OLEH:
RAFLI S. HADIKUM
1131422006
2
DAFTAR ISI
KATAPENGGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................iv
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2. Tujuan................................................................................................................................2
1.3. Manfaat..............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................3
2.1 Uji mikrobiologi....................................................................................................................3
2.2. Uji Organoleptik.................................................................................................................3
2.3. Proses Penyimpanan.........................................................................................................4
2.4. Penanganan ikan uji..........................................................................................................5
BAB III METODE PRAKTIKUM....................................................................................................7
3.1. Waktu dan Tempat............................................................................................................7
3.2. Alat dan Bahan..................................................................................................................7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................9
4.1. Proses penyimpanan ikan menggunkan es......................................................................9
4.2. Proses penyimpanan ikan tanpa es................................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................30
5.1. Kesimpulan......................................................................................................................30
5.2. Saran................................................................................................................................30
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Bentuk Ikan Pada Hari Ke-1 Menggunakan Es...............................................10
Gambar 2 Warna Ikan Pada Hari Ke-1 Menggunakan Es...............................................11
Gambar 3 Bau Ikan Pada Hari Ke-1 Menggunakan Es...................................................12
Gambar 4 Bentuk Ikan Pada Hari Ke-2 Menggunakan Es...............................................14
Gambar 5 Warna Ikan Pada Hari Ke-2 Menggunakan Es...............................................15
Gambar 6 Bau Ikan Pada Hari Ke-2 Menggunakan Es....................................................15
Gambar 7 Bentuk Ikan Pada Hari Ke-3 Menggunakan Es...............................................17
Gambar 8 Warna Ikan Pada Hari Ke-3 Menggunakan Es...............................................18
Gambar 9 Bau Ikan Pada Hari Ke-3 Menggunakan Es....................................................19
Gambar 10 Bentuk Ikan Pada Hari Ke-1 Tanpa Es..........................................................21
Gambar 11 Bau Ikan Pada Hari Ke-1 Tanpa Es ............................................................21
Gambar 12 Bentuk Ikan Pada Hari Ke-1 Tanpa Es..........................................................22
Gambar 13 Bentuk Ikan Pada Hari Ke-2 Tanpa Es.........................................................24
Gambar 14 Warna Ikan Pada Hari Ke-2 Tanpa Es..........................................................25
Gambar 15 Bau Ikan Pada Hari Ke-2 Tanpa Es..............................................................27
Gambar 16 Bentuk Ikan Pada Hari Ke-3 Tanpa Es..........................................................28
Gambar 17 Warna Ikan Pada Hari Ke-3 Tanpa Es..........................................................29
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan Bahan....................................................................................................7
Tabel 2 Pengamatan Menggunakan Es Hari Ke-1..........................................................9
Tabel 3 Pengamatan Menggunakan Es Hari Ke- 2..........................................................13
Tabel 4 Pengamatan Menggunakan Es Hari Ke-3..........................................................16
Tabel 5 Perlakuan Tanpa Es Hari Ke-1...........................................................................20
Tabel 6 Perlakuan Tanpa Es Hari Ke-2...........................................................................23
Tabel 7 Perlakuan Tanpa Es Hari Ke-3............................................................................26
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroorganisme. Mikroorganisme
merupakan semua organisme mikroskopis bersel tunggal. Virus termasuk ke dalam kelompok
mikroorganisme walaupun aseluler. Sel mikroorganisme berbeda dengan sel hewan dan
tumbuhan. Setiap sel mikroorganisme mampu melakukan seluruh proses kehidupan sel
secara mandiri. Sementara sel hewan dan tumbuhan yang merupakan organisme multiseluler,
Analisis mutu mikrobiologi merupakan salah satu parameter uji yang penting dalam
menganalisis suatu produk pangan karena selain dapat menduga umur simpan suatu produk,
dapat juga digunakan sebagai indikator sanitasi dan keamanan pada produk. Berdasarkan
Peraturan BPOM Nomor 13 Tahun 2019 tentang Batas Cemaran Mikroba dalam Pangan
Olahan, parameter mikroba yang diuji pada produk formula lanjutan (berbentuk bubuk) yaitu
terbagi menjadi dua, yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif dimaksudkan untuk
mengetahui jenis mikroorganisme yang ada di dalam sediaan tersebut, sedangkan uji
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam
ketersediaan tersebut Jamhari M (2018).
nugget ikan. Analisis Total Voletile Base merupakan salah satu indikator dalam mengetahui
kualitas suatu produk hasil perikanan yang ditandai dengan total basa yang menguap dan
aktivitas enzim proteolitik yang semakin meningkatkan nilai TVB. Analisis ini terdiri atas tiga
6
tahap yaitu tahap ekstraksi, destilasi dan titrasi. Adapun parameter yang digunakan pada uji
organoleptik yaitu uji kenampakan, aroma, tekstur, dan cita rasa Dalle et., (2021).
Proses pendinginan ikan segar baik ikan air tawar maupun ikan laut, di mulai dari
tempat penangkapan ikan air tawar yaitu bendungan jati luhur dan cirata, Begitu juga untuk air
laut dimulai dari penamgkapan dilaut maupun dari cold storage. Hasil tangkapan ikan baik air
laut maupun air tawar langsung dimasukkan ke dalam ice box dalam keadaan hidup dengan
volume 50% terus ditambahkan es batu sampai penuh kemudian ditutup Zulaihah et al.,
(2018).
1.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui uji mikrobiologi dan uji organolebtik menggunakan es
1.3. Manfaat
Hasil praktikum ini agar kirannya mampu memberikan wawasan serta pengetahuan
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
suatu produk pangan karena selain dapat menduga umur simpan suatu produk, dapat juga
digunakan sebagai indikator sanitasi dan keamanan pada produk. Berdasarkan Peraturan
BPOM Nomor 13 Tahun 2019 tentang Batas Cemaran Mikroba dalam Pangan Olahan,
parameter mikroba yang diuji pada produk formula lanjutan (berbentuk bubuk) yaitu pengujian
menjadi dua, yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif. Uji kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui
jenis mikroorganisme yang ada di dalam sediaan tersebut, sedangkan uji kuantitatif dilakukan
tersebut (Jamhari M 2018).
Mikrobiologi rantai pengolahan ikan dan hasil laut untuk menghasilkan produk yang
bermutu maka perlu diperhatikan dasar pengetahuan ilmiah tentang bahaya mikrobiologis dan
Uji organoleptik untuk mengetahui kemampuan kitosan sebagai bahan pengawet ikan. Analisis
Total Voletile Base merupakan salah satu indikator dalam mengetahui kualitas suatu produk
hasil perikanan yang ditandai dengan total basa yang menguap dan aktivitas enzim proteolitik
yang semakin meningkatkan nilai TVB. Analisis ini terdiri atas tiga tahap yaitu tahap ekstraksi,
destilasi dan titrasi. Adapun parameter yang digunakan pada uji organoleptik yaitu uji
8
kenampakan, aroma, tekstur, dan cita rasa. Dalle et al Uji Organoleptik Nugget Ikan Dengan
manusia sebagai alat utama dalam menilai mutu ikan hidup berdasarkan SNI 01-2346-2006.
Dalam penelitian yang akan diteliti meliputi kecerahan/warna, bau,dan tekstur. Metode
pengujian yang dipakai dalam standar ini adalah uji scoring test, dengan menggunakan score
sheet organoleptik ikan segar dengan kriteria angka 1 (satu) sebagai nilai terendah dan angka
Proses pendinginan ikan segar baik ikan air tawar maupun ikan laut, di mulai dari
tempat penangkapan ikan air tawar yaitu bendungan jati luhur dan cirata, Begitu juga untuk air
laut dimulai dari penangkapan dilaut maupun dari cold storage. Hasil tangkapan ikan baik air
laut maupun air tawar langsung dimasukkan ke dalam ice box dalam keadaan hidup dengan
(2018).
faktorpenentu, hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media penyimpanan yaitu faktor
keamanan untuk ikan karena apabila mengandung senyawa berbahaya dapat menyebabkan
ikan keracunan atau kematian selama penyimpanan, serta faktor ekonomis karena metode ini
Sehingga sekam padi menjadi pilihan media penyimpanan yang baik. Sekampadi merupakan
9
limbah pertanian yang cukup melimpah di Sulawesi Utara, dengan penggunaan limbah
tersebut sebagai media penyimpanan akan memberikan nilai tambah ekonomis di bidang
pertanian, sedangkan transportasi ikan hidup dalam wadah tanpa air dapat memberikan nilai
Teknik penanganan ikan yang paling umum dilakukan untuk menjaga kesegaran ikan
adalah penggunaan suhu rendah. Selain itu, pada kondisi suhu rendah pertumbuhan bakteri
pembusuk dan proses-proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh ikan yang mengarah
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Saputra (2009), bahwa salah satu manfaa
tzeolith adalah kemampuan mengeliminir virus/bakteri pathogen. Bakteri adalah salah satu
factor yang sangat diminimalkan untuk berkembang dalam proses pengawetan ikan. Bakteri
dalam tubuh ikan yang berada pada insang, daerah perut ikan, serta lendir yang menempel
ditubuh ikan akan sangat berpotensi untuk berkembang biak jika pada saar ikan mati setelah
tertangkap, tidak mendapatkan perlakuan atau mendapat perlakuan pengawetan tapi tidak
maksimal. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan fase postrigor dicapai.
Dengan demikian dengan penambahan zeolith pada proses pengawetan, maka pembiakan
Penanganan ikan segar merupakan bagian penting dari rantai pasokan industri
perikanan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penanganan dan penyimpanan ikan
cakalang. Penelitian ini difokuskan pada kegiatan penangkapan pole and line untuk ikan
10
cakalang di perairan Seram. Penelitian ini menggunakan teknik observasi lapangan dan uji
organoleptik. Proses penanganan ikan di kapal menggunakan es balok dan air laut yang
didinginkan terdiri atas penyortiran, pencucian, dan penirisan namun belum optimal. Fasilitas
dan infrastruktur untuk penanganan ikan di pusat pendaratan juga tidak memadai, tidak ada
tempat untuk melakukan beberapa pekerjaan yaitu penyortiran, pencucian, dan penirisan. Nilai
organoleptik menurun dari 9,00 pada 0 jam menjadi 8,68 pada 12 jam, ketika ikan tiba di pusat
pendaratan ikan. Peningkatan penanganan cakalang di kapal dan di pusat pendaratan ikan
diperlukan untuk menjaga kualitas ikan dan mencegah kerusakan ikan Litaay (2020).
11
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
1. Setiap kelompok memilih jenis ikan uji yang segar sebanyak 2 – 4 ekor
4. Siapkan 2 wadah untuk menyimpan ikan dengan mengsterilkan wadah terlebih dahulu
menggunakan alcohol.
12
5. Membuat tabel pengamatan untuk pengujian ikan es dan tanpa es
6. Wadah yang sudah dipisahkan dan steril tadi kemudian diletakan ikan. Lakukan
perlakuan dengan menyimpan 1-2 ekor ikan dengan menggunakan es didalam box
styrofoamicool box dan 1-2 ekor lainya tanpa menggunakan es di wadah lainya.
7. Diamati untuk 0 jam awal saat penyimpanan ikan uji dari warna, bentuk tubuh dan
bau, kemudian setiap 2 jam diamati kembali hal serupa samoai 3 kali pengamatan per
hari dengan selang waktu 2 jam sampai ke-3 dengan mengamati semua perubahan
8. Jika es sudah mencair, keluarkan air yang ada diadalam box tersebut dan diganti
9. Simpan ikan uji tersebut dan amati pada esok harinya dengan perlakuan yang sama
13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
14
4.1.1. Bentuk Tubuh
Bentuk tubuh ikan nila yang menggunakan es pada 0-6 jam itu masi sama dengan
pada saat diambil dari tempat budidaya. Bentuk tubuhnya memanjang, pipih ke samping dan
warna putih kehitaman. Ikan ini merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidayakan setelah
ikan mas (Cyrprinus carpio) dan telah dibudidayakan pada lebih dari 85 negara (DKPD, 2010).
Ikan nila mempunyai nilai ekonomis penting dan merupakan salah satu komoditas unggulan
air tawar.Prospek ikan nila ditandai dengan produksi ikan nilayang terus meningkat dan
15
Gambar 1. Bentuk ikan menggunakan es pada hari ke-1
Menurut Berhimpon (1993) dalam Wibowo et al., (2014). perubahan tekstur dimana
daging menjadi lebih lunak terjadi apabila ikan sudah mengalami kemunduran mutu. Hal ini
disebabkan mulai terjadinya perombakan pada jaringan otot daging oleh proses enzimatis. Hal
ini menjadikan tekstur daging menjadi lunak dan masih kenyal danjuga pada tahap ini
kapasitas pengikatan air oleh protein daging masih tinggi sehingga tidak banyak air yang
keluar dari jaringan dan tingkat kekenyalan daging masih tinggi. Kekuatan gel terus mengalami
penurunan hingga tahap post rigor yang memiliki hasil terendah, hal ini diduga saat post rigor
mortis daging sudah mengalami kemunduran mutu dan daging ikan kembali melunak.
Morfologi ikan nila diantaranya bentuk memanjang, pipih kesamping dan bentuk
matanila menonjol dengan tepi berwarna putih (Arifin, 2016 dalam Akbar et al., 2023).
Warna ikan pada pengamatan menggunakan es pada 0-6 jam masi sama seperti
pada waktu diambil dari tempat budidaya. Ikan nila mempunyai sirip punggung, sirip ekor, dan
sirip perut yang masing-masing mempunyai jari-jari keras yang tajam seperti duri. Sirip
punggung mempunyai lima belas jari-jari keras dan sepuluh jari-jari lunak, sedang kansirip
ekor mempunyai dua jari-jari keras dan enam jari-jari lunak. Sirip punggung berwarna hitam
dan sirip dada menghitam, pada sirip ekor terdapat enam buah jari-jari tegak (Suyanto, 1994;
16
Gambar 2. Warna ikan menggunakan es pada hari ke-1
karakteristik mata, insang, dan lendir permukaan badan yang diamati terhadap ikan
nila pada jam ke-0 adalah kondisi mata yang cerah, bola mata menonjol, kornea jernih, warna
insang merah cemerlang tanpa lendir, dan lapisan lendir dipermukaan badan jernih,
4.1.3. Bau
Dari hasil pengamatan ikan pada 0-6 jam itu mengeluarkan bau amis. Bau amis ( fishy)
yang terdapat pada ikan berasal dari senyawa trimethylamine (TMA). Senyawa TMA terbentuk
akibat terjadinya oksidasi kolin oleh bakteri Hal ini diduga bahwa zat asam yang terdapat pada
17
Gambar 3. Bau ikan menggunakan es pada hari ke-1
18
pengamatan pengamatan pada 4 jam pengamatan
pada 0 jam pada 2 jam bahwasanya ikan pada 6 jam
bahwasanya bahwasanya itu berbau amis bahwasanya
ikan itu berbau ikan itu berbau ikan itu berbau
amis amis amis
Perubahan gejala klinis lainnya yaitu timbulnya garis hitam pada tubuh ikan dimana
hal ini menunjukan terjadinya gejala melanosis. Pengamatan lainnya yaitu perubahan pada
organ mata seperti pembengkakan mata ( exopthalmia), timbul garis merah pada mata ikan.
Kerusakan kondisi tubuh ikan yang terjadi adalah sirip ekor geripis, sisik lepas. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Ibrahem et al. (2008) dalam Darma et al., (2014), ikan yang diinfeksi
dipermukaan tubuh ikan, borok pada kulit, sirip geripis, ventilasi meradang, exophthamia.
19
Menurut Surya Ningrum et al., (2000) dan Bejo et al., (2008), bahwa kandungan oksigen
dalam air media mencapai 3 – 4 mg O2/liter dapat menyebabkan gangguan aktivitas fisiologi
ikan yang menyebabkan ikan gelisah, warna menjadi pucat, aktivitas lambat. Oleh karena itu
4.1.6. Bau
Berdasarkan hasil pengamatan ikan pada 0-6 jam itu kondisi ikan berbau amis. Bau
amis (fishy) yang terdapat pada ikan berasal dari senyawa trimethylamine (TMA). Senyawa
TMA terbentuk akibat terjadinya oksidasi kolin oleh bakteri. Bakteri akan memutus gugus
TMAO akan tereduksi secara enzimatis membentuk TMA (Murtini et al., 2014).
20
Gambar 6. Bau ikan menggunakan espada hari ke-2
21
Tabel 4. Proses perlakuan ikan menggunakan es hari ke-3
22
4.1.7. Bentuk Tubuh
bentuk tubuh agak memanjang dan pipih, memiliki garis vertikal berwarna gelap
sebanyak 6 buah padasirip ekor, pada bagian tubuh memiliki garis vertikal yang berjumlah 10
buah, danpada ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kehitam-
hitaman. Mata agak menonjol dan pinggirannya berwarna hijau kebiru-biruan, letak mulut
terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoric, sedangkan linealateralis terputus
menjadi dua bagian, letaknya memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik pada garis rusuk
berjumlah 34 buah, memiliki 17 jari-jari keras pada sirip punggung, pada sirip perut terdapat 6
buah jari-jari lemah, sirip dada 15 jari-jari lemah, sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari
lemah dan bentuk ekornya berpinggiran tegak (Kordi, 1997 dalam Asriah 2021).
mengubah permeabilitas membran seluler. Berat molekul tembaga yang kecil, memungkinkan
untuk logam ini masuk lewat por-pori sel secara filtrasi. Toksikan ini masuk kedalam sel
23
bersama dengan air. Hal ini dapat menyebabkan terjadi kerusakan sel-sel epidermis luar
sehingga dapat mengubah warna tubuh ikan penelitian menjadi pucat azwan et al (2011).
4.1.9. Bau
Hasil dari pengamatan ikan pada hari dari 0-6 jam itu memiliki bau amis. Penyebab
amisnya ikan itu ialah terjadinya aktivitas kimiawi. Aktivitas kimiawi adalah suatu oksidasi
lemak daging oleh oksigen (O2). Oksigen yang terkandung di udara dapat mengoksidasi
lemak daging yang berlemak sehingga aroma pada ikan menyebabkan bau anyir (bau amis).
Perubahan ini disebabkan oleh bakteri yang dipicu oleh terjadinya kerusakan komponen pada
ikan akibat aktivitas enzim dan aktivitas kimia. Aktivitas kimia inilah yang menghasilkan
komponen-komponen enzim yang lebih kompleks (Nur, et., al., 2014) dalam (susilo et al.,
2021).
24
Gambar 9. Bau ikan menggunakan es pada hari ke-2
25
perut putih perut putih perut putih perut putih
keabuabuan, keabuabuan, keabuabuan, keabuabuan,
warna bola mata warna bola mata warna bola mata warna bola mata
hitam dengan tepi hitam dengan tepi hitam dengan tepi hitam dengan tepi
berwarna berwarna berwarna berwarna
putih,insang ikan putih,insang ikan putih,insang ikan putih,insang ikan
berwarna merah berwarna merah berwarna merah berwarna merah
cerah, dan warna cerah, dan warna cerah, dan warna cerah, dan warna
sirip dada, perut, sirip dada, perut, sirip dada, perut, sirip dada, perut,
punggung sampai punggung sampai punggung sampai punggung sampai
ekor itu berwarna ekor itu berwarna ekor itu berwarna ekor itu berwarna
merah gelap merah gelap merah gelap merah gelap
Hasil dari Hasil dari Hasil dari Hasil dari
pengamatan ialah pengamatan ialah pengamatan ialah pengamatan ialah
Bau
ikan mengeluarkan ikan mengeluarkan ikan mengeluarkan ikan mengeluarkan
bau amis bau amis bau amis bau amis
bentuk tubuh agak memanjang dan pipih, memiliki garis vertical berwarna gelap
sebanyak 6 buah pada sirip ekor, pada bagian tubuh memiliki garis vertikal yang berjumlah 10
buah, dan pada ekor terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kehitam-
hitaman. Mata agak menonjol dan pinggirannya berwarna hijau kebiru-biruan, letak mulut
terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoric, sedangkan linea lateralis terputus
menjadi dua bagian,letaknya memanjang diatas sirip dada, jumlah sisik pada garis rusuk
berjumlah 34 buah, memiliki 17 jari-jari keras pada sirip punggung, pada sirip perut terdapat 6
buah jari-jari lemah, sirip dada 15 jari-jari lemah,sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari
lemah dan bentuk ekornya berpinggiran tegak (Kordi, 1997, dalam Arifin 2017).
26
Gambar 10. Bentuk tubuh ikan tanpa es hari ke-1
` Ikan nila yang mengalami perubahan perilaku juga mengalami perubahan warna yang
terlihat sangat jelas perbedaannya dibandingkan ikan yang masih sehat. Warna tubuh ikan
perlahan-lahan akan berubah menjadi agak gelap tidak seperti keadaan normal berwarna
putih keperakan mengkilat (silver), semakin lama akan berubah menjadi hitam pekat, dalam
27
keadaan warna yang demikian maka di kolam ikan yang sakit terlihat sangat jelas karena
hasil dari pengamatan ikan pada hari ke-3 itu ikan memiliki bau yang amis. Menurut
Fellow (1988) dalam Puspitasari Findya (2018), flavor bau amis merupakan bau khas dari ikan
yang disebabkan oleh komponen nitrogen selain protein ikan yaitu aroma, trimetil amin oksida
(TMAO), guanidin dan turunan imidazol Prolin merupakan asam aminopenting dalam ikan
yang berperan dalamkemanisan. Senyawa lain yang berperan dalam bauikan adalah senyawa
belerang atsiri, hidrogensulfida, metil merkaptan dimetil sulfida, gula yaituribose, glukosa, dan
glukosa 6 fosfat.
Bentuk tubuh Bentuk tubuh Bentuk tubuh Bentuk tubuh Bentuk tubuh
memanjang, memanjang, memanjang, memanjang,
tekstur lembek, tekstur lembek, tekstur lembek, tekstur lembek,
28
bola mata bola mata bola mata bola mata
berwarna hitam berwarna hitam berwarna hitam berwarna hitam
dengan tepi dengan tepi dengan tepi dengan tepi
merah, dengan merah, dengan merah, dengan merah, dengan
sisik yang sisik yang sisik yang sisik yang
mudah mudah mudah mudah
terkelupas,serta terkelupas,serta terkelupas,serta terkelupas,serta
insang yang insang yang insang yang insang yang
busuk, muncul busuk, muncul busuk, muncul busuk, muncul
belatung belatung belatung belatung
Warna ikan Kecoklatan,bola Kecoklatan,bola Kecoklatan,bola Kecoklatan,bola
mata hitam mata hitam mata hitam mata hitam
dengan tepi dengan tepi dengan tepi dengan tepi
berwarna berwarna berwarna berwarna
merah, warna merah, warna merah, warna merah, warna
sirip dada sirip dada sirip dada sirip dada
punggung, perut punggung, perut punggung, perut punggung, perut
dan ekor merah dan ekor merah dan ekor merah dan ekor merah
gelap warna gelap warna gelap warna gelap warna
insang hijau. insang hijau. insang hijau. insang hijau.
Bau Ikan sudah Ikan sudah Ikan sudah Ikan sudah
berbau busuk berbau Busuk berbau busuk berbau busuk
Proses perubahan pada tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas enzim, mikro
organisme atau oksidasi oksigen. Setelah ikan mati, berbagai proses perubahan fisik maupun
kimiawi berlangsung lebih cepat. Semua perubahan ini akhirnya mengarah ke pembusukan.
Seluruh permukaan tubuh ikan yang sedang mengalami proses pembusukan dipenuhi lendir.
Kondisi ikan pada saat masih hidup bakteri-bakteri itu ada di dalam usus, insang dan
dipermukaan tubuh ikan, namun dalam keadaan non aktif sehingga tidak menyebabkan
rusaknya daging ikan. Tetapi setelah ikan mati dengan cepat bakteri-bakteri itu berkembang
dan meningkat populasinya. Oleh karena itulah untuk mengantisipasi terjadinya kemunduran
mutu daging ikan perlu dilakukan pengolahan atau pengawetan Ramli, Nurfika (2022).
29
Gambar 13. Bentuk tubuh ikan tanpa es pada hari ke-2
Penurunan kualitas ikan mulai terlihat pada hari ke-2 dan ke-3. Semua aspek
organoleptik berubah kearah pembusukan mulai rasa yang mulai asam, warna yang semakin
pucat, aroma yang mulai tercium bau busuk serta tekstur yang sudah mulai melembek. Hal ini
diduga karena lama penyimpanan ikan nila pada suhu ruang sehingga mempercepat proses
pembusukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Iswadi 2018 dalam Gita et al., 2021), yang
menyatakan bahwa lama penyimpanan produk akan mempengaruhi penurunan kualitas ikan.
Namun jika dibandingkan dengan aspek organoleptik ikan nila pada perlakuan kontrol,
mutusaat dibiarkan pada lingkungan yang terbuka dan terpapar oleh udara bebas secara
langsung.
30
Gambar 13. Warna ikan tanpa es pada hari ke-2
4.2.6. Bau
Karungi et al, (2003) dalam Kalista et al (2018). degradasi protein dan derivatnya akan
membentuk basa volatil yang mudah menguap yaitu amoniak, histamin dan H2S dan
31
Tabel7. Perlakuan ikan tanpa es
Bentuk tubuh Bentuk tubuh Bentuk tubuh Bentuk tubuh Bentuk tubuh
memanjang, memanjang, memanjang, memanjang,
tekstur lembek tekstur lembek tekstur lembek tekstur lembek
Membengkak, Membengkak, Membengkak, Membengkak,
sisik mudah sisik mudah sisik mudah sisik mudah
terkelupas, bols terkelupas, bols terkelupas, bols terkelupas, bols
mata berwarna mata berwarna mata berwarna mata berwarna
hitan dengan hitan dengan hitan dengan hitan dengan
tepi berwarna tepi berwarna tepi berwarna tepi berwarna
merah dan ada merah dan ada merah dan ada merah dan ada
belatungnya belatungnya belatungnya belatungnya
Warna ikan Warna ikan Warna ikan Warna ikan Warna ikan
kecoklatan, kecoklatan, kecoklatan, kecoklatan,
warna bola mata warna bola mata warna bola mata warna bola mata
hitan dengan hitan dengan hitan dengan hitan dengan
tepi berwarna tepi berwarna tepi berwarna tepi berwarna
merah, warna merah, warna merah, warna merah, warna
sirip punggung, sirip punggung, sirip punggung, sirip punggung,
sirip perut, sirip sirip perut, sirip sirip perut, sirip sirip perut, sirip
dada, dan ekor dada, dan ekor dada, dan ekor dada, dan ekor
berwarna coklat berwarna coklat berwarna coklat berwarna coklat
gelap, warna gelap, warna gelap, warna gelap, warna
insang hijau insang hijau insang hijau insang hijau
gelap. gelap. gelap. gelap.
Bau Ikan sudah Ikan sudah Ikan sudah Ikan sudah
mengeluarkan mengeluarkan mengeluarkan mengeluarkan
aroma bau aroma bau aroma bau aroma bau
busuk busuk busuk busuk
Penurunan mutu pangan yang ditandai aroma busuk akan mempengaruhi nilai
organoleptik terhadap ikan nila. Selain itu, faktor lingkungan yang tidak terkontrol juga turut
32
mempengaruhi jenis bakteri yang mungkin berkembang dan menyebabkan kerusakan.
Penyimpanan suhu ruang dapat mempercepat proses pembusukan. Hal ini disebabkan bakteri
yang terdapat pada ikan dapat melakukan metabolisme secara sempurna (Rumengan et al.,
(Menurut Love dan Rees 2002 dalam Aliza, Dwinna 2014). perubahan yang
terjadi akibat rendahnya kadaroksigen sehingga sel-sel pada lamela tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik, sementara jantung terus memompakan darah ke insang dan memicu
33
Gambar 16. Warna ikan tanpa es pada hari ke-3
4.2.9. Bau
Pembusukan pada ikan dengan kadar lemak tinggi akan lebih cepat terjadi.
Perubahan bau menjadi tengik pada ikan disebabkan oleh kandungan lemak ikan akan cepat
bereaksi secara kimiawi (Adam dan Moss, 2008 dalam Gani, Naufal 2019). Proses inidapat
terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis. Proses oksidasi lipolisisakan terjadi pada
proses enzimatis, lipid dipecah oleh lipase yang akanmembentuk asam lemak bebas yang
menjadi penyebab dari bau yang tidaksedap (tengik) dan kualitas minyak ikan akan menurun.
Phospholipase A2,phospholipase B dan triacyl lipase adalah yang utama terdapat pada
jaringandarah dan kulit ikan. Proses enzimatis dan non-enzimatis, akan dipengaruhioleh
cytochrome dan hemoglobin (Ghaly et al., 2010 dalam Gani, Naufal 2019)
34
Gambar 17. Bau pada ikan hari ke3
35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
mikobiologi perairan kepada mahaiswa. Karena dalam praktikum mikrobiologi ini kita dapat
mengetahui proses perubahan morfologi ikan, anatomi ikan dalam waktu pengamatan yaitu 3
5.2. Saran
agar paham dengan objek apa yang diamati terutama dalam penulisan data karena jika data
36
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, A., & Nurjanah, N. M. (2009). Kemunduran mutu ikan nila (Oreochromis niloticus)
pada penyimpanan suhu rendah dengan perlakuan cara kematian dan
penyiangan. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia , 12(2), 88-101.
Maraja, Mafrian Kris, Netty Salindeho, and Jenki Pongoh. "Penanganan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Hidup Dengan Dengan Menggunakan Es Sebagai
Pengawet." Media Teknologi Hasil Perikanan 5.3 (2017): 80-85.
Erna, E., Alam, S., & Salman, S. (2020). Penggunaan Zeolit pada Peti Ikan Berinsulasi untuk
Mencegah Kemunduran Mutu Hasil Tangkapan. Lutjanus, 25(1), 16-21.
Wibowo, I. R., Darmanto, Y. S., & Anggo, A. D. (2014). Pengaruh cara kematian dan tahapan
penurunan kesegaran ikan terhadap kualitas pasta ikan nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan , 3(3), 95-103.
Akbar, M. A., Zahara, A. S., Sari, M. T., & Adha, N. (2023). Identification of Morphology and
Morphometry of Fresh Water Fish Cultivated in Meurandeh Teungoh Village,
Langsa City. Jurnal Biologi Tropis, 23(2), 208-213.
Bhagawati, D., Rachmawati, F. N., & Rukayah, S. (2017). Karakteristik Dimorfisme dan
Gambaran Histologis Gonad pada Benih Ikan Nila Hasil Alih Kelamin.
Nofisulastri, N. (2013). IDENTIFIKASI TIPOLOGI BIOGENETIK PROTEIN DARAH IKAN NILA
DI PASAR TRADISIONAL KOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA
BARAT. Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 1(2), 95-101.
Chandra, A. B., Abdus, S. J., Masrifatul, A., & Zainuri, M. (2020). KARAKTERISTIK IKAN NILA
(Oreochromis niloticus) DAN IKAN LELE (Clarias batrachus) PADA FASE
RIGOR MORTIS. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) , 4(3),
375-378.
Darma, R. G., & Haditomo, A. H. C. (2014). Efikasi Perendaman Ekstrak Sambiloto
(Andrographis Paniculata Ness) dengan Salinitas Berbeda dan Pengaruhnya
Pada Kelulushidupan Serta Indeks Fagositosis Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus) yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila. Journal of Aquaculture
Management and Technology, 3(4), 222-229.
Susilo, Y., Aji, A. R. S., & Mukti, A. T. (2021). EFEK TEKNOLOGI LUCUTAN PLASMA PADA
ORGANOLEPTIK DAGING IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS).
ASRIAH, G. (2021). SIKAP KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT IKAN NILA (Doctoral
dissertation, Universitas Siliwangi).
AZWAN, M., & SUNARTO, P. S. (2011). Kandungan logam berat tembaga dan protein ikan
nila (Oreochromis niloticus) di keramba jaring apung Waduk Gajah Mungkur
Wonogiri, Jawa Tengah. Bonorowo Wetlands, 1(2), 70-79.
Saragih, C. A., Hidayat, L., & Tutuarima, T. (2019). Sifat Organoleptik Ikan Kape-Kape
(Psenes Sp) dengan Penggunaan Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolaia
Spesiosa, Horan) sebagai Pengawet Alami. Jurnal Agroindustri, 9(1), 19-27.
37
Arifin, M. Y. (2017). Pertumbuhan dan survival rate ikan nila (oreochromis. sp) strain merah
dan strain hitam yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 16(1), 159-166.
Aliza, D. (2014). Gambaran perilaku dan insang ikan nila (Oreochromis Niloticus) yang
mengalami stres kepadatan. Jurnal Medika Veterinaria Vol, 8(1).
Gita, R. S. D., Jayawardana, H. B. A., & Afandi, A. (2021). Uji Efektivitas Khitosan
terhadap Daya Awet Ikan Nila (Oreochromis niloticus). BIOEDUSAINS:
Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains , 4(2), 433-441.
Kalista, A., Redjo, A., & Rosidah, U. (2018). Analisis organoleptik (scoring
test) tingkat kesegaran ikan nila selama penyimpanan. Jurnal
FishtecH, 7(1), 98-103
Puspitasari, F. (2018, October). Substitusi labu kuning (Curcubita moshcata) untuk
perbaikan mutu bakso ikan nila (Oreochromis niloticus). In Prosiding
Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah (Vol. 3, No. 1).
Zulaihah, L., Nur, I., & Marasabessy, A. (2018, October). Program Pendinginan Ikan Pada
Kelompok Pedagang Pasar Pelelangan Muara Baru Jakarta Utara.
In PROCEEDINGS OF NATIONAL COLLOQUIUM RESEARCH AND
COMMUNITY SERVICE (Vol. 2).
Dalle, D., Natsir, H., & Dali, S. (2021). Analisis Total Volatile Base (TVB) dan Uji
Organoleptik Nugget Ikan Dengan Penambahan Kitosan 2, 5%. Indonesian
Journal of Chemical Analysis (IJCA), 4(1), 1-10.
Erdiandini, I., Chusniasih, D., Abidin, Z., Nurfitriani, A., Manalu, A. I., Istiadi, K. A., ... &
Marzuki, I. (2023). Mikrobiologi Perairan. Yayasan Kita Menulis.
Wirawan, I. K. A., Suryani, S. A. M. P., & Arya, I. W. (2018). Diagnosa, analisis dan
identifikasi parasit yang menyerang ikan nila (Oreochromis niloticus) pada
Kawasan Budidaya Ikan Di Subak “Baru” Tabanan. Gema Agro, 23(1), 63-
78.
Gani, N. (2019). Kajian Edible Coating Berbahan Dasar Tepung Karagenan pada Ikan
Nila Nila,(Oreochromis niloticus) (Doctoral dissertation, Universitas
Andalas).
38
LAMPIRAN
Lampiran 2.
39
40