Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

01. 12 No.3: Desember 2011


Vul. 12 Nu.3 145- 223
ISSN : 1412-3657
. ')alu
ncscmbcr 2011
,
ISSN
1412-3657
Vol. 12 No.3: Desember 2011
JURNAL ILMIAH
AgriSains
Penanggung JawablKetua Penyunting
Muh. Basir Cyio
Wakil Ketua Penyunting
Burhanuddin Sundu
Koordinator Penyunting Pelaksana/Editor
Rusdin Dien
Wakil Koordinator Penyunting Pelaksana/Editor
Fachri Loulembah
Dewan Redaksi
Kaharuddin Kasim
Andi Lagaligo Amar
DamryHB
Tim Penyunting/Editor
Muhammad Hamsun
Asriani Hasanuddin
Marsetyo
Burhanuddin Sundu
Yohan Rusyanlono
Sirajudin Abdullah
Novalina Serdiali
Kesekretariatan
Erfianti
Sri Astuti
Sekretariat Jurnal AgriSains Fakultas Pertanian
ISSN : 1412-3657
Universitas Tadulako, Kampus Bumi Tadulako Tondo-Palu Sulawesi Tengab
Telp. (0451) 429738
ReJ..10r: Prof Dr.lr. Muh Basir Cyio, S.E., M.S. - Dekan Fakultas Pertanian:. Prof Dr. Ir. H. Alam Anshary, M.Si
PR I : Prof H. Hasan 8asri, M.A., Ph.D. - PR II : Prof. Dr. Syahir Natsir, S.E., M.Si.
PR III : Asmadi Weri, S.H., M.H. ~ PR. IV : Prof lr. Zainuddin Basri, Ph.D. - PR V : If. H. Andi Hasalluddin Azikin, M.Si
PD r: Dr. If. Sakka Samudin, M.P. - PD II : Ir. Uswah Hasanah, M.AgBc., Ph.D. - PO In : Dr. Ir. Isakandar Lapandjang, M.P,
J U RN A L
AgriSains
ISSN 1412-3657
Volume 12. Nomor 3. Desember 2011
DAFTAR lSI
Profil Honnon Estrogen dan Progesteron Induk Sapi Silangan Simmental-Peranakan
Ongole dengan Suplementasi Legum sebagai Sumber Fitoestrogen ......................... .
................... Batseha M w.. Tiro , Endallg Ba/iarti, R. Djoko Soetrisno dan Kustono
Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Status Faali Kambing Kacang .. . . ........ .... Padang
Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Produksi Karkas Sapi Potong di Sulawesi Tengah
.. .... .. . ..................... . ................. . ............................ ... .... . ............ Rusdin
Eval uasi Perkembangan Ternak Kambing pada Kelompok Usaha Tani, Bantuan
Pemerintah di Kabupaten Poso .............. ........................ ... ....... ... K. Kasim dan l. Laming
Pengelolaan Ekosistem Mangrove Pulau-Pulau Kecil Taman Nasional Bunaken Berbasis
Kerentanan ................................................................ Josizian N. W. Scizadwv,
Fredinan Ylllianda, Dietriech C. Bengen dan Isdradjad Setyobudiandi
Kesesuaian dan Daya Dlikung Lahan untuk Kegiatan Wisata dan Perikanan di Pantai
Kota Makassar Sulawesi Selatan ........... .............. .......... ...... ......... ......... ... .............. ........... .
............. ..................... Hamzah, Achl1lad Fahrlldin, Heffni Efendi dan Ismlldi Mllchsin
Optimasi Pemanfaatan Wisata Bahari bagi Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Berbasis
~ ' > Mitigasi (Kaslls Kawasan Gili Indah Kabupaten Lombok Utara Propinsi Nusa Tenggara Barat)
....... . . Sadikin Amir, Fredinan YllLianda, Dietriech C. Bengen dan lYlenllofati-ia Boer
Laju dan Kondisi Sedimentasi pada Ekosi stem Terumbu Karang di Pulall Ballang
Lompo Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan .. ........ ... ..... .. ... .................. ........ ... .
.............. Mutmainnah, Luky Adriallto, Tridoyo Kllsllmastallto dan Fredillan Yulianda
Kapasitas Adaptif Ekosistem Lamun (Seaggrass) di Gugus Pulau Guraici Kabupaten
" Halmahera Selatan ...... .. . ... . . . . .... . . . . .. . ... . .. . ........ . ..... .. . . .. . . . . .. . .. .. . . ..... .. ....... .
. .. ...... Riyadi Subllr, Fredinan Yllliallda, Setyo Budi Susilo dan Acl/mad Fahrudin
Kesesuaian Fisik dan Kimia Perairan untuk Budidaya Eucheuma cottoni di Gugus
Kepulauan Salabangka Kabupaten Morowali ............ . ....... . . .. . Zakira Raihani Ya' La
145 - 153
154 - 158
159 - 165
166 - 172
173-181
182 - 191
192-199
200 - 206
207 - 215
216 - 223
J. Agrisains 12 (3): 192 - 199, Desembcr 2011 ISSN: 1412-3657
OPTIMASI PEMANFAATAN WISATA BAHARI BAGI
PENGELOLAAN PULAU-PULAU KECIL BERBASIS MITIGASI
(Kasus Kawasan GHi Indah Kabupaten Lombok Utara
Propinsi Nusa Tenggara Barat)
Sadikin A mil)), Fredinan Yuliandcl), Dietfiee" G,Benge,,]), /Vlenno/atria Hoel)
I) Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana-IPB, 2) Staf Pengajar FPIK-fPB
ABSTRACT
The increasing of tourism acti vities magnifi ed by uncontroll ed land use patterns have
caused coastal ecosystem degradation in Gili Indah. A research on evaluation of land use patterns
and optimization of coastal touri sm based on a mitigation approach has been done in the area.
Research results showed that size of area including in a very suitable category for diving activity
were 21 6. 79 ha; 190.84 ha for snorkeling ac.tivity; and 19.83 ha for beach tourism. Based on
carrying capacity analysis the area can support maximum 286 tourists per day or 104.390 touri sts
annuall y. Mitigation approach in optimization indicates that the maximum tourist number in the
area can only be reached if all aspects of carrying capacity namely ecological, economics, social
and institutional aspect are well considered.
Key words: Carrying capaci ty, coastal tourism, mitigation, optimization.
ABSTRAK
Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung dan melakukan akt ifitas wisata di
kawasan wisata Gili Matra berdampak pada degradasi ekosistem, selain itu pemanfaatan kawasan
yang tidak terencana dengan baik telah membuat kawasan wisata ini menjadi tidak terkendali .
Tujuan penelitian ini Mengevaluasi bentuk dan kegi atan berbagai pemanfaatan kawasan Gili Matra
berbasis mitigasi serta mengoptimasi pengeloJaan wi sata bahari berbasi s mitigasi di Kawasan Gili
Matra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas kesesuaian untuk wi sata selam untuk kategori
sangat sesuai seluas 216,79 hektar, wisata snorkeling 190,84 hektar, dan wisata pantai adalah 19,83
hektar. Daya dukung kawasan Gili Indah untuk menampung aktifitas ke tiga wisata tersebut
sebanyak 286 oranglhari atau sekitar 104.390 orang pertahun. Analisis optimasi menunjukkan
bahwa dengan mempertimbangkan keempat aspek daya dukung (ekologi, ekonomi, sosial,dan
kelembagaan) maksimum wisatawan yang dalla! masuk ke kawasan wisata bahari kawasan Gili
Matra yakni 286 orang per hari (104.390 orang per tahun).
Kata kunci: Daya dukung, mitigasi, optimal isasi, wi sata pesisir.
PENDAHULUAN
Kawasan Gili lndah yang terletak di
Kabupaten Lombok Utara Propinsi Nusa
Tenggara Barat ditetapkan sebagai Taman
Wisata Alam Laut (TW AL) dengan luas sekitar
2.954 hektar berdasarkan Surat Keputusan
Menten Kehutanan No. 99IKpts-fJJ2001 tanggal
15 Maret 200 I. Selanjutnya berdasarkan
192
((epmen OKff f\IO. b'1'MlrM009tangga()'
September 2009 kawasan Gili Indah ditetapkan
sebagai kawasan konservasi perairan nasiona!.
Sebagai kawasan Taman Wisata Alam Laut
Gili Indah, maka berbagai aktifitas wisata
berkembang di kawasan ini. Kegiatan wi sata
terse but antara lain; Selam (Diving), Renang
(swimming), Snorkling, Selancar (surfing),
BeJjemur (sun Bathing), Memancing (fishing),
dan Sunset. Seluruh kegiatan wisata tersebut
ditunjang oleh berbagai fasilitas yaitu hotel ,
bungalow/cottage, restauran, rumah makan,
glass bottom boat, pasar seni, perahu penumpang,
dan tempat hiburan. Sejak tahun seribu sembi Ian
ratus delapan puluhan investor mul ai masuk
dan membangun fasilitas wisata yang lebih
bagus dan modern seperti hotel, bungalow,
cafe restaurant dan fasilitas wisata lainnya. ,
Hal ini !entu saja berdampak terhadap lingkungan
disekitarnya dan menyebabkan terjadinya
perubahan lingkungan. Perkembangan aktifilas
wisata bahari di kawasan TW AL Gili [ndah
telah menimbulkan berbagai dampak antara
lain adanya kecenderungan sumberdaya laut
dan pesisir semakin terdegradasi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah mengoptimasi pengelolaan
wisata bahari berbasis mitigasi di Kawasan
Gili Indah. Sedangkan kegunaannya adalah
untuk menghasilkan suatu strategi pengelolaan
pulau-pulau kecil khususnya pada pengelolaan
wisata 00hari yang berkelanju1lln dan beri:Gsis mitigasi.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan
Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Gili Indah
Kabupaten Lombok Utara Propinsi Nusa
Tenggara Barat dan waktu penelitian dilaksanakan
selama empat bulan pada tahun 2009.
JeDis dan Sumber Data. Penelitian ini
menggunakan jenis data primer dan sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh
langsung di lapangan yang meliputi data hasil
kondisi ekologi, ekonomi, sosial budaya, dan
kelembagaan masyarakat. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh
dari kajian terhadap laporan-laporan hasil
penelitian dan hasil kegiatan di lokasi yang
sarna, publikasi ilmiah, peraturan 'daerah,
data dari instansi pemerintah, swasta maupun
lembaga swadaya masyarakat.
Analisis Data
Ana/isis Deskriptij Analisis deskriptif digunakan
untuk menggambarkan karakteristik sumberdaya
di TW AL Gili Indah. Karak'teristik sumberdaya
yang dideskripsikan tersebut yakni kondi si
geografis dan administrasi, kondisi terumbu
karang, ikan dan pantai, karakteri stik usaha
wisata bahari, perkembangan kunjungan
wisatawan, karakteristik sosial budaya dan
kelembagaan pendukung kegiatan wisata bahari.
Allalisis Kesesualan Pemallfaatan. Kegiatan
wisata bahari yang akan dikembangkan dan
dike lola hendaknya disesuaikan dengan
potensi sumberdaya dan peruntukannya serta
persyaratan sumberdaya dan lingkungan
(ekologis) yang sesuai dengan obyek wisata
(Depdagri 2009). Proses penyusunan kesesuaian
Iingkungan PPK untuk suatu kegiatan pemanfuatan
dilakukan dengan prinsip membandingkan
kriteria faktor-faktor penentu kesesuaian
lingkungan dengan kondisi eksisting, melalui
teknik tumpang susun (overlay) dan analisis
tabular dengan menggunakan alat (tools) berupa
Sistem Infonnasi Geografis (SIG) dengan
perangkat lunak Arc View (Wahyudi 2006).
selanjutnya menentukan indeks kesesuaian
pemanfaatan lmtuk ekowisata bahari dimodifikasi
dari Index Overlay Model- 10M (Bonham
and Carter 1994; Vinh el al. 2008), dengan
fonnulasi sebagai berikut:
"
'L,(BjS)
[KWB j=1 xl 00% ...................... (1)
N max
Dimana:
IKWB = Indeks Kesesuaian Wisata Bahari
kategori ke-i, I = 4 kategori
B = bobot parameter kej
S = skor setiap parameter kej
Nmax = nilai maksimum bobot dikali skor
per kategori wisata bahari
Kelas kesesuaian kawasan PPK dibedakan
berdasarkan kisaran nilai indeks kesesuaiannya.
Allalisis Daya Dukullg Ekologi Wisala
Bahari. Daya dukung ekologi pada kegiatan
wisata bahari adalah kemampuan alam untuk
mentolerir kegiatan wisata yang dapat mempengaruhi
keseimbangan sumberdaya dan lingkungan,
serta terjaga keasliannya (misalnya kawasan
konservasi). Oaya dukung ekologi ditujukan
untuk menganalis jumlah maksimwn wisatawan
yang melakukan kegiatan wisata bahari di
dalam suatu kawasan lanpa mengganggu
keseimbangan ekosistem lersebut. Gangguan
193
keseimbangan ini diakibatkan oleh kerusakan
biofisik ekosistem secara langsung dan secara
tidak langsung, misalnya melalui pencemaran
(karena limbah). Berdasarkan sumber gangguan
ekosistem tersebut maka pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kawasan obyek
wisata (ekosistem) yang rentan terhadap
kerusakan langsung.
Estimasi daya dukung kawasan konservasi
untuk kegiatan wisata bahari menurut
Bouilon (1985) dalam Libosada Jr (1998)
dan Yulianda (2007), dapat diketahui
melalui persamaan :
DDK = K LpWt ....................... (2)
LtWp
Dimana:
DDK = Daya dukung kawasan
K = Maksimum wisatawan per satuan
unit area
Lp = Lu.as area atau panjang area yang
dapat dimanfaatkan
Lt Unit area untuk kategori tertentu
Wt Waktu yang disediakan oleh kawasan
untuk kegiatan wisata dalam satu hari
ffP Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung
untuk setiap kegiatan tertentu
Analisis Ekonomi Sosial Budaya dan
Kelembagaan. Daya dukung ekonomi dengan
pendekatan penawaran merupakan suatu
pendekatan yang digunakan untuk menganalisis
besamya potensi ekonomi sumberdaya PPK
yang dimanfaatkan sebagai produk ekowisata
bahari. Perhitungan daya dukung ekonomi
dengan pendekatan penawaran secara mikro
terkait dengan kegiatan pelayanan wisata
oleh perusahaan yang berkonsekuensi pada
biaya produksi.
Analisis sosial yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan metoda Analisis
Deskriptif, data yang digunakan sebagai dasar
untuk melakukan anal isis ini didapat dengan
melakukan wawancara langsung dengan
stakeholders dan dengan menggtmakan kuesioner.
Informasi yang akan digali dari stakeholders
antara lain: bagaimana persepsi masyarakat
terhadap pengelolaan wisata bahari Gili Indah,
bentuk partisipasi dari masyarakat terhadap
model pengelolaan wisata bahari yang akan
dikembangkan, identifikasi konflik pemanfaatan,
sistem pengelolaan yang diinginkan, serta
kemungkinan dampaknya bagi masyarakat.
Analisis kelembagaan yang dilakukan
dalam penelitian ini juga menggunakan metoda
Analisis Deskriptif, data yang digunakan
sebagai dasar untuk melakukan arialisis ini
didapat dengan melakukan wawancara langsung
dengan stakeholders dan dengan menggunakan
kuesioner. Informasi yang akan digali dari
stakeholders antara lain: bagaimana bentuk
kelembagaan baik formal maupun non formal
yang diinginkan oleh masyarakat terkait
dengan model pengelolaan wisata bahari,
identifikasi semua aturan-aturan (regulasi)
yang terkait yang dapat menunjang model
pengelolaan yang akan dibangun, mengkaji
peranan berbagai institusi dan kelembagaan
yang terkait dengan' model pengelolaan
yang akan dibangun.
Analisis Dinamik Pengelolaan Wisata
Bahari. Penentuan tingkat optimal dari
pengelolaan ekowisata bahari di kawasan
Gili Indah dianalisis menggunakan pendekatan
Sistem Dinamik yang dibangun dengan 'bantuan
perangkat lunak Stella versi 9.0.2. Konsep
utama sistem dinamik adalah bagaimana semua
elemen atau obyek dalam suatu sistem saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya melalui
lingkaran (loop) feedback, dimana perubahan
satu variabel akan mempengaruhi terhadap
variabellainnya dalam kurun waktu perencanaan
yang pada akhimya akan mempengaruhi
variabel aslinya, demikian selanjutnya saling
mempengaruhi antar variabel berlanjut sepanjang
kurun waktu perencanaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata
Bahari Gili Indah. Berdasarkan analisis
spasial yang dilakukan, maka diperoleh hasil
bahwa luas kesesuaian untuk wisata selam
untuk kategori sangat sesuai seluas 216,79
hektar atau sekitar 36,98 persen dari luas
keseluruhan lokasi yang sesuai (586,28 hal.
Lokasi penyelaman yang paling disenangi
oleh wisatawan terkonsentrasi di sekitar
Gili Trawangan disamping sebagian di Gili
194
Meno dan Oili Air. Kesesuaian untuk wisata
snorkeling untuk kategori sangat sesuai seluas
190,84 hektar atau hanya sekitar 33,66%
dari luas keseluruhan lokasi yang sesuai. Untuk
kesesuaian wisata pantai di kawasan Oili
Indah menunjukkan bahwa 1uas kawasan yang
termasuk kategori sangat sesuai untuk wisata
pantai di Gili Indah adalah 19,83 hektar atau
39,50% dari luas keseluruhan area yang sesuai
seluas 50,20 hektar.
Mengingat kaj ian pengelolaan wisata
bahari berada di kawasan taman wisata alam
laut, maka kegiatan wisatanya tidak bersifat
mass tourism, dan ruang pengunjung sangat
terbatas, maka penentuan daya dukung kawasan
(DDK) harus mempertimbangkan aspek
kelestarian lingkungan (Yuliancla, 2007). Dasar
kaj ian wisata ini menggunakan Peraturan
Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang
pengusahaan pariwisata aJam di zona pemanfaatan
taman nasional dan taman wisata alam, maka
areal yang diizinkan untuk dike lola yakni
10% dari luas zona pemanfaatan. Sehingga
daya dukung kawasan dalam dalam kawasan
konservasi perlu dibatasi dengan daya dukung
pemanfaatan COOP).
Berdasarkan tabel I, maka daya dukung
pemanfaatan untuk pada kawasan Gili Indah
untuk menampung aktifitas ketiga wisata
tersebut sebanyak 286 oranglhari atau sekitar
104.390 orang pertahun. Jika memperhatikan
jumlah kunjungan wisatawan pada tahun
2009 yang mencapai 73.624 orang wisatawan
(sekitar 204 orang/hari), maka kondisi saat
ini masih dibawah ambang batas daya dukung.
Namun demikian yang perlu diwaspadai
adalah meningkatnya jumlah wisatawan dari
tahun ke tahun, dimana pada lima tahun terakhir
telah terjadi peningkatan sebesar 44% atau
sekitar 8,7% setiap tahunnya. Jika diasumsikan
pertumbuhan wisatawan ini linear, maka pada
lima tahun ke depan atau tahun 2014 jumlah
kunjungan wisatawan akan melampaui daya
dukung pemanfaatan dari kawasan wisata
Gili Indah.
Optimasi Pengelolaan Wisata Bahari Gili
Indah. Model konseptual yang dibangun
tersebut diterjemahkan dari model matematis
sederhana dari Casagrandi dan Rinaldi (2002)
yang ditambah dengan beberapa atribut yang
mempengaruhi pengelolaan wisata bahari di
kawasan Gili Indah. Langkah awal pengembangan
model keberlanjutan pengelolaan wisata bahari
di kawasan Gili Indah adalah merumuskan
model secara matematis, lalu memasukkan
nilai-nilai parameter yang diperoleh pada analisis
sebelumnya ke dalam model yang dibangun
dan terakhir dilakukan anal isis model.
Tabel 1. Hasil Anali sis Daya Dukung Kawasan dan Daya Dukung Pemanfaatan
No.
Kegiatan wisata dan Daya Dukung Kawasan Daya Dukung Pemanfaatan
kategori kesesuaian (orang) (orang)
1. Wisata Selam
a. Sangat sesuai 867 6
b. Sesuai 1198 120
c. Sesuai bersyarat 279 28
Jumlah 2344 234
2. Wisata Snork1ing
a. Sangat sesuai 1526 152
b. Sesuai 2668 267
c. Sesuai bersyarat 341 34
Jumlah 4535 453
3. Wisa!a Pantai
a. Sangat sesuai 476 48
b. Sesuai 433 43
c. Sesuai bersyarat 288 28
Jumlah 1197 119
195
unit biorock
Gambar I. Struktur Basis Model Dinamik Pengelolaan Wisata Bahari Gili Indah
Hasil anal isis optimasi keempat aspek
daya dukung menunjukkan bahwa dengan
mempertimbangkan keempat aspek daya dukung,
maksimum wisatawan yang masuk ke kawasan
wisata bahari kawasan Gili Indah yakni 286
orang per hari (104.390 orang per tahun).
Nilai daya dukung gabungan ini menunjukkan
nilai optimal yang mengakomodir dan marhpu
mengeliminir trade offkepentingan ekologi,
sosial, ekonomi dan fisik dalam pengelolaan
ekowisata bahari. Tisdell (1996) dan Wood
(2002), salah satu prinsip ekowisata dari sisi
ekonomi adalah pengusaha dan masyarakat
harns beketia sarna dalam pengelolaan kunjungan
wisata guna memaksimumkan manfaat ekonomi
wisata. Manfaat ekonomi masyarakat lokal
dapat dicapai dengan tumbuhnya usaha-usaha
penginapan baru dan pendukungnya, sebagai
multiplier effect dari kegiatan ekowisata.
Secara konseptual kerangka model
basis dinamik yang dibangun beserta atribut
dan dimensi penyusunnya dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar di atas menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil optimasi, kunjungan wisatawlln
ke Kawasan Gili Indah cenderung meningkat
dari tahlln ke tahlln. Hal ini ditunjukkan oleh
data kunjungan tahun 2004 sebanyak 32.373
wisatawan meningkat menjadi 88.200 wisatawan
pada tahun 2009 atau meningkat rata-rata 7,4%
pertahun (Disbudpar Kabupaten Lombok
Utara, 2009). Diperkirakan pada 25 tahun
akan datang meningkat menjadi 525.503
orang wisatawan. Sejalan dengan peningkatan
. jumlah wisatawan, maka berdampak pada
degradasi sumberdaya karang dimana pada
tahun 2009 luasan area terumbu karang dari
216,79 ha akan menurun menjadi 163,63 ha
pada 25 tahun mendatang. Namun demikian
j ika memperhatikan hasil anal isis daya dukung
dimana kawasan Gili Indah hanya bisa menampung
104.390 orang wisatawanitahun, maka pada
tahun 2012 Gumlah wisatawan 109.265
orangltahun) sudah melebihi daya dukung.
Seiring dengan peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan di kawasan Gili Indah,
maka tingkat ekonomi masyarakat lokal juga
akan meningkat dari Rp. 8.803.080.000 menjadi
Rp. 598.620.105.516 pad a kurun waktu
25 tahun mendatang. Kondisi ini tentu akan
memberikan kesejahteraan pada masyarakat
lokal, Jika pada tahun 2009 hanya menyerap
907 orang (25% dari jumlah pendllduk), maka
pada 25 tahun akan datang dapat menyerap
5.403 orang (83% dari jumlah penduduk).
196
Skenario Optimis. Skenario optimis dalam
penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu
skenario kebijakan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan keberlanjutan seluruh
dimensi pengelolaan wisata bahari. Pad a
skenario ini dilakukan upaya penurunan laju
degradasi terumbu karang menjadi 0,0 I
melalui serangkaian upaya konservasi dengan
mengembangkan terumbu karang buatan
(artificial reef) sehingga laju pertumbuhan
dapat meningkat 0,045 dan peningkatan
retribusi konservasi menjadi Rp. 100.000
untuk setiap penyelam dari sebelumnya
hanya Rp.50.000/penyelam. Sehingga akan
diperoleh dana yang cukup memadai untuk
melakukan berbagai upaya konservasi swnberdaya
Untuk mengetahui skenario optimis dari
pengelolaan wisata bahari gili Indah dapat
dilihat pada gambar 2 berikut ini.
Gambar 2 menunjukkan bahwa tutupan
terumbu karang yang sesuai untuk kegiatan
wisata bahari pada 25 tahun yang akan dating
dapat meningkat menjadi 226,83 ha dari
216,79 ha pada tahun 2009. Meskipun demikian,
tingkat ekonomi masyarakat lokal menurun
menjadi Rp. 559.360.335.134 pada tahun
ke-25 (pada skenario basis Rp. 598.620.105.516)
yang disebabkan oleh menurunnya jumlah
wisatawan akibat pembatasanjumlah wisatawan.
Demikian pula dengan tenaga keQa yang dapat
bekerja di sektor pariwisata dapat ditingkatkan
menjadi 5.403 orang pada tahun ke-25 atau
sekitar 83% dari jumlah penduduk pada
tahun ke-25 sebanyak 6.452 orang.
Peningkatan partisipasi masyarakat
lokal dan perbaikan dalam atribut dimensi
.. 1: Ekonoml M as)! Lekal 2: Jumlah Penduduk
66+011.

350000
235
kelembagaan (fee konservasi) diperlukan guna
kelestarian sumberdaya, nilai budaya dan
kualitas hidup masyarakat lokal (Damanik
dan Weber 2006). Tisdell (1996) menyatakan
bahwa j ika kegiatan wisala dikombinasikan
secara efektif dengan kegiatan konservasi
dalam kawasan alami secara terencana, akan
meminimalisir dampak kerusakan lingkungan.
Upadhyay et al . (2002), strategi yang dapat
dilakukan untuk tujuan konservasi sumberdaya
dan pencegahan konfli k antar pemanfaatan
adalah dengan menetapkan zona kawasan
yang dibagi dalam dua kategori lImum yakni
zona pemanfaatan tradisi onal dan perikanan
komersil. Katon et al. (2000), dukllngan secara
terus-menerus dari struktur kekuatan politik
legislatif dan eksekutif merupakan suatu
kebutuhan ketika huktun benar-benar dijalankan
dan capaian pengelolaan sumberdaya ingin
tetap lerjaga (berkesinambungan).
Manfaat sosial ekonomi yang diperoleh
dari kegiatan wisata tersebut terkait dengan
penyediaan lapangan kerja melailli optimasi
kegiatan wisata yang telah sesuai. Selain itu
menstimulir peningkatan peridapatan dan
pertumbuhan ekonomi lokal melalui kegiatan
turunan wisala (penginapan, souvenir, jasa
transportasi dan rumah makan), memperlancar
pertukaran mata uang asing, menumbuhkan
diversifikasi usaha, menumbuhkan sistem
tamasportasi dan komunikasi, meningkatkan
permintaan produk lokal, sarana penyedia
ekonomi gun a mendukung pemeliharaan
budaya lokal dan menfasilitasi saling pengertian
dan komunikasi antar budaya (Tisdell 1996).
3: Jum wl sataw an 4: luas tr karang
--------
Page 1
3&+01 1 .
4500
200000
225
18.75 25.00
?
Skenario Optimi s Pengslolaan W isata Bahari G ili I ndah
Gambar 2. Skenario Optimis Pengeiolaan Wi sata Bahari Gili Indah
197
Implikasi Kebijakan dalam Keberlanjutan
Pengelolaan Wisata Bahari. Implikasi dari
skenario alau simulasi yang dilakukan menunjukkan
bahwa diperlukan suatu kebijakan dalam
wujud program yang terpadu. Kebijakan terpadu
dimaksudkan sebagai suatu tindakan dapat
dilakukan secara simultan bagi seluruh dimensi
yang memiliki atribut penting (sensitif) guna
keberlanjutan pengelolaan wisata bahari
(Orams 1999). Keberlanjutan (optimasi)
pengelolaan wisata bahari yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah ketercapaian tujuan
pengelolaan sumberdaya PPK (kelestarian
sumberdaya alam, budaya dan peningkatan
kualitas hidup masyarakat dan daerah)'.
Hasil analisis dinamik menunjukkan bahwa
jika atribut upaya konservasi diefektifkan,
upah dan harga produk wisata ditingkatkan,
partisipasi masyarakat lokal ditingkatkan
dan infrastruktur penunjang diperbaikilditambah
akan melestarikan sumberdaya terumbu karang
dan kualita5 hidup (kesejahteraan) masyarakat
loka!' Terkait kondisi tersebut, ada beberapa
pertimbangan dalam penyusunan kebijakan
pengelolaan wisata bahari yang optimal yakni:
1. Pengelolaan wisata bahari sebaiknya
mengutamakan pencapaian tujuan dan
besaran kuantitas (output akhir) keempat
dimensi pengelolaan wisata bahari di
kawasan konservasi. Peningkatan biaya
konservasi dapat melalui retribusi (fee)
wisatawan bagi program konservasi
sumberdaya. Fee yang dikenakan harus
memenuhi prinsip: pengguna dan poluter
yang membayar (user and polluter pay),
biaya bersama (cost sharing), perasaan,
pemilikan dan mengurus bersama, sistim
adaptif dan pendekatan ekosistem
(Greiner el al. 2000).
2. Mengingat daya dukung kawasan wisata
sangat terbatas dalam menampung wisatawan
maka perlu regulasi yang mengatur tentang
pola kegiatan wisatawan, pemitaan kawasan
wisata, dan penegakan aturan.
Berdasarkan pertimbangan terse but,
maka implikasi dad hasil penelitian ini dituangkan
dalam bentuk kebijakan pemerintah melalui
program-program yang terpadu (terintegrasi)
dan simultan gLma pencapaian tujuan pengelolaan
wisata bahari yang optimal di kawasan Gili
Indah. Ini berarti bahwa rencana dan pelaksanaan
program aksi pada satu dimensi pembangunan
diharapkan dapat meningkatkan kuantitas
dan kualitas dimensi lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Luas kesesuaian kawasan Gili Indah
untuk wisata selam seluas 216,79 hektar,
wisata snorkeling 190,84 hektar dan wisata
pantai adalah 19,83 hektar. Sehingga gaya
dukung pemanfaatan baik untuk selam, snorkeling
maupun wisata pantai yang termasuk kategori
sangat sesuai dapat menampung penyelam
sebanyak 286 orang perhari yang lokasi tersebar
di kawasan Gili Indah. Dengan demikian
daya dukung kawasan Gili Indah sekitar
104.390 orang perlahun. Jika memperhatikan
jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2009
yang mencapai 88200 orang wisatawan
(sekitar 204 orangihari), maka kondisi saat
ini masih dibawah ambang batas daya dukung.
Hasil analisis optimasi keempat
aspek daya dukung menunjukkan bahwa
dengan mempertimbangkan keempat aspek
daya dukung, maka maksimum wisatawan
yang masuk ke kawasan wisata bahari
kawasan Gili Indah yakni 286 orang per
hari (104.390 orang per tahun).
Saran
Disarankan agar pemanfaatan dan
pengembangan kawasan wisata di TW AL
Gili Indah, harus memperhatikan aspek
kesesuaian dan daya dukung kawasan serta
optimalisasi pemanfaatan kawasa\l. Fakta
menunjukkan bahwa kondisi saat ini sudah
memperlihatkan perkembangan yang tidak
terkendali, untuk itu perlu regulasi yang bethubungm
dengan aktifitas wisata, pembangunan sarana
dan prasarana wisata.
198
DAFTAR PUSTAKA
Balai Konservasi Sumberdaya Alam NTB 2006. Laporan HasH Inventari sasi Flora Fauna di Kawasan
Konservasi Nusa Tenggara Barat.
Bengen DG 2002. Pengembangan Konsep Daya Dukung Da/am Pengelolaan Lingkungan PlIlau-Pulau Ked/.
Kantor Kementrian Lingkungan Hidup RI dan Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogar.
Bonham OF, Carter. 1994. Geographic Information Sysrem for Geoscientist; J\;lodeling with GIS. Pergamon,
Ottawa, Ontari o, Canada. 9 : 267 - 313 p.
Casagrandi R, Rinaldi S. 2002. A Theoretical Approach ta Tourism Sustainability. Conservation. Ecology, 6(1): 13.
Dahuri R, J Rais, S P Ointing dan MJ. Sitepu 1998. Pengelo/aan Swnbel' Daya Pesisir dan Laulan SeeG/'a
Terpadll, Pradnya Paramita, Jakarta.
Davis 0, Tisdell C. 1995. Recreational Scuba-diving And Carrying Capacity In Alarine Protected Areas.
Ocean and coastal Management, 26 (I): 19-40, in. Tisdell C. Tourism economics, the environment
and development: analysis and policy. Brisbane: Department of Economics University of
Queensland.
Depdagri (Departemen Dalam Negeri). 2009. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah. Jakarta: Deparcemen Dalam Negeri.
Tisdell C. 1996. Ecotourism, Economic, And The Environment: Observation from China. Journal of Travel
Research, 34 (4): 11- 19. in. Tisdell C. Touri sm economics, the environment and development:
analysis and policy. Brisbane: Department of Economics University of Queensland.
Vinh MK. Shrestha R, Berg H. 2008. GIS-Aided marine conservation planning and management: A case
study in Phuquoc Island, Vietnam. International Symposi um on Geoinformatics for Spatial
Infrastructure Development in Earth and Allied Sciences 2008.
Wahyudi Y. 2006. Arcview sebagai Perangkat Lunak Analisis Sistem Informasi Geografis (Mod"l Dasar).
Bogar: FPI K IPB dan Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam Bidang Teknologi
Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT.
Wood ME. 2002. Ecotourism: principles, practices andpoliciesfor 5115tainability. lINEP dan TIES UN Publications.
Yulianda F 2007. Ekoll'isata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaaran Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi.
Semi nar Sains Dept. MSP-FPIK IPB. Bogar.
199

Anda mungkin juga menyukai