Anda di halaman 1dari 20

Makalah

MELINDUNGI KEANEKARAGAMAN HAYATI: ANALISIS


KEBIJAKAN SUAKA ALAM PERAIRAN RAJA AMPAT
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pencemaran Perairan
Dosen Pengampuh:

Dr. Lis M Yapanto, S.Pi, M.M

Oleh Kelompok 3:

Sunyoto 1131422026

Fahmi Yasin 1131422009

Nurfitra R. Bakari 1131422010

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN TEKNOLOGI PERIKANAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Atas
karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Melindungi Keanekaragaman Hayati:
Analisis Kebijakan Suaka Alam Perairan Raja Ampat” dibuat untuk memenuhi
tugas Pencemaran Perairan. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan kepada
baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang syafaatnya kami nantikan
kelak.
Makalah ini disusun tidak hanya semata-mata untuk memenuhi tugas mata
kuliah yang diberikan oleh dosen, tetapi kami berharap makalah ini nantinya dapat
bermanfaat untuk kami sendiri selaku penulis, maupun orang lain yang membaca
makalah ini.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini memohon kritik, saran, dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini, terutama dosen mata kuliah Akuakultur yang kami
harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami kedepannya.

Gorontalo, 04 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2

2.1 Potensi Kepulauan Raja Ampat .................................................................... 2

2.2 Pengelolaan Potensi Raja Ampat .................................................................. 3

2.3 Regulasi Dan Kebijakan Kepulauan Raja Ampat ....................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 15

3.2 Saran............................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam
hayati dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Kekayaan ini
tercermin dari keindahan alamnya yang kerapkali dikunjungi wisatawan domestik
maupun wisatawan mancanegara. Keindahan ini patut kita lindungi agar tetap
lestari sehingga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Salah satu cara
untuk melestarikan keindahan alam Indonesia adalah mendirikan Taman Nasional.
Selain melestarikan alam, Taman Nasional juga berfungsi untuk melindungi sistem
penyangga kehidupan.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya, mendefinisikan Taman Nasional sebagai kawasan
pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi
yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Salah satu Taman Nasional yang ada
di Indonesia adalah Taman Nasional Raja Ampat yang berada di Provinsi Papua
Barat.
Keindahan Raja Ampat tentu tidak hanya untuk dinikmati saat ini saja,
tetapi juga harus dipikirkan bagaimana keberlanjutannya bagi generasi mendatang.
Potensi kawasan konservasi Raja Ampat tersebut masih sangat besar. Oleh sebab
itu untuk menjaganya, diperlukan langkah-langkah strategis yang mampu
mengawinkan antara pariwisata, keberlanjutan dan pertumbuhan ekonomi.
1.2 Tujuan
Tujuan makalah ini adalah:
1. Mengetahui potensi Kepulauan Raja Ampat
2. Mengetahui pengelolaan potensi Kepulauan Raja Ampat
3. Mengetahui regulasi dan kebijakan Kepulauan Raja Ampat

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Potensi Kepulauan Raja Ampat
Kabupaten Raja Ampat merupakan kabupaten yang masih terbilang baru,
hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong, resmi menjadi daerah otonom pada
tanggal 12 April 2013. Ibukotanya berada di Waisai, yang terletak di Pulau Waigeo.
Kabupaten kepulauan ini merupakan bagian dari bentangan laut daerah kepala
burung (bird head sea scape) yang termasuk pula kawasan Teluk Cenderawasih,
yaitu taman nasional laut terbesar di Indonesia. Batasan geografis Raja Ampat
yakni sebelah utara dengan Samudera Pasifik; sebelah selatan dengan Laut Banda
Provinsi Maluku; sebelah barat dengan Laut Seram Provinsi Maluku; dan sebelah
Timur dengan daratan Papua Barat, (Prayudha dkk, 2009).
Kabupaten Raja Ampat terdiri atas 4 Pulau Besar yaitu Waigeo, Batanta,
Salawati dan Misool, dan 1800 Pulau-Pulau Kecil. Luas wilayahnya 46,108 km2
(87 % – laut), dengan jumlah populasi sekitar 60.000 penduduk. Laut sekitar
Kepulauan Raja Ampat memiliki keragaman spesies laut terkaya di dunia. Hasil
Survey Marine RAP oleh CI tahun 2001 dan Survey Marine REA oleh TNC tahun
2002 menunjukan biodiversity yang tinggi dimana Raja Ampat memiliki sekitar
600 jenis karang termasuk 75% dari semua spesies karang yang dikenal. Memiliki
1427 jenis ikan karang, dan 700 spesies moluska serta jumlah tertinggi untuk
spesies udang kipas/barong. Memiliki ikan endemik 15 jenis, paus dan Lumba-
lumba 15 jenis, ikan duyung 1 jenis, penyu 5 jenis, berbagai jenis Pari (Manta) dan
berbagai jenis Hiu unik seperti Wobbegong dan Kalabia (Hiu berjalan), serta
berbagai jenis kuda laut, (Disbudpar, 2014).
Raja Ampat juga merupakan tempat peneluran penyu yang besar, juga
merupakan tempat hidup biota-biota besar seperti dugong, manta dan hiu. Perairan
Raja Ampat adalah tempat perlintasan 16 jenis paus dan lumba-lumba. Selain itu
juga terdapat mangrove dengan area yang luas pada pesisir Raja Ampat.
Selain wisata bahari, budidaya mutiara juga menjadi andalan kabupaten
Raja Ampat. Di salah satu kawasan Konservasi Perairan Daerah Misool, dengan
luas: 343.200 Ha yang saat ini dikelola oleh Kabupaten Raja Ampat, diharapkan

2
dapat mendukung keberlanjutan sumberdaya ikan dan dimanfaatkan untuk tujuan
wisata bahari. Di perairan ini juga terdapat aktivitas budidaya mutiara nan canggih
yang telah memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat kampung di
sekitar kawasan konservasi. Selain wisata bahari juga terdapat wisata darat di Raja
Ampat. Terdapat Wisata Burung (watching bird) dengan berbagai jenis burung
endemik yang menawan seperti Cenderawasih Merah, Cenderawasih Wilson,
Kakatua, Nuri, Maleo, dan Kasuari, (Disbudpar, 2014).
2.2 Pengelolaan Potensi Raja Ampat
Alasan yang mendasari pentingnya pengelolaan secara terpadu yaitu:
Pertama secara empiris, terdapat keterkaitan ekologis baik antar ekosistem
di dalam kawasan pesisir maupun antara kawasan peisisir dengan lahan atas dan
laut lepas. Dengan demikian perubahan yang terjadi pada suatu ekosistem pesisir,
misalnya hutan mangrove, cepat atau lambat akan mempengaruhi ekosistem
lainnya. Demikian pula halnya jika pengelolaan kegiatan pembangunan misalnya
industri, pertanian, dan pemukiman, di lahan atas suatu daerah aliran sungai tidak
dilakukan secara arif atau berwawasan lingkungan, maka dampak negatifnya akan
merusak tanaman dan fungsi ekologis kawasan pesisir.
Dua, dalam satu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari satu jenis
sumberdaya alamiah, sumberdaya buatan dan jasa-jasa lingkungan yang dapat
dikembangkan untuk kepentingan pembangunan.
Tiga, dalam suatu kawasan pesisir biasanya terdapat lebih dari suatu
kelompok masyarakat yang memiliki kepeterampilan atau keahlian dan kesenangan
bekerja yang berbeda seperti petani sawah, nelayan, petani tambak, petani rum put
laut, pendamping pariwisata, industri dan kerajinan rumah tangga dan sebagainya.
Empat, baik secara ekologis maupun secara ekonomis, pemanfaatan suatu
kawasan pesisir secara monokultur atau single use sangat rentan terhadap
perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha.
Lima, kawasan pesisir merupakan sumberdaya milik bersama yang dapat
digunakan oleh siapa saja dimana setiap pengguna sumberdaya pesisir biasanya
berprinsip memaksimalkan keuntungan. Hal ini menyebabkan kawasan pesisir

3
rawan terkena masalah pencemaran, over-eksploitasi sumberdaya alam dan konflik
pemanfaatan ruang. (Ambo Tuwo, 2011).
Tujuan dari pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di
Sekitarnya adalah (Kepmen, 2014):
1. Membangun dan meningkatkan kapasitas lembaga pengelola dan para pihak
dalam mengelola SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya.
2. Membangun dan meningkatkan kerjasama dan koordinasi unit pengelola
SAP Kepulauan Raja Ampat dengan unit pengelola KKPD Raja Ampat,
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, Pemerintah Propinsi Papua Barat
didalam pengelolaan kedua KKPN tersebut khususnya maupun pengelolaan
jejaring KKP di Raja Ampat umumnya.
3. Mengembangkan dan meningkatkan program dan kegiatan pengelolaan
SAP Kepulauan Raja Ampat meliputi perikanan, pariwisata, pelibatan dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat, monitoring dan pengawasan.
Sasaran yang ingin dicapai dari pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat
dan Laut di Sekitarnya adalah (Kepmen, 2014):
1. Terbentuknya lembaga pengelola yang efektif dan efisien dalam
pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di
Provinsi Papua Barat
2. Terwujudnya kerjasama dan koordinasi antara unit pengelola SAP
Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua
Barat dengan unit pengelola KKPD Raja Ampat, Pemerintah
Kabupaten Raja Ampat, Pemerintah Propinsi Papua Barat di dalam
pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di
Provinsi Papua Barat jejaring KKP Raja Ampat.
3. Terlaksananya program dan kegiatan pengelolaan perikanan,
pariwisata, pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat,
monitoring dan pengawasan di SAP Kepulauan Raja Ampat dan
Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat.
Strategi pengelolaan kawasan konservasi perairan SAP Kepulauan Raja
Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat yaitu (a) Penguatan

4
kelembagaan, (b) Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, (c) Penguatan
sosial, ekonomi dan budaya.
A. Penguatan kelembagaan
Belajar dari keberhasilan pengelolaan kawasan konservasi di berbagai
tempat, salah satu kunci keberhasilan pengelolaan sebuah kawasan konservasi
terletak pada keberadaan lembaga pengelola dilapangan serta kemampuan dan
kapasitas lembaga pengelola tersebut dalam mengelola kawasan. Lembaga
pengelola yang handal diharapkan dapat menjadi motor penggerak maupun
pelaksana program dan kegiatan dalam pengelolaan kawasan sehingga dapat
mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan. Faktor lain dalam menunjang
keberhasilan pengelolaan kawasan adalah meningkatnya kemampuan dan kapasitas
para pihak terkait pengelolaan kawasan. Program untuk melaksanakan strategi
pengelolaan kawasan SAP Kepulauan Raja Ampat melalui penguatan kelembagaan,
sebagai berikut:
a) Pembentukan unit organisasi pengelola SAP Kepulauan Raja Ampat
b) Penguatan kapasitas sumber daya manusia unit organisasi pengelola SAP
Kepulauan Raja Ampat
c) Penguatan kapasitas para pihak terkait pengelolaan SAP Kepulauan Raja
Ampat
d) Pembangunan infrastruktur pengelolaan kawasan SAP Kepulauan Raja Ampat
e) Pengembangan dan sosialisasi kebijakan dan aturan pengelolaan kawasan SAP
Kepulauan Raja Ampat
f) Pengembangan sistem pendanaan berkelanjutan untuk pengelolaan SAP
Kepulauan Raja Ampat
g) Monitoring dan evaluasi kelembagaan pengelolaan kawasan
B. Penguatan Pengelolaan Sumber daya Kawasan
Sebagai sebuah kawasan konservasi yang terletak didalam wilayah
administrasi Kabupaten Raja Ampat, sejumlah kampung yang telah ada baik
didalam maupun sekitar kawasan, dan juga pihak swasta yang telah
mengembangkan sejumlah resort, terdapat sejumlah kepentingan dari berbagai

5
pihak terhadap SAP Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi
Papua Barat.
Pemerintah daerah memiliki kepentingan terhadap kawasan melalui
peningkatan kesejahteraan masyarakat kampung baik di dalam dan sekitar kawasan
serta kepentingan terhadap pembangunan Kabupaten Raja Ampat. Masyarakat atau
nelayan yang tinggal di kampung-kampung di dalam atau sekitar kawasan,
memanfaatkan perairan kawasan untuk mencari ikan dan sumber daya alam laut
lainnya.
Marga-marga di kampung memiliki hak petuanan di laut. Swasta pengelola
resort berkepentingan terhadap kelestarian sumber daya kawasan sebagai obyek
minat dari kedatangan turis. Kerjasama para pihak tersebut dengan lembaga
pengelola penting untuk keberhasilan pengelolaan kawasan.
Program untuk melaksanakan strategi pengelolaan kawasan SAP
Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat melalui
penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, sebagai berikut:
a. Pengelolaan sumber daya alam kawasan SAP Kepulauan Raja
Ampat dan Laut di Sekitarnya.
b. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan kemitraan
pengelolaan jejaring KKP Raja Ampat
c. Pengembangan dan penguatan kelembagaan masyarakat dan para
pihak lainnya dalam pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat dan
Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat.
d. Pengembangan kerjasama pengelolaan SAP Kepulauan Raja Ampat
dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat.serta jejaring KKP
Raja Ampat antar unit organisasi pengelola dengan pengelola KKP
lainnya pada tingkat propinsi, nasional, regional dan dunia.
e. Pengembangan dan penguatan kemitraan dalam pengelolaan SAP
Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua
Barat.pada berbagai tingkatan pemerintahan.
f. Monitoring dan evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan

6
g. Penguatan Sosial, Ekonomi dan Sumber daya Pengelolaan sumber
daya alam maupun sumber daya sosial, budaya dan ekonomi di SAP
Kepulauan Raja Ampat dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua
Barat penting dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
status dan fungsinya.
Kelestarian sumber daya alam serta terpeliharanya kondisi sosial, budaya
dan ekonomi masyarakat di kekitarnya merupakan tolak ukur keberhasilan
pengelolaannya. Pengelolaan sumber daya seperti ikan penting selain untuk
menjamin kelestariannya, juga menjamin sumber protein dan sumber pendapatan
bagi masyarakat sekitarnya. Pengelolaan terumbu karang penting untuk tetap
mempertahankan Raja Ampat sebagai daya tarik dan tujuan wisata. Program
pengelolaan untuk melaksanakan strategi pengembangan pengelolaan sumber daya
sebagai berikut:
1) Pengembangan ekonomi masyarakat melalui pemberian kredit
berbunga ringan untuk usaha perikanan skala kecil dan
menengah
2) Pengembangan sosial masyarakat melalui kunjungan antar desa-
desa di dalam dan di sekitar SAP
Ciri pengelolaan pariwisata bahari berbasis konservasi di kawasan Raja
Ampat terlihat pada metode penangkapan ikan yang dilakukan masyarakat dalam
rangka memenuhi kebutuhan konsumsi ikan para pengunjung. Penangkapan ikan
dengan menggunakan pancing lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan
penggunaan jaring apalagi dengan jaring bermata kecil. Demikian pula halnya
dengan upaya melepaskan biota nontarget (bycatch) yang tertangkap pada alat
tangkap nelayan seperti penyu, lumba dan spesies lain yang bukan merupakan
target tangkapan. Nelayan berusaha menurunkan tingkat tangkapan ikan-ikan kecil
yang nantinya terbuang (discards) juga merupakan upaya konservasi sumberdaya.
Nelayan tidak membuang alat tangkap yang rusak ke perairan karena akan menjadi
ghost fishing (alat tangkap hantu) juga adalah kapasitas konservasi yang harus
diterapkan nelayan.

7
Ciri pengelolaan pariwisata bahari berbasis konservasi di pesisir juga
ditunjukkan dengan pencehagan penebangan mangrove untuk berbagai alasan,
bahkan sebaliknya menanam anakan mangrove untuk penghijauan dan penguatan
struktur pantai. Selain itu menghidupkan kearifan lokal berupa sasi juga menjadi
bagian pengelolaan berbasis konservasi. Pada tahap tertentu di beberapa daerah,
mangrove dan kearifan lokal manjadi salah satu aset atau spot wisata yang dijadikan
destinasi oleh pengunjung. Pemasangan papan informasi tentang pelestarian
lingkungan jga menjadi bagian penting upaya konservasi, termasuk di antaranya
penyediaan tempat sampah dan larangan membuang sampah sembarangan.
Berbagai konsep konservasi tersebut telah diterapkan di Raja Ampat dalam
pengelolaan wisata bahari yang telah terkenal di dunia. Penerapan konsep tersebut
juga dalam rangka mengantisipasi dampak akibat banyaknya pengunjung yang
menyebabkan besarnya tekanan terhadap sumberdaya yang ada di sana. Seiring
dengan itu masyarakat Raja Ampat juga terus teredukasi dengan konsep pelestarian
sumberdaya tersebut sehingga dalam waktu yang lama konservasi benar-benar
tertanam di dalam benak masyarakat dari generasi ke generasi. Evaluasi konsep
pengelolaan juga terus dilakukan oleh pengelola, agar senantiasa selaras dengan
arah pengelolaan pembangunan ekonomi di Kabupaten Raja Ampat yang ditujukan
untuk mencapai 3 tujuan utama yani kesejahteraan masyarakat (menjamin
ketahanan pangan) mendukung pembangunan berkelanjutan melalui
pengembangan wisata bahari dan perlindungan biodiversity, (Disbudpar, 2014).
Dalam rangka mendukung pengelolaan pesisir dan laut khususnya terumbu
karang di Raja Ampat telah ditetapkan Rencana Strategis Terumbu Karang dan
Peraturan Daerah Terumbu Karang No. 19 Tahun 2010. Peran masyarakat pada
program Coremap sangat besar. Bahkan, di setiap kampung lokasi COREMAP II
Raja Ampat ditetapkan Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang dikukuhkan dengan
Peraturan Kampung. Penetapan ini dilakukan masyarakat kampung setempat untuk
memberikan perlindungan terhadap kawasan terumbu karang dari kegiatan
penangkapan ikan dan aktifitas manusia lainnya yang bisa merusak kawasan
konservasi. Apalagi, kawasan terumbu karang yang kaya nutrisi menyediakan

8
tempat hidup dan makanan bagi ikan untuk hidup, makan, tumbuh dan berkembang
biak (LittleKomhukum, 2013).
Saat ini DPL di lokasi COREMAP II Raja Ampat mencakup luasan berkisar
2.179,9 Ha. Kondisi Terumbu Karang di DPL mengalami peningkatan 30% dalam
kurun waktu 4 tahun. Selain DPL, pemerintah bersama masyarakat dan lembaga
internasional lainnya menetapkan beberapa kawasan konservasi di Kabupaten Raja
Ampat. Di antaranya, Suaka Alam Perairan (SAP) Raja Ampat, luas 60.000 ha dan
SAP Waigeo sebelah Barat, luas 271.630 Ha. Kementerian Kelautan dan Perikanan
juga membentuk Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kepulauan Ayau
Asia, luas 101.400 Ha, KKPD Teluk Mayalibit luas 53.100 Ha, KKPD Selat
Dampier luas 303.200 Ha, KKPD Kepulauan Kofiau dan Boo luas 170.000 Ha serta
KKPD Misool seluas 343.200 Ha, (Disbudpar, 2014).
Pola ini merupakan bukti bahwa konservasi tidak hanya perlindungan
semata, namun upaya pemanfaatannya dapat menyejahterakan masyarakat.
Kawasan konservasi yang dikelola pusat tidak kalah menarik yaitu SAP Waigeo
Sebelah Barat. Kawasan ini merupakan konservasi perairan seluas 271.630 Ha yang
ditetapkan Menteri Kelautan dan Perikanan melalui nomor Kep.65/MEN/2009
pada tanggal 3 September 2009. Kawasan konservasi ini merupakan kawasan yang
sebelumnya dikelola Kementerian Kehutanan dan kemudian diserahterimakan
pengelolaannya ke KKP. Waigeo Sebelah Barat merupakan ikon Raja Ampat yang
telah dikenal dunia. Demikian pula kemilau mutiaranya memancar indah dan selalu
menjadikan kenangan yang tak terlupakan sebagai penghias keindahan dunia,
(LittleKomhukum, 2013).
Pengelolaan budidaya ikan dengan konsep keramba jaring apung yang
ramah lingkungan yang mulai banyak dilakukan di perairan Raja Ampat diharapkan
dapat mendukung keberlanjutan sumberdaya ikan dan dimanfaatkan untuk tujuan
wisata bahari. Dengan kemampuan membudidayakan ikan pada keramba jaring
apung maka akan mereduksi banyaknya kegiatan penangkapan ikan dengan
pengeboman, dan akan meningkatkan stok ikan serta memenuhi kebutuhan
konsumsi ikan para pengunjung.

9
Taman Pulau Kecil Raja Ampat dibagi menjadi 6 KKPD, salah satunya
Kofiau dan Boo seluas 170.000 hektar. Adapun wilayah Kofiau dibagi menjadi
empat zona, yakni zona ketahanan pangan dan pariwisata (sama dengan zona larang
tangkap), zona sasi dan pemanfaatan tradisional masyarakat, zona perikanan
berkelanjutan dan budidya, serta zona pemanfaatan lain. Lewat deklarasi ini,
masyarakat bersama DKP nantinya akan menguatkan kemitraan untuk menjaga
KKKPD Kofiau dan Boo dari kegiatan penangkapan secara berlebihan,
penangkapan ikan yang merusak menggunakan bahan peledak dan bahan kimia
berbahaya, serta penangkapan biota laut yang dilindungi.
2.3 Regulasi Dan Kebijakan Kepulauan Raja Ampat
A. Pemanfaatan KKP Secara Umum
Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kepulauan Raja Ampat memiliki
regulasi dan kebijakan khusus untuk menjamin kelestarian alam dan kesejahteraan
masyarakat. Pemanfaatan KKP secara umum didasarkan pada prinsip-prinsip
berikut:

1. Kelestarian: KKP dikelola dengan mengedepankan kelestarian sumber daya


alam dan ekosistem laut.
2. Kesejahteraan: Masyarakat lokal dilibatkan dalam pengelolaan KKP dan
mendapatkan manfaat ekonomi darinya.
3. Keadilan: Akses dan pemanfaatan sumber daya KKP dilakukan secara adil
dan merata.
4. Keterpaduan: Pengelolaan KKP dilakukan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai pihak terkait.
5. Keberlanjutan: Pemanfaatan sumber daya KKP dilakukan secara
berkelanjutan untuk generasi sekarang dan masa depan.
B. Zonasi
KKP Kepulauan Raja Ampat terbagi menjadi beberapa zona dengan aturan
dan pemanfaatan yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa zona utama:

10
1. Zona Inti : Sebuah zona konservasi yang ditetapkan berdasarkan nilai
ekologisnya yang tinggi, dan hanya dapat diakses melalui proses perizinan
yang ketat dengan tujuan yang sangat terbatas (Misalnya untuk kepentingan
penelitian atau pendidikan).Zona Konservasi: Zona dengan tingkat
perlindungan tinggi, hanya diperbolehkan untuk kegiatan wisata alam dan
penelitian.
2. Sub-zona Ketahanan Pangan dan Pariwisata : Dikenal juga sebagai "Zona
Larang Tangkap". Semua metode aktivitas perikanan dilarang untuk
dilakukan di dalam wilayah Sub-zona ini. Aktivitas pariwisata
berkelanjutan dapat diselenggarakan di dalam Sub-zona ini.
3. Sub-zona Sasi dan Pemanfaatan Tradisional : Sub-zona yang secara spesifik
ditetapkan untuk aktivitas pemanfaatan bagi masyarakat lokal, seperti
aktivitas perikanan berkelanjutan dan praktik-praktik kebudayaan
masyarakat. Aktivitas pariwisata berkelanjutan juga diperkenankan di Sub-
zona Sasi dan Pemanfaatan Tradisional.
4. Sub-zona Akuakultur dan Perikanan Berkelanjutan : Dalam Sub-zona ini,
hanya aktivitas budidaya ikan dan penangkapan ikan komersil berskala
terbatas yang diperbolehkan. Sub-zona ini juga memperbolehkan aktivitas
pariwisata berkelanjutan
C. Izin Masuk

11
1. Setiap pengunjung dan wisatawan KKP Kepulauan Raja Ampat, baik WNI
maupun WNA, diharuskan memiliki izin masuk. Izin masuk dapat diperoleh
secara online melalui situs web resmi KKP Raja Ampat. Berikut adalah
beberapa jenis izin masuk:
2. Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI): Izin untuk wisatawan
yang ingin mengunjungi KKP untuk tujuan wisata alam.
3. Surat Izin Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (SIP): Izin untuk
peneliti dan akademisi yang ingin melakukan penelitian di KKP.
4. Surat Izin Usaha Jasa Wisata Alam (SIUJA): Izin untuk pengusaha wisata
yang ingin menyelenggarakan kegiatan wisata di KKP.
D. Spesies yang Dilindungi
KKP Kepulauan Raja Ampat memiliki banyak spesies laut yang dilindungi,
seperti hiu paus, manta, penyu, dan karang. Dilarang keras untuk menangkap,
melukai, atau memelihara spesies yang dilindungi. Berikut adalah beberapa contoh
spesies yang dilindungi:
1. Hiu dan Ikan Pari
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2012 tentang
Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta dan Jenis-jenis Ikan Tertentu
di Perairan Laut Raja Ampat, Kabupaten Raja Ampat adalah suaka hiu, yang
berarti bahwa semua jenis hiu dilindungi di Raja Ampat (semua spesies di
dalam Kelas Chondrichthyes, Subclass Elasmobranchii dan Subdivision
Selachii).
Menangkap, membunuh, mencederai, memperdagangankan atau memiliki
spesies hiu apapun, termasuk bagian tubuh dari hiu (misalnya sirip hiu)
adalah ilegal di Raja Ampat.
Perda No. 9 Tahun 2012 juga menawarkan perlindungan bagi
sejumlah spesies laut yang penting secara ekologis dan ekonomis, termasuk
semua spesies yang termasuk ke dalam famili Pristidae, Rhinidae,
Rhinobatidae, Myliobatidae, dan Mobulidae. Termasuk, dan tidak terbatas
pada, pari gergaji, hiu gitar, jenis pari wedgefish, pari mobula, pari elang

12
(Rhinopteridae), pari setan, pari burung (Myliobatidae), hingga pari
marmer.
1. Mamalia Laut
Seluruh spesies mamalia laut, termasuk semua jenis paus, lumba-
lumba dan duyung dilindungi di wilayah Kabupaten Raja Ampat. Saat ini
ada 17 spesies mamalia yang dapat ditemui di perairan Raja Ampat.
2. Invertebrata
Spesies di bawah ini dapat ditemui di Raja Ampat dan dilindungi di
seluruh wilayah Indonesia: Ketam Kenari (Birgus latro) Siput Triton
(Charonia tritonis) Nautilus (Nautilus pompillius) Kima Kunia (Tridacna
crocea) Kima Raksasa (Tridacna gigas, Tridacna hurt, Tridacna maxima)
Kima Sisik (Tridacna squamosa) Kerang Lola (Trochus niloticus) Siput
Batulaga (Turbo marmoratus).
3. Burung
Semua jenis Burung Cenderawasih (Famili Paradisaeidae).
4. Pari Manta
Dua spesies pari manta yang dilindungi di Indonesia: Pari Manta
Oseanik (Manta birostris) Pari Manta Karang (Manta alfredi)
5. Penyu Laut dan Reptil
Spesies reptil di bawah ini dapat ditemui di Raja Ampat dan
dilindungi di seluruh wilayah Indonesia: Penyu Hijau (Chelonia mydas)
Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) Penyu Sisik (Eretmochelys
imbricata) Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) Penyu Tempayan
(Caretta caretta) Penyu Pipih (Natator depressus) Buaya Air Asin
(Crocodylus porosus).
6. Ikan
Spesies ikan berikut dilindungi: Coelacanth atau Ikan Raja Laut
(Latimeria chalumnae) Semua Ikan Hias Ikan Napoleon (Cheilinus
undulatus) berukuran dari 100 (seratus) gram sampai dengan 1000 (seribu)
gram; dan lebih dari 3000 (tiga ribu) gram.

13
E. Tindak Pelanggaran dan Pidana Perikanan
Pelanggaran terhadap regulasi dan kebijakan KKP Kepulauan Ampat dapat
dikenakan sanksi, mulai dari teguran lisan, teguran tertulis. penyitaan alat tangkap,
denda administratif, pidana penjara. Berikut adalah beberapa contoh pelanggaran
dan sanksi:
1. Memasuki KKP tanpa izin: Denda maksimal Rp 50 juta.
2. Menangkap ikan dengan alat tangkap terlarang: Denda maksimal Rp 200
juta dan kurungan penjara maksimal 2 tahun.
3. Merusak terumbu karang: Denda maksimal Rp 1 miliar dan kurungan
penjara maksimal 5 tahun.
Pengelolaan KKP Kepulauan Raja Ampat memerlukan kerjasama dari
semua pihak, termasuk masyarakat lokal, wisatawan, dan pemerintah. Dengan
memahami regulasi dan kebijakan KKP, kita dapat bersama-sama menjaga
kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat di Raja Ampat.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Potensi Kepulauan Raja Ampat sangat beragam baik dari segi sumber
daya alamnya, social maupun budaya. Potensi sumber daya alamnya
misalnya keindahan dan biota laut, mangrove, dll.
2. Upaya pelestarian terumbu karang dan biota laut di perairan Raja Ampat
merupakan paduan antara tradisi sasi dengan zonasi. Strategi
pengelolaan kawasan konservasi perairan SAP Kepulauan Raja Ampat
dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Papua Barat yaitu (a) Penguatan
kelembagaan, (b) Penguatan pengelolaan sumber daya kawasan, (c)
Penguatan sosial, ekonomi dan budaya. \
3. Regulasi dan kebijakan KKP Kepulauan Raja Ampat bertujuan untuk
memastikan kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat dengan
mengutamakan prinsip-prinsip kelestarian, kesejahteraan, keadilan,
keterpaduan, dan keberlanjutan. Melalui zonasi yang tepat, izin masuk
yang terkontrol, perlindungan terhadap spesies yang dilindungi, serta
sanksi yang tegas terhadap pelanggaran, KKP Raja Ampat berupaya
menjaga ekosistem lautnya dan mempromosikan pariwisata
berkelanjutan.
3.2 Saran
Melindungi keanekaragaman hayati di Suaka Alam Perairan Raja Ampat
memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Disarankan untuk
mendalami implementasi kebijakan yang ada dengan lebih baik, termasuk
peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan zonasi, penegakan hukum yang
konsisten terhadap pelanggaran, serta memperkuat partisipasi masyarakat lokal
dalam pengelolaan. Selain itu, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah,
masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya untuk memastikan keberlanjutan
konservasi sumber daya alam laut di Raja Ampat.

15
16
DAFTAR PUSTAKA
Agussalim. 2014. Sinergitas Konservasi dan Pariwisata untuk Pertumbuhan
Ekonomi Raja Ampat. http://bp3ambon-kkp.org/. Diakses pada 03 Maret 2023
13:14 WITA.
Ambo Tuwo. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Brilian Internasional,
Surabaya.
Bayu Prayudha, dkk. 2009. Monitoring Terumbu Karang Raja Ampat (Pulau-Pulau
Batangpele). COREMAP II-LIPI, Jakarta.
Disbudpar. 2014. Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Raja Ampat. Bahan
Presentase Kadis Budpar Kabupaten Raja Ampat di Waiwo Resort Februari
2014. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat.
Tim Menteri Kelautan dan Perikanan RI. 2014. Keputusan Menteri Kelautan Dan
Perikanan Republik Indonesia Tentang Rencana Pengelolaan Dan Zonasi
Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat Dan Laut Sekitarnya Di Provinsi
Papua Barat Tahun 2014-2034. http://kkji.kp3k.kkp.go.id/. Diakses pada 03
Maret 2023 10:23 WITA.
LittleKomhukum. 2013. Raja Ampat, Padukan Konservasi, Pariwisata dan
Ekonomi.
Ricardson, 2001. Prinsip Pengelolaan Ekonomi Regional. Anonim, 2013 (Bahan
Kuliah Program Studi Ilmu Kelautan Program Pascasarjana Unpatti), Ambon.

17

Anda mungkin juga menyukai