Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Kawasan Konservasi Perairan Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili
Trawangan

Dosen Pengampuh:
Dr. Lis M Yapanto, S.Pi, M.M

Oleh Kelompok 3:

Fahran Wahyurianto 1131422026


Rafliyanto Habi 1131422005
Larista Gaib 1131422013

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN TEKNOLOGI PERIKANAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan rahmat dan
Inayah Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah “Kawasan
Konservasi Perairan Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan’’
serta dapat memenuhi tugas matakuliah Pengelolaan Pesisir Terpadu.
Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Harapan penulis semoga
dengan ilmu yang telah diberikan dapat dimanfaatkan dan diterapkan untuk
hal-hal yang bermanfaat dihari ini, esok bahkan nantinya.
Penyusun menyadari bahwasanya dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan, karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan dari pembaca sekalian. Akhir kata semoga penulisan tugas
ini dapat bermanfaat bagi pihak yang telah membaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................................2
1.3 Manfaat..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4
2.1 Profil Kawasan Konservasi Perairan Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili
Trawangan.................................................................................................................4
2.2 Potensi Kawasan Konservasi Perairan Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili
Trawangan.................................................................................................................5
2.3 Tujuan/Peruntukan Zona Pada kawasan Konservasi Perairan Nasional TWP Gili
Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan.............................................................................8
2.4 Kegiatan Yang Boleh Dilakukan Dan Tidak Boleh Dilakukan Dalam Kwasan
Konservasi.................................................................................................................8
2.5 Kawasan Konservasi Perairan Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili
Trawangan...............................................................................................................11
BAB III PENUTUP......................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................14
3.2 Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan pulau-pulau kecil di Indonesia di dalam kerangka pengelolaan pesisir
terpadu mulai menjadi perhatian pada satu dekade terakhir, dimulai sejak
disahkannya UU No. 27 Th. 2007 Jo. UU No. 1 Th. 2014 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar
di dunia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang besar. Potensi tersebut
ditunjukkan dengan adanya keanekaragaman ekosistem, seperti ekosistem mangrove,
lamun dan terumbu karang beserta biota yang hidup di dalamnya. Pada tahun 2014,
Kementerian Kelautan dan Perikanan telah mencatatkan ke Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) 13 466 pulau di Indonesia 1. Dari ribuan pulau-pulau tersebut,
sebagian besar tergolong ke dalam kategori pulau-pulau kecil (Falkland 1993;
Bengen et al. 2012).
Pulau-pulau kecil memiliki nilai penting dan keunikan dilihat dari sisi fisik,
demografi, sumberdaya alam, geografi, sosial ekonomi dan budaya, dan beberapa
memiliki nilai politik dan pertahanan. Namun demikian, pulau-pulau kecil memiliki
keterbatasan sumberdaya alam (lahan, air bersih, mineral dan sumber energi
konvensional), terisolasi dan jauh dari wilayah teritorial, dan terpapar bencana alam
(Falkland 1993), sehingga pulau kecil yang merupakan suatu entitas memiliki
karakteristik dan kerentanan yang khusus.
Salah satu strategi pengelolaan yang dianggap sebagai alat paling efektif untuk
pengelolaan sumberdaya berkelanjutan adalah pengelolaan berbasis kawasan, yaitu
salah satunya dengan melakukan penetapan kawasan konservasi (Hind et al. 2010).
Selain dapat menjadi pendukung dari strategi pengelolaan untuk konservasi
keanekaragaman sumberdaya, kawasan konservasi juga dapat meningkatkan resiliensi
ekosistem, di mana aktifitas pengembangannya lebih ke arah pemanfaatan jasa

1
ekosistem, sehingga dapat sinergis dengan kegiatan konservasi (pemanfaatan non
extractive dan non consumtive).
Hal ini yang diduga terjadi pada Kawasan Konervasi Perairan Nasional, Taman
Wisata Perairan Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan, Nusa Tenggara
Barat (KKPN TWP Gili Matra). Kawasan tersebut dari tahun ke tahun menjadi tujuan
wisata internasional yang sangat populer, sehingga dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat di sekitar kawasan. Tetapi, peningkatan ekonomi ini harus dibayar
dengan rusaknya lingkungan dan ekosistem pesisir. Meningkatnya populasi
penduduk, wisatawan, limbah, ekpansi terhadap ruang produktif pulau, rusaknya
ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang merupakan kondisi yang sedang
terjadi di KKPN TWP Gili Matra. Amir (2012) memperkirakan bahwa tiga tahun ke
depan jumlah kunjungan wisatawan ke TWP Gili Matra akan melebihi daya dukung
untuk wisata. Tanda-tanda telah melebihinya daya dukung telah terlihat dengan
menurunnya persentase tutupan karang hidup dan terkonversinya area ekosistem
mangrove menjadi area pemukiman dan fasilitas-fasilitas wisata.
Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Ayer, Gili Meno dan Gili Trawangan yang
selanjutnya disebut TWP Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan merupakan salah
satu Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang sebelumnya ditetapkan berdasarkan
SK Menhut No. 85/Kpts-II/1993 dan pada tahun 2001 ditetapkan sebagai Kawasan
Pelestarian Alam Perairan berdasarkan Keputusan Menhut No. 99/Kpts-II/2001.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui sejarah atau latar belakang kawasan konservasi Perairan
Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili
2. Mengetahui kebijakan-kebijakan dalam kawasan konservasi Perairan
Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili
3. Mengetahui jenis konservasi perairan di Kawasan Konservasi Perairan
Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan

2
4. Mengetahui pengelolaan konservasi di Kawasan Konservasi Perairan
Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan

1.3 Manfaat
Makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang Kawasan Konservasi
Perairan Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Kawasan Konservasi Perairan Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno,
Gili Trawangan
 Provinsi : Nusa Tenggara Barat
 Kabupaten / Kota : Lombok Utara
 Nama Kawasan : TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan
 Tipe Kawasan : Taman Wisata Perairan
 Luas Kawasan : 2.268,59 (dua ribu dua ratus enam puluh delapan
koma lima sembilan) Hektare, yang terdiri atas:
a. zona inti dengan luas 101,95 (seratus satu koma sembilan lima) Hektare
b. zona pemanfaatan terbatas dengan luas 2.003,64 (dua ribu tiga koma enam
empat) Hektare
c. zona lain sesuai peruntukan kawasan dengan luas 163,00 (seratus enam puluh
tiga koma nol nol) berupa:
1. zona rehabilitasi dengan luas 46,43 (empat puluh enam koma empat tiga)
Hektare
2. zona bangunan dan instalasi laut dengan luas 56.69 (lima puluh enam
koma enam sembilan) Hektare
3. zona pelabuhan/tambat labuh dengan luas 59,88 (lima puluh sembilan
koma delapan delapan) Hektare;
 Garis Lintang: 8º 20º - 8º 23º LS
 Garis Bujur:116º00º - 116º 08º BT

 Letak Geografis

4
TWP pulau Gili Meno, Air dan Trawangan (Gili Matra) dengan luas 2.954 hektar,
yang meliputi luas daratan Gili Air ± 175 ha dengan keliling pulau ±5 km, Gili Meno
±150 ha dengan keliling pulau ±4 km dan Gili Trawangan ±340 ha dengan keliling
pulau ±7,5 km dan selebihnya merupakan perairan laut. Secara geografis TWP pulau
Gili Matra terletak pada 8º 20º - 8º 23º LS dan 116º00º - 116º 08º BT. Sedangkan
secara administratif pemerintahan, kawasan ini terletak di desa Gili Indah kecamatan
Pemenang kabupaten Lombok Utara propinsi Nusa Tenggara Barat. Kawasan ini
sejak tanggal 15 Maret 2001 sampai dengan tanggal 4 Maret 2009 berada di bawah
pengelolaan Balai KSDA NTB departemen Kehutanan sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 99/Kpts-II/2001. Selanjutnya sejak tanggal 4
Maret 2009 sesuai dengan berita acara serah terima kawasan suaka alam dan kawasan
pelestarian alam dari Departemen Kehutanan kepada Departemen Kelautan dan
Perikanan Nomor : BA.01/Menhut-IV/2009 dan NomorBA.108/MEN.KP/III/2009.
Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 67/MEN/2009 tentang Penetapan
Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili
Trawangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada tanggal 3 September 2009,
pengelolaan TWP dilaksanakan oleh Direktur Jendral Kelautan, Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil (KP3K) yang menugaskan UPT Balai Kawasan Konservasi Perairan
Nasional (BKKPN) Kupang sebagai Unit Pelaksana Teknis yang bertanggung jawab
dilapangan.
Batas-batas Taman Wisata Perairan Pulau Gili Matra adalah sebagai berikut :
- Utara : berbatasan dengan laut Jawa.
- Selatan : berbatasan dengan selat Lombok.
- Barat : berbatasan dengan laut Jawa.
- Timur : berbatasan dengan Tanjung Sire

5
2.2 Potensi Kawasan Konservasi Perairan Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno,
Gili Trawangan
Secara khusus untuk sub zona perikanan berkelanjutan karang yang berada pada
garis isodepth (garis khayal yang menghubungkan kedalaman perairan yang sama)
kurang dari atau sama dengan 20 meter, memiliki kondisi potensi ekologi berfariasi
yang ditunjukan dengan parameter tutupan karang dan kelimpahan serta biomasa
ikan.
Kondisi potensi ekologi di sub zona perikanan berkelanjutan karang 1 (Gili
Trawangan) termasuk dalam kategori sedang dengan tingkat pemanfaatan kategori
sedang. Kondisi ekologi tersebut terlihat dari indikator atau parameter yang
digunakan untuk pemilihan lokasi seperti persen penutupan karang keras sedang,
kelimpahan dan biomassa ikan sedang, resistensi dan rekrutmen karang sedang, jenis
karang keras dan ikan karang sedang. Tingkat pemanfaatan tersebut terlihat dari
indikator atau parameter kegiatan pemanfaatan pariwisata yaitu kegiatan menyelam,
snorkeling, surfing, berjemur dan daerah penangkapan ikan.
Kondisi potensi ekologi di sub zona perikanan berkelanjutan karang 2 (Gili
Trawangan) termasuk dalam kategori sedang dengan tingkat pemanfaatan kategori
tinggi. Kondisi ekologi tersebut terlihat dari indikator atau parameter yang digunakan
untuk pemilihan lokasi seperti persen penutupan karang keras sedang, Kelimpahan
dan biomassa ikan tinggi, Rekrutmen tinggi, Jenis karang resisten tinggi. Tingkat
pemanfaatan tersebut terlihat dari indikator atau parameter kegiatan pemanfaatan
pariwisata yaitu kegiatan menyelam, snorkeling, surfing, berjemur, lintasan kapal dan
daerah penangkapan ikan
Kondisi potensi ekologi di sub zona perikanan berkelanjutan karang 3 (Gili
Meno) termasuk dalam kategori sedang dengan tingkat pemanfaatan kategori tinggi.
Kondisi ekologi tersebut terlihat dari indikator atau parameter yang digunakan untuk
pemilihan lokasi seperti persen penutupan karang keras sedang, Resisten jenis karang
sedang, Kelimpahan dan Biomassa ikan sedang. Tingkat pemanfaatan tersebut terlihat

6
dari indikator atau parameter kegiatan pemanfaatan pariwisata yaitu kegiatan
menyelam, snorkeling, surfing, berjemur, lintasan kapal dan daerah penangkapan ikan
Kondisi potensi ekologi di sub zona perikanan berkelanjutan karang 4 (Gili
Meno) termasuk dalam kategori buruk dengan tingkat pemanfaatan kategori tinggi.
Kondisi ekologi tersebut terlihat dari indikator atau parameter yang digunakan untuk
pemilihan lokasi seperti persen penutupan karang keras sedang, kelimpahan dan
biomassa ikan tinggi, biomassa ikan herbivora tinggi, rekrutmen tinggi, jenis karang
resisten tinggi. Tingkat pemanfaatan tersebut terlihat dari indikator atau parameter
kegiatan pemanfaatan pariwisata yaitu kegiatan menyelam, snorkeling, berjemur,
lintasan kapal, pelabuhan bayangan dan daerah penangkapan ikan.
Kondisi potensi ekologi di sub zona perikanan berkelanjutan karang 5 (Gili
Meno) termasuk dalam kategori buruk dengan tingkat pemanfaatan kategori tinggi.
Kondisi ekologi tersebut terlihat dari indikator atau parameter yang digunakan untuk
pemilihan lokasi seperti persen penutupan karang keras sedang, resisten jenis karang
sedang, kelimpahan dan biomassa ikan sedang. Tingkat pemanfaatan tersebut terlihat
dari indikator atau parameter kegiatan pemanfaatan pariwisata yaitu kegiatan
menyelam, snorkeling, surfing, berjemur, lintasan kapal, dan daerah penangkapan
ikan
Kondisi potensi ekologi di sub zona perikanan berkelanjutan karang 6 (Gili Ayer)
termasuk dalam kategori sedang dengan tingkat pemanfaatan kategori sedang.
Kondisi ekologi tersebut terlihat dari indikator atau parameter yang digunakan untuk
pemilihan lokasi seperti persen penutupan karang keras sedang, kelimpahan ikan
tinggi, kelimpahan dan biomassa ikan herbivora tinggi, kelimpahan kima tinggi, jenis
karang resisten tinggi. Tingkat pemanfaatan tersebut terlihat dari indikator atau
parameter kegiatan pemanfaatan pariwisata yaitu kegiatan menyelam, snorkeling,
surfing, lintasan kapal, dan daerah penangkapan ikan. Pada id zona ini dilalui oleh
jalur pipa dan kabel bawah laut di bagian barat Gili Ayer.
Kondisi potensi ekologi di sub zona perikanan berkelanjutan karang 7 (Gili Ayer)
termasuk dalam kategori sedang dengan tingkat pemanfaatan kategori tinggi. Kondisi

7
ekologi tersebut terlihat dari indikator atau parameter yang digunakan untuk
pemilihan lokasi seperti persen penutupan karang keras tinggi, kelimpahan dan
biomassa ikan sedang, rekrutmen karang sedang. Tingkat pemanfaatan tersebut
terlihat dari indikator atau parameter kegiatan pemanfaatan pariwisata yaitu kegiatan
snorkeling, surfing, lintasan kapal, area budidaya, pelabuhan dan daerah penangkapan
ikan.

2.3 Tujuan/Peruntukan Zona Pada kawasan Konservasi Perairan Nasional


TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan
a. Zona Perikanan Berkelanjutan Zona perikanan berkelanjutan dalam kawasan
konservasi perairan TWP Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan
diperuntukkan bagi nelayan tangkap yang memiliki sarana prasarana alat tangkap
yang moderen dan ramah lingkungan selain diperuntukan bagi nelayang tangkap
zona perikanan berkelanjutan di TWP Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan
juga diperuntukan bagi perlindungan habitat dan populasi ikan, penangkapan
ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan, budidaya ramah lingkungan,
pariwisata dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan.
b. Sub Zona Perikanan Berkelanjutan Karang Sub zona perikanan berkelanjutan
karang diperuntukkan bagi aktifitas nelayan tradisional/nelayan lokal sekitar
kawasan dengan menggunakan sarana dan prasarana alat tangkap yang
tradisional dengan tujuan untuk mendukung bagi pengembangan wisata perairan
di kawasan TWP Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan. Selain diperuntukan
bagi kepentingan nelayan lokal atau masyarakat setempat sub zona perikanan
berkelanjutan karang juga bertujuan untuk perlindungan habitat dan populasi
ikan, penangkapan ikan dengan alat dan cara yang ramah lingkungan, pariwisata
dan rekreasi, penelitian dan pengembangan, pendidikan, kearifan lokal/adat
istiadat dan alur pelayaran.

8
2.4 Kegiatan Yang Boleh Dilakukan Dan Tidak Boleh Dilakukan Dalam Kwasan
Konservasi
Kegiatan yang dibolehkan di zona perikanan berkelanjutan TWP Gili Ayer, Gili
Meno, dan Gili Trawangan sesuai kondisi yang ada dilapangan dan selama ini
menjadi penopang bagi ekonomi masyarakat lokal adalah Wisata Menyelam, Wisata
Speargun/Memanah Ikan dan Pancing cumi pada malam hari (tidak buang jangkar).
Sedangkan kegiatan yang tidak dibolehkan/dilarang yang selama ini terjadi di dalam
zona perikanan berkelanjutan di TWP Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan
adalah penggunaan Jaring Trawl, Jaring Muro ami, Huhate (pole & line), Payang,
Bubu, Akar Tuba, Sianida, Bom/Bahan Peledak dan alat tangkap yang tidak ramah
lingkungan lainnya.
1. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di zona perikanan
berkelanjutan TWP Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan
Kegiatan yang boleh :
- Wisata Menyelam
- Wisata Speargun/Memanah Ikan
- Wisata watersport : Windsurf, Surfing dan Wisata
watersport lainnya
- Wisata Perahu Kaca (Glass Bottom Boat)
- Berlayar melintas
- Tambatan kapal (Muoring buoy)
- Upacara adat, ritual keaagamaan
- Menyelam untuk mengambil biota
- Pembuatan foto, video, film untuk tujuan non komersial
- Aktifitas Penangkapan Ikan: Pancing, Jaring Atas,
Panah/Speargun, Rawai Dasar dan Pancing cumi pada
malam hari (tidak buang jangkar)
Kegiatan yang boleh tapi dengan izin :
- Pemasangan Rumpon

9
- Pembuatan foto, video, film untuk tujuan komersial
- Sarana dan pelayanan untuk melakukan wisata petualangan
: kapal layar cruise, kapal selam dan penenggelaman kapal
(ship wreck)
- Penelitian
- Pendidikan, Pemeliharaan, Pemulihan, Rehabilitasi dan
Peningkatan Sumber Daya Ikan dan Ekosistemnya
Kegiatan yang tidak diperbolehkan :
- Berenang dan Snorkling
- Wisata watersport, Jetsky dan Banana Boat
- Sarana dan pelayanan untuk melakukan wisata petualangan
seperti marine walk
- Berlabuh (Kapasitas kapal 10 GT)
- Pengambilan karang hidup atau mati
- Aktifitas Penangkapan Ikan: Mengambil biota/angsat
(gleaning), Jaring terinjang (gill net), Jaring Mogong ,
Jaring Trawl, Jaring Muro ami, Huhate (pole & line),
Payang, Bubu, Akar Tuba, Sianida dan Bom/Bahan
Peledak dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
lainnya.
2. Kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan di sub zona
perikanan berkelanjutan Karang TWP Gili Ayer, Gili Meno, dan
Gili Trawangan.
Kegiatan yang boleh :
- Wisata Menyelam
- Berenang dan Snorkling
- Wisata watersport seperti Surfing
- Wisata Perahu Kaca (Glass Bottom Boat)
- Berlayar melintas

10
- Tambatan kapal (Muoring buoy)
- Upacara adat, ritual keaagamaan
- Menyelam untuk mengambil biota
- Aktifitas Penangkapan Ikan : Pancing, Panah/Speargun,
Rawai Dasar, Pancing cumi pada malam hari (tidak buang
jangkar)
- Pembuatan foto, video, film untuk tujuan non komersial.
Kegiatan yang boleh tapi dengan izin
- Pembuatan foto, video, film untuk tujuan komersial
- Penelitian
- Pendidikan, Pemeliharaan, Pemulihan, Rehabilitasi dan
Peningkatan Sumber Daya Ikan dan Ekosistemnya
- Budidaya
- Sarana dan pelayanan untuk melakukan wisata petualangan
-: marine walk dan penenggelaman kapal (ship wreck).
Kegiatan yang tidak diperbolehkan
- Wisata Speargun/Memanah Ikan
- Wisata watersport: Jetsky, Banana Boat, Windsurfdan
Wisata watersport lainnya
- Sarana dan pelayanan untuk melakukan wisata petualangan
: kapal layar cruise dan kapal selam
- Berlabuh (Kapasitas kapal 10 GT)
- Pengambilan karang hidup atau mati
- Aktifitas Penangkapan Ikan: Jaring Atas , Mengambil
biota/angsat (gleaning), Jaring terinjang (gill net), Jaring
Mogong, Jaring Trawl, Jaring Muro ami, Huhate (pole &
line), Payang, Bubu, Akar Tuba, Sianida, Bom/Bahan
Peledak dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
lainnya

11
- Penangkapan ikan dengan menggunakan kompressor
- Pemasangan Rumpon.

2.5 Kawasan Konservasi Perairan Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili
Trawangan
Kebijakan yang berlaku pada Kawasan Konservasi Perairan Nasional TWP
Gili Ayer, Gili Meno, Gili Trawangan adalah ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 67/MEN/2009. Berikut adalah kebijakan yang berlaku
pada Kawasan Konservasi Perairan Nasional TWP Gili Ayer, Gili Meno, Gili
Trawangan:
1. Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional:

Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan


Perikanan Nomor: KEP. 67/MEN/2009 tentang Penetapan Kawasan Konservasi
Perairan Nasional Pulau Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan di Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
2. Zonasi Kawasan:
Kawasan ini dibagi menjadi tiga pulau, yaitu Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili
Trawangan, dengan luas seluas 2.954 hektare.
3. Pengelolaan Sumber Daya Perairan:
Kawasan ini dikelola oleh Dept. Kelautan dan Perikanan berdasarkan Nomor:
BA. 01/Menhut-IV/2009 – BA. 108/MEN.KPIII/2009.

12
4. Penyusunan Buku Profil Kawasan:
Buku ini merupakan bagian dari upaya pengelolaan sumber daya, yang
menyajikan data fisik kawasan, kondisi geografis, sosial ekonomi, dan
informasi lainnya.
5. Tahapan Kegiatan Pengelolaan:
Tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan untuk mengelola kawasan ini,
termasuk evaluasi, pelengkapan data, pembahasan dengan kementerian
kehutanan dan pihak-pihak terkait, serta dengan biro hukum terkait.
6. Mengumumkan dan Mensosialisasikan Kawasan:
Kawasan ini diumumkan dan disosialisasikan kepada masyarakat.
7. Taman Wisata Perairan:
Kawasan ini merupakan Taman Wisata Perairan, yang memiliki
potensi untuk menjadi destinasi wisata yang menarik.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kondisi potensi ekologi di sub zona perikanan berkelanjutan karang 1 (Gili
Trawangan) termasuk dalam kategori sedang dengan tingkat pemanfaatan kategori
sedang. Kondisi ekologi tersebut terlihat dari indikator atau parameter yang
digunakan untuk pemilihan lokasi seperti persen penutupan karang keras sedang,
kelimpahan dan biomassa ikan sedang, resistensi dan rekrutmen karang sedang,
jenis karang keras dan ikan karang sedang.

3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman bagi pembaca tentang
karakteristik wilayah mangrove dan penyusun berharap pembaca dapat memberikan
saran dan masukan dalam penyusuan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA
Amir S. 2012. Optimasi Pemanfaatan Wisata Bahari Bagi Pengelolaan Pulaupulau Kecil
Berbasis Mitigasi (Studi Kasus Gili Indah Kabupaten Lombok Utara Provinsi Nusa
Tenggara Barat) [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanain Bogor (IPB).
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53678.
Bengen DG, Retraubun ASW, Saad S. 2012. Menguak Realitas dan Urgensi Pengelolaan
Berbasis Eko-Sosio Sistem Pulau-pulau Kecil. Bogor (ID): Pusat Pembelajaran dan
Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L).
Falkland AC. 1993. Hydrology and water management on small tropical islands. Di dalam
Hydrology of Warm Humid Regions (Yokohama Symposium), July 1993,
Yokohama. Yokohama (JP): IAHS Publ. No. 216. 263-303.
Hind EJ, Hiponia MC, Gray TS. 2010. From community-based to centralised national
management—A wrong turning for the governance of the marine protected area in
Apo Island, Philippines? Marine Policy 34(1):54–62.

15

Anda mungkin juga menyukai