorium
Bioteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Pada praktikum ini ada beberapa alat laboratorium yang digunakan. Alat-alat
laboratoriumnya yaitu, mikroskop, gelas beaker, pipet tetes, cover glass, kaca
preparat, neraca analitik.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali adalah ragi tape, air sawah,
air sumur, air sungai, dan metilen blue 3%, preparat awetan spirogyra, dan preparat
awetan paramaecium.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum kali ini antara lain sebagai berikut:
1. Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
2. Dibuat preparat segar dari air sawah atau air sungai
3. Diteteskan pada kaca objek air sawah atau air sungai dan ditutup dengan cover
glass
4. Diamati dibawah mikroskop dan digambar hasil pengamatan.

BAB IV

14
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik
NO Gambar Keterangan
1. Paramaecium

Lensa objektif : 4x/0.10


Lensa okuler : 10x/18
Sel eukariotik

2. Spirogyra

Lensa objektif : 4x/0.10


Lensa okuler : 10x/18
Sel eukariotik

3. Air Sungai

Lensa objektif : 4x/0.10


Lensa okuler : 10x/18
Amoeba
Sel eukariotik

15
4. Air Sawah

Lensa objektif : 100x/1.25


Lensa okuler : 10x/18
Amoeba
Sel eukariotik

5. Air Ragi

Lensa objektif : 4x/0.10


Lensa okuler : 10x/18
Fungi
Sel eukariotik

4.2 Pembahasan
Secara umum, ada dua tipe sel berdasarkan ada tidaknya struktur selaput inti
dan membran internal lainnya. Tipe tersebut yakni sel prokariotik dan sel
eukariotik. Perbedaan utama dari keduanya adalah sel prokariotik tidak mempunyai
selaput nukleus. Meskipun demikian, keduanya mempunyai materi genetik,
membran sel, dan ribosom (Santoso, 2016).
Yang pertama adalah sel prokariot. Prokariot merupakan organisme uniseluler
yang tidak berkembang atau berdiferensiasi menjadi bentuk multiseluler. Beberapa
bakteri tumbuh dalam filamen atau kumpulan sel, tetapi kumpulan sel dalam koloni
tersebut identik dan mampu memiliki eksistensi independen. Sel-sel dapat
berdekatan satu sama lain, sebab mereka tidak terpisah setelah pembelahan sel.
Mereka tetap terbungkus di dalam membran dengan cairan yang disekresikan sel.
Namun, tidak terdapat hubungan dan komunikasi antar sel. Prokariot dapat

16
ditemuan hampir di seluruh penjuru bumi, mulai dari laut dalam hingga ke tepian
mata air panas, bahkan diseluruh permukaan tubuh kita (Santoso, 2016).
Kelompok prokariotik meliputi kelompok archaebakteria (bakteri purba) dan
eubakteria (monera) yang beranggotakan bakteri, mikoplasma, dan cyanophyta.
Struktur umum sel prokariotik yang diwakili oleh bakteri berturut-turut mulai dari
luar ke dalam adalah dinding sel, membran sel, mesosom, sitoplasma, ribosom, dan
materi inti (DNA dan RNA) (Novel, 2012).
Interior sel prokariot disebut sitoplasma (cytoplasm). Istilah ini juga digunakan
untuk menyebut wilayah di antara nukleus dan membran plasma pada sel eukariot.
Dalam sitoplasma sel eukariot, terdapat berbagai macam organel dengan bentuk dan
fungsinya yang terspesialisasi, yang tersuspensi dalam sitosol. Struktur yang
dibatasi membran ini tidak ditemukan pada sel prokariot. Dengan demikian, adanya
atau tidak adanya nukleus sejati hanya salah satu contoh perbedaan kompleksitas
struktural antara kedua tipe sel (Campbell, 2010).
Prokariot juga tidak mempunyai organel-organel intra sel dan struktur seperti
ciri khas sel eukariotik. Fungsi organel digantikan oleh membran plasma. Prokariot
mempunyai tiga daerah arsitektur; yaitu 1) flagel atau fili merupakan protein yang
melekat dipermukaan sel; 2) satu selaput sel mengandung kapsul, satu dinding sel,
dan satu membran plasma; 3) daerah sitoplasmaik yang mengandung genom sel
(DNA) dan ribosom (Santoso, 2016).
Berikutnya adalah sel eukariotik. Sel-sel eukariotik berukuran 10 kali lebih
besar daripada sel prokariotik dan volumenya dapat 1000 kali lipatnya. Perbedaan
dasarnya dalah adanya kompartemen dalam sel berlapis membran, aktivitas
metabolisme terjadi. Hal yang paling penting adalah adanya DNA di dalam nukleus.
Berdasarkan struktur inilah nama eukariot yang berarti inti sebenarnya diberikan
(Santoso, 2016). Sel eukariot umumnya berdiameter 10-100 µm (Campbell, 2010).
Organisme euariotik memiliki struktur organel, yakni suatu struktur
mikroskopis di dalam sel yang membentuk fungsi khusus (Santoso, 2016). Menurut
(Campbell, 2010), kompartemen-kompartemen sel membentuk lingkungan lokal
yang berbeda yang memfasilitasi fungsi metabolik spesifik, sehingga proses yang
tidak kompatibel dapat berlangsung bersamaan di dalam suatu sel.

17
Sel eukariotik biasanya merupakan penyusun struktur makhluk hidup
multiseluler. Sel eukariotik tersusun atas membran sel, sitoplasma, nukleus,
sentriol, retikulum endoplasma, ribosom, kompleks golgi, lisosom, badan mikro,
mitokondria, mikrotubulus, dan mikrofilamen. Organel-organel di dalam sel
memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup sel tersebut (Novel,
2012).
Pada pengamatan kali ini, semua bahan pengamatan yang berhasil kami amati
dengan jenis sel yang tergolong eukariotik adalah sampel air sawah, air sumur, air
sungai, dan juga campuran ragi tape yang ditimbang menggunakan neraca analitik
sebanyak 0,1402 gram dan dicampurkan dengan aquades. Adapun sampel lain yang
diamati adalah preparat awetan paramaecium dan juga preparat awetan spirogyra.
Pertama, praktikan mengambil sampel pada air sawah, air sumur, dan juga air
sungai dengan menggunakan pipet tetes dan diletakkan pada masing-masing kaca
preparat yang sudah disiapkan, lalu diteteskan methylene blue, kemudian preparat
ditutup dengan menggunakan penutup preparat, dan dibersihkan tumpahan tetesan
di pinggir preparat, lalu diamati melalui mikroskop. Ternyata mikroorganisme yang
ada di air sumur tidak terlihat, mungkin dalam pengamatan kali ini terdapat banyak
faktor kesalahan. Tetapi lain halnya dengan air sungai dan juga air sawah. Hasil
dari pengamatan air sungai menggunakan lensa objektif lensa objektif 4x/0.10 dan
lensa okuler 10x/18 didapatkan bahwa terdapat mikroorganisme hidup dengan
genus amoeba yang tergolong sel eukariotik. Begitupun air sawah yang diamati
dengan menggunakan lensa objektif 100x/1.25 dan lensa okuler 10x/18 hasilnya
pun menunjukkan bahwa terdapat mikroorganisme hidup dengan genus amoeba dan
tergolong kedalam sel eukariotik. Selanjutnya praktikan mengamati ragi tape yang
dicampurkan dengan aquades dan diambil sampel beberapa tetes dengan
menggunakan pipet tetes yang kemudian diletakkan di kaca preparat serta diberi
tetesan melthylene blue lalu ditutup menggunakan penutup kaca preparat. Sampel
ragi tape kemudian diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa
objektif 4x/0.10 dan juga perbesaran lensa okuler 10x/18. Ditemukan
mikroorganisme hidup yang ditandai dengan warna biru pada kaca preparat yang
menandakan bahwa terdapat banyak mikoorganisme hidup pada ragi tape. Karena
pemberian melthylene blue bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

18
mikroorganisme yang hidup pada sampel yang telah diteteskan melthylene blue,
yang ditandai dengan warna biru pada kaca preparat, jikalau warna yang terlihat
bukan biru melainkan hitam, berarti pada sampel tersebut tidak terdapat
mikroorganisme yang hidup. Selanjutnya praktikkan mengamati preparat awetan,
yaitu paramecium, dan spirogyra. Pada preparat awetan terlihat dengan jelas bentuk
paramecium, dan spirogyra berbeda dengan pengamatan yang preparatnya dibuat
secara manual dan menggunakan perbesaran yang sama seperti sebelumnya. Semua
preparat ini digolongkan kedalam organisme eukariot begitupun dengan ragi tape
yang tergolong eukariotik dikarenakan dalam pengamatan ditemukan sel dengan
kingdom yaitu fungi.

BAB V
PENUTUP

19
5.1 Simpulan
Kegiatan praktikum ini yaitu pengamatan sel prokariotik dan eukariotik, yang
dapat disimpulkan bahwa dalam mengamati mikroorganisme pada masing-masing
sampel dengan perbesaran mikroskop. Sel prokariotik hanya ditemukan pada
kingdom monera, yaitu bakteri. Sementara itu, empat kingdom lainnya protista,
fungi, plantae, dan animalia memiliki sel eukariotik.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang ada, maka di peroleh
suatu kesimpulan yaitu, di dalam larutan ragi tape terdapat mikroorganime yang
termasuk ke dalam sel eukariotik, begitupun dengan air sungai, air sawah dan
preparat awetan spirogyra dan preparat awetan paramecium. Perbedaan antara sel
prokariotik dengan sel eukariotik terletak pada ada tidaknya membran inti. Selain
itu, ditinjau dari segi ukuran, sel eukariotik berukuran 10 kali lebih besar dibanding
sel prokariotik. Berdasarkan pada kompleksitas selnya, sel prokariotik lebih
sederhana dibandingkan sel eukariotik. Dikatakan demikian, karena sel prokariotik
tidak memiliki organel-organel sebagaimana pada sel eukariotik, Sel prokariotik
hanya tersusun atas flagel atau fili, kapsul, dinding sel, satu membran plasma,
genom, dan ribosom. Sedangkan sel eukariotik tersusun atas membran sel,
sitoplasma, nukleus, sentriol, retikulum endoplasma, ribosom, kompleks golgi,
lisosom, badan mikro, mitokondria, mikrotubulus, dan mikrofilamen. Dilihat dari
volumenya pun sel eukariot 1000 kali lebih besar dibandingkan dengan sel
prokariot.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan agar semua praktikan dapat menguasai materi
praktikum kali ini dan bisa mendapatkan hasil yang maksimal adalah praktikan
harus menjaga, merawat, memperhatikan dan merawat alat dan ruang laboratorium
agar saat praktikum berlangsung dapat digunakan dengan baik dan lebih maksimal.
Praktikan juga diharapkan bekerja dengan cermat dan teliti. Ketika percobaan
berlangsung praktikan harus bisa menjaga keselamatan kelompok dan teman-teman
sekitar, dan sesama praktikan tidak boleh bercanda ketika praktikum sedang
berlangsung sehingga keselamatan kerja pun terjamin dengan baik. Serta dalam

20
praktikum kali ini dibutuhkan kesabaran dan juga ketelitian dalam mengambil
sampel serta meneliti sampel.

DAFTAR PUSTAKA

21
Campbell. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga.
Campbell, N. A. 1998. Biology. California: The Benjamin/Commings Publishing
Company.
Dewi, S. R. 2013. Proses Transkripsi pada Prokariotik dan Eukariotik. Malang:
Universitas Brawijaya.
Fictor Ferdinand P., M. A. 2009. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Guttman, N. 1999. Biology. New York: Mc Graw Hill.
Hendriyan, R. 2015. Menjelaskan Fungsi Organel Sel Tumbuhan dan Hewan.
http://asbosker.blogspot.com/2014/10/menjelaskan-fungsi-organel-sel-
pada.html. Diakses pada tanggal 23 September 2019. Pukul 3.12 WIB.
Kurnadi, K. A.1992. Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia.
Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung.
Kusnadi. 2015. Buku Saku Biologi SMA. Jagakarsa: Kawan Pustaka.
Lebowo, A. 2009. Biolog Jilid 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Novel. 2012. Biomedik. Jakarta: C.V. Trans Infio Media.
Salisbury, F. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB Press.
Santoso. 2016. Biologi Molekuler Sel. Jakarta: Salemba Teknika.
Soloane, E. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula . Jakarta: EGC.
Sumadi. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumitro, S. B. 2017. Biologi Sel. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Widayati, Sri. 2009. Buku Biologi SMA Kelas X. Jakarta: Teguh Karya.

LAMPIRAN

22
Preparat Awetan Spirogyra Preparat Awetan Paramaecium

Metilen blue Pengamatan Preparat Awetan


Paramaecium

23
Sampel Air Sawah Lokasi Pengambilan Sampel

Sampel Air Sungai Lokasi Pengambilan Sampel

24

Anda mungkin juga menyukai